Anda di halaman 1dari 34

PEMERIKSAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN LOVIBOND TINTOMETER

DAN PENENTUAN KADAR AIR DARI CRUDE PALM KERNEL OIL (CPKO) DI
PT.AGRO JAYA PERDANA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

FIRA BAROENATIKA

052401115

DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN

Judul : PEMERIKSAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN


LOVIBOND TINTOMETER DAN PENENTUAN KADAR AIR
DARI CRUDE PALM KERNEL OIL (CPKO) DI PT.AGRO
JAYA PERDANA
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : FIRA BAROENATIKA
Nim : 052401115
Program Studi : D3 KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di
Medan, Juni 2008

Diketahui/ Disetujui Oleh


Program Studi D-3 kimia Analis
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua Pembimbing

(DR.Rumondang Bulan, MS) (Dra.Yuniarti Yusak,MS)


NIP. 131 459 466 NIP.131 684 894

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PEMERIKSAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN LOVIBOND TINTOMETER


DAN PENENTUAN KADAR AIR DARI CRUDE PALM KERNEL OIL (CPKO) DI
PT. AGRO JAYA PERDANA

TUGAS AKHIR

Saya mengaku bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, Juni 2008

FIRA BAROENATIKA
052401115

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah mencurahkan hidayah-Nya berupa kesehatan dan keterbukaan fikiran
bagi penulis, serta shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di program Diploma-3 Kimia Analis
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara dengan Judul PENENTUAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN
LOVIBOND TINTOMETER DAN PENENTUAN KADAR AIR DARI CRUDE PALM
KERNEL OIL (CPKO) DI PT.AGRO JAYA PERDANA.

Penyusunan karya ilmiah ini berdasarkan pengamatan secara langsung yang


dilaksanakan di PT.AGRO JAYA PERDANA MEDAN. Dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada Dra.Yuniarti Yusak, MS. selaku dosen
pembimbing, Bapak Drs.Ansari. selaku pembimbing PKL di PT.AGRO JAYA
PERDANA MEDAN, Ayahanda Zainuddin dan Ibunda Cut Farida yang telah
memberikan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis,
Kakanda M.Fiza Rachdeka dan Adinda M.Hashfi Hawari yang telah memberikan
dukungan serta kasih sayang kepada penulis, teman – teman penulis Fani, Cici, Rina,
Ratih, Rahma, Icha, Nita dan Siti serta rekan- rekan Kimia Analis 05 yang telah
memberikan dukungannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kandungan kadar air yang terdapat dalam minyak inti sawit sangat mempengaruhi
mutu minyak inti sawit. Besarnya kandungan kadar air disebabkan karena proses
penyimpanan inti sawit yang terlalu lama. Tingginya kadar Air dapat menyebabkan
minyak berbau tengik dan menurunkan mutu minyak inti sawit tersebut. Penentuan kadar
Air dapat dilakukan dengan pemanasan pada suhu 130o ± 1o selama 30 menit.Untuk
mengetahui intensitas warna pada minyak inti sawit dilakukan dengan menggunakan
Lovibond Tintometer.

Universitas Sumatera Utara


COLOUR MEASURE BY USING OF LOVIBOND TINTOMETER AND
MOISTURE VOLATILE MATTER FROM CRUDE PALM KERNEL OIL
(CPKO) AT PT. AGRO JAYA PERDANA

ABSTRACT

The contain of determination of moisture in palm kernel oil influence the quality
of palm oil very much. The high quantity of determination of moisture make oil has a bad
smell and decrease the quality of the palm kernel oil.determination of moisture can be
done by heating method with temperature 130o C ± 1o C in 30 minutes. To know content
colour intensity in palm kernel oil it’s checked by using of Lovibond Tintometer.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kelapa Sawit 4
2.2 Minyak Sawit 6
2.3 Proses Pengolahan Inti sawit
2.3.1 Pengeringan dan Pemecahan Biji 6
2.3.2 Pemisahan Biji dari Tempurung 7
2.4 Minyak Inti Sawit 7
2.5 Standar Mutu Kelapa Sawit 8
2.6 Kadar Air dan Zat Menguap 9
2.6.1 Metode-Metode dalam Penentuan Kadar air 11
2.7 Warna 13
2.8 Karoten 13
2.8.1 Sifat dan Stabilitas Karoten 14
2.8.2 Fungsi dan Peranan karoten 15

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Prosedur Percobaan 16
3.1.1 Pemeriksaan Warna
3.1.2 Penentuan kadar Air 16

Universitas Sumatera Utara


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.1.1 Penentuan Kadar Air 18
4.1.2 Pemeriksaan warna 19
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Kadar Air 20
4.3 Pembahasan 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 22
5.2 Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.3 Komposisi Biji Inti Sawit 8


Tabel 4.1.1 Penentuan kadar Air 18
Tabel 4.1.2 Pemeriksaan Warna 19

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kandungan kadar air yang terdapat dalam minyak inti sawit sangat mempengaruhi
mutu minyak inti sawit. Besarnya kandungan kadar air disebabkan karena proses
penyimpanan inti sawit yang terlalu lama. Tingginya kadar Air dapat menyebabkan
minyak berbau tengik dan menurunkan mutu minyak inti sawit tersebut. Penentuan kadar
Air dapat dilakukan dengan pemanasan pada suhu 130o ± 1o selama 30 menit.Untuk
mengetahui intensitas warna pada minyak inti sawit dilakukan dengan menggunakan
Lovibond Tintometer.

Universitas Sumatera Utara


COLOUR MEASURE BY USING OF LOVIBOND TINTOMETER AND
MOISTURE VOLATILE MATTER FROM CRUDE PALM KERNEL OIL
(CPKO) AT PT. AGRO JAYA PERDANA

ABSTRACT

The contain of determination of moisture in palm kernel oil influence the quality
of palm oil very much. The high quantity of determination of moisture make oil has a bad
smell and decrease the quality of the palm kernel oil.determination of moisture can be
done by heating method with temperature 130o C ± 1o C in 30 minutes. To know content
colour intensity in palm kernel oil it’s checked by using of Lovibond Tintometer.

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia.Berbagai

industri, baik pangan maupun non pangan, banyak menggunakannya sebagai bahan

baku.. Tanaman kelapa sawit adalah salah satu penghasil minyak nabati yang sangat

penting disamping kelapa,kacang-kacangan dan jagung. Kelapa sawit termasuk kelas

Angiospermae ordo palmalis, famili palmaceae, subfamily palminae, genus Elais, dan

beberapa spesies antara lain Elais quinensis jack. komoditasnya.

Kelapa sawit terdiri daging buah dan inti sawit. Minyak kelapa sawit dapat

dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti sawit (CPKO) dan sebagai

hasil samping adalah bungkil inti sawit (palm kernel meal/pellet).Minyak inti sawit lebih

padat dan mampu dihidrogenasi lebih cepat daripada minyak kelapa sehingga ini

membuat minyak inti sawit banyak digunakan untuk bahan baku khususnya pemanis

mentega dan kosmetik.

Berdasarkan peranan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus

diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan komoditasnya.Di dalam perdagangan

kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama

mutu minyak sawit dalam arti benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak

nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai

sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, warna, angka penyabunan, dan bilangan

yodium. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian

Universitas Sumatera Utara


menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standar

mutu Internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam besi,

logam tembaga, dan peroksida.

Sifat fisik kimia minyak kelapa sawit antara lain warna. Warna minyak

merupakan indikator kualitas, tepatnya warna adalah spesifikasi untuk menentukan jenis

dari minyak.Pigmen yang terdapat dalam warna memberi suatu reaksi yang berbeda.

Perubahan warna tersebut yang dikenal dengan proses bleaching atau penghilangan

warna .Kadar pigmen warna yang ditemukan pada minyak berbeda pada setiap proses.

Penentuan kadar air dan pemeriksaan warna sangat perlu dilakukan karena kadar

air yang tinggi dapat mempengaruhi mutu minyak sawit itu sendiri, adapun pengaruh

mutu minyak inti sawit dengan kadar air adalah dapat menimbulkan ketengikan pada

minyak karena air dapat membantu proses hidrolisa begitu juga halnya dengan intensitas

warna,warna juga berpengaruh dengan kualitas minyak.Warna kuning pada minyak inti

sawit disebabkan oleh pigmen karoten, sehingga apabila kandungan karoten yang tinggi

menyebabkan terjadinya proses bleaching yang lebih lama pada minyak inti sawit

tersebut sehingga memerlukan penambahan adsorben lebih banyak.

Penentuan kadar air dalam minyak inti sawit dapat dilakukan dengan pemanasan

pada suhu 130oC selama 30 menit, sedangkan pemeriksaan warna dapat dilakukan

dengan menggunakan alat lovibond tintometer.

Universitas Sumatera Utara


1.2. Permasalahan

Bagaimana kondisi kadar air dan intensitas warna terhadap mutu minyak inti

sawit (Crude Palm Kernel Oil), apakah sudah memenuhi standar sesuai dengan standar

mutu yang telah ditetapkan.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui kadar air dan intensitas skala warna dari Crude Palm Kernel

Oil (CPKO), sehingga dapat digunakan dengan baik sesuai dengan standar mutu minyak

inti sawit yang telah ditetapkan.

1.4. Manfaat

Dengan mengetahui kadar air dan intensitas / skala warna dari Crude Palm Kernel

Oil (CPKO) yang dianalisis, maka dapat diketahui bahwa minyak inti sawit tersebut

sudah memenuhi standar mutu atau belum, sehingga pihak perusahaan dapat melakukan

penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu minyak inti sawit tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Quinensensis Jack) merupakan tumbuhan tropis golongan

palmae yang termasuk jenis tanaman tahunan. Tanaman ini berasal dari Negara Nigeria,

Afrika Barat. Diluar benua benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai

tanaman komoditas yaitu sejak Revolusi industri diantaranya adalah industri sabun dan

industri margarine. Kemudian kelapa sawit berkembang di Indonesia dengan ditanamnya

benih kelapa sawit pertama kali di Bogor pada tahun 1848 sampai akhirnya di tanam di

Sumatera Utara (Deli) pada tahun 1870-an.

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang memiliki tinggi dapat mencapai 24

m. Bunga dan buahnya berupa tandan bercabang banyak . Buahnya kecil, bila masak

berwarna merah kehitaman. Daging buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu

digunakan sebagai bahan minyak goring, sabun, dan lilin. Ampasnya digunakan untuk

makanan terbak dan tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropika dengan

ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, di

tempat yang terbuka dengan kelembaban yang tinggi. Kelembaban yang tinggi.

( Wikipedia,2008)

Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak selain kelapa,

kacang-kacangan, dan jagung. Dimana dalam perkembangannya melalui salah satu

produknya yaitu minyak sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara lain:

Universitas Sumatera Utara


a) Mampu menggantikan kelapa (cocos nucifera) sebagai sumber bahan baku /

mentah bagi industri pangan maupun non pangan di dalam negeri.

b) Ditetapkan sebagai salah satu primadona ekspor nonmigas Indonesia yang sangat

dinanti-nantikan sebagai sumbangsih pemasukan devisa.

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu

dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna

kulit buahnya.

Berdasarkan ketebalan tempurung, penampang irisan buah kandungan minyak

dalam buah kelapa sawit dapat dibagi atas tiga varietas yaitu:

a) Dura, dengan tempurung yang tebal yaitu antara 2-8 mm, daging buah relative

tipis dan kandungan minyaknya rendah.

b) Pisifera, dengan biji yang kecilm dan mempunyai tempurung sangat tipis tetapi

daging buahnya tebal sehingga kandungan minyaknya tinggi.

c) Tenera, varietas mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu

Dura dan Pisifera. Dengan tempurung tipis, dan ketebalan 0,5-4 mm.

Persentase daging buah tinggi sehingga kandungan minyak dalam buah yang

dihasilkan lebih banyak.

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi

masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat

pada perubahan warna kulitnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu

buah telah masak.

Universitas Sumatera Utara


Pada saat itu kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang,

buah kelapa sawit akan terlepas dari tandannya .(Tim Penulis,PS.1996)

2.2 Minyak Sawit

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak

adalah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang

dinamakan minyak inti kelapa sawit (crude palm kernel oil) dan sebagai hasil samping

adalah bungkil kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Sifat fisika kimia minyak

kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik

didih (boiling point), titik pelunakan, splining point, bobot jenis, indeks bias, titik

kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Minyak inti sawit yang baik memiliki kandungan karotene hingga mencapai 1000

ppm atau lebih, tetapi dalam minyak jenis tenera sebesar 500-700 ppm; kandungan

tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. (Ketaren,S.1986)

2.3. Proses Pengolahan Inti sawit

2.3.1. Pengeringan dan Pemecahan Biji

Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk diambil

minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam

dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50o C. AS\kibat proses pengeringan ini, inti

sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya.

Biji-biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa ke alat pemecah biji.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung

Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara inti

sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut hydrocyclone separator. Dalam hal

ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung.

Atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang telah pecah dalam larutan lempung

yang mempunyai BJ 1,16. Dalam keadaan ini inti sawit akan terpisah dengan

tempurungnya, inti sawit mengapung sedangkan tempurung tenggelam. Proses

selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.

Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus

segera dikeringkan dengan suhu 80o C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah

lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga menghasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil,

PKO). Hasil samping pengolahan minyak inti sawit adalah bungkil inti sawit (Kernel Oil

Cake, KOC) yang dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Sedangkan tempurung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, sebagai pengeras jalan,

atau dibuat arang dalam industri pabrik baker aktif. (Tim Penulis,PS.1996)

2.4. Minyak inti Sawit

Minyak inti sawit berasal dari inti buah kelapa sawit. Bagian dari inti yang keras yang

membuatnya lebih mudah dipisahkan dari bagian luar buah. Minyak inti sawit lebih padat

dan mampu dihidrogenasi lebih cepat daripada minyak kelapa.Sehingga ini membuat

minyak inti sawit banyak digunakan untuk bahan baku khususnya pemanis mentega dan

kosmetik dimana bahan tersebut memiliki beberapa sifat yang berbeda dari minyak

kelapa. (Hamilton ,R.J.1986)

Universitas Sumatera Utara


Minyak inti sawit yang baik adalah asam lemak bebasnya rendah dan berwarna

kuning terang sehingga mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relatif

terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah. Komposisi rata-rata

inti sawit dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel.2.3. Komposisi Biji Inti Sawit

Komponen Jumlah

Minyak 47 – 52

Air 6–8

Protein 7,5 – 9,0

Extractablenon nitrogen 23 – 24

Selulosa 5

Abu 2

2.5 Standar Mutu Kelapa Sawit

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik.

Ada beberapa factor yang menentukan mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam

minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida. Faktor lain yang

mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss,

plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan

penyabunan.

Universitas Sumatera Utara


Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen

dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebasnya serendah

mungkin (lebih kurang 2 persen atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari

warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau jernih,dan

kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (Ketaren,S.1996)

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia.

Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak menggunakannya sebagai

bahan baku. Berdasarkan peranan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya

harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai komoditas ini. Di dalam

perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua arti.

Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar-benar murni dan tidak

tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama dapat

ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, angka penyabunan,

dan bilangan yodium. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti

penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi

standar mutu Internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam

besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu

minyak sawit dalam arti yang kedua lebih penting. (Tim Penulis.PS.1996)

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kadar air dan Zat Menguap

Bagi Negara konsumen terutama Negara yang telah maju, selalu menginginkan minyak

sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab minyak

sawit tidak hanya diunakan sebagai bahan baku industri dalam industri non pangan saja,

tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya. Lagi pula, tidak semua pabrik

minyak sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang lengkap, terutama yang berkaitan

dengan proses penyaringan minyak sawit. Pada umumnya proses penyaringan hasil

minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih

dimurnikan dengan sentrifugasi

Dengan proses diatas, kotoran-kotoran berukuran besar memang bisa disaring.

Akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring. Hanya

melayang-layang di dalam minyal sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit.

Padahal alatb sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan

berat jenis. Padahal alat sentrifugasi tersebut dap[at berfungsi dengan prinsip kerja yang

berdasarkan berat jenis. Walaupun bahan baku munyak selalau dibersihkan, tetapi

kebanyakan beranggapan dan menuntut bahawa kebersihan dan kemurnian minyak sawit

tersebut merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsesn.

Dari hasil pengempaan minyak sawit kasar di pompa ke dalam melalui pipa,

kurang lebih 30 menit kemudian, minyak sawit kasar telah dapat dijernihkan dan

menghasilkan sekitar 80% minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang

dikeluarkan dari tangki pemisah bersama dengan air panas bersuhu 95o C dengan

perbandingan 1:1, diolah pada purifier centrifuge. Dari hasil pengolahan didapat minyak

sawit bersih dengan kadar zat menguap sebesar 0,3% dan kadar kotoran hanya sebesar

Universitas Sumatera Utara


0,0005%. Dalam kondisi diatas, sudah dianggap mempunyai kondisi yang mantap. Akan

tetapi untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadiunya proses hidrolisa, perlu

dilakukan pengeringan pada kondisi fisik sehingga minyak sawit tersebut hanya

mengandung zat menguap sebesar 0,1%. Air panas dan uap air pada suhu tertentu

merupakan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang

kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak yang

menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi

malah menurunkan mutu minyak.

Untuk itu setelah akhir proses pemgolahan minyak sawit dilakukan proses pengolahan

dengan bejana hampa pada suhu 900 C. (Tim Penuli,.PS.1996)

Kelebihan kadar air dalam minyak juga akan membuat minyak menjadi cepat

tengik. Karena air dapat membantu proses hidrolisa. Dimana dari proses hidrolisa ini

akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Dengan adanya asam lemak bebas

yang tinggi akan menurunkan mutu minyak.

2.6.1 Metode-Metode dalam Penentuan Kadar Air dan Zat Menguap

Metode-metode yang digunakan dalam penentuan kadar air dan zat menguap pada

minyak meliputi:

a. Cara Hot Plate

Cara hot plate dapat digunakan untuk menentukan kadar air dan bahan lain yang

menguap yang terdapat dalam minyak dan lemak. Cara ini dapat digunakan untuk semua

jenis minyak dan lemak, termasuk emulsi, seperti margarine dan mentega serta minyak

kelapa dengan kadar asam lemak yang tinggi. Untuk minyak yang diperoleh dari proses

Universitas Sumatera Utara


ekstraksi dengan pelarut menyerap, cara ini tidak cocok digunakan. Sebelum dilakukan

pengujian contoh, minyak harus diaduk dengan baik karena cenderung untuk mengendap.

Dengan pengadukan maka penyebaran air dalam contoh akan merata.

Contoh ditimbang kurang lebih 5 gram di dalam gelas piala yang kering dan telah

didinginkan dalam desikator. Kemudian contoh dipanaskan di tas hot plate, dalam

memutar gelas piala secara perlahan dengan tangan, agar minyak tidak memercik.

Pemanasan dihentikan setelah tidak terlihat lagi gelembung gas atau buih. Cara lain yang

lebih baik dengan meletakkan gelas arloji di tas gelas piala. Adanya uap air dapat dilihat

dari air yang mengembun pada gelas arloji. Pada akhir pemanasan, suhu tidak boleh lebih

dari 130o C. Sel;anjutnya contohnya dimasukkan dalam desikator dan didinginkan sampai

suhu kamar, kemudian ditimbang.

b. Cara Oven Terbuka (Air Oven Method)

Cara ini digunakan untuk lemak hewani dan nabati, ttapi tidak dapat digunakan untuk

minyak yang mengering (drying oils) seperti minyak kacang kedelai dan minyak

setengah kering (semi drying oils) seperti biji bunga matahari.

Contoh yang telah diaduk selanjutnya ditimbang seberat 5 gram di dalam cawan

air, lalu dipanaskan dalam oven dan dikeringkan pada suhu 105o C selama 30 menit.

Ontoh diangkat dari oven dan didinginkan dalam desikator pada suhu kamar dan

ditimbang. Pekerjaan ini diulang sampai kehilangan bobot selama pemanasan 30 menit,

tidak lebih dari 0,05 %

Universitas Sumatera Utara


c.Cara Oven Hampa Udara (Vacum Oven Method)

Cara ini dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak kecuali minyak kelapa

dan minyak yang sejenis yang tidak mengandung asam lemak bebas lebih dari 1%.

Contoh yang telah diaduk ditimbang seberat 5 g di dalam cawan kadar air, kemudian

dikeringkan dalam oven hampa udara pada suhu tidak lebih dari 25o C. Contoh diangkat

dari oven dan didinginkan dalam desikator pada suhu kamar, kemudian ditimbang. Bobot

tetap diperoleh jika pengeringan selama 1 jam, perbedaan penyusutan suatu bobot tidak

lebih dari 0,05%.(Ketaren.S.1986)

Bobotyanghilang
% Kadar Air = x100%
Bobotcontoh

2.7 Warna

Warna pada minyak merupakan suatu indikator kualitas. Tepatnya, warna adalah

spesifikasi untuk menentukan jenis dari minyak. Kebanyakan warna alami minyak lebih

keruh, pigmen yang tedapat dalam partikel minyak memberi suatu reaksi yang berbeda.

Perubahan warna tersebut yang dikenal dengan proses bleaching atau pemucatan warna

yang ditemukan pada minyak berbeda dalam setiap proses. (Weis,.J.Theodore.1986)

Minyak sawit mempunyai warna kuning orange sehingga jika digunakan sebagai

bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksudkan untuk

mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond

dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan, biaya, serta rendeman

hasil akhir yang akan diperoleh.(Tim penulis.PS.1996)

Universitas Sumatera Utara


2.8 Karotenoid

Karoten mula – mula ditemukan pada tahun 1831, pada wortel. Delapan puluh dua tahun

kemudian tepatnya pada tahun 1913 barulah ditemukan vitamin A pada ikan dan

mentega. Dan barulah setelah karoten diketahui ada hubungannya dengan vitamin A.

Pada tahun itu juga yaitu 1913, disepakati satuan untuk vitamin A dinyatakan dengan

satuan Internasional yang setara dengan microgram karoten.

Warna kuning sampai merah minyak sawit mentah disebabkan oleh kandungan

pimen karotenoid. Karotenoid ini terdiri atas 5% xantofil dan 95% karoten.(website)

Karoten atau yang dikenal sebagai pigmen warna jingga, menyebabkan warna

minyak sawit menjadi kuning jingga. Warna minyak sawit yang demikian kurang

diminati oleh konsumen, sehingga dalam proses pabrik, karoten biasanya dibuang.

Minyak sawit mentah yang diekstrak dari mesokarp buah kelapa sawit (Elaeis

guineensis,Jack.) merupakan bahan nabati yang paling tinggi mengandung karotenoida.

Yaitu sekitar 500-700 ppm karoten. Sebagian besar karotenoida di dalam minyak sawit

mentah berupa £ dan β karoten yang memiliki aktifitas provitamin A yang sangat tinggi.

Untuk mempertahankan keberadaan β-karoten ini pada produk minyak sawit maka telah

dikembangkan proses pembuatan minyak goreng sawit merah, jenis minyak sawit yang

masih kaya karoten.

2.7.1 Sifat dan Stabilitas Karoten

Pigmen berwarna jingga atau kuning disebakan oleh karotenoid yang bersifat larut dalam

minyak. Karotenoid merupakan persenyawaan hidrokarbon tak jenuh, dan jika minyak

Universitas Sumatera Utara


dehigrogenasi, maka karoten juga ikut terhidrogenasi, sehingga intensitas warna

kuningnya berkurang. Karotenoid bersifat tidak stabil pada suhu tinggi, dan jika minyak

dialiri uap panas maka warna kuning akan hilang. Karotenoid tersebut tidak dapat

dihilangkan dengan proses oksidasi. Kerusakan karoten dan tokoferol oleh proses

oksidasi lemak, tergantung dari komposisi asam lemak dan faktor-faktor lain seperti

adanya anti oksidan dari logam-logam sebagai peroksida. (www.org.co.id.2008)

2.7.2. Fungsi dan Peranan Karoten

Minyak sawit dikenal dengan kandungan senyawa kimia seperti karoten yang berkisar

antara 500 – 700 ppm dengan β-karoten sebagai komponen utamanya. β−karoten

merupakan sumber vitamin A, anti oksidan, dan pewarna pangan. Beberapa penelitian

menunjukka bahwa β−karoten dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dan kanker, bila

dikonsumsi pada dosis tertentu. (www.republika.com.2008)

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI

3.1. Penentuan warna

3.1.1. Alat

- Lovibond Tintometer Model F

3.1.2. Bahan

- Minyak Palm Kernel

3.1.3. Prosedur kerja

- Dihubungkan alat Tintometer model F dengan sumber arus listrik

- Dimasukkan minyak palm kernel kedalam kuvet (5/4 lovibond cell) sampai hampir

penuh

- Dimasukkan kedalam alat tintometer pada posisi yang disesuaikan dengan jarak

- Ditekan tombol power pada posisi on

- Diamati warna pada lensa dan disesuaikan dengan rasio yang telah ditentukan

3.2. Penentuan Kadar Air

3.2.1. Alat

- Oven dengan suhu 130o C ± 1o C

- Erlenmeyer sebagai wadah minyak

- Neraca Analitis

- Wadah botol, kapasitas ± 100 g

Universitas Sumatera Utara


3.2.2. Bahan

- Minyak Palm Kernel

3.2.3. Prosedur Percobaan

- Dipanaskan wadah minyak dalam oven 130o C ± 1o C selama satu jam,

didinginkan, kemudian ditimbang dengan neraca analitis sampai ketelitian 4

desimal (A g).

- Ditimbang dengan teliti 5 – 9 g ± 0,001 g sampel kedalam wadah yang telah

diketahui beratnya tadi (B g).

- Wadah beserta sampel tadi dimasukkan kedalam oven 130o C ± 1o C selama 1

jam.

- Dipindahkan dari oven untuk mencapai suhu ruang, lalu ditimbang.(C g).

- Hal ini dilakukan terus sampai mencapai berat yang konstan (penimbangan

perlakuan pertama dan kedua, tidak melebihi 0,002 g).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

4.1.1 Kadar Air

Tabel 4.1.1 Data Analisa Kadar Air

Tanggal Unit Berat Berat Berat sample Berat setelah Kadar


Sampel wadah + wadah pemanasan air
(g) (g) (g) (g) (%)

21-01-08 A 5,8756 108,4654 114,3410 114,3281 0,22


B 7,8211 67,8211 75,7032 75,6852 0,23
C 5,5752 108,4867 114,0619 114,0522 0,17
D 8,2141 66,2182 74,4323 74,4175 0,18
22-01-08 A 5,0358 99,9172 104,9530 104,9379 0,30
B 6,5355 107,2291 113,7646 113,7562 0,13
C 5,4045 107,7125 113,1170 113,1099 0,13
D 6,5318 91,7012 98,2330 98,2263 0,10
23-01-08 A 5,0639 91,6996 96,7635 96,7635 0,16
B 5,3951 109,5880 114,9831 114,9724 0,20
C 6,9720 99,9970 106,9690 106,9581 0,16
D 5,4653 107,2280 112,6933 112,6863 0,13
24-01-08 A 5,0389 99,4407 104,4796 104,4773 0,10
B 5,6242 107,2299 112,8541 112,8437 0,18
C 5,7900 96,2877 102,0738 102,0738 0,10
D 5,3191 99,9978 105,3169 105,3129 0,10
25-01-08 A 5,1756 109,5878 114,7634 114,7555 0,15
B 5,1070 95,9706 101,0776 101,0679 0,19
C 5,3294 98,1589 103,4883 103,4734 0,28
D 5,0668 99,9117 104,9780 104,9679 0,20

Universitas Sumatera Utara


4.1.2 Pemeriksaaan warna
Tabel 4.1.2 Data Analisa Pemeriksaan Warna
Tanggal Unit Warna ( Red / Yellow / Blue)

07.00-15.00 WIB 15.00-23.00 WIB 23.00-07.00 WIB


21-01-08 A 10,1 51 0,2 5,5 50 - 6,0 50 -
B 9,0 50 - 8,2 50 - 5,5 50 0,1
C 6,0 50 - 5,5 50 0,1 6,0 50 -
D 6,0 51 - 6,0 51 - 6,3 50 -
22-01-08 A 6,0 50 - 6,3 50 - 6,0 50 -
B 6,0 50 - 5,8 50 - 6,0 50 -
C 5,8 50 - 6,4 50 - 6,0 50 -
D 5,8 50 - 6,3 50 - 6,5 50 -
23-01-08 A 6,5 60 - 6,8 50 - 7,0 51 -
B 6,5 60 - 5,7 51 0,2 5,3 50 -
C 6,5 60 - 6,4 50 - 6,2 50 -
D 6,5 60 - 6,0 50 - 7,0 51 -
24-01-08 A 6,4 51 - 6,2 50 - 6,3 50 -
B 6,2 51 - 5,7 50 - 5,8 51 -
C 6,4 51 - 6,3 50 - 6,2 51 -
D 6,8 51 - 6,4 50 - 6,6 51 -
25-01-08 A 6,5 51 - 6,3 50 - 6,3 50
B 6,5 51 - 6,3 50 - 6,3 50 -
C 6,5 51 - 6,3 50 - 6,3 50 -
D 6,5 51 - 6,3 50 - 6,3 50 -

Universitas Sumatera Utara


4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan kadar air
Sebagai contoh penentuan kadar air diambil dari data tanggal 25-01-08 pada unit A
menggunakan persamaan 3.2 :
m1 − m2
Kadar air ( % ) = x1 00 %
w
Keterangan :
m1 = ( berat cawan + berat sampel ) sebelum pemanasan
m2 = ( berat cawan + berat sampel ) sesudah pemanasan
w = berat sampel
Misalnya:
m1 = ( 99,4407 + 5,0389 ) = 104,4796
m2 = ( 99,4407 + 5,0366 ) = 104,4773
w = 5,0389
Maka :
104,4796 − 104,4773
Kadar air ( % ) = 100%
5,0389
= 0,12

4.3. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di PT.AGRO JAYA PERDANA, maka kadar

air dan intensitas / skala warna yang terkandung di dalam Crude Palm Kernel Oil masih

memenuhi standar eksport yang telah ditetapkan , yaitu The Malayan Edible Oil

Manufacturers Assosiation (MEOMA) Product Spesific.

Kenaikan kadar air dalam minyak sawit dapat disebabkan oleh proses

penyimpanan yang terlalu lama. Oleh sebab itu kadar air sangat mempengaruhi mutu

minyak inti sawit, semakin rendah kadar air maka kualitas minyak yang dihasilkan

semakin baik.

Universitas Sumatera Utara


Warna (colour) yang diukur dengan menggunakan Lovibond Tintometer dengan

intensitas warna merah/kuning. Pemeriksaan warna dimaksudkan untuk melihat intensitas

warna yang dihasilkan lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Kadar air pada minyak inti sawit (CPKO) di PT. AGRO JAYA PERDANA

masih memenuhi standar eksport yaitu berkisar antara 0,10 – 0,30 % (0,50 % max).

- Warna (colour) pada minyak inti sawit (CPKO) yang diukur dengan menggunakan

Lovibond Tintometer dengan intensitas warna merah / kuning, berkisar antara

5,8 –6,5 masih memenuhi standar eksport (8 max).

5.2. Saran

- Tandan buah segar yang telah dipanen langsung diproses sehingga menghasilkan

minyak inti sawit yang berkualitas baik, bernilai jual tinggi dan menghasilkan

minyak yang sesuai dengan standar minyak inti sawit.

- Pada saat sebelum penggilingan inti sawit diharapkan penggiling mekanis harus

dalam keadaan kering agar tidak berpengaruh pada kualitas minyak yang dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ketaren,S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan I. Jakarta. UI – Press


Hamilton,R.J. dan Rossel,J.B. 1986 . Analysis of Oils and Fats. New York. Elsevier
Applied Sciens.Co.Inc.
http://www.iopri.org/index.php?option=com content&task=section&id=49&itemid=47.
Diakses tanggal 28 April 2008.
http://republika.co.id/koran detail.asp?id=183557&kat_id=187 -22k. Diakses tanggal 28
April 2008.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Sawit. Diakses tanggal 28 April 2008.
Naibaho,P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan. Pusat penelitian
Kelapa Sawit.
Tim penulis. 1997. Kelapa sawit, Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran. Jakarta. Penebar Swadaya.
Weiss,T.J.1983. Food Oil and Their Uses. Second Edition. New York. Avi Publishing
Company Inc.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai