Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Mongolato merupakan salah satu puskesmas yang terletak di

Kecamatan Telaga dan berada dekat dengan Ibukota Provinsi Gorontalo.

Puskesmas Mongolato mempunyai Luas Wilayah Kerja 5,308 Ha dan Wilayah

Kerja terdi dari 9 (Sembilan) desa. Desa Biasa yaitu : Desa Bulila, Desa

Mongolato, Desa Hulawa, Desa Luhu, Desa Pilohayanga, Desa Pilohayanga Barat

dan Desa Dulohupa dan 2 (dua) Desa Sulit yaitu Desa Dulamayo Selatan dan

Dulamayo Barat.

Puskesmas Mongolato Berdiri Sejak tahun 1952 dengan nama Balai

Pengobatan Medical Center (UGD) dan Ruang Perawatan/Administrasi.

Puskesmas ini dipimpin pertama kali oleh Bapak Yasin Harun Tahun 1952-1972

dan sekarang dipimpin oleh Ibu Dr. H Erna Lasabula mulai Tahun 2001 sampai

dengan sekarang. Puskesmas Mongolato dibangun di Atas Tanah seluas 16,171 M2

dengan luas gedung/bangunan 909 M2 dan mempunyai 4 (empat) Rumah dinas

dokter gigi, 2 (Dua) buah rumah dinas paramedis. Sarana penunjang terdiri dari 4

(Empat) buah Pusksmas Pembantu, 2 (dua) buah puskesmas, 1 (Satu) buah

Pusling, serta 12 (Dua Belas) Buah kendaraan roda dua dan oda empat 2 (dua)

buah.

Kependudukan
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato sebesar 20.061 Jiwa,

terdiri dari jumlah KK 5.492 KK dan jumlah KK miskin berjumlah 1.097 KK

(10.159 Jiwa).

Batas Wilayah : Sebelah Timur : Kota Gorontalo

Sebelah Barat : Kec. Telaga Biru

Sebelah Utara : Kec. Tapa

Sebelah Selatan : Kec. Telaga Jaya.

Luas Wilayah : 5.308 Ha

Wilayah Kerja : 9 (Sembilan) Desa Biasa dan 2 (Dua) Desa Sulit

Desa Sulit Terdiri dari Desa Bulila, Desa Mongolato, Desa

Hulawa, Desa Luhu, Desa Pilohayanga, Desa Pilohayanga

Barat, Desa Dulohupa dan 2 (dua) Desa Sulit yaitu Desa

Dulamayo Selatan dan Dulamayo Barat.

Tabel 4.1
Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2013
Jumlah Presentase
Jenis Penyakit Kunjungan

ISPA 357 21,19


Penyakit Lambung 356 21,13
Penyakit Demam Berdarah 348 20,65
Penyakit Infeksi pada Usus (Thypoid 322 19,11
Fever)
Penyakit Diare 132 7,83
Penyakit Kulit Infeksi 60 3,56
Penyakit Kulit Alergi 35 2,08
Penyakit Malaria 29 1,72
Hipertensi 27 1,602
Penyakit Sistem Otot dan Jaringan 19 1,13
Jumlah 1. 685 100,00

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 16 Mei Sampai dengan 3 Juni 2013.

Pelaksanaan penelitian bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato

Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dengan pengambilan data primer melalui

lembar kuesioner kepada responden. Sampel pada penelitian ini adalah salah satu

anggota keluarga yang mempunyai anak usia 2-15 tahun yang memenuhi syarat

sebagai sampel.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan

cross sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 77 orang. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu menjelaskan prosedur penelitian

kepada sampel dan memberikan Informed Consent dan kuesioner kepada mereka

yang terpilih dan bersedia menjadi sampel. Data yang terkumpul selanjutnya

dilakukan seleksi, editing, koding dan analisis. Kemudian ditentukan frekuensi

dan presentasenya dalam bentuk tabel dan dianalisa sesuai variabel yang telah
ditentukan

4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Penunjang

Analisis Deskriptif Variabel Penunjang dalam penelitian ini meliputi Usia,

pendidikan, dan pekerjaan dilakukan pengelompokan.

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan dan Pekerjaan n (77)
Karakteristik Sampel n %
Usia
< 20 Tahun 8 10,4
20-29 Tahun 47 61
30-39 Tahun 15 19,5
> 39 Tahun 7 9,1
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 15 19,5
SD 32 41,6
SLTP 15 19,4
SMU 8 10,4
Akademi/PT 7 9,1
Tingkat Pekerjaan
URT 59 76,6
Wiraswasta 7 9,1
PNS 11 14,3

Data Primer Tahun 2013

Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa usia sampel terbanyak berada di rentang

umur 20-29 tahun 47 responden (61%). Sampel sebagian besar berpendidikan SD

yaitu sebanyak 32 responden (41,6%). Jumlah sampel yang memiliki pekerjaan

sebagai URT juga sangat tinggi yaitu sebanyak 59 responden (76,6%).

4.2.2 Analisis Univariat


Analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk melihat gambaran

kejadian penyakit pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan

Telaga Kabupaten Gorontalo

4.2.2.1 Gambaran Kejadian Demam Thypoid di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato

Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo

Hasil analisis diperoleh pada gambaran kejadian demam thypoid pada anak

di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato yaitu sebanyak 45 orang (58,4%) yang

menderita penyakit.

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Demam Thypoid di Wilayah
Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten
Gorontalo Tahun 2013

Kejadian Penyakit Frekuensi Preaentase (%)


Thypoid 45 58,4
Tidak Thypoid 32 41,6
Total 77 100 %
Data Primer Tahun 2013
Tingginya jumlah anak yang menderita demam thypoid pada tabel 4.3

menunjukkan masih rendahnya status kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas

Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.

4.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan keluarga mengenai

kejadian demam thypoid pada anak dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4
Distribusi Respoden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan (n=77)

Distribusi Responden frekuensi Presentase (%)

Tingkat Pengetahuan
Kurang 27 35,1

Baik 50 64,9

Total 77 100

Data Primer Tahun 2013

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat

pengetahuan baik lebih banyak yaitu sebanyak 50 orang (64,9%), dibandingkan

responden yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 27 orang (35,1%).

4.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap keluarga mengenai kejadian

demam thypoid pada anak dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5
Distribusi Respoden Berdasarkan sikap (n=77)

Distribusi Responden frekuensi Presentase (%)

Sikap

Kurang 21 27,3

Baik 56 72,7

Total 77 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013

Tabel 4.5 menunjukkan sebagian responden mempunyai sikap yang baik

yaitu sebanyak 56 orang (72,7%) dan responden yang mempunyai sikap kurang

sebanyak 21 orang (27,3%).

4.2.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan

Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap keluarga mengenai kejadian


demam thypoid pada anak dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6
Distribusi Respoden Berdasarkan Tindakan (n = 77)
Distribusi Responden frekuensi Presentase (%)

Tindakan

Kurang 28 36,4

Baik 49 63,6

Total 77 100
Data Primer Tahun 2013

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah sampel yang mempunyai tindakan

baik lebih banyak yaitu 49 orang (63,6%) dibandingkan dengan jumlah sampel

yang mempunyai tindakan kurang yaitu sebanyak 28 orang (36,4%)

4.2.3 Analisis Bivariat

4.2.3.1 Hubungan Data Karakteristik Perilaku Keluarga dengan Kejadian Demam

Thypoid

Dari beberapa data karakteristik yang diukur kemudian dihubungkan

dengan Kejadian Demam Thypoid, maka dapat dilihat bahwa variabel data

kaakteristik yang memiliki hubungan dengan kejadian demam thypid pada anak

diantaranya pengetahuan, sikap dan tindakan.

Tabel 4.7 menggambarkan hubungan antara perilaku dengan kejadian demam

thypoid. Dari tabel tersebut menggambarkan bahwa dari 77 responden, yang

mempunyai anak di diagnose demam thypoid yang tingkat pengetahuannya

kurang sebanyak 11 orang (40,7%), tingkat pengetahuannya baik sebanyk 34

orang (68%), sedangkan responden yang mempunyai anak yang tidak di diagnose

demam thypoid yang tingkat pengetahuannya kurang sebanyak 16 orang (59,3%),


dan yang tingkat pengetahuannya baik sebanyak 16 orang (32%).

Sementara dari tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 77 responde yang

mempunyai anak di diagnosa demam thypoid dengan sikap kurang sebanyak 8

orang (38,1%), dan dengan sikap baik sebanyk 37 orang (66,1%), sedangkan

responden yang mempunyai anak yang tidak di diagnosa demam thypoid dengan

sikap kurang sebanyak 13 orang (61,9%), dan dengan sikap baik sebanyak 19

orang (33,9%). Responden yang mempunyai anak di diagnosa demam thypoid

dengan tindakan kurang sebanyak 23 orang (82,1%), dan dengan tindakan baik

sebanyk 22 orang (44,9%), sedangkan responden yang mempunyai anak yang

tidak di diagnosa demam thypoid dengan tindakan kurang sebanyak 5 orang

(17,9%), dan dengan tindakan baik sebanyak 27 orang (55,1%). Jumlah ibu yang

memiliki tindakan kurang memiliki perbedaan status diagnosa terhadap status

diagnose penyakit yang diderita anak dengan tingkat pengetahuan baik.

Tabel 4.7
Analisa Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Demam Thypoid Pada
Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
Status Diagnosa
Variabel n (%) Total
P
Thypoid Tidak Thypoid
Tingkat Pengetahuan
Kurang 11 (40,7) 16 (59,3) 27
(100)
Baik 34 (68) 16 (32) 50 (100)
0,021
Sikap
Kurang 8 (38,1) 13 (61,9) 21 (100)
Baik 37 (66,1) 19 (33,9) 56 (100)
0,027
Tindakan
Kurang 23 (82,1) 5 (17,9) 28 (100)
Baik 22 (44,9) 27 (55,1) 49 (100)
0,001
P = probabilitas dengan uji X2 (Chi-Square Test)

Dengan menggunakan uji X2 (Chi-Square Test) diperoleh nilai P untuk

masing-masing variabel yaitu untuk tingkat pengetahuan nilai p = 0,021, sikap p

= 0,027, dan tindakan p = 0,001(p < α 0,05) yang menunjukkan bahwa

variabel-variabel ini memiliki hubungan.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Gambaran Kejadian Demam Thypoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato

Kecamatan Telaga.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Ibu yang mempunyai anak di

diagnosa Demam Thypoid lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang

mempunyai anak yang tidak di diagnosa demam thypoid.

Berdasarkan hasil penelitian, Ibu yang mempunyai anak di diagnose demam

thypoid sebanyak 45 orang (58,4%) sedangkan ibu yang mempunyai anak yang

tidak di diagnose demam thypoid sebanyak 32 orang (41,6%). Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh karena kebiasaan anak yang sering jajan

sembarangan dan mencuci tangan sebelum makan yang berhubungan dengan

tinggi rendahnya tingkat pengetahuan keluarga mengenai demam thypoid.

Terutama pengetahuan keluarga tentang mekanisme penularan demam thypoid

yang melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman Salmonella

Thypii.
Sesuai dengan teori yang dijelaskan Notoadmodjo (2010), Kejadian Demam

Thypoid pada anak sangat erat kaitannya dengan kebiasaan jajan sembarangan

dan mencuci tangan sebelum makan. Hal ini dikarenakan penyakit demam

thypoid termasuk dalam upaya pencegahan tertular penyakit demam thypoid

sangatlah diperlukan pengawasan keluarga terutama ibu.

Hal ini dikaitkan oleh keluarga yang mendapat informasi tentang demam

thypoid baik dari media masa ataupun petugas kesehatan. Faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kejadian demam thypoid, selain dari tingkat pengetahuan keluarga,

yaitu sikap dan tindakan.

4.3.2 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Demam Thypoid

Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan dengan kejadian

demam thypoid, dari 77 Responden didapatkan ibu yang mempunyai anak dengan

diagnose demam thypoid dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11 orang

(40,7%) dan yang tingkat pengetahuan baik sebanyak 34 orang (68%) sedangkan

ibu yang mempunyai anak tidak di diagnosa demam thypoid dengan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (59,3%) dan dan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 16 orang (32%).

Hasil uji statistic menggunakan Uji Chi Square diperoleh hasil X2 hitung

(5,364) > X2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,021) < α (0,05). Ini berarti ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian demam thypoid.

Uji kekuatan hubungan dengan menggunakan rumus Crmer’s V dengan nilai

0,26, artinya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian demam

thypoid termasuk dalam kategori hubungan sedang.


Berdasarkan Hasil Penelitian di atas menujukkan bahwa Ibu yang mempunyai

tingkat pengetahuan baik lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tingkat

pengetahuannya kurang. Hasil observasi melalui wawancara terhadap ibu-ibu

yang mempunyai anak usia 2-15 tahun yang di diagnosa demam thypoid

mempunyai alasan mereka tau mengenai demam thypoid tetapi kurang mengawasi

sang anak melalui hasil pengukuran. Selain itu, Ibu yang mempunyai tingkat

pengetahuan baik yaitu ibu yang mempunyai anak yang sudah lama terinfeksi

demam thypoid. Sebab hasil pengetahuan ibu di dapatkan pada saat anak itu

sendiri mengalami demam. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi

tingkat pengetahuan ibu, maka sedikit kemungkinan untuk terinfeksi penyakit itu

sendiri.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang dilihat dari cara menjawab

responden baik benar atau salah terhadap jumlah soal dengan materi pengertian

demam thypoid, penyebab demam thypoid, gejala demam thypoid dan

pencegahannya. Pengetahuan ibu terhadap kejadian demam thypoid dapat

dikatakan masih kurang. Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2012) yang

mengemukakan bahwa terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang

dewasa dimulai dari Awareness dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mngetahui kejadian demam thypoid pada anak, mengetahui terhadap stimulus atau

obyek atau materi Demam Thypoid yang disampaikan terlebih dahulu, kemudian

subjek akan mulai tertarik terhadap stimulus atau obyek yang disampaikan.

Dengan begitu, subyek akan mulai mencoba.

Notoadmodjo (2012) menjelaskan dalam bukunya bahwa pengetahuan subjek


mengenai Kejadian demam thypoid dapat diperoleh melalui penyuluhan oleh

petugas kesehatan, karena penyuluhan cukup efektif sebagai salah satu cara untuk

mengubah pengetahuan responden. Dalam penelitian ini bukan saja menilai

pengetahuan responden sampai tingkatan tahu saja, tatapi sampai pada tingkatan

memahami tentang demam thypoid. Apabila penerimaan perilaku baru melalui

proses seperti ini dimana di dasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu

tidak di dasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung

lama.

Tingkat pengetahuan responden ini diukur melalui daftar pertanyaan atau

kuesioner yang diberikan. Karena menurut notoadmodjo (2012) pengetahuan

merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh subyek selama hidup dan

dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri maupun

lingkungannya. Kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

memberikan tindakan seseorang.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Zubir (2006) tentang

faktor-faktor resiko dengan kejadian demam thypoid pada anak di Kabupaten

Bantul. Namun hasil ini sesuai dengan penelitian Angelica (2010) bahwa ada

hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian demam thypoid di Desa

Kalisidi Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dengan judul beberapa faktor

yang berhubungan dengan kejadian demam thypoid.

Berbeda dengan hasil penelitian ini, Angelica (2010) menyimpulkan bahwa

pengetahuan mengenai demam thypoid dapat menyebabkan seseorang berperilaku


baik terutama dalam mengawasi anaknya dan sebaliknya kebiasaan mengawasi

anak dapat memberikan pengetahuan yang lebih bagi ibu itu sendiri.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut, memberikan gambaran bahwa

pengetahuan yang tinggi tidak menjamin seseorang untuk berperilaku baik.

4.2.3 Hubungan Antara Sikap Dengan Kejadian Demam Thypoid

Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap dengan kejadian demam thypoid,

dari 77 Responden didapatkan Ibu yang mempunyai anak dengan status diagnosa

demam thypoid yang mempunyai sikap kurang sebanyak 8 responden (38,1%)

dan dengan sikap baik sebanyak 37 responden (66,1%). Sedangkan ibu yang tidak

di diagnosa demam thypoid dengan sikap kurang sebanyak 13 responden (61,9%)

dan dengan sikap baik sebanyak 19 responden (33,9%).

Hasil uji statistic menggunakan Uji Chi Square diperoleh hasil X2 hitung

(4,922) > X2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,027) < α (0,05). Ini berarti ada

hubungan antara sikap keluarga dengan kejadian demam thypoid.

Uji kekuatan hubungan dengan menggunakan rumus Cramer’s V dengan nilai

0,25, artinya hubungan antara sikap dengan kejadian demam thypoid termasuk

dalam kategori hubungan lemah.

Hasil penelitian menunjukan dari 77 responden yang diteliti, ternyata terdapat

56 responden (72,7%) yang mempuyai sikap baik sedangkan 21 responden

(27,3%) yang mempunyai sikap kurang. Masyarakat masih sangat terbuka dalam

menerima informasi mengenai pola hidup sehat yaitu tentang kebersihan

lingkungan terutama dalam menjaga dan melestarikannya. Namun yang bersikap

baik tersebut melalui hasil pengukuran masih ada responden yang tidak menjaga
kebersihan lingkungan serta air yang digunakan untuk mencuci tangan bukan pada

air yang mengalir. Alasan yang dikemukakan antara lain responden yang

mempunyai sikap baik melalui hasil pengukuran tersebut, tetapi tidak mempunyai

waktu luang untuk membersihkan rumah, serta tidak selalu mengawasi anak setiap

saat dengan kesibukannya

Sikap responden dalam penelitian ini secara khusus adalah tanggapan

responden sehubungan dengan penyebab, gejala demam thypoid dan pencegahan

demam thypoid itu sendiri. Sikap sebagai reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu di dalam

kehidupan sehari-hari yang merupakan reaksi bersifat emosional terhadap

stimulus social (Notoadmodjo, 2007).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2009) yang berjudul

hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian demam thypoid pada

anak di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, dimana terdapat

hubungan antara sikap dengan kejadian demam thypoid.

Dari beberapa teori dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa

sikap keluarga terhadap kejadian demam thypoid melalui wawancara terlihat baik,

meskipun sebagian dari mereka masih ada yang mempunyai sikap kurang.

4.2.4 Hubungan Antara Tindakan Dengan Kejadian Demam Thypoid

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45 responden yang mempunyai

anak usia 2-15 tahun yang di diagnosa demam thypoid dengan tindakan kurang
sebanyak 23 responden (82,1%) dan dengan tindakan baik sebanyak 22 responden

(44,9%) sedangkan dari 32 responden yang mempunyai anak di diagnosa tidak

mempunyai demam thypoid yang tindakannya kurang sebanyak 5 responden

(17,9%) dan dengan tindakan baik sebanyak 27 responden (55,1%).

Berdasarkan Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (10,177) > X2 tabel (3,841)

dan nilai Pvalue (0,001) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan yang bermakna

antara tindakan keluarga dengan kejadian demam thypoid. Untuk menguji

kekuatan hubungan antara dua variabel dengan menggunakan uji Cramer’s V

yaitu 0,36, ini berarti hubungan antara tindakan dengan kejadian demam thypoid

termasuk dalam kategori hubungan lemah.

Berdasarkan hasil penelitian secara umum, menunjukkan bahwa ibu yang

mempunyai tindakan baik lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang

mempunyai tindakan kurang. tetapi, ibu yang mempuyai anak di diagnose demam

thypoid, tindakannya masih kurang dibandingkan dengan ibu yang mempunyai

tindakan baik. Pada penelitian ini, umumnya responden telah memiliki tindakan

baik, tetapi masih terdapat tindakan dengan kategori kurang, dimana hal ini

disebabkan oleh faktor kurangnya informasi tentang kesehatan yaitu mengenal apa

sebenarnya demam thypoid itu sendiri baik dari penyebabnya, gejala serta cara

mencegahnya selain itu, berdasarkan hasil observasi, diantara ibu yang

mempunyai sikap baik, masih ada di dapatkan tindakannya kurang.

Untuk berperilaku sehat, ibu sebagai anggota masyarakat bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap yang baik. Melainkan perlu dukungan baik dari tokoh

masyarakat maupun petugas kesehatan. Hal ini dilakukan agar ibu itu sendiri bisa
menjaga anak terutama menjadi contoh untuk berperilaku sehat.

Anda mungkin juga menyukai