TAHUN 2017
1
RS. ISLAM AMINAH BLITAR
JL. Kenari No. 54 Blitar Telp (0342) 803552-801662
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya
Panduan Persetujuan dan Penolakan Tindakan Pengobatan Beresiko Tinggi dalam pelayanan
telah tersusun. Panduan ini sangatlah penting untuk membantu dalam kelancaran operasional
rumah sakit.
Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lain yang terkait
dengan penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit.
Dan seperti panduan pelayanan lainnya, evaluasi berkala terhadap panduan ini harus terus
dilakukan sesuai perkembangan program akreditasi rumah sakit.
Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan panduan ini sangat kami harapkan
Penyusun
DAFTAR ISI
2
Surat Keputusan Panduan.......................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................... 5
3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 35
Lampiran
4
BAB I
PENDAHULUAN
Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab seorang (pasien) itu
sendiri. Dengan demikian, sepanjang keadaan kesehatan tersebut tidak sampai menggangu orang lain,
maka keputusan untuk mengobati atau tidaknya masalah kesehatan yang dimaksud, sepenuhnya
terpulang dan menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.
Bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi untuk
meningkatkan atau memulihkan kesehatan seseorang (pasien) hanya merupakan suatu upaya
yang tidak wajib diterima oleh seorang (pasien) yang bersangkutan. Karena sesungguhnya dalam
pelayanan kedokteran, tidak seorangpun yang dapat memastikan keadaan hasil akhir dari
diselenggarakannya pelayanan kedokteran tersebut (uncertainty result), dan karena itu tidak etis
jika sifatnya jika penerimaannya dipaksakan. Jika seseorang karena satu dan lain hal, tidak dapat
atau tidak bersedia menerima tindakan kedokteran yang ditawarkan, maka sepanjang penolakan
tersebut tidak membahayakan orang lain, harus dihormati.
Bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila
terjalin kerjasama yang baik antara dokter dan pasien sehingga dapat saling mengisi dan
melengkapi. Dalam rangka menjalin kerjasama yang baik ini perlu diadakan ketentuan yang
mengatur tentang perjanjian antara dokter atau dokter gigi dengan pasien. Pasien menyetujui
(consent) atau menolak, adalah merupakan hak pribadinya yang tidak boleh dilanggar,
setelah mendapat informasi dari dokter atau dokter gigi terhadap hal-hal yang akan
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi sehubungan dengan pelayanan kedokteran yang diberikan
kepadanya.
Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah mendapatkan informasi
dan consent berarti persetujuan (ijin). Yang dimaksud dengan Informed Consent dalam profesi
kedokteran adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan
secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang kedokteran yang
dimaksud.
Bahwa, untuk mengatur keserasian, keharmonisan, dan ketertiban hubungan dokter atau
dokter gigi dengan pasien melalui informed consent harus ada pedoman sebagai acuan bagi
seluruh personil rumah sakit.
1.2 Dasar
5
Sebagai dasar ditetapkannya Panduan Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran
ini adalah peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang menyangkut persetujuan
tindakan kedokteran, yaitu :
d. Permenkes RI No. 69 tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien
1.3 Tujuan
Panduan ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh dokter, dokter gigi dan seluruh
tenaga kesehatan Rumah Sakit Islam Aminah Blitar dalam melaksanakan ketentuan tentang
persetujuan tindakan kedokteran.
BAB II
6
DEFINISI
2.1 Pengertian
Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam inform consent/ persetujuan tindakan kedokteran:
d. Tindakan Kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.
f. Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depression dari system
saraf pusat sehingga memungkinkan dilakukan tindakan.
g. Pemberian darah ( transfusi darah) adalah proses menyalurkan darah atau produk
darah dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lainnya.
i. Pasien, adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
j. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
7
k. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
Ayah :
- Ayah Kandung
- Termasuk “Ayah” adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Ibu :
- Ibu Kandung
Suami :
Istri :
l. Wali, adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa
untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang yang menurut hukum
menggantikan kedudukan orang tua.
m. Induk semang, adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut bertangung
jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak perantauan atau
kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang belum dewasa.
n. Gangguan Mental, adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang secara
klinis menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi kehidupan seseorang,
mencakup Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental Sedang, Retardasi Mental Berat,
Dementia Senilis.
o. Pasien Gawat Darurat, adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
8
BAB III
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam panduan ini meliputi Persetujuan Tindakan Kedokteran ( Informed Concent) ,
Penolakan Tindakan Kedokteran dan Penolakan Pengobatan.
BAB IV
TATA LAKSANA
1. DPJP
2. Berdasarkan Permenkes No. 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran,
Pasal 10 ayat 1 bahwa penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
(sebelum pasien / keluarga memberika informed consent) diberikan oleh dokter /dokter
gigi yang merawat pasien, atau salah satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang
merawatnya.
3. Berdasarkan Pasal 10 ayat 2, bahwa apabila dalam hal dokter atau dokter gigi yang
merawatnya berhalangan untuk memberikan penjelasan secara langsung, maka
pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter atau dokter gigi lain yang
kompeten.
4. Berdasarkan Pasal 10 ayat 3, bahwa : tenaga kesehatan tertentu dapat membantu
memberikan penjelasan sesuai dengan kewenangannnya.
5. Dan berdasarkan Pasal 10 ayat 4, bahwa : tenaga kesehatan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan
kesehatan secara langsung kepada pasien.
Maka direktur RSI Aminah Blitar memutuskan bahwa :
9
memberikan penjelasan adalah tenaga keperawatan yang ikut memberikan
pelayanan langsung kepada pasien. Tindakan kedokteran yang dimaksud dijabarkan
dalam daftar – daftar tindakan yang memerlukan Informed Concent.
4. DPJP atau dokter umum / dokter gigi atau tenaga keperawatan yang memberikan
penjelasan mengenai tindakan kedokteran, harus memberikan tanda tangan dan nama
terang pada formulir informed consent sebagai bukti telah memberikan penjelasan.
Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung
jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila dokter atau
dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan penjelasan secara langsung,
maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter atau dokter gigi lain yang
kompeten. Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan sesuai
dengan kewenangannya. Tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga kesehatan yang ikut
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. Bila terjadi kesalahan
dalam memberikan informasi tanggung jawab berada ditangan dokter atau dokter gigi
yang memberikan delegasi.
Pada prinsipnya semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
memerlukan persetujuan dari pasien. Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan
secara terucap (oral concent), tersurat (written concent), atau tersirat (implied concent).
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi harus memperoleh persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Persetujuan tertulis
dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir Informed Concent. Formulir
ini juga merupakan suatu tanda bukti yang akan di simpan di dalam arsip rekam medis
pasien yang bisa dijadikan sebagai alat bukti bahwa telah terjadi kontrak terapeutik antara
dokter dan pasien.
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/ atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
1. Seluruh procedure anastesi & sedasi sedang dan sedasi dalam ( kecuali anastesi lokal )
10
4.3 LATAR BELAKANG PERLUNYA INFORMED CONCENT
Perlunya Informed Concent dilatarbelakangi oleh hal-hal dibawah ini (Sofyan Dahlan,2000):
Tindakan medis merupakan upaya yang penuh dengan ketidakpastian dan hasilnya pun
tidak dapat diperhitungkan secara sistematis
Hampir semua tindakan medis memiliki resiko, yang bisa terjadi dan bisa juga tidak
terjadi
Tindakan medis tertentu sering diikuti akibat yang sifatnya tidak menyenangkan bagi
pasien.Sebagai contoh,operasi pengangkatan rahim pasti akan diikuti oleh kemandulan
Semua resiko tersebut jika benar-benar terjadi akan ditanggung dan dirasakan sendiri oleh
pasien, sehingga sangatlah logis bila pasien sendirilah yang paling utama untuk dimintai
persetujuannya
Resiko yang terjadi ataupun akibat ikutannya sangat mungkin sulit atau bahkan tidak
dapat diperbaiki
1. Bagi pasien, merupakan media untuk menentukan sikap atas tindakan medis yang
mengandung resiko atau akibat ikutan
A. ANASTESI
Fungsi utama dari anastesi adalah menghilangkan nyeri pada saat pembedahan
dan memfasilitasi operator untuk menjalankan operasi.Berbagai macam pembedahan
dapat dilakukan dengan teknik anastesi yang berbeda pula.
11
1. Anastesi Lokal
Anastesi lokal diberikan dengan menyuntikkan obat anastesi lokal di sekitar area
operasi. Biasanya anestesi ini digunakan untuk operasi- operasi kecil.
2. Anastesi Regional
Anastesi regional ini dikerjakan dengan memberikan obat anastesi pada bagian
tertentu sehingga region dari tubuh tersebut tidak merasa sakit. Anastesi regional
ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik.
a. Anastesi Spinal
b. Anastesi Epidural
3. Anastesi Umum
12
Anastesi umum atau bius total ini merupakan teknik pembiusan dengan
memasukkan obat-obatan yang membuat pasien tidur dan tidak merasa nyeri.
Anastesi umum ini dapat dilakukan pada semua jenis operasi baik operasi kecil
maupun operasi besar. Selain itu pasien juga tidak sadar sehingga tidak merasa cemas
dan takut pada saat menjalani operasi.
Dalam pemilihan teknik anastesi, setiap individu manusia tidak ada yang sama
dan tidak bisa diperlakukan dengan sama sehingga prosedur pembiusan tidaklah selalu
sama. Pemilihan teknik anastesi pada setiap operasi dapat berbeda ini harus
dibicarakan antara dokter bedah, dokter anastesi dan pasien, tergantung dengan jenis
dan prosedur operasi. Walaupun telah mendapat penjelasan dari dokter bedah dan
dokter anastesi sebaiknya pasien tetap bertanya tentang resiko dan komplikasi serta
alternative lain dari teknik.
B. SEDASI
13
dengan baik. Fungsi kardiovaskular masih terjaga baik. Obat- obat yang dipakai
adalah obat- obat yang berefek sedative.
14
Prosedur invasif untuk pengobatan cardiovaskuler. Prosedur ini dilaksanakan
untuk memeriksa pembuluh darah dan masalah lainnya dalam jantung pasien.
Sedasi dalam dapat dilakukan sebelum memberi kejut jantung pada jantung.
Sedasi dalam boleh diberikan ketika pasien membutuhkan katup pembuluh darah
besar yang ditempatkan pada pembuluh darah. Juga dapat diberikan ketika pasien
perlu katup trakea yang ditempatkan di lubang udara atau dada pasien.
Sedasi Sedang:
Diazepam
Cepezete
Sedasi Dalam:
flunitrazepam 0,1mg/kgbb
fentanil 0,5-1ug/kgbb
remifentanil 0,1mg/kg/min
15
4.4.2 Tindakan Pembedahan dan Tindakan Invasif
Pembukaan bagian tubuh ini biasanya menggunakan sayatan. Setelah bagian yang
ditangani di tampilkan, dilakukan tindakan dengan perbaikan yang di akhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka.
Pembedahan tubuh sengaja dibuat luka sehingga terjadi stress yang menyebabkan
perubahan metabolic akibat reaksi endokrin yang kompleks. Akibat dari luka terjadi
proses penyembuhan luka yang merupakan proses kompleks dan banyak yang terkait.
Kebutuhan kalori, protein,lemak dan elektrolit sangat diperlukan untuk kebugaran fisik
dan penyembuhan luka pasca bedah.
Puasa merupakan hal yang rutin pada pembedahan berencana. Puasa lebih dari 24 jam
akan terjadi proses katabolik yang menghabiskan cadangan glycogen hati dan otot. Badan
manusia tanpa asupan nutrisi membutuhkan 25 kkal/kg/hari (kilokalori). Cadangan kalori
habis memicu terjadi gluconeogenesis yang diambil dari proteolisis otot juga dari protein
visceral yang mengakibatkan menurunnya integritas sel, system imunitas dan enzim.
Puasa panjang dengan mengistirahatkan saluran pencernaan diperlukan asupan nutrisi
yang memadai.
Tipe Pembedahan :
16
6. Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ
atau struktur tubuh yang malfungsi ( cangkok ginjal, kornea)
1. Kedaruratan
2. Urgen
3. Diperlukan
4. Elektif
5. Pilihan
1. Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.
2. Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi
lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
17
4.4.3 Pemberian Darah dan Produk/ Komponen Darah
Darah merupakan bagian penting dari system transportasi zat-zat dalam tubuh.Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar, yaitu:
b. Bagian korpulsi yakni benda-benda darah yang terdiri atas sel darah merah/ eritrosit,
sel darah putih/ leukosit, dan sel trombosit.Fungsi sel darah merah adalah transport
dan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Sedangkan leukosit bertanggung
jawab mengatasi infeksi, fagositosis pada reaksi radang serta trombosit untuk
hemostasis. ( Depkes RI, 1989 )
Komponen darah adalah bagian darah yang dipisahkan dengan cara fisik/ mekanik.
Derivat darah/ derivate plasma adalah bagian darah yang dipisahkan dengan cara
kimiawi.
A. Komponen seluler:
4. TP multi donor
5. TP donor tunggal
6. Leukosit pekat
1. Plasma
18
2. Kriopresipitat ( Cryoprcipitate = Anti Hemophilic Factor = AHF
Albumin
Immunoglobulin
Faktor IX pekat
Pelayanan melalui uji cocok serasi mayir dan minor antara darah
donor dan pasien
19
Darah Merah Pekat Miskin Leukosit
Leukosit Pekat
Jarang dipakai
20
Pelayanan cocok golongan ABO dengan eritrosit pasien
Volume: 150-220ml
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk darah berbasis
darah dari satu orang ke system peredaran orang lainnya.
Tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.
A.TINDAKAN PEMBEDAHAN
BEDAH UMUM:
Apendiktomi
Biopsi
Circumsisi
Debridement
Extervasi lipom
21
Extervasi tumor mammae abaran
Extervasi hemangium
Extervasi ganglion
Extervasi kuku
Extervasi nervus
Extervasi veruca
Extervasi klavus
Extervasi mucosel
Extervasi granuloma
Extervasi bursitis
Incici abses
Herniotomi
Hemoroidektomi
Laparatomi
Eksplorasi FAM
Strumektomi
22
Amputasi jari invasif
Mastektomi
Cholecystectomie
Labyoplasty
Multiple fraktur
Insisi
Eksisi
Biopsi
Ekstirpasi
Marsupialisasi
Dilatasi&kuretase
Kuldosintesis/Douglas Punction
KET
23
Sectio Caesarea
Histerektomi
Kisterektomi
Miomektomi
Salpingektomi
Laparotomieksplorasi
BEDAH ANAK :
Pemasangan CPAP
Lumbal pungsi
KEDOKTERAN GIGI :
Scaling
3. Hecting
6. Needle Crichotyroidectomy
7. Vena seksi
8. Imunisasi
24
9. Explorasi luka invasif
1. Biopsi PA
5. EndoskopI
6. Kolonoskopi
7. Treadmill
8. Pap smear
10. Semua pemeriksaan pununjang yang menggunakan Chloral hidrat pada anak
Intubasi
25
Pemberian obat-obat vasoaktif, inotropik, opioid
Pemberian MgSO4 20% dan MgSO4 40% dalam penanganan kasus Pre Eklampsi.
Pemberian streptase
Pemasangan restrain
Fototerapi
Transfusi Exchange
Imunisasi
Pemasangan ventilator
DC Shock
Whole blood
Wash erytrocite
Liquid plasma
Trombosit
26
Dalam menetapkan dan Persetujuan Tindakan Kedokteran harus memperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
1. Memperoleh Informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan sebaliknya memberikan
informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter atau dokter gigi.
Cara memberikan informasi kepada pasien sama pentingnya dengan informasi apa yang
akan diberikan kepada pasien. Pasien tidak dapat memberikan persetujuan yang sah
kecuali mereka telah diberitahu sebelumnya. Untuk membantu mereka membuat
keputusan diharapkan mempertimbangkan hal – hal dibawah ini :
a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan sesuai latar belakang mereka.
Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin merupakan suatu sikap yang
penting, baik dia seorang profesional ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat
bahwa dibutuhkan persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan
interpreter bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang bersifat pribadi.
b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain apabila hal
itu dapat membantu memberikan informasi yang bersifat rinci.
c. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau
teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan tape recorder.
d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress) agar diberikan
dengan cara sensitive dan empati.
g. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang diberikan,
dan kesempatan bertanya tentang hal – hal yang bersifat klarifikasi, sebelum
kemudian diminta membuat keputusan.
h. Penjelasan dan pemberian informasi bisa dilakukan oleh dokter /dokter gigi/ tenaga
kesehatan baik di unit gawat darurat, poliklinik, kamar operasi ataupun di ruang
rawat inap.
27
a. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan
kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The Consent must be for what will be
actually performied)
d. Risiko (risk inherent in such medical procedures) dan komplikasi yang mungkin
terjadi;
f. Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak
dilakukan;
tanggal
waktu
28
nama
tanda tangan
pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.
Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan diberikan dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan, maka
dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat dengan
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.
(1) Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi :
b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding;
b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan
sesudah tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin
terjadi;
29
(3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua
risiko dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang
dilakukan, kecuali :
b. Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat
ringan;
Oleh pasien sendiri sepanjang tindakan medis tersebut belum dilakukan atau
secara medis tidak mungkin lagi untuk dibatalkan
Dalam hal informed concent diberikan oleh wali atau keluarga terdekatnya, maka
sepatutnya pembatalan tersebut adalah oleh anggota keluarga yang bersangkutan,
atau oleh anggota keluarga yang lainnya yang mempunyai kedudukan hukum
lebih berhak untuk bertindak sebagai wali. Dalam hukum perdata, suami atau istri
dari pasien lebih berhak daripada anak atau orang tuanya.
30
Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau telah/ pernah menikah, tidak terganggu
kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran
perkembangan ( retardasi ) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu
membuat keputusan secara bebas.
Di tinjau dari segi usia, maka seseorang dianggap kompeten apabila telah berusia 18 tahun
atau lebih atau telah pernah menikah.Alasan hukum yang mendasarinya adalah:
Berdasarkan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata maka seseorang yang telah
berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah dianggap sebagai orang dewasa
dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan
Berdasarkan UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka setiap orang
yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang sudah bukan anak-
anak.Dengan demikian mereka dapat diperlakukan sebagaimana orang dewasa
yang kompeten dan oleh karenanya dapat memberikan keputusan.
Keluarga terdekat adalah suami, istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung,
saudara-saudara kandung atau pengampunya.
b. Bagi Pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (informed consent) atau Penolakan
Tindakan Kedokteran diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
c. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya
berhalangan hadir, persetujuan (Informed Consent) atau Penolakan Tindakan medis
diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut :
1) Ayah/Ibu Adopsi
2) Saudara – saudara Kandung
3) Induk Semang
d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent) atau
penolakan penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
1) Ayah/Ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara – Saudara Kandung
e. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) Persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut.
31
1) Wali
2) Curator
f. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan atau penolakan tindakan
medik diberikan oleh mereka menurut urutan hal tersebut.
1) Suami/ Istri
2) Ayah/ Ibu Kandung
3) Anak- anak Kandung
4) Saudara – saudara Kandung
Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga terdekatnya
setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan.
(1) Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak memberikan
persetujuan tindakan kedokteran atau menolak tindakan kedokteran adalah orang tua,
keluarga, wali atau kuratornya.
(2) Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau isteri tidak diikut sertakan
menandatangani persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk tindakan keluarga
berencana yang sifatnya irreversible; yaitu tubektomi atau vasektomi.
(3) Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi dan
kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter atau dokter gigi maka
orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medis apapun yang akan
dilakukan dokter atau dokter gigi.
32
(6) Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap saat, kecuali
tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada tahapan pelaksanaan yang
tidak mungkin lagi dibatalkan.
(7) Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang berhak
menarik kembali (mencabut) adalah anggota keluarga tersebut atau anggota keluarga
lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai wali.
1. Penolakan pengobatan meliputi penolakan semua bentuk pengobatan yang akan yang
diberikan kepada pasien.
3. Apabila pasien/ keluarga tetap menolak pengobatan yang akan diberikan, maka segala
resiko dan konsekuensi menjadi tanggung jawab pasien/keluarga/wali.
(1) Semua hal – hal yang sifatnya luar biasa dalam proses mendapatkan persetujuan
tindakan kedokteran harus dicatat dalam rekam medis.
a. Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi. Tenaga keperawatan bertindak
sebagai salah satu saksi;
b. Formulir asli harus disimpan dalam berkas rekam medis pasien;
c. Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani sebelum tindakan
kedokteran;
33
d. Dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelasan harus ikut membubuhkan
tanda tangan sebagai bukti bahwa telah memberikan informasi dan penjelasan
secukupnya;
e. Sebagai tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus
membubuhkan cap jempol jari kanan.
BAB V
DOKUMENTASI PELAPORAN
BAB VI
PENUTUP
34
DAFTAR PUSTAKA
35