Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien usia 36 tahun masuk ke ICU setelah menjalani operasi laparotomy e.c
Ileus Adhesiva, Pasien mengatakan sesak nafas, sesak baru dirasakan setelah operasi,
sesak seperti ini baru pertama kali dirasakan, sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca
ataupun aktivitas. Pasien juga mengeluh nyeri dada, nyeri tidak menjalar. Nyeri
semakin memberat saat menarik nafas Pasien juga mengeluhkan batuk, batuk disertai
dahak dan darah disangkal.

Pada saat menjalani operasi laparotomy pasien dilakukan tindakan General


Anestesia dan dilakukan tindakan intubasi menggunakan endotrakeal tube yang
bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas pasien. Pemasangan endotrakeal tube
memiliki risiko untuk terjadinya aspirasi apa bila pemasangan Endotrakealtube tidak
tepat. Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring maupun isi
lambung pada saat respirasi ke saluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan
parenkim paru. Pada manusia sehat, aspirasi tidak jarang terjadi dan biasanya membaik
tanpa komplikasi karena material yang teraspirasi dibersihkan oleh aktivitas mukosilier
dan makrofag alveoli. Kerusakan paru akibat aspirasi tergantung pada volume dan
kandungan inokulum serta mekanisme pertahanan inang2

Pada pasien ini terjadi kesalahan pemasangan endotrakealtube sehingga


menyebabkan aspirasi asam lambung ke paru-paru. Keasaman isi lambung
menyebabkan chemical burns terhadap tracheobronchial tree yang terlibat pada saat
aspirasi, diikuti reaksi inflamasi seluler dan pelepasan sitokin, khususnya tumor
necrosis factor (TNF)-alfa dan ilnterleukin (IL)-8.2,3 Perubahan patologis pada hewan
yang mengalami pneumonitis aspirasi berkembang dengan cepat. Dalam tiga menit,
dijumpai atelektasis, perdarahan peribronkial, edema paru, dan degenerasi sel-sel epitel
bronkiolus. Dalam empat jam alveoli terisi dengan leukosit polimorfonuklear dan
fibrin. Hal ini menyebabkan hilangnya integritas mikrovaskular paru dan dan
ekstravasasi cairan dan protein ke dalam saluran napas dan alveoli. Membran hialin
dijumpai dalam 48 jam, dimana paru-paru secara makroskopis tampak edema dan
hemoragik dengan konsolidasi alveoli.2,4

Pada pneumonia aspirasi yang disebabkan oleh aspirasi partikel makanan dalam
jumlah kecil dan tidak asam pada tikus ditemukan inflamasi neutrofilik akut dalam 4 –
6 jam, tetapi tidak dijumpai edema dini sebagaimana dijumpai pada aspirasi asam.
Puncak respon monositik dijumpai pada jam ke-48 paska aspirasi, dimana jaringan
paru menunjukkan tanda-tanda awal dari pembentukan granuloma.2

Berikut ini beberapa gambaran klinis yang mungkin ditemukan pada


pneumonitis aspirasi:2

• Gejala mendadak dengan sesak napas yang prominen

• Demam subfebris

• Sianosis dan ronki pada auskultasi paru-paru

• Hipoksemia berat dan dijumpai infiltrat pada foto toraks

Penatalaksanaan pada kasus sudah tepat dimana untuk penatalaksaan non-


medikamentosa pasien di posisikan setengah duduk, dan dipasang alat bantu
pernafasan menggunakan non invasive ventilator. Sedangkan untuk tatalaksana
medikamentosa pasien di berikan antibiotik Levofloxacin dan Meropenem karena
aspirasi isi lambung secara bersama dengan adanya partikel, menyebabkan terjadi
fokus peradangan dan reaksi tubuh terhadap benda asing dengan kerusakan jaringan
secara menyeluruh akibat asam. Partikel dan asam lambung bekerja sama secara
sinergis menyebabkan kebocoran kapiler alveolar. Isi lambung tidak steril sehingga
aspirasi yang terjadi dapat disertai bakteri.Enam puluh sampai 100% terdiri dari kuman
anaerob

Anda mungkin juga menyukai