Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


George Alexander Kelly dilahirkan pada 28 April 1905, Kelly merupakan
seseorang yang memiliki banyak minat yang berbeda-beda. Gelar sarjananya
adalah di bidang fisika dan matematika, namun ia juga merupakan anggota tim
debat kampus yang menjadikannya sangat memperhatikan masalah sosial.
Teori konstruk personal dari George Kelly tidak sama dengan teori
kepribadian lainnya. Menurut Kelly, semua orang (termasuk yang membuat teori
kepribadian) mengantisipasi suatu peristiwa melalui makna atau interpretasi yang
mereka letakkan pada peristiwa tersebut (Steven&Walker, 2002).
Asusmsi dasar menyatakan bahwa “proses seseorang diarahkan melalui
jalur-jalur psikologis oleh cara-cara ketika [orang tersebut] mengantisipasi
peristiwa-peristiwa” (Kelly, 1955, hlm. 46). Kelly mengembangkan rumusan
teoretisnya dari praktiknya sebagai psikoterapis mengenai perkembangan
abnormal, pendekatannya mengenai psikoterapi, dan terakhir Test yang ia
kembangkan.
Teori konstruk personal Kelly sangat berhasil dalam menekankan pada
keunikan seseorang dan begaimana seseorang mendefinisikan diri sendiri dan
orang-orang di sekelilingnya dengan istilah-istilah sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan hidup Biografi George Alexander Kelly?


2. Bagaimana Gambaran Umum Teori Konstruk Personal kelly?
3. Bagaimana asumsi dasar Teori Konstruk Personal kelly ?
4. Bagaimana Aplikasi Teori Konstruk Personal ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar mengetahui Biografi George Kelly


2. Agar dapat memahami Gambaran Umum Teori Konstruk Personal kelly
3. Agar dapat mengetahui asumsi dasar Teori Konstruk Personal Kelly
4. Agar dapat memahami Aplikasi Teori Konstruk Personal

1
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan tersusunnya makalah yang sederhana ini, kami berharap makalah ini
bias menjadi pembelajaran, penambah pengetahuan sertawawasan yang baru
untuk kita semua tentang hal mengenai teori konstruk personal George Kelly .

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi George Kelly


George Alexander Kelly dilahirkan pada 28 April 1905, di sebuah
pertanian dekat Perth, Kansas, suatu kota yang hampir tidak diketahui orang, 35
mil di bagian selatan dari Wichita. George adalah satu-satunya anak dari Elfleda
M. Kelly, seorang mantan guru, dan Theodore V. Kelly, yang sebelumnya adalah
pendeta Presbiterian. Pada saat Kelly dilahirkan, ayahnya berhenti menjadi
pendeta untuk menjadi seorang petani di Kansas. Kedua orang tuanya sangat
berpendidikan, dan keduanya telah membantu pendidikan formal anak mereka,
sebuah keadaan yang sangat beruntung bagi Kelly karena riwayat bersekolah
Kelly cenderung tidak dapat diandalkan.
Saat Kelly berusia 4 tahun, keluarganya pindah ke bagian timur Colorado,
tempat ayahnya mengambil risiko untuk berivenstasi pada beberapa tanah bebas
terakhir di negara bagian tersebut. Saat berada di Colorado, Kelly datang ke
sekolah dengan jadwal yang tidak pasti, kadang hanya sekali dalam berminggu-
minggu (Thompson, 1968).
Kurangnya persediaan air, mendorong keluarga tersebut untuk kembali ke
Kansas, dan di sana Kelly mengikuti empat sekolah menengah yang berbeda
dalam kurun waktu 4 tahun. Awalnya ia pulang pergi dari rumah ke sekolah,
namun pada usia 13 tahun, ia di kirim untuk bersekolah di Witchita. Sejak saat itu,
ia lebih banyak menetap jauh dari rumah. Setelah kelulusannya, ia menghabiskan
3 tahun di Friends University di Witchita dan 1 tahun di Park College di Parkville,
Missouri. Kedua sekolah tersebut memiliki afiliasi keagamaan, yang menjelaskan
kenapa banyak dari tulisan-tilisan Kelly di kemudian hari dibubuhi rujukan dari
Alkitab.
Kelly merupakan seseorang yang memiliki banyak minat yang berbeda-
beda. Gelar sarjananya adalah di bidang fisika dan matematika, namun ia juga
merupakan anggota tim debat kampus yang menjadikannya sangat memperhatikan
masalah sosial. Minat tersebut mengantarnya ke University Of Kansas, dan

3
menerima gelar master untuk jurusan sosiologi pendidikan dengan minor di
hubungan kerja dan sosiologi.
Dalam beberapa tahun berikutnya, Kelly beberapa kali pindah dan
memegang berbagai posisi. Pertama, ia pindah ke Minneapolis dan mengajar
teknik soapbox oratory (pidato yang disampaikan pada suasana informal) pada
kampus khusus bagi pengelola tenaga kerja, memberi kuliah dalam teknik pidato
untuk American Banker Association, dan mengajarkan teknik pemerintah untuk
kelas Americanization bagi orang-orang yang berprospek menjadi warga negara
Amerika (Kelly, 1969). Pada tahun 1928, ia pindah ke Sheldon, Iowa dan
mengajar pada suatu kampus junior dan emnjadi pelatih drama. Pada saat tinggal
di Sheldon, ia bertemu dengan calon istrinya, Gladys Thompson, seorang guru
bahasa inggris di sekolah yang sama. Setelah satu setengah tahun, ia kembali
pindah ke Minnesota, dan mengajar sesi musim panas di University of Minnesota.
Kemudian, ia kembali ke Wichita untuk bekerja selama beberapa bulan sebagai
insinyur aeronautika. Setelah itu, ia pindah ke University of Edinburgh di
Skotlandia sebagai murid pertukaran pelajar dan menerima gelar profesor lanjutan
dalam bidang pendidikan.
Dari gambaran di atas, Kelly “telah banyak bereksperimen secara
akademis dalam bidang pendiidikan, ekonomi, hubungan tenaga kerja, biometri,
patologi bicara, dan antropologi, serta telah mengambil jurusan psikologi selama
total sembilan bulan” (Klley 1969a, hlm. 48). Kemudian, ia masuk ke State
University of Iowa dan pada tahun 1931, menyelesaikan gelar Ph. D. Dengan
disertai mengenai faktor umum dalam ketidakmampuan berbicara dan membaca.
Sekali lagi, Kelly kembali ke Kansas dan memulai karier akademiknya
pada tahun 1931 di Fort Hays State Collage di Hays, Kansas, dengan mengajar
psikologi fisiologis. Dengan adanya fenomena dust bowl dan Depresi Besar, ia
kemudian menjadi yakin bahwa ia seharusnya “mengejar sesuatu yang lebih
bersifat humanis daripada sekadar psikologi fisiologis” (Kelly, 1969a, hlm. 48).
Akhirnya, ia memutuskan untuk menjadi psikoterapis, memberikan konseling
pada mahasiswa dan murid sekolah menengah atas di komunitas Hays. Selaras
dengan teori konstruk personalnya, Kelly menunjukkan bahwa keputusannya

4
bukan merupakan dikte dari keadaan, tetapi merupakan interpretasinya atas
peristiwa; yaitu konstruksinya atas kenyataanlah yang mengubah jalan hidupnya.
Semua yang ada di sekitar kita “memanggil” kita, apabila kita memilih
untuk memperhatikannya. Selain itu, saya tidak pernah sepenuhnya luas bahwa
menjadi psikolog adalah ide yang baik dari awal... Satu-satunya hal yang sangat
jelas mengenai karier saya di psikologi adalah bahwa sayalah yang memasukkan
diri saya ke dalamnya dan sayalah yang harus mengejar karier saya (hlm. 49).
Sebagai Psikoterapis, Kelly mendapatkan dukungan legislatif untuk suatu
program klinik psikologis keliling di Kansan. Ia dan murid-muridnya kemudian
berkeliling ke negara-negara bagian, memberikan layanan psikologis selama
masa-masa resesi ekonomi tersebut. Selama periode ini, ia mengembangkan
pendekatannya sendiri mengenai terapi, meninggalkan teknik Freudian yang
sebelumnya ia gunakan (Fransella, 1995).
Selama Perang Dunia II, Kelly bergabung dengan angkatan laut sebagai
psikolog kelautan. Setelah perang selesai, ia mengajar di University of Maryland
selama satu tahun dan pada tahun 1946, bergabung dengan akademisi di Ohio
State University sebagai profesor dan direktur klinik psikologi. Ia kemudian
bekerja sama dengan Julian Rotter yang menjadi direktur klinik sesudahnya. Pada
tahun 2965, ia menerima posisi di Brandeis University dan dalam waktu yang
singkat, ia menjadi kolega A. H. Maslow.
Kelly menghabiskan beberapa musim panas sebagai professor tamu di
beberapa kampus, seperti University of Chicago, University of Nebraska,
University of Southern California, Northwestern University, Brigham Young
University, Stanford University, University of Hampshire, dan City Collge of New
York. Selama tahun-tahun setelah perang, ia menjadi kekuatan yang
menggerakkan psikologi klinis di Amerika Serikat. Ia merupakan ketua Clinical
and the Consulting Divisions dari Amerika Psychological Association dan juga
merupakan anggota terkontrak dan kemudian menjadi ketua American Board of
Examiner in Proffesional Psychology.
Kelly meninggal pada 6 Maret 1967, sebelum ia menyelesaikan revisi dari
teori kontrak personalnya.

5
Pengalaman hidup Kelly yang bervariasi, dari latihan gandum di Kansas
sampai beberapa universitas besar di dunia, dari pendidikan sampai hubungan
tenaga kerja, dari drama dan debat sampai psikologi, selalu konsisten dengan teori
kepribadiannya, yang menekankan pada kemungkinan dari melakukan interpretasi
peristiwa dari beberapa sudut yang memungkinkan.
2.2 Gambaran Umum Teori Konstruk Personal
Teori konstruk personal dari George Kelly tidak sama dengan teori
kepribadian lainnya. Sebelumnya, teori ini disebut sebagai teori kognitif, teori
perilaku, teori eksistensial, dan teori fenomenologi. Akan tetapi, teori ini tidak
seperti teori-teori yang disebutkan di atas. Mungkin yang lebih tepat untuk
menyebut teori ini adalah istilah “matateori”, atau teori mengenai teori-teori.
Menurut Kelly, semua orang (termasuk yang membuat teori kepribadian)
mengantisipasi suatu peristiwa melalui makna atau interpretasi yang mereka
letakkan pada peristiwa tersebut (Steven&Walker, 2002). Makna atau interpretasi
ini disebut dengan konstruk. Manusia hidup di dunia nyata, tetapi perilaku mereka
di bentuk oleh interpretasi atau konstruksi mereka mengenai dunia yang terus
meluas secara bertahap. Mereka memandang dunia dalam cara mereka sendiri,
dan setiap konstruksi berifat terbuka untuk revisi atau perubahan. Manusia tidak
selalu merupakan korban dari keadaan, karena konstruksi alternatif selalu tersedia.
Kelly menyebut posisi filosofis ini sebagai alternativisme konstruktif.
Alternativisme konstruktif memiliki implikasi suatu teori diekspresikan
dalam satu asumsi dasar dan sebelas konsekuensi pendukung. Asumsi dasarnya
adalah bahwa manusia selalu aktif dan aktivitas mereka diarahkan oleh cara
mereka mengantisipasi kejadian.
2.3 Asumsi Dasar
Teori konstruk personal dinyatakan dalam satu asumsi dasar dan
dielaborasikan oleh sebelas konsekuensi penduking. Asusmsi dasar menyatakan
bahwa “proses seseorang diarahkan melalui jalur-jalur psikologis oleh cara-cara
ketika [orang tersebut] mengantisipasi peristiwa-peristiwa” (Kelly, 1955, hlm.
46). Dengan perkataan lain, perilaku manusia (pikiran dan tindakan) diarahkan
oleh cara mereka melihat masa depan. Asumsi ini tidak dimaksudkan sebagai

6
pernyataan atas kebenaran yang bersifat absolut, melainkan asumsi tentatif yang
terbuka untuk pertanyakan atau di kaji secara ilmiah.
Kelly (1955, 1970) mengkalrifikasi asumsi dasar ini dengan
mendefiniskan istilah-istilah kuci di dalamnya. Pertama, istilah proses dari
seseorang merujuk pada manusia yang hidup, berubah, dan bergerak. Kelly tidak
merujuk kepada hewan, masyarakat, atau bagian atau fungsi dari manusia. Ia tidak
mengenali motif, kebutuhan, dorongan, atau insting sebagai motivasi yang
mendasari. Hidup itu sendiri yang menjelaskan pergerakan seseorang.
Kelly memilih istilah diarahkan melalui jalur-jalur untuk megindikasikan
bahwa manusia bergerak terarah melalui suatu jaringam dari jalan atau jalur. Akan
tetapi, jaringan ini bersifat fleksibel dan dapat memfasillitasi ataupun
menghambat pilihan tindakan seseorang. Selain iyu, istilah ini menghindari suatu
implikasi bahwa suatu bentuk energi di ubah menjadi suatu tindakan. Manusia
sudah berada dalam satu pergerakan; mereka hanya mengarahkan proses mereka
menuju tujuan atau titik akhir.
Istilah kunci lainnya adalah cara-cara mengantisipasi peristiwa, yang
mengindikasikan bahwa manusia mengarahkan tindakan mereka sesuai prediksi
mereka atas masa depan. Bukanlah masa lalu atau masa depan yang menentukan
perilaku kita, melainkan pandangan kita di masa kini mengenai masa depan yang
membentuk tindakan kita. Arlene tidak membeli mobil berwarna biru karena ia
mempunyai mobil berwarna biru di masa kcilnya walaupun fakta ini mungkin
telah membantunya untuk melihat masa kini, sehingga ia mengantisipasi bahwa
mobil bekas model terbaru berwarna biru akan dapat diandalkan di masa depan.
Kelly (1995) mengatakan bahwa manusia tidak tergoda oleh masa lalunya, namun
oleh pandangan mereka mengenai masa depan. Manusia secara terus-menerus
“meraih masa depan melalui jendela masa kini” (hlm. 49).
2.4 Aplikasi Teori Konstruk Personal
Seperti kebanyakan pakar teori kepribadian lainnya, Kelly
mengembangkan rumusan teoretisnya dari praktiknya sebagai psikoterapis. Ia
menghabiskan lebih dari 20 tahun melakukan terapi sebelum menerbitkan The
Psychology of Personal Construct pada tahun 1955. Pada bagian ini, kita akan

7
melihat pandangannya mengenai perkembangan abnormal, pendekatannya
mengenai psikoterapi, dan terakhir, Role Construct Reportory (Rep) Test yang ia
kembangkan.
A. Perkembangan Abnormal
Dalam pandangan Kelly, orang yang sehat secara psikologis melakukan
validitas atas konstruk personalnya terhadap pengalaman mereka di dunia
nyata. Mereka seperti ilmuwan kompeten yang menguji hipotesis yang masuk
akal, menerima hasil tanpa penolakan atau distorsi, dan kemudian mengubah
teori mereka dengan penuh kemauan untuk dapat menyesuaikan dengan data
yang tersedia. Seseorang yang sehat tidak hanya mengantisipasi kejadian,
namun juga mampu membuat penyesuaian yang memuaskan saat terjadi hal-
hal di luar ekspektasi mereka.
Di sisi lain, orang-orang yang tidak sehat, dengan keras kepala akan
bertahan teradap konstruk personal mereka yang sudah kadaluarsa, takut untuk
melakukan validitas atas konstruk baru yang mungkin akan merusak
pandangan mereka sekarang yang nyaman tentang dunia. Orang-orang seperti
itu mirip seperti ilmuwan yang tidak kompeten, yang menguji hipotesis yang
tidak masuk akal, menolak atau mendistorsi hasil yang sah, dan tidak mau
mengganti atau meninggalkan teori lama yang tidak lagi bermanfaat. Kelly
(1955) mendefinisikan sebuah gangguan sebagai “konstruksi personal yang
digunakan secara berulang walaupun dalam kondisi tidak valid yang
konsisiten”(hlm. 831)
Sistem konstruksi seseorang hadir di masa kini---tidak di masa lalu
ataupun di masa depan. Oleh karena itu, gangguan psikologis juga hadir di
masa kini, tidak disebabkan oleh pengalaman masa kecil ataupun kejadian di
masa depan. Oleh karena sistem konstruksi bersifat personal, Kelly menolak
klasifikasi tradisional atas abnormalitas. Menggunakan Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR) dari American
Psychiatryc Association (2002) untuk memberikan label pada seseorang,
sering berakibat pada kesalahan menginterpretasikan konstruksi unik dari
orang tersebut.

8
Orang yang tidak sehat secara psikologis, seperti orang-orang lainnya,
mempunyai sistem konstruksi yang kompleks. Akan tetapi, konstruk persona
mereka sering kali gagal dalam tes menguji kemampuan untuk di tembus,
dalam satu dari dua cara, yaitu terlalu tidak dapat di tembus atau terlalu
fleksibel. Dalam kondisi yang pertama, pengalaman baru tidak mampu
menembus sistem konstruksi sehingga orang tersebut gagal untuk
menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Sebagai contoh, seorang anak yang di
siksa, akan melihat kedekatan dengan orang tua sebagai hal yang buruk dan
kesendirian sebagai hal yang baik. Gangguan psikologis terjadi saat sistem
konstruksi anak dengan kuat menolak nilai dari hubungan intim apapun dan
bertahan dengan pandangan bahwa menarik diri atau melawan adalah bentuk
yang di pilih untuk menyelesaikan masalah interpersonal. Contoh lain adalah
saat seorang pria yang sangat ketergantuan dengan alkohol, yang menolak
untuk melihat dirinya sebagai orang yang kecanduan dengan alkohol, bahkan
saat kadar minum-minumnya semakin meningkat dan pekerjaan serta
pernikahannya mulai hancur (Burrel, 2002).
Di sisi lain, sistem konstruksi yang terlalu longgar atau fleksibel dapat
berakibat pada disorganisasi, pola perilaku yang tidak konsisten, dan
seperangkat nilai yang bersifat temporer. Orang seperti itu terlalu mudah
untuk “digoyahkan oleh dampak dari kejadian sehari-hari yang tidak
diterapkan” (Kelly, 1955, hlm. 80).
Walaupun Kelly tidak menggunakan label tradisional untuk
mendeskripsikan psikopatologi, ia mengidentikasi empat elemen dalam
kebanyakan gangguan manusia: ancaman, ketakutan, kecemasan, dan rasa
bersalah.
1. Ancaman
Manusia mengalami perasaan terancam saat mereka
memersepsikan bahwa stabilitas dan konstruk dasar mereka dapat
digoyahkan. Kelly (1955) mendefinisikan ancaman sebagai
“kesadaran atas perubahan komprehensif yang akan terjadi dalam
struktur inti seseorang” (hlm. 489). Orang dapat merasa terancam oleh
orang lain ataupun suatu kejadian, dan kadang keduanya tidak dapat

9
dipisahkan. Sebagai contoh, saat menjalani psikoterapi, klien sering
merasa terancam dari adanya prospek perubahan walaupun perubahan
tersebut adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Apabila mereka
melihat terapis sebagai seseorang yang mungkin akan memulai adanya
perubahan, mereka akan melihat terapis sebagai ancaman. Klien
biasanya akan menolak perubahan dan memadang perilaku terapis
secara negatif. Perubahan dan “penolakan negatif” seperti ini adalah
cara untuk megurangi ancaman dan mempertahankan konstruk
personal yang sudah ada (Stojnov & Butt, 2002).
2. Ketakutan
Berdasarkan definisi Kelly, ancaman meliputi suatu perubahan
komprehensif dalam struktur inti seseorang. Pada sisi lain, ketakutan
lebih spesifik dan bersifat sekunder, Kelly (1955) mengilustrasikan
perbedaan antara ancaman dan ketakutan dengan contoh berikut.
Seorang pria dapat mengemudikan mobilnya dengan cara yang
membahayakan sebagai akibat dari rasa marah atau rasa senang
berlebih. Impuls ini menjadi mengancam saat pria tersebut menyadari
bahwa ia dapat menabrak anak kecil atau di tangkap karena menyetir
dengan ugal-ugalan dan berakhir sebagai kriminal. Dalam kasus ini,
bagian komprehensif dari konstruk personalnya sedang terancam.
Akan tetapi, apabila tiba-tiba ia dihadapkan dengan kemungkinan dari
menghadap mobilnya, ia akan mengalami ketakutan. Ancaman
meminta adanya restrukturisasi komprehensif---rasa takut, meminta
restrukturisasi sekunder. Goncangan psikologis terjadi saat ancaman
atau ketakutan secara terus menerus menghalangi seseorang dari
merasa aman.
3. Kecemasan
Kelly (1955) mendefiniskan kecemasan sebagai “kesadaran
bahwa kejadian yang dihadapakan pada seseorang berada di luar
jangkauan praktis dari sistem orang tersebut” (hlm. 495). Manusia
mungkin merasa cemas saat mereka mengalami suatu kejadian yang baru.
Sebagai contoh, Arlene, mahasiswa teknik, saat melakukan penawaran

10
dengan penjual mobil bekas, tidak terlalu yakin mengenai apa yang harus
dilakukan atau dikatakannya. Ia tidak pernah melakukan negosiasi
sebelumnya untuk jumlah uang sebanyak itu, sehingga pengalaman ini
berada di luar jangkauan praktisnya. Hasilnya, ia merasa cemas, namun
masih dalam tingkatan kecemasan yang normal dan tidak berakibat pada
ketidakmampuan.
Kecemasan patologis hadir saat konstruk seseorang yang tidak
sepadan tidak lagi dapat ditoleransi dan sistem konstruksi orang tersebut
mulai runtuh. Ingat kembali mengenai konsekuensi fragmentasi dari Kelly
yang mengasumsikan bahwa manusia dapat mengembangkan subsistem
konstruksi yang tidak perlu sepadan satu dengan yang lainnya. Sebagai
contoh, saat seseorang yang membuat suatu konstruksi yang kaku bahwa
semua orang dapat di percaya. Kemuudian secara terang-terangan
dicurangi oleh seorang kolega. Untuk beberapa waktu, ia mungkin akan
dapat menoleransi ambiguitas dari kedua subsistem yang tidak sepedan,
namun saat bukti bahwa orang lain tidak dapat di percaya menjadi terlalu
besar untuk di terima, sistem konstruk orang tersebut dapat menjadi
hancur. Hasilnya, orang tersebut mengalami kecemasan yang relatif
permanen dan melumpuhkan.
4. Rasa Bersalah
Konsekuensi sosial Kelly mengasumsikan bahwa manusia
menginterpretasikan suatu peran inti yang memberikan identitas dalam
lingkungan sosial. Akan tetapi, apabila peran inti tersebut menjadi lemah
atau menghilang, seseorang akan mengembangkan perasaan bersalah.
Kelly (1970) mendefinisikan rasa bersalah sebagai “perasaan kehilangan
struktur peran inti seseorang” (hlm. 27). Hal ini berarti seseorang merasa
bersalah saat mereka bertindak dalam bentuk yang tidak konsisten dengan
perasaan siapa diri mereka.
Orang yang tidak pernah mengembangkan peran inti mereka, tidak
akan merasakan rasa bersalah. Mereka mungkin merasa cemas atau
bingung, tetapi tanpa adanya rasa identitas personal, mereka tidak

11
mengalami perasaan bersalah. Sebagai contoh, seseorang dengan perasaan
benar dan salah yang tidak berkembang dengan baik, hanya sedikit atau
sama sekali tidak mempunyai perasaan mengenai diri yag integral dan
struktur peran inti yang lemah atau tidak ada sama sekali. Orang seperti
itu tidak mempunyai pedoman yang stabil untuk dilanggar, sehingga hanya
sedikit atau sama sekali tidak merasa bersa;ah terhadap perilaku yang
memalukan atau yang tidak bermoral (Kelly, 1970).
B. Psikoterapi
Distres psikologis hadir saat manusia mengalami kesulitan melakukan
validitas dari konstruk personal mereka, mengantisipasi kejadian dimasa
depan, dan mengendalikan lingkungan mereka di masa kini. Saat penderitaan
menjadi terlalu besar untuk dapat dihadapi, orang dapat mencari bantuan dari
luar dalam bentuk psikoterapi.
Dalam pandangan Kelly manusia seharusnya bebas untuk memilih bentuk
perilaku yang paling konsisten dengan perdiksi mereka megenai kejadian-
kejadian. Dalam terapi, pendekatan ini berarti klien, dan bukan si terapis, yang
harus menentukan tujuannya. Klien adalah partisipan aktif dalam proses terapi
dan peran dari terapi adalah membantu mereka untuk mengubah sistem
konstruk agar dapat meningkatkan efisiensi dalam membuat prediksi.
Sebagai satu teknik dalam mengubah konstruk klien, Kelly menggunakan
prosedur yang di sebut terapi peran-tetap. Tujuan terapi peran-tetap adalah
untuk membantu klien mengubah pandangan mereka atas kehidupan (konstruk
personal) dengan melakukan peran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hal
tersebut dilakuan secara bertahap, pertama di luar terapi, tempat mereka akan
melakukan peran tersebut secara terus menerus dalam wakrtu beberapa
minguu. Bersama dengan terapisnya, klien akan membuat suatu peran, salah
satunya termasuk sikap dan perilaku yang saat itu bukan bagian dari peran inti
mereka. dalam membuat sketsa dari peran-tetap, klien dan terapis dengan
berhati-hati akan memasukkan sistem konstruksi dari orang lain.
Peran baru ini kemudian coba diperankan dalam kehidupan sehari-hari,
dalam cara yang serupa dengan cara ilmuwan menguji suatu hipotesis---

12
dengan hati-hati dan secara objektif. Biasanya sketsa peran-peran ini di tulis
dalam bentuk orang ketiga, dengan aktornya mengasumsikan adanya identitas
baru. Klien tidak berusaha menjadi orang lain, tetapi hanya memainkan
peranan dari seseorang yang baik untuk diketahui. Peranan ini tidak harus
terlalu dibawa serius; hanya merupakan suatu contoh, sesuatu yang dapat di
ubah menjadi bukti yang diterapkan.
Terapi peran-peran ini tidak ditujukan untuk memecahkan masalah
spesifik atau memperbaiki konstruk yang sudah kadaluarsa. Hal ini merupakan
proses kreatif yang membuat klien mampu untuk secara bertahap menemukan
aspek-aspek tentang diri mereka yang sebelumnya tersembunyi. Di tahapan
awla, klien diperkenalkan dengan peran-peran sampingan; namun setelah
mereka cukup nyaman dengan perubahan-perubahan kecil dalam struktur
kepribadian, mereka mencoba peran-peran inti baru yang mengizinkan mereka
untuk melakukan perubahan kepribadian yang lebih mendalam (Kelly, 1955).
Sebelum mengembangkan pendekatan peran-tetap, Kelly (1969a) tidak
sengaja menemukan suatu prosedur yang sangat mirip dengan terapi peran-
tetap. Setelah merasa tidak nyaman dengan teknik Freudian, ia kemudian
memutuskan untuk menawarkan pada kliennya dengan “interpretasi yang
absurd” atas keluhan mereka. beberapa merupakan interpretasi bergaya
Freudian yang sebetulnya jauh dari kenyataan, tetapi kebanyakan klien
menerima “penjelasan” ini dan menggunakannya sebagai panduan untuk
tindakan mereka di masa depan. Sebagai contoh, Kelly dapat mengatakan
pada salah satu kliennya bahwa proses toilet training yang ketat membuatnya
melihat dunianya dengan sangat dogmatik dan kaku, dan ia tidak perlu untuk
terus melihat dunianya dengan cara seperti itu. Hal yang membuat Kelly
terkejut, bahwa banyak dari kliennya mulai berfungsi dengan lebih baik!
Kunci dari perubahan dalam pendekatan ini sama dengan pada terapi peran-
tetap, yaitu klien harus mulai untuk menginterpretasikan hidup mereka dari
sudut pandang yang berbeda dan melihat diri mereka dalam peran yang
berbeda.
C. Rap Test

13
Prosedur lain yang digunakan oleh Kelly, baik di dalam maupun di luar
sesi terapi, adalah Role Construct Repertory (Rep) Test. Tujuan Rep Test
adalah untuk menemukan cara-cara dimana manusia dapat melihat orang-
orang yang signifikan dalam hidup mereka.
Dengan Rep Test, seseorang diberikan daftar Nama Peran dan diminta
untuk memasukkan orang-orang yang sesuai dengan nama peran, dengan
menuliskan nama mereka dalam suatu kertas. Sebagai contoh, untuk “guru
yang Anda sukai”, seseorang harus memberikan satu nama. Jumlah dari nama
peran dapat bervariasi, tetapi Kelly (1955) membuat daftar yang berisi 24
nama peran dalam satu versi. Kemudian, seseorag memberikan tiga nama dari
daftar tersebut dan diminta untuk menilai dua orang yang serupa, namun
berbeda dengan yang ketiga. Ingat kembali bahwa suatu konstruk
membutuhkan persamaan dan perbedaan, sehingga tiga adalah jumlah
minimum dari konstruk apapun. Penguji akan merekam konstruk dan
kemudian menanyakan orang untuk memisahkan tiga kartu lain. Tidak semua
kombinasi dari pilihan dapat ditimbulkan, dan penguji mempunyai suatu
kekuasaan dalam menemukan kombinasi mana saja yang dapat dipakai.
2.5 Penelitian Terkait
Walaupun George Kelly hanya menulis satu karya yang berpengaruh (1995,
1991), dampak yang ia hasilkan pada psikologi kepribadian cukup luar biasa, teori
konstruk personal telah menghasilkan jumlah yang cukup banyak atas penelitian
empiris, termasuk 600 penelitian empiris dalam Rep Test, yang menunjukkan
bahwa teori ini cukup dapat menghasilkan penelitian. Oleh karena Kelly
merupakan salah satu psikolog pertama yang menekankan pada perangkat
kognitif, seperti skema, gagasan Kelly mengenai konstruk personal dalam arti
sebenarnya adalah instrumen yang membentuk bidang kognisi sosial, slah satu
sudut pandang yang paling berpengaruh dalam psikologi sosial dan kepribadian di
masa kini. Kognisi sosial menguji dasar kognitif dan sikap dari persepsi manusia,
termasuk skema, bias, stereotip, dan perilaku prasangka. Skema sosial, sebagai
contoh, adalah representasi mental yang teratur atas kualitas dari orang lain, dan
dianggap berisi berbagai informasi sosial yang penting. Walaupun banyak peneliti

14
dalam bidang kognisi sosial menggunakan kuesioner yang konvensional, beberapa
dari mereka telah mengikuti Kelly dan menggunakan pengukuran fenomenologis
atau idiografis, seperti Rap Test atau versi modifikasinya (Neimeyer & Neimeyer,
1955). Sebagai contoh, aplikasi yang paling terbaru atas metodologi Rap Test
telah menganalisis sistem konstruk yang berbeda-beda dari individu yang
mengalami kekerasan seksual dan yang tidak mengalaminya (Lewis-Harter, Erbes,
& Hart, 2004).
Dalam tiga bagian berikutnya, kita akan melihat beberapa penelitian mengenai
gender sebagi konstruk personal, merokok dan konsep diri, serta bagaimana
konstruk personal berhubungan dengan pengukuran lima besar (Big Five) dari
kepribadian.
A. Gender sebagai Konstruk Personal
Marcel Harper dan Wilhelm Schoeman (2003) berargumen bahwa
walaupun gender mungkin merupakan salah sartu dari skema yang paling
mendasar dan universal dari persepsi manusia, tidak semua orang setara dalam
kadar dimana mereka mengorganisasiskan keyakinan dan sikap mereka
terhadap orang lain mengenai gender. Dengan perkataan lain, terdapat
perbedaan individu dalam kadar dimana manusia menginternalisasikan
pandangan kultural mengenai gender. Selain itu, Harper dan Schoeman
membuat hiptesis bahwa mereka yang menggunakan gender dalam
mengorganisasikan persepsi sosial akan melakukannya dalam cara yang lebih
menekan stereotip daripada mereka yang tidak selalu menggunakan gender
untuk mengorganisasikan persepsi sosial. “Gender kemudian menjadi cara
utama untuk menyelesaikan ambiguitas sosial” (Harper & Schoeman, 2003,
hlm. 518). Terakhir, kedua penulis ini mempersepsikan bahwa semakin sedikit
informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai orang lain, lebih mungkin
mereka menggunakan skema stereotip gender untuk mengevaluasi dan
memersepsikan orang tersebut. Dengan perkataan lain, dengan seseorang yang
lebih di kenal, kita harus mengharapkan sikap yang lebih kompleks dan tidak
terlalu menekankan pada stereotip.

15
Dalam penelitian Harper & Schoeman, kebanyakan partisipan adalah
mahasiswa perempuan dari Afrika Selatan. Versi dari Rep Test yang
digunakan oleh peneliti membutuhkan partisipan untuk mengatakan apakah
gambaran mereka mengenai orang mendeskripsikan wanita, pria, tidak
keduanya, atau keduanya (wanita dan pria). Dalam tahapan awal dari prosedur
Rep Test, partisipan menuliskan nama-nama dari orang-orang yang paling
mempresentasikan salah satu dari 15 nama peran yang berbeda. Dalam tahap
kedua prosedur ini, orang-orang yang sesuai dengan setiap nama peran
kemudian dibandingkan satu sama lain dalam kelompok yang berisi tiga
orang, dengan dua nama peran dibandingkan dengan yang ketiga. Terakhir,
dalam tahapan ketiga prosdur ini, partisipan menilai nama-nama peran
berdasarkan mana yang paling mendeskripsikan wanita daripada pria, pria
daripada wanita, atau keduanya/ tidak keduanya. Penelitian berdasarkan
gender kemudian diberikan skor 1 dan penilaian tidak berdasarkan gender
(baik keduanya atau tidak keduanya) di beri skor 0, dengan jangkauan
kemungkinan skor dari 0-20. Sebagai tambahan dari Rep Test, partisipan
mengisi kuesioner mengenai stereotip berdasarkan gender dan apakah mereka
mengaaplikasikan stereotip gender pada orang asing dalam situasi sosial, dan
sebuah kuesioner mengenai sikap gender yang bersifat seksisme.
Hasilnya menunjukkan bahwa gender adalah kategori dasar dari
kebanyakan partisipan, dengan tidak adanya orang yang mendapat skor 0, dan
mean dari skor total hanya sedikit di bawah 10 dari 20. Selain itu, mereka
yaang paling banyak menggunakan gender sebagai cara mengategorisasiakan
orang dalam Rep Test juga memiliki kemungkinkan untuk mengaplikasikan
stereotip gender pada orang asing dalam situasi sosial. Harper dan Schoeman
(2003) menyimpulkan bahwa “partisipan yang sering menggunakan stereotip
gender juga mengorganisasiskan skema orang dalam konteks gender, hal ini
menunjukkan bahwa partisipan yang menggunakan stereotip gender dalam
memersepsikan orang asing juga cenderung membatasi persepsi mereka atas
teman, anggota keluarga, dan kenalan dalam batasan gender” (hlm. 523).
B. Merokok dan Konsep Diri

16
Penelitian sebelumnya mengenai konsep diri dan perilaku merokok pada
remaja cenderung menemukan konsep diri yang relatif negatif dari perokok
daripada non-perokok. Lebih spesifiknya lagi, perokok mempunyai perbedaan
yang lebih besar antara konsep diri ideal dan diri sebenarnya, dan juga harga
diri yang lebih rendah (Burton, Sussman, Hansen, Johnson & Flay, 1989;
Webster, Hunter, & Keats, 1994). Oleh karena perokok yang berbeda
merokok untuk alasan yang berbeda-beda, pendekatan yang bersfat idiografik
seperti Rep Test seharusnya menjadi metode yang lebib baik daripada metode
konvensional dalam mengukur perbedaan ini.
Rep Test yang idiografik ini digunakan oleh Peter Weiss, Neill Watson,
dan Howard Mcguire (2003) dalam dua kelompok mahasiswa, yaitu perokok
dan non-perokok. Lebih spesifiknya lagi, peneliti melakukan asesmen
mengenai pandangan partisipan terhadapa kepribadian perokok dan non-
perokok menggunakan Rep Test. Mereka memprediksikan bahwa perokok
akan lebih dapat mengidentifikasikan diri dan menilai kepribadian mereka
sendiri lebih mirip dengan deskripsi kepribadian yang mereka miliki mengenai
perokok lain daripada non-perokok. Mereka juga memprediksikan konsep diri
yang lebih rendah (misalnya, perbedaan diri ideal versus diri sebenarnya yang
lebih besar) untuk perokok dibandingkan non-perokok.
Partisipan awalnya memberikan inisial dari tiga perokok dan tiga non-
perokok yang mereka kenal, dan peneliti kemudian memberikan partisipan 18
pengelompokkan dari dua perokok dan satu non-perokok, serta 18
pengelompokkan dari dua non-perokok dan satu perokok. Partisipan kemudian
menggunakan kata-katanya sendiri untuk medeskripsikan bagaimana kedua
orang serupa satu sama lain dan berbeda dengan satu orang lainnya.
Kemudian, mereka menilai bagaimana keduanya berbeda satu sama lain dan
serupa dengan yang ketiga. Hal tersebut menghasilkan 18 sifat kepribadian
non-perokok yang unik untuk setiap partisipan. Kemudian, 36 istilah
kepribadian ini, digunakan dalam asesmen konsep diri, yaitu partisipan
menilai empat bentuk berbeda dari konsep diri menggunakan standar skala
Likert 7-poin: diir sebenarnya, diri ideal, diri sosial sebenarnya, dan diri sosial

17
ideal. Penilaian diri sebenarnya ini kemudian di nilai oleh rating dari
partisipan mengenai dirinya sendiri sebagai diri sendiri, sementara diri ideal
adalah rating mengenai sebagaimana seharusnya mereka secara ideal. Rating
diri sosial kemudian dinialai dengan meminta partisipan untuk membuat
rating atas diri sendiri sebagaimana orang lain yang seumur dengan mereka
akan melihat mereka.
Seperti yang telah diprediksikan, perokok lebih dapat mengidentifikasikan
diri dengan deksripsi mereka atas kepribadian perokok dan kebalikannya pada
non-perokok. Di antara sifat yang paling sering diatribusikan pada perokok
adalah “santai”, “terbuka”, “pemalas”, dan “berisik”, sementara sifat yang
paling sering diatribusikan pada non-perokok adalah “pendiam”, rajin
belajar”,”ramah”, dan “atletis”. Menariknya, semua partisipan menilai dan
menganggap sifat non-perokok lebih tinggi daripada sifat perokok dalam
keempat pengukuran mengenai konsep diri. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa, baik perokok maupun non-perokok mengidentifikasikan diri dan
menilai lebih tinggi sifat non-perokok (seperti pendiam, rajin, dan sebagainya)
daripada sifat perokok. Prediksi bahwa perokok mempunyai harga diri yang
lebih rendah (perbedaan antara diri ideal dan diri sebenarnya yang lebih besar)
tidak terbukti. Oleh karena temuan mengenai harga diri ini datang dari rujukan
mengenai perokok usia remaja, hal ini tidak terjadi pada perokok usia dewasa
muda. Kesimpulan inti yang di ambil oleh Weiss, Watson, dan Mcguire. Rep
Test tidak hanya merupakan alat yang berguna untuk menilai harga diri,
namun juga merupakan alat yang lebih valid dan lebih memiliki keunikan
daripada inventori kuesioner yang standar.
C. Konstruk Personal dan Konsep Lima Besar
Sifat lima besar (neurotisme, ekstraversi, keterbukaan, keramahan, dan
kesadaran) telah menerima perhatian yang cukup besar dalam penelitian
kepribadian modern. Konstruk personal dari Kelly juga cukup diperhatikan,
tetapi tidak sebanyak model lima besar. Tidak semua psikolog kepribadian
setuju dengan alokasi penelitian dan nilai dari tiap pendekatan yang tidak
proporsional. Sebagai contoh, James Grice dan koleganya telah secara

18
langsung membandingkan teori konstruk personal Kelly dengan model lima
besar (Grice, 2004; Grice, Jackson, & McDaniel, 2006).
Kedua pendekatan atas kepribadian ini cukup berbeda dan cukup perlu
untuk digarisbawahi pentingnya dari perbandingan ini. Daftar dari sifat lima
besar di buat dengan melebur ribuan cara orang mendeskripsikan satu sama
lain ke dalam daftar singkat yang lebih dapat dipahami, yang menangkap
tema-tema yang paling umum. Daftar tersebut berusaha mendeskripsikan
semua orang dalam kontinum yang sama. Pendekatan tabel repertori Kelly,
berkebalikan dengan model lima besar, berusaha menangkap keunikan dari
setiap orang. Keunikan sulit di tangkap dalam model lima besar karena setiap
orang dideskripsikan dalam hanya lima dimensi, tetapi dalam tabel reportori,
penilai membuat kontinumnya sendiri untuk mendeskripsikan orang.
Penelitian oleh James Grice (Grice, 2004; Grice, dkk., 2006) secara esensi
berusaha menentukan sebaik apa pendekatan tabel repertori dalam menangkap
keunikan daripada model lima besar. Untuk melakukan hal tersebut, Grice
(2004) meminta partisipan mengisi versi modifikasi dari tabel repertori Kelly
dan pengukuran laporan diri standar atas lima besar. Partisipan membuat
rating untuk dirinya sendiri dan orang lain yang mereka kenal menggunakan
tabel repertori dan pengukuran lima besar. Menggunakan prosedur statistik
kompleks, peneliti mampu untuk mengukur sejauh mana rating dalam tabel
repertori partisipan beririsan dengan skor lima besar mereka.
Hanya ada 50% hasil yang beririsan (Grice, 2004; Grice, dkk., 2006). Hal
ini mengindikasikan bahwa menangkap aspek yang tidak di tangkap oleh
model lima besar dan sebaliknya, model lima besar menangkap aspek yang
tidak di tangkap oleh oleh tabel repertori. Beberapa aspek unik yang di
tangkap tabel repertori adalah tipe bentuk tubu, etnisitas, kekayaan, status
merokok, dan afiliasi politik(Grice, 2004; Grice, dkk., 2006). Hal ini
merupakan aspek penting dari diri seseorang yang harus diperhitungkan dan
akan memengaruhi bagaimana seseorang akan berinteraksi dengan orang lain,
tetapi tidak muncul dalam pengukuran yang biasa digunakan dalam lima besar.
Walaupun begitu, model lima besar juga sangat berharga dalam sebagai

19
kerangka kerja dalam mempelajari kepribadian. Dalam ilmu pengetahuan,
penting, bila tidak sangat penting, bahwa peneliti mempunyai alat yang sama
dan deskripsi yang sama untuk membandingkan target penelitian mereka,
dalam konteks psikologi kepribadian adalah manusia itu sendiri. Kerangka
lima besar telah memberikan deksripsi umum yang dapat memfasilitasi
penelitian dalam jumlah banyak. Akan tetapi, psikologi kepribadian adalah
mengenai perbedaan individu dan pentingnya individualitas. Dibandingkan
dengan model lima besar, teori konstruk personal Kelly sangat berhasil dalam
menekankan pada keunikan seseorang dan begaimana seseorang
mendefinisikan diri sendiri dan orang-orang di sekelilingnya dengan istilah-
istilah sendiri.

2.6 Kritik Terhadap Kelly


Sebagi besar karier profesional Kelly dihabiskan dengan bekerja bersama
mahasiswa yang felatif normal dan pandai. Oleh karna itu, dapat di mengerti
karna teorinya terlihat paling dapat di aplikasikan pada oaring-orang seperti itu. Ia
tidak berusaha untuk memperjelas pengalaman masa kecil (seperti yang dilakukan
oleh frued ) serta mengenai kedewasaan dan usia tua (seperti yang dilakukan oleh
Erikson). Bagi Kelly, manusia hidup hanya pada masa sekarang, dengan tetap
mengawasai masa depan. Pandangan ini, walaupun optimistic, tidak mampu
menjelaskan pengaruh perkembangan dan budaya pada kepribadian.
Bagaiamana teori Kelly dinilai dalam enam kriteria dari teori yang
bermamfaat? Pertama, teori konstruk personal menerima nilai yang sedang
samapai tinggi pada jumlah penelitian yang telah dihasilkannya. Rep Test dan
tabel repertori telah menghasilkan cukup banyak penelitian, terutama di Britania
Raya , walaupun instrument ini jarang digunakan oleh psikolog di Amerika
Serikat.
Walaupun relative hemat dalam penjelasannya atas asumsi dasar dan sebelas
konsekuensi mendukung, teori Kelly tidak terlalu terbuka untuk daapt diverifikasi
atau di kaji ulang. Oleh karena itu, kami menilai teori ini rendah dalam
kemampuan untuk dikaji ulang.

20
Ketiga, apakah teori konstruk personal mengorganisasikan pengetahuan
mengenai perilaku manusia? Dalam criteria ini, teori ini dapat menilai yang
rendah. Gagasan Kelly bahwa prilaku kita kosisten dengan persepsi kita di masa
kini membantu dalam pengorganisasian pengetahuan, tetapi ia menhindari
masalah-masalah motivasi, pengruh perkembangan, dan dorongan budaya yang
mebuat teorinya menjadi terbatas dalam memberikan makna yang spesifik
terhadap apa yang sekarang di kenal sebagai komleksitas dari kepribadian .
Kami juga menilai teori ini rendah sebagai pengaruh tindakan . gagasan
Kelly mengenai psikoterapi cukup inovatif dan menunjukan beberapa teknik
menarik pada kalangan praktisi. Memerankan peranan dari seseorang yang fiktif,
seseorang yang ingin dikenal klien, adalah pendekatan yang cukup tidak bisa dan
praktis untuk suatu teori. Kelly sangat bergantung pada logika umum dalam
praktik terapinya dan apa yang berhasil untuknya mungkin tidak dapat dilakukan
orang lain. Akan tetapi, perbedaan ini cukup dapat diterima oleh Kelly, karena
baginya terapi adalah eksperimen ilmiah. Terapis, sperti ilmuwan, menggunakan
imajinasi untuk menguji beragam hipotensis yaitu dengan mencoba teknik dan
mencari cara-cara alternative dalam memandang suatu permasalahan. Walaupun
begitu, teori Kelly menwarkan beberapa saran yang spesifik untuk orang tua,
terapis, penelitian dan orang lain yang berusaha memahami prilaku manusia.
Kelima, apakah teori ini kositen secara internal, dengan sepakat istilah yang
memiliki definisi opersional? Pada bagian pertama dalam pertanyaan ini, teori
personal konstruk mendapatkan nilai yanag sangat tinggi. Kelly sangat berhati-
hati dalam memilih istilah dan konsep untuk menjelaskan asumsi fundamental dan
sebelas konsekuensinya. Bahasa yang ia gunakan walaupun terkadang sulit ,
sangat elegan dan tepat. The Psychology of personal construct ( Kelly, 1955 )
berisi lebih dari 1.200 halaman , namun keseluruhan teori disusun dengan sangat
halus dan teratur. Kelly sepertinya selalu sadar dengan apa yang telah ia katakan
dan apa yang akan ia katakan.
Akan tetapi, pada bagian kedua dari kriteria ini, teori konstruk personal
tidak dapat memenuhinya, karena seperti kebanyakan pakar teori yang
didiskusikan dala buku ini, pengecualian dalam menulis secara komprehensif dan

21
membuat definisi pasti dari hampir semua istilah yang ia gunakan dalam asumsi
dasar dan sebelas konsekuensi pendukung.
Terakhir, apakah teori ini hemat? Walaupun panjang dari buku Kelly yang
mencapai dua jilid, teori konstruk personal tidak betele-tele dan ekonomis. Teori
dasar disebutka dalam satu asumsi fundamental dan kemudian dielaborasikan
dengan cara menggunakan sebelas konsenkuensi. Konsep dan asumsilaian nya
dapat dengan mudah dihubungakan dengan stuktur yang relative sederhana ini.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Teori konstruk personal dari George Kelly tidak sama dengan teori
kepribadian lainnya. Sebelumnya, teori ini disebut sebagai teori kognitif, teori
perilaku, teori eksistensial, dan teori fenomenologi. Akan tetapi, teori ini tidak
seperti teori-teori yang disebutkan di atas. Mungkin yang lebih tepat untuk
menyebut teori ini adalah istilah “matateori”, atau teori mengenai teori-teori.
Menurut Kelly, semua orang (termasuk yang membuat teori kepribadian)
mengantisipasi suatu peristiwa melalui makna atau interpretasi yang mereka
letakkan pada peristiwa tersebut (Steven&Walker, 2002). Makna atau interpretasi
ini disebut dengan konstruk. Manusia hidup di dunia nyata, tetapi perilaku mereka
di bentuk oleh interpretasi atau konstruksi mereka mengenai dunia yang terus
meluas secara bertahap. Mereka memandang dunia dalam cara mereka sendiri,
dan setiap konstruksi berifat terbuka untuk revisi atau perubahan. Manusia tidak
selalu merupakan korban dari keadaan, karena konstruksi alternatif selalu tersedia,
teori konstruk personal Kelly sangat berhasil dalam menekankan pada keunikan
seseorang dan begaimana seseorang mendefinisikan diri sendiri dan orang-orang
di sekelilingnya dengan istilah-istilah sendiri.

3.2 Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau tanggapan mengenai topik pembahasan dari
makalah yang telah kami jelaskan.

23
Daftar Pustaka

24

Anda mungkin juga menyukai