Anda di halaman 1dari 21

NILAI :

CRITICAL BOOK REPORT


FILSAFAT PENDIDIKAN

Jurnal Pendidikan Islam


(Filsafat Pendidikan Islam Studi Filosofis atas Tujuan dan Metode Pendidikan Islam)
(Rohinah)

NAMA MAHASISWA : ILHAM EFFENDI YAHYA

NIM : 31932111002

DOSEN PENGAMPU : Dra. Dorlince Simatupang, M.PD

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

KELAS : REGULER B/2019

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019/202
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan bagi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan
karuniaNya, penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Adapun Critical Jurnal review ini
yaitu mengenai “Filsafat Pendidikan Bagi Seorang Guru ”.
Critical Jurnal Review (CJR) ini saya susun dengan maksud sebagai tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman
terhadap materi tersebut. Harapan saya, semoga setelah penyelesaian penulisan Crtical
Jurnal Review ini saya semakin memahami tentang bagaimana penulisan Crtical Jurnal
Review yang baik dan benar.
Di lain sisi, saya mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga dalam
penyusunan penulisan Critacal Jurnal Review ini. Saya sangat berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian CJR ini, khususnya kepada dosen pengampu
mata kuliah ini Dra. Dorlince Simatupang, M.PD dan teman sekelas saya mahasiswa/i kelas
Ppkn Reguler B 2019/2020.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan CJR ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan
dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga karya tulis
CJR ini bermanfaat bagi semuanya.

Medan, 31 Agusutus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------------------------- i
DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------------------- ii
I. PENDAHULUAN/PENGANTAR --------------------------------------------------------------1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR ---------------------------------------------------------1
1.2 Tujuan Penulisan CJR ------------------------------------------------------------------1
1.3 Manfaat CJR -----------------------------------------------------------------------------1
1.4 Identitas Mahasiswa --------------------------------------------------------------------2
1.5 Identitas Jurnal ---------------------------------------------------------------------------2
II. RINGKASAN ISI JURNAL ---------------------------------------------------------------------4
2.1 Jurnal Utama -----------------------------------------------------------------------------4
2.2 Jurnal Pembanding ----------------------------------------------------------------------8
III. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN -------------------------------------------------------- 13
3.1 Kelemahan dan kelebihan Jurnal -------------------------------------------------- 13
3.2 Kemutakhiran Jurnal ------------------------------------------------------------------ 15
IV. IMPLIKASI ------------------------------------------------------------------------------------- 16
4.1 Teori ------------------------------------------------------------------------------------- 16
4.2 Program Pembangunan Pendidikan di Indonesia --------------------------------- 16
4.3 Analisis Mahasiswa ------------------------------------------------------------------- 16
V. KESIMPULAN ---------------------------------------------------------------------------------- 17
DAFTAR PUSTAKA -------------------------------------------------------------------------------iii

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya Critical Jurnal Review (CJR)


Critical Jurnal Review (CJR) sangat penting buat kalangan pendidikan terutama buat
mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu jurnal maka mahasiswa/i
ataupun si pengkritik dapat membandingkan dua jurnal dengan tema yang sama, dapat
melihat mana jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik untuk digunakan
berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut, setelah dapat
mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal karena sudah
mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan dan sudah
mengerti bagaimana cara menulis atau langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam
penulisan jurnal tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan Critical Jurnal Review (CJR)


Critical jurnal Review ini dibuat bertujuan untuk belajar melalui pemenuhan tugas
mata kuliah Filsafat Pendidikan untuk membuat Critical Jurnal Review (CJR) sehingga dapat
menambah pengetahuan untuk melihat atau membandingkan dua atau beberapa jurnal yang
baik dan yang benar. Setelah dapat membandingkan maka akan dapat membuat suatu jurnal
karena sudah dapat membandingkan mana jurnal yang sudah baik dan mana jurnal yang
masih perlu diperbaiki dan juga karena sudah mengerti langkah-langkah dari pembuatan
suatu jurnal.

1.3 Manfaat Critical Jurnal Review (CJR)


Manfaat penulisan Critical Jurnal Review ( CJR), yaitu :
1. Dapat membandingkan dua atau lebih jurnal yang direview.
2. Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu jurnal.
3. Supaya kita dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CJR yang benar.
4. Dan dapat menulis bagaimana jurnal yang baik dan benar.
5. Menambah pengetahuan kita tentang isi-isi dari jurnal-jurnal penelitian.

1
1.4 Identitas Mahasiswa

Nama Ilham Effendi Yahya

Nim 3192111002

Fakultas Fakultas Ilmu Sosial

Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kelas Reguler B

Stambuk 2019

1.5 Identitas Jurnal

Jurnal utama

Judul Artikel Filsafat Pendidikan Sebagai Basis Penguatan Profesionalisme


Guru

Nama Jurnal Qathruna, Jurnal Keilmuan dan Pendidikan

ISSN 2406-954X

Edisi terbit 2015

Penulia Jurnal Dindin Ridwanuddin

Kota terbit Banten

Vol 2 No. 2

Alamat Situs http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/view/4

2
Jurnal Pembanding

Judul Artikel Filsafat Pendidikan Merupakan Jiwa Dari Jurusan Pendidikan


Guru Sekolah Dasar

Nama Jurnal Kreatif, Jurnal Kependidikan Dasar

ISSN 2580-6904

Edisi terbit 2010

Penulis Jurnal Jaino

Kota terbit Semarang

Vol 1 No. 1

Alamat Situs https://jurnal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/article/view/1671

3
BAB 2
RINGKASAN ISI

2.1 JURNAL UTAMA

Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan


Ada dua istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami
pengertian landasan pendidikan, yaitu istilah landasan dan istilah pendidikan. Landasan. Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260) istilah landasan diartikan sebagai alas,
dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fondasi.
Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu
alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal;
atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua
jenis landasan, yaitu: (1) landasan yang bersifat material, dan (2) landasan yang bersifat
konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu
pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat
konseptual antara lain berupa dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun
1945; landasan pendidikan, dan sebagainya. Landasan pendidikan tergolong ke dalam jenis
landasan yang bersifat konseptual. Landasan yang bersifat konseptual pada dasarnya
identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan
yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan
suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak (melakukan suatu praktik). Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan adalah asumsi
filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek pendidikan.
Sebagaimana telah kita pahami, dalam pendidikan mesti terdapat momen studi pendidikan
dan momen praktek pendidikan.

4
Peranan Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan Filosofis Pendidikan. Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi
yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Ada berbagai aliran
filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Pancasila, dsb. Peranan landasan
filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnya
pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak pada kaidah metafisika,
epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi dalam filsafat pendidikan.
Landasan filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana ragamnya aliran
filsafat. Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, landasan filsofis
pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh: Penganut Realisme antara lain berpendapat bahwa
“pengetahuan yang benar diperoleh manusia melalui pengalaman dria”. Implikasinya,
penganut Realisme mengutamakan metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung (misal: melalui
observasi, praktikum, dsb.) atau pengalaman tidak langsung (misal: melalui membaca
laporan-laporan hasil penelitian, dsb).

Mengapa pendidik/guru harus memahami landasan filosofis pendidikan?


Filsafat hakikatnya mengajarkan setiap orang untuk berpikir kritis dan mendalam
tentang sesuatu. Hasil dari pemikiran dan pemahaman tentang sesuatu tersebut akan
mengarahkan kepada pelakuknya untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya. Landasan filosofis pendidikan merupakan cabang dari
filsafat yang mengkaji tentang apa, bagaimana, dan mengapa pendidikan. Seorang guru
yang mempelajari dan memahami landasan filosofis pendidikan akan melakukan berbagai
upaya untuk keberhasilan proses pembelajaran yang ia lakukan. Seorang guru yang
memahami filosofis pendidikan akan memahami tujuan ia mendidik. Sehingga, dengan
seksama ia akan memikirkan bagaimana siswanya belajar, apa yang harus dipelajari
siswanya, bagaimana siswanya bisa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,
bagaimana hasil belajar siswa bisa membangun sikap mereka, dan sebagainya. Mengingat
hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para
pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya.

5
Studi tentang filsafat pendidikan meliputi 4 cabang filsafat, yaitu metafisika,
logika/epistemologi, etika dan estetika.
Logika, terbagi menjadi dua cabang, yaitu logika deduktif atau bentuk-bentuk
penarikan kesimpulan dari umum ke yang lebih khusus, dan logika induktif sebagai bentuk
penarikan kesimpulan dari khusus ke yang umum/general. Aksiologi mencakup etika,
tentang hakikat baik dan jahat, estetika menelaah tetang hakikat indah dan jelek, dan religi
yang menelaah tentang hakikat hubungan manusia dengan Tuhan atau yang dituhankan.
Berdasarkan pengelompokkan obyek material studi filsafat dan pencabangan telaahan
filsafat, maka filsafat pendidikan sebagai salah satu filsafat terapan, menggunakan pola
berfikir kefilsafatan, yaitu mengkaji tentang segala sesuatu tentang pendidikan yang
bertolak dari kajian (1) metafisika (ontology, antropologi), (2) Epistemologi, dan (3)
Aksiologi. Implikasi dalam pendidikan diterapkan dalam telaahan tentang hakikat tujuan
pendidikan, hakikat pendidik dan anak didik, hakikat pengetahuan/ilmu pengetahuan yang
dirancang dalam kurikulum, dan hakikat nilai atau kegunaan pendidikan dalam kehidupan
atau metode mencapai tujuan pendidikan. Ontologi, merupakan bagian dari filsafat
spekulatif yang menjadi pusat persoalannya adalah hakikat realitas akhir. Metafisika
mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1) Apakah alam semesta
memiliki bentuk rasional? Apakah alam semesta memiliki makna? 2) Apakah yang
dinamakan jiwa itu merupakan kenyataan dalam dirinya atau hanyalah suatu bentuk materi
dalam gerak? 3) Apakah semua perilaku organisme, termasuk manusia telah ditentukan
(deterministik) atau memiliki kebebasan (indeterministik)? 4) Siapakah manusia?
Darimana asalnya? Apa yang diharapkan dalam hidup ini? Apa yang dituju manusia? 5)
Apakah alam semesta ini terjadi dengan sendirinya atau ada yang menciptakannya?.
Epistemologis, berkaitan dengan isi pendidikan yang menjadi landasan pengetahuan dalam
rangka membekali subyek didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif. Landasan
epistemologis merupakan penjabaran dari landasan ontologis yang menjadi rujukan tujuan
yang akan dicapai. Aksiologis, mempertanyakan bagaimana anak bertingkah laku sesuai
dengan tujuan pendidikan, setelah mereka mempelajari pelajaran-pelajaran di sekolah.
Inilah pertanyaan masyarakat awam yang dilontarkan kepada pihak sekolah. Mereka
memiliki indikator keberhasilan sekolah, yaitu bahwa anak yang berhasil atau
berpendidikan adalah anak yang bukan hanya pintar tetapi baik (berkepribadian dan
bermoral). Adapun cabang dari aksiolgi yang dikenal sebagai estetika berhubungan dengan
nilai-nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni. Sekalipun kita berharap bahwa para

6
guru musik, seni, drama, sastra, dan guru menulis secara teratur meminta para siswa
membuat penilaian-penilaian mengenai kualitas karya seni, kita dapat dengan mudah
mengabaikan peran yang harus dimainkan estetika di semua bidang kurikulum.
Pengetahuan tentang etika dapat membantu guru memecahkan banyak dilema yang muncul
di kelas. Seringkali, para guru harus mengambil tindakan dalam situasi-situasi di mana
mereka tidak mampu mengumpulkan semua fakta relevan dan dimana tidak ada arah
tindakan yang tunggal yang secara total benar atau salah. Misalnya, seorang siswa pada
hasil pekerjaan sebelumnya berada di atas rata-rata, menjiplak suatu tugas makalah.
Haruskah guru membatalkan siswa tersbut untuk mata pelajaran itu jika contoh dari
hukuman yang cepat dan tegas kemungkinan akan mencegah para siswa lain melakukan
penjiplakan/plagiatisme? Atau haruskah guru yang mengikuti dugaan mengenai apa yang
akan terjadi pada minal jangka panjang siswa, menyuruh siswa itu mengerjakan kembali
makalah itu dan mengambil risiko kemungkinan para siswa lain melakukan gagasan yang
salah tersebut sehingga plagiatisme tidak memiliki konsekuensi negatif? Dilema etis
lainnya: Apakah seorang guru matematika dibenarkan dengan memisahkan dua gadis yang
mengganggu dan menempatkan salah seorangnya di suatu kelompok matematika dibawah
tingkatan kemampuannya dalam upaya meningkatkan prestasi kelas keseluruhan.

7
2.2 JURNAL PEMBANDING

Dasar – Dasar Penddikan


Praktek pendidikan sebagai ilmu yang sekedar rangkaian fakta empiris dan
eksperimental akan tidak lengkap dan tidak memadai. Fakta pendidikan sebagai gejala
sosial tentu sebatas sosialisasi dan itu sering beraspirasi daya serap kognitif dibawah 100
% (bahkan 60%). Sedangkan pendidikan nilai-nilai akan menuntut siswa menyerap dan
meresapi penghayatan 100 % melampaui tujuan-tujuan sosialisasi, mencapai internaliasasi
(mikro) dan hendaknya juga enkulturasi (makro). Itulah perbedaan esensial antara
pendidikan (yang menjalin aspek kognitif dengan aspek afektif) dan kegiatan mengajar
yang paling-paling menjalin aspek kognitif dan psikomotor. Dalam praktek evaluasinya
kegiatan pengajaran sering terbatas targetnya pada aspek kognitif. Itu sebabnya diperlukan
perbedaan ruang lingkup dalam teori antara pengajaran dengan mengajar dan mendidik.
Adapun ketercapaian untuk daya serap internal mencapai 100 % diperlukan tolong
menolong antara sesama manusia. Dalam hal ini tidak ada orang yang selalu sempurna
melainkan bisa terjadi kemerosotan yang harus diimbangi dengan penyegaran dan kontrol
sosial. Itulah segi interdependensi manusia dalam fenomena pendidikan yang memerlukan
kontrol sosial apabila hendak mencegah penurunan pengamalan nilai dan norma dibawah
100%.

Pedagogik sebagai Ilmu Murni Menelaah Fenomena Pendidikan


Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of knowledge) ilmu pendidikan
haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup :
• Relasi sesama manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to person
relationship)
• Pentingnya ilmu pendidikan memepergunakan metode fenomenologi secara
kualitatif.
• Orang dewasa yang berpran sebagai pendidik (educator)
• Keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner, student)
• Tujuan pendidikan (educational aims and objectives)
• Tindakan dan proses pendidikan (educative process), dan
• Lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution).

8
Itulah lingkup pendidikan yang mikroskopis sebagai hasil telaah ilmu murni ilmu
pendidikan dalam arti pedagogic (teoritis dan sistematis). Mengingat pendidikan juga
dilakukan dalam arti luas dan makroskopis di berbagai lembaga pendidikan formal dan
nonformal, tentu petugas tenaga pendidik di lapangan memerlukan masukan yang berlaku
umum berupa rencana pelajaran atau konsep program kurikulum untuk lembaga yang
sejenis. Oleh karena itu, selain pedagogik praktis yang menelaah ragam pendidikan di
berbagai lingkungan dan lembaga formal, informal dan non-formal (pendidikan luar
sekolah dalam arti terbatas, dengan begitu, batang tubuh diatas tadi diperlukan lingkupnnya
sehingga meliputi:
• Konteks sosial budaya (socio cultural contexs and education)
• Filsafat pendidikan (preskriptif) dan sejarah pendidikan (deskriptif)
• Teori, pengembangan dan pembinaan kurikulum, serta cabang ilmu
pendidikan lainnya yang bersifat preskriptif.
• Berbagai studi empirik tentang fenomena pendidikan
• Berbagai studi pendidikan aplikatif (terapan) khususnya mengenai
pengajaran termasuk pengembangan specific content pedagogy.

Telaah Ilmiah dan Kontribusi Ilmu Bantu


Bidang masalah yang ditelaah oleh teori pendidikan sebagai ilmu ialah sekitar
manuasia dan sesamanya yang memiliki kesamaan dan keragaman di dalam fenomena
pendidikan. Yang menjadi inti ilmu pendidikan teoritis ialah Pedagogik sebagai ilmu
mendidik yaitu mengenai tealaah (atau studi) pendidikan anak oleh orang dewasa. Pedagogik
teoritis selalu bersifat sistematis karena harus lengkap problematic dan pembahasannya.
Tetapi pendidikan (atau pedagogi) diperlukan juga oleh semua orang termasuk orang dewasa
dan lanjut usia. Karena itu selain cabang pedagogic teoritis sistematis juga terdapat cabang-
cabang pedagogic praktis, diantaranya pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal
dalam keluarga, andragogi (pendidikan orang dewasa) dan gerogogi (pendidikan orang
lansia), serta pendidikan nonformal sebagai pelengkap pendidikan jenjang sekolah dan
pendidikan orang dewasa. Di dalam menelaah manusia yang berinteraksi di dalam fenomena
pendidikan, ilmu pendidikan khususnya pedagogic merupan satu-satunya bidang ilmu yang
menelaah interaksi itu secara utuh yang bersifat antar dan interpribadi. Untunglah ada ilmu
lain yang melakukan telaah atas perilaku manusia sebagai individu. Begitu juga halnya atas
telaah interaksi sosial, telaah perilaku kelompok dalam masyarakat, telaah nilai dan norma

9
sebagai isi kebudayaaan, dan seterusnya. Ilmu-ilmu yang melakukan elaah demikian
dijadikan berfungsi sebagai ilmu bantu bagi ilmu pendidikan. Di antara ilmu bantu yang
penting bagi pedagogic dan androgogi ialah: biologi, psikologi, sosiologi, antropologi
budaya, sejarah dan fenomenologi (filsafah).

Pendekatan Fenomenologi dalam Menelaah Gejala Pendidikan


Pedagogik bersifat filosofis dan empiris. Berfikir filosofis pada satu siti dan di pihak
lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan bersama-sama. Hubunganhubungan dan
gejala yang menunjukkan cirri-ciri pokok dari objeknya ada yang memaksa menunjuk ke
konsekunsi yang filosofis, adapula yang memaksakaan konsekunsi yang empiris karena data
yang factual. Pedagogik mewujudkan teori tindakan yang didahului dan diikuti oleh berfikir
filosofis. Dalam berfikir filosofis tentang data normative pedagogic didahului dan diikuti
oleh oleh pengalaman dan penyelesaikan empiris atas fenomena pendidikan.

Kontribusi Ilmu-Ilmu Bantu terhadap Pedagogic


Ilmu pendidikan khususnya pedagogic dan androgogi tidak menggunakan metoda
deskriptif-eksperimental karena manfaatnya terbatas pada pemahaman atas perubahan
perilaku siswa. Sedangkan prediksi dan kontrol yang eksperimental diterapakan dan itupun
manfaatnya terbatas sekali. Jadi kurang bermanfaat apabila ilmu pendidikan
mempergunakan metode deskriptif-eksperimental terhadap perubahan-perubahan di dalam
pendidikan secara kuntitatif. Sebaliknya pedagogic dan androgogi harus menjadi ilmu
otonom yang menerapkan metode fenomenologi secara kualitatif. Maksudnya ialah agar
dapat memperoleh data yang tidak normative (data factual) dalam jumlah seperlunya dari
ilmu biologi, psikologi dan ilmu-ilmu sosial. Tetapi ilmu pendidikan harus sedapat mungkin
melakukan pengumpulan datanya sendiri langsung dari fenomena pendidikan, baik oleh
partisipan-pengamat (ilmuwan) ataupun oleh pendidik sendiri yang juga biasa melakukan
analisis apabila situasi itu memaksanya harus bertindak kreatif. Tentu saja untuk itu
diperlukan prasyarat penguasaan atas sekurang-kurangnya satu ilmu Bantu dan/atau filsafat
umum.

10
Dasar-Dasar Filsafat Ilmu Pendidikan
Dasar-dasar filsafat keilmuan terbagi atas 4 bagian yaitu :
• Dasar Ontologis Ilmu Pendidikan
• Dasar Epistemologis Ilmu Pendidikan
• Dasar Aksiologis Ilmu Pendidikan
• Dasar Antropologis Ilmu Pendidikan

Perangkat Asumsi Filosofis Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Berdasarkan Kompetensi(PGBK)
dikembangakan bertolak dari perangkat kompetensi yang diperkirakan dipersyaratkan bagi
pelaksanaan tugas-tugas keguruan dan kependidikan yang telah ditetapkan dan bermuara
pada pendemonstrasian perangkat kompetensi tersebut oleh siswa calon guru setelah
mengikuti sejumlah pengalaman belajar. Perangkat kompetensi yang dimaksud, termasuk
proses pencapaiannya, dilandasi oleh asumsi-asumsi filosofis, yaitu pertanyaan-pertanyaan
yang dianggap benar, baik atas dasar bukti-bukti empirik, dugaan-dugaan maupun nilai-
nilai masyarakat berdasarkan Pancasila. Asumsi-asumsi tersebut merupakan batu ujian di
dalam menilai perancangan dan implementasi program dari penyimpanganpenyimpangan
pragmatis ataupun dari serangan-serangan konseptual. Asumsi-asumsi yang dimaksud
mencakup 7 bidang yaitu yang berkenaan dengan hakekat-hakekat manusia, masyarakat,
pendidikan, subjek didik, guru, belajarmengajar dan kelembagaan. Tentu saja hasil kerja
tersebut diatas perlu dimantapkan dan diverifikasi lebih jauh melalui forum-forum yang
sesuai seperti Komisi Kurikulum, Konsorsium Ilmu Kependidikan, LPTK bahkan kalangan
yang lebih luas lagi.

Implikasi Landasan Filsafat Pendidikan


Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka
filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja
professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus dikerjakan
dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercermin kompetensi seorang
tukang. Perlu digaris bawahi di sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan hakekat.
Segala ketentuan prasarana dan sarana sekolah pada hakekatnya adalah bentuk yang
diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan subjek didik. Oleh karena itu maka
gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan” prasarana dan sarana sedangkan transaksi

11
personal antara subjek didik dan pendidik, antara subjek didik yang satu dengan subjek didik
yang lain dan antara warga sekolah dengan masyarakat di luarnya masih belum
dilandasinya, maka tentu saja proses pembudayaan tidak terjadi. Seperti telah diisyaratkan
dimuka, pemberian bobot yang berlebihan kepada kedaulatan subjek didikakan melahirkan
anarki sedangkan pemberian bobot yang berlebihan kepada otoritas pendidik akan
melahirkan penjajahan dan penjinakan. Kedua orientasi yang ekstrim itu tidak akan
menghasilkan pembudayaan manusia. Tidaklah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di
Indonesia kita belum punya teori tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini
tidak mengherankan karena kita masih belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya.
Bahkan salahsatu prasaratnya yaitu teori tentang pendidikan sebagimaana diisyaratkan pada
bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat
dalam berbagi kegiatan pembaharuan pendidikan selama ini maka yang diperbaharui adalah
pearalatan luarnya bukan bangunan dasarnya. Sebaiknya teori pendidikan guru dan tenaga
kependidikan yang produktif adalah yang memberi rambu-rambu yang memadai didalam
merancang sertamengimplementasikan program pendidikan guru dan tenaga kependidikan
yang lulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas keguruan didalam konteks pendidikan
(tugas professional, kemanusiaan dan civic). Rambu-rambu yang dimaksud disusun dengan
mempergunakan bahan-bahan yang diperoleh dari tiga sumber yaitu: pendapat ahli,
termasuk yang disangga oleh hasil penelitian ilmiah, analisis tugas kelulusan serta pilihan
nilai yang dianut masyarakat. Rambu-rambu yang dimaksud yang mencerminkan hasil
telaahan interpretif, normative dan kritis itu, seperti telah diutarakan didalam bagian uraian
dimuka, dirumuskan kedalam perangkat asumsi filosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi
rambu-rambu bagi perancang serta implementasi program yang dimaksud. Dengan
demikian, perangkat rambu-rambu yang dimaksud merupakan batu ujian didalam menilai
perancang dan implementasi program, maupun didalam “mempertahankan” program dari
penyimpngan penyimpangan pelaksanaan ataupun dari serangan-serangan konseptual.

12
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Kelemahan dan Kelebihan Jurnal

ASPEK YANG DI NILAI Jurnal I Jurnal II


STRUKTUR BUKU
Cover  (Berwarna) X ( Tidak Berwarna)

Nama pengarang  
Tahun terbit  
Kota penerbitan  
Volume  
Nomor  
Nama Jurnal  
ISSN  
Penerbit  
Kota Terbit  
pengantar/Pendahuluan  
Tinjauan teoritis  
Metode penelitian  
Hasil  
Pembahasan  
Kesimpulan  
Daftar Pustaka  
BAHASA DAN TULISAN
Bahasa Jurnal ini menggunakan B. Jurnal ini menggunakan B.
Indonesia Indonesia
Font Times New Roman Times New Roman
Bahasa yang efektif Jurnal utama memuliki bahasa Jurnal pembanding ini memiliki
disetiap penggunaan kalimat di kata yang terbilang sulit untuk
dipahami, seperti interpribadi, dan

13
dalamnya sudah cukup efektif dan juga banyak pengulangan kata pada
mudah dipahami. jurnal ini.
Kerapian tulisan Jurnal ini cukup rapi karna jurnal ini Jurnal ini cukup rapi karna jurnal ini
menggunkan Justify segingga menggunkan Justify segingga
penulisannya terkesan rapi dan enak penulisannya terkesan rapi dan enak
untuk dilihat dan dibaca. untuk dilihat dan dibaca.
Tabel Jurnal ini tidak mempunyai tabel Jurnal ini tidak mempunyai tabel
Grafik Jurnal ini tidak mempunyai grafik Jurnal ini tidak mempunyai grafik.
TAMPILAN
Warna Jurnal ini Memiliki wana hitam Jurnal ini hanay terdiri dari dua
pekat(bold) untuk judul dan setiap warna hitam pekat(bold) dan abu-
kata – kata yang terbilang penting, abu. Hitam pekat nya hanya terdapat
yang menyangkut judul jurnal, pada judul, tidak pada hal-hal yang
sehingga mudah untuk menyangkut bagian judul, dan warna
membedakan dan mencari hal abu-abu yang terletak di setiap
penting pada jurnal tersebut halaman sangat tidak memudahkan
pereview untuk membaca jurnal
tersebut.
Kerapian Jurnal ini sudah cukup rapi karena Jurnal ini sudah cukup rapi karena
menggunakan huruf Times New menggunakan huruf Times New
Roman dengan ukuran 12 yang Roman dengan ukuran 12 yang
sebagai standar penulisan jurnal. sebagai standar penulisan jurnal.
KONTEN ATAU ISI
Kelengkapan materi Jurnal peneletian ini memiliki Pada jurnal pembanding ini dengan
kelengkapan materi yang sesuai materi cakupan yang luas khususnya
dengan rana judulnya, sehingga pada sub judul, pereview harus lebih
pereview tidak terlalu sulit untuk detail lagi dalam melakukan
melakukan penelitian terhadap penelitian pada jurnal tersebut, agar
jurnal tersebut. tidak terjadi sebuah kesalah
pahaman materi setelah selesai
penelitian

14
3.2 Kemutakhiran Jurnal

Jurna utama diterbitkan pada tahun 2015 yang terbilang cukup lama. Namun
informasi yang ada dalam jurnal masih sangat baik karena konsep-konsep yang diberikan
masih sangat sesuai dengan fenomena-fenomena yang terjadi sekarang-sekarang ini dan
desain nya juga yang cukup bagus dan menarik. Sehingga menarik minat pembaca untuk
membaca jurnal ini dan di dalam jurnal ini juga terdapat aplikasi dan juga sumber lokasi
sehingga jelas.

Sedangkan Jurnal pembanding diterbitkan pada tahun 2010 yang juga sudah terlalu
lama untuk direview, namun sejatinya jika kita melihat dari konteks isi kelengkapan dan
fokus pembahasan yang disediakan oleh jurnal pembanding ini, masih sangat bisa untuk kita
melakukan penelitian mengenai filsafat pendidikan terhadap guru.

15
BAB 4
IMPLIKASI

4.1 Teori

Teori-teori yang disajikan dalam jurnal utama dan pembanding ini sangat cocok
untuk kita mengetahui filsafat pendidikan bagi seorang guru itu sejatinya seperti apa dan
teori – teori yang digunakan penulis jurnal utama dan pembanding sangat mendalam
sekali, dapat menjadikan jurnal ini sebagai referensi yang cukup kuat.

4.2 Program Pembangunan Pendidikan di Indonesia.

Karena jurnal ini membahas tentang filsafat pendidikan bagi seorang guru dan
pembahasan nya sangat mendalam maka jurnal ini dapat digunakan sebagai referensi
untuk Pembangunan pendidikan di Indonesia misalnya untuk bahan ajar guru guru di
indonesia. Seperti yang kita tahu bahwa indonesia tertinggal 128 tahun dari negara
negara maju. Maka melalui jurnal ini atau menjadikannya sebagai refrensi maka akan
lebih memudahkan untuk melakukan pembangunan pendidikan di Indonesia terkhusus
untuk bahan ajar seorang guru agar akredibilitas pendidikan di indonesia dapat
menyamai negara – negara maju.

4.3 Analisis Mahasiswa

Setelah melakukan kritikan terhadap jurnal ini maka menurut analisis saya implikasi
dari jurnal ini ialah bahwa jurnal ini sangat cocok digunakan untuk pembangunan
pendidikan di indonesia karena pendalaman materi nya yang cukup luas mulai dari
pemahaman filsafat pendidikan itu sendiri, lalu apa yang harus dilakukan seorang guru
untuk memajukan pendidikan di indonesia agar setara dengan negara – negara maju.

16
BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan kelemahan dan kelebihan yang telah dijelaskan atau dipaparkan
diatas, setiap jurnal yaitu jurnal utama dan jurnal pembanding memiliki kelemahan dan
kelebihan masing-masing baik itu dari segi penulisan, tata bahasa dan juga kedalaman
materi. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua jurnal tersebut sudah baik dan dapat di
jadikan sebagai referensi untuk pembaca, tetapi masih perlu perbaikan. Maka dapat
disumpulkan bahwa jurnal tersebut layak atau sudah bagus digunakan pembaca sebagai
referensi untuk penelitian-penelitian lainnya.
5.2 Rekomendasi
Untuk kedepannya atau selanjutnya kelemahan-kelemahan atau pun kekurangan
setiap jurnal ini perlu diperbaiki supaya lebih baik lagi dimanfaatkan ataupun digunakan
pembaca sebagai refrensi dalam penelitian-penelitian ataupun untuk kegunaan lainnya.

17
DAFTAR PUSTAKA
Ridwanuddin, Dindin ,(2015), Filsafat Pendidikan Sebagai Basis Penguatan Profesionalisme
Guru. Qathruna, Jurnal Keilmuan dan Pendidikan, Vol.2, No.2

Jaino ,(2010), Filsafat Pendidikan Merupakan Jiwa Dari Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar . Kreatif, Jurnal Kependidikan Dasar, Vol,1 No.1.

iii

Anda mungkin juga menyukai