Anda di halaman 1dari 8

PRODUKTIVITAS KELOMPOK TENAGA KERJA

PADA GEDUNG BERTINGKAT (PEKERJAAN PLESTERAN)


Refki Feri Setiawan1),Syahrudin1),Endang Mulyani3)
1)Program Studi Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura, Pontianak
2)Program Studi Teknik Sipil,Universitas Tanjungpura, Pontianak

Email : refkigalaherang13@gmail.com

ABSTRAK
Dalam Dunia jasa konrtruksi, produktivitas tenaga kerja adalah salah satu faktor
penentu keberhasilan sebuah proyek pembangunan. Dalam mengukur tingkat
produktivitas tenaga kerja ada berbagai macam cara, salah satunya yaitu dengan
meneliti besarnya tingkat LUR (Labour Utilitation Rate) masing-masing pekerja.,
yaitu meneliti sampai seberapa tingkat efektivitas pekerja dalam bekerja.
Besarnya tingkat produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya adalah umur, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, kesesuaian upah
dan komposisi kelompok kerja Besarnya tingkat produktivitas diperoleh dari hasil
pengumpulan data tentang tingkat LUR (labour utilitation rate) masing- masing
pekerja selama. Pada Nilai LUR ini dimana pada pekerjaan di Pembangunan
Gedung Rusun TNI sebesar 80,15% dan di gedung STIK Muhammadiyah sebesar
77,67%. Pada nilai LUR ini dimana pada pembangunan di Gedung Rusun TNI
sangant tinggi ini dikarenakan para tenaga kerja pada bagian plesteran
mempunyai kedisiplinan kerja yang tinggi serta target dari suatu pekerjaan yang
harus dicapai, sedangkan di STIK muhammadiyah faktor LUR nya sangat rendah
ini diakibatkan kurangnya disiplin bekerja pada tenaga kerja itu sendiri.
perhitungan nilai koefisien yang dibandingkan dengan nilai koefisien standar dari
SNI 2837-2008 dan BOW Tahun 1982, uraian koefisien di gedung Rusun TNI AD
pada lantai 3 dimana mandor sebesar 0,009 OH, tukang batu sebesar 0,139 OH,
pekerja 0,111 OH. Sedangkan pada gedung STIK Muhammadiyah koefisiennya
adalah mandor sebesar 0,024 OH, tukang batu 0,167 OH, dan Pekerja 0,215 OH.
Berdasarkan perbandingan Koefisien pekerjaan secara SNI, BOW dan
perhitungan dilapangan dalam proyek Rusun TNI AD di Kota Pontianak dan
proyek gedung STIK Muhammadiyah Pontianak, terlihat bahwa koefisien
pekerjaan disetiap pelaksanaan pekerjaan plesteran lebih rendah dari nilai
koefisien SNI dan BOW, dimana berarti setiap pekerja memiliki produktivitas
yang tinggi dari analisa SNI dan BOW. Perbedaan nilai koefisien perhitungan
dilapangan dengan analisa SNI dan BOW disebabkan antara lain karna dilapangan
hanya ditinjau dari 2 proyek dengan tingkatan lantai yang berbeda, sedangkan
pada analisa SNI dan BOW adalah rangkuman dari beberapa proyek, jam kerja
yang ditinjau pada lapangan tidak penuh satu hari serta peralatan yang
digunakan dilapangan berbeda dengan yang digunakan pada analisa SNI dan
BOW. Namun perbandingan yang ditunjukkan tidak terlalu besar.

Kata Kunci : Perbandingan koefisien,Tingkat Produktivitas


1. PENDAHULUAN c. Dapat menjadi bahan evaluasi kinerja
1.1.Latar Belakang proyek pada pekerjaan plesteran yang
Produktivitas tenaga kerja yang baik akan mendukung keberhasilan proyek
sangat diperlukan untuk keberhasilan secara keseluruhan.
proyek konstruksi. Produktivitas tenaga d. Dapat meningkatkan produktivitas
kerja akan sangat berpengaruh juga tenaga kerja dengan faktor-faktor yang
terhadap besarnya keuntungan atau mempengaruhinya.
kerugian suatu proyek. Dalam 1.5. Pembatasan Masalah
pelaksanaan dilapangan hal tersebut Pembatasan masalah dalam skripsi
terkadang bisa terjadi dikarenakan tenaga ini adalah:
kerja yang kurang efektif didalam a. Lokasi yang diambil pada penelitian
pekerjaannya. Contoh tindakan yang ini terletak di bangunan gedung
menyebabkan pekerjaan yang kurang bertingkat di Kota Pontianak 2
efektif tersebut antara lain menganggur, bangunan.
mengobrol, makan, merokok, istirahat, b. Kelompok kerja yang diambil adalah
yang kesemuanya itu dilaksanakan pada tenaga kerja pekerjaan plesteran
saat jam kerja. Peningkatan produktivitas c. Jenis pekerjaan meliputi pekerjaan
dan efisiensi merupakan sumber plesteran
pertumbuhan utama untuk mewujudkan 2. TINJAUAN PUSTAKA
pembangunan yang berkelanjutan. 2.1. Produktivitas
Sebaliknya pertumbuhan yang tinggi dan Dalam perkembangan konstruksi yang
berkelanjutan juga merupakan unsur ada saat ini kita jelas dapat menilai bahwa
penting dalam menjaga kesinambungan persaingan dalam investasi infrastruktur
peningkatan produktivitas jangka panjang. sangatlah tinggi dengan ditunjang
1.2. Perumusan Masalah sumber daya manusia yang ada di
Dari uraian singkat yang telah dipaparkan persaingan era globalisasi dengan
di atas, maka permasalahan yang akan menuntun ke arah pembangunan yang
ditimbulkan adalah sebagai berikut: lebih baik kedepan.
a. Bagaimanakah produktivitas tenaga 2.2 Analisa Statistik
kerja dalam menyelesaikan proyek
konstruksi?
b. Faktor – faktor apa saja yang Data bisa diperoleh dengan berbagai
mempengaruhi produktivitas dan yang cara, dalam lingkungan berbeda, lapangan
paling berpengaruh terhadap atau laboratorium dan dari sumber yang
pelaksanaan pekerjaan konstruksi? berbeda. Metode pengumpulan data
1.3. Tujuan Penelitian meliputi wawancara, bantuan komputer,
Adapun tujuan penelitian ini adalah : kuesioner yang diserahkan secara pribadi.
a. Untuk mengetahui pengaruh variabel 2.3. Analisa Data Penelitian
umur, pengalaman kerja, tingkat Metode deskriptif adalah suatu metode
pendidikan, kesesuaian upah, dalam meneliti status sekelompok
komposisi kelompok kerja dan manusia, suatu obyek, suatu set kondisi,
kedisplinan kerja terhadap tingkat suatu sistem pemikiran ataupun suatu
produktivitas tenaga kerja pada kelas peristiwa pada masa sekarang.
pekerjaan plesteran. 2.4. Metode SPSS
b. Untuk mengetahui faktor variabel apa Pada dasarnya komputer berfungsi
saja yang sangat dominan terhadap mengolah data informasi yang berarti.
produktivitas pada pekerjaan tersebut. Data yang diolah dimasukkan sebagai
1.4. Manfaat Penelitian input, kemudian dengan proses
Manfaat penelitian ini adalah : pengolahan data oleh komputer
a. Mengetahui besarnya tingkat dihasilkan output berupa informasi
produktivitas tenaga kerja untuk kegunaan lebih lanjut. Berikut
b. Mengetahui faktor yang mempunyai
gambaran tentang cara kerja komputer
pengaruh paling dominan terhadap
dengan program SPSS dalam
Pekerjaan plesteran
mengolah data laboratorium dengan
menunjukkan sertifikat uji laboratorium dahulu. Penetapan kriteria dimaksudkan
berskala Nasional dan Internasional. untuk mendapatkan data dengan kondisi-
3. Metodologi Penelitian kondisi yang diinginkan. Kriteria-kriteria
3.1. Bagan Alir Penelitian tersebut adalah :
a. Survey kecepatan hanya dilakukan
satu arah dengan asumsi sebaliknya
akan menghasilkan kecepatan yang
sama;
b. Kendaraan disurvey secara menerus di
area 1, area 2, dan area 3;
c. Kendaraan yang disurvey adalah
kendaraan yang melakukan perjalanan
secara individu, bukan berombongan
atau beriringan, tidak berpaspasan
dengan kendaraan di depannya atau
belok ke rumah. Jika ada kendaraan
yang berjalan beriringan, maka
kendaraan dengan posisi terdepan
yang diambil sebagai sampel;
d. Pita penggaduh yang disurvey adalah
yang sudah terpasang di ruas jalan
permukiman dan dipasang secara seri.
Survey lapangan yang dilakukan
Gambar 3.1. Bagan Alir (Flow Chart)
dalam penelitian ini meliputi :
Penelitian.
 Pengukuran panjang area yang akan
3.2. Lokasi Observasi dinikmati dan dibagi dalam area 1, area
Adapun lokasi survey yang dilakukan 2, dan area 3;
dalam penelitian ini adalah kawasan  Dimensi pita penggaduh yang meliputi
penerapan ZoSS yang ada di SDN 17, SD tinggi, lebar, bentuk dan bahan yang
Bawamai, SMPN 9, dan SMK 1 Kota digunakan serta ada atau tidaknya
Pontianak. marka atau tanda yang menunjukkan
adanya alat pembatas kecepatan di
3.3. Data Yang Dibutuhkan lokasi tersebut;
Data yang dibutuhkan dalam  Pencatatan waktu kendaraan yang
penelitian ini merupakan data primer yang melintas di masing-masing area untuk
diperoleh dengan melakukan pengamatan menghitung kecepatan kendaraan.
dan pengukuran langsung di lapangan, Panjang pengamatan dibagi dalam 3
terdiri dari : area untuk masing-masing pita penggaduh
a. Data Pita Penggaduh pada kawasan yang terpasang pada ruas jalan yang akan
ZoSS yang diteliti, meliputi : bentuk, diteliti. Kendaraan yang melintas di pita
ukuran, dan bahan pembuatan penggaduh diukur kecepatannya pada
b. Data kecepatan kendaraan ( sepeda area-area yang telah ditetapkan.
motor dan kendaraan ringan) yang Pembagian area dimaksudkan untuk
melintas di kawasan ZoSS yang akan memudahkan pencatatan waktu /
diteliti meliputi : keceparan normal kecepatan kendaraan yang melintas.
(area 1), kecepatan di pita penggaduh Pembagian area tersebut dapat
(area 2) dan kecepatan setelah pita dijelaskan sebagai berikut :
penggaduh (area 3).  Area 1 : dipergunakan untuk
c. Data ruas jalan yang meliputi : lebar mencatat waktu / kecepatan
jalan kendaraan sebelum melintasi pita
penggaduh ( pada area ini
3.4. Metode Pengamatan keceparan kendaraan dianggap
Dalam penentuan lokasi pita normal);
penggaduh yang akan diamati ditentukan
beberapa kriteria atau asumsi terlebih
 Area 2 : dipergunakan untuk d. Lakban;
mencatat waktu / kecepatan e. Peralatan tulis
kendaraan pada saat melintasi pita
penggaduh.
 Area 3 : dipergunakan untuk 3.4.3. Waktu Penelitian dan Penentuan
mencatat waktu / kecepatan pada Jumlah Sampel
saat kendaraan setelah melintasi Waktu penelitian sangat tergantung
pita penggaduh.. dari data yang dibutuhkan. Untuk
3.4.1. Pelaksanaan Survey measing-masing pita penggaduh
Pengumpulan data kecepatan kendaraan yang disurvey ≥ 30 buah
kendaraan di lapangan dilakukan dengan kendaraan, dengan pertimbangan data
metode kecepatan setempat dengan yang diperoleh secara statistik dapat
mengukur waktu perjalanan bergerak. diterima dengan asumsi data berdistribusi
Metode kecepatan setempat dimaksudkan normal. Banyaknya pita penggaduh yang
untuk mengukur karakteristik kecepatan disurvey sangat tergantung pada variasi
pada lokasi tertentu pada lalu lintas dan bentuk dan ukuran yang terpasang di
kondisi lalu lintas yang ada pada saat lapangan.
studi. 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS
Setelah panjang area ditetapkan, DATA
selanjutnya dibuat sketsa pita penggaduh 4.1.Pengumpulan Data Lapangan
yang akan disurvey pada lembar formulir Pengumpulan data dilakukan di Kota
yang telah tersedia. Pencatatan kecepatan Pontianak sebanyak 4 (empat) lokasi. Data
kendaraan dilakukan dengan cara kendaraan yang disurvey adalah sepeda
menghitung waktu yang dibutuhkan oleh motor yang melintasi kawasan ZoSS.
kendaraan untuk melintas di masing- Survey dilakukan pada pagi hingga sore
masing area. Karena panjang masing- hari (10.00 – 15.00 WIB) untuk 1 (satu)
masing area. Karena panjang masing- hari 1 (satu) lokasi.
masing area diketahui, maka kecepatan Tabel 4.1 Ukuran Pembagian Area di
dapat dihitung. Pengukuran dilakukan Lokasi Penelitian
secara manual, maka untuk mendapatkan
data kecepatan yang akan diambil, pada
saat surveyor 1 mencatat kendaraan yang
melintas di area 1, maka ia harus memberi
tandatertentu kepada surveyor 2 dan
surveyor 3 mengenai kendaraan yang akan
disurvey. Metode pelaksanaan pencatatan
4.1. Analisis Dan Pembahasan
kecepatan kendaraan dapat diilustrasikan
4.2.1. Analisis Dan Pembahasan Kecepatan
pada gambar dibawah ini.
Kendaraan
Area 1 Area 2 Area 3 1. Jalan K.H. Ahmad Dahlan
15 m 0,5 m 0,5 m 10 m Pada kawasan ZoSS ini lebar ruas
jalan 9,1 m dengan kondisi aspal baik dan
arah tujuan kendaraan yang diambil
adalah arah dari sebelum simpang 4
(empat). Pemasangan Pita Penggaduh
Surveyor 1 Surveyor 2 Surveyor 3
pada kawasan ZoSS dipasang secara
double atau dibagi 2 (dua) kelompok.
Gambar 3.2. Metode Pelaksanaan
3.4.2. Peralatan yang Dibutuhkan
Untuk mendapatkan hasil yang baik,
dibutuhkan beberapa peralatan yang
mendukung penelitian ini, yaitu :
a. Lembar survey;
b. Alat ukur panjang (meteran);
c. Stopwatch;
Dari grafik di atas maka dapat dilihat
bahwa kecepatan 20 Km/Jam di area 1
(satu) terletak pada persentil 5 %, di area
2a terletak pada persentil 94 %, di area 2b
terletak pada persentil 100% dan yang
terakhir di area 3 (tiga) terletak pada
persentil 85 %.

Grafik 4.1 Persentil Kecepatan sepeda


motor di Jalan K.H. Ahmad Dahlan
Dari grafik di atas maka dapat dilihat
bahwa kecepatan 20 Km/Jam di area 1
(satu) terletak pada persentil 3 %, di area
2a terletak pada persentil 85 %, di area 2b
terletak pada persentil 100% dan yang
terakhir di area 3 (tiga) terletak pada Grafik 4.4 Kecepatan di masing – masing
persentil 77 %. area untuk sepeda motor di Jalan Putri
Candramidi
3. Jalan Pengeran Natakusuma
Pada kawasan ZoSS ini lebar ruas
jalan 7,1 m dengan kondisi aspal baik dan
arah tujuan kendaraan yang diambil adalah
arah dari sebelum simpang 4 (empat).
Pemasangan Pita Penggaduh pada
kawasan ZoSS dipasang secara single atau
hanya 1 (satu) kelompok.

Grafik 4.2 Kecepatan di masing –


masing area untuk sepeda motor di Jalan
K.H. Ahmad Dahlan
2. Jalan Putri Candramidi
Pada kawasan ZoSS ini lebar ruas
jalan 6,2 m dengan kondisi aspal baik dan
arah tujuan kendaraan yang diambil
adalah arah dari simpang 3 (tiga) masuk
ke Jalan Putri Candramidi. Pemasangan
Pita Penggaduh pada kawasan ZoSS
dipasang secara double atau dibagi 2 (dua) Grafik 4.5 Persentil Kecepatan sepeda
kelompok. motor di Jalan Pangeran Natakusuma
Dari grafik di atas maka dapat dilihat
bahwa kecepatan 25 Km/Jam di area 1
(satu) terletak pada persentil 88 %, di area
2 (dua) terletak pada persentil 100 %, di
area 3 (tiga) terletak pada persentil 100 %.

Grafik 4.3 Persentil Kecepatan sepeda di


Jalan Putri Candramidi
Dari hasil analisis selisih rata-rata
pada area kecepatan normal dibandingkan
dengan kecepatan setelah melintasi Pita
Grafik 4.6 Kecepatan di masing – masing
Penggaduh didapat hasil sebagai berikut :
area untuk sepeda motor di Jalan Pangeran
area 1 (satu) dengan area 3 (tiga), berbeda,
Natakusuma.
artinya pada area 1 (satu) selisih rata-rata
4. Jalan Danau Sentarum
kecepatan dianggap kecepatan nomal dan
Pada kawasan ZoSS ini lebar ruas
setelah melintasi area 3 (tiga) selisih rata-
jalan 10,2 m dengan kondisi aspal baik
rata kecepatan mengalami penurunan
dan arah tujuan kendaraan yang diambil
sesuai dengan batas kecepatan yang
adalah arah dari sebelum simpang 4
ditentukan pada rambu di setiap masing-
(empat). Pemasangan Pita Penggaduh
masing lokasi. (perhitungan pada Tabel
pada kawasan ZoSS dipasang secara
4.2).
single atau hanya 1 (satu) kelompok.
Berdasarkan hasil observasi di
lapangan, dengan melakukan Survey
Geometrik Jalan yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran situasi jalan
meliputi lebar median, lebar badan jalan,
bahu jalan, dan karakteristik Pita
Penggaduh. Survey Geometri dilakukan
pada hari yang sama dengan Survey
Kecepatan pada setiap lokasi penelitian.
Gambaran keadaan lokasi penelitian dan
karakteristik Pita Penggaduh dapat dilihat
pada tabel berikut :
Grafik 4.7 Persentil Kecepatan sepeda motor
di Jalan Danau Sentarum Tabel 4.3 Karakteristik Pita Penggaduh
Dari grafik di atas maka dapat dilihat
pada Kawasan ZoSS
bahwa kecepatan 25 Km/Jam di area 1
(satu) terletak pada persentil 15 %, di area
2 (dua) terletak pada persentil 100 %, di
area 3 (tiga) terletak pada persentil 90 %.

Untuk kelengkapan Marka pada


kawasan ZoSS dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.4 Daftar Marka yang harus ada
pada kawasan ZoSS
Grafik 4.8 Kecepatan di masing – masing
area untuk sepeda motor di Jalan Danau
Sentarum.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Kecepatan Rata –
rata di masing- masing area
Untuk kelengkapan Rambu pada Pita 3. Dari hasil grafik persentil yang telah
Penggaduh dapat dilihat pada tabel berikut dibuat dapat diambil presentase
: keefektifitasan Pita Penggaduh untuk
Tabel 4.5 Daftar Rambu yang harus ada Jalan K.H. Ahmad Dahlan dan Jalan
pada kawasan Pita Penggaduh Putri Candramidi, dimana untuk area
2a pada Jalan K.H. Ahmad Dahlan
sebesar 85% dari jumlah sepeda motor
yang diharuskan melintas dengan
kecepatan 20 km/jam dan pada Jalan
Putri Candramidi sebesar 94%, dan
pada area 2b keduanya mencapai
4. Analisis dan Pembahasan Efektifitas dari
100%. Sedangkan pada Jalan
Pita Penggaduh
Pangeran Natakusuma dan Jalan
Efektifitas Pita Penggaduh dapat kita Danau Sentarum yang hanya memiliki
lihat dari grafik persentil pada area 2
1 (satu) presentase keefektifitasan
(dua) atau pada saat sepeda motor yaitu sebesar 100%.
melintasi pita penggaduh. Batas
5.2. Saran
Kecepatan yang diambil disesuaikan
Beberapa saran yang dapat
dengan rambu batas kecepatan akhir pada disampaikan untuk penelitian lanjutan
setiap masing – masing lokasi. Berikut
agar diperoleh hasil dan manfaat yang
adalah tingkat efektifitas Pita Penggaduh ;
optimal adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Tingkat Efektifitas Pita Penggaduh
1. Perlu adanya penelitian pada
kawasaan ZoSS yang dilengkapi Pita
Penggaduh dengan kawasan ZoSS
yang tidak dilengkapi Pita Penggaduh.
2. meneliti jarak perletakkan Pita
Penggaduh yang telah disesuaikan
Dari hasil Tabel 4.6 dapat dilihat dengan karakteristik lalu lintas pada
bahwa semakin tinggi angka presentase kawasan ZoSS tersebut.
maka semakin efektif Pita Penggaduh 3. Dilakukan penelitian pada lokasi -
tersebut. lokasi yang memilki potensi
5. PENUTUP kecelakaan lebih tinggi sehingga perlu
5.1. Kesimpulan dipasang Pita Penggaduh.
Berdasarkan dari hasil penelitian Pita 4. Perlunya pernilitian lebih lanjut pada
Penggaduh pada kawasan ZoSS dapat perilaku pengendara ketika memasuki
ditarik kesimpulan sebagai berikut : kawasan ZoSS yang dilengkapi pita
1. Pada beberapa kawasan ZoSS tidak penggaduh beserta alat pendukung
dilengkapi dengan fasilitas kinerja jalan lainnya.
kelengkapan jalan yang membantu DAFTAR PUSTAKA
kinerja Pita Penggaduh dalam Meydita, N dan Kusumawati, A. 2012.
mengendalikan kecepatan kendaraan Jurnal Transportasi Voumel 12
pada kawasan ZoSS, seperti Lampu Nomor 3 Pengaruh Pita
Peringatan. Dan di setiap kawasan Penggaduh Melintang Terhadap
ZoSS yang diteliti tidak dilengkapi Kecepatan Kendaraan Ringan dan
dengan Marka Larangan Berhenti. Angka Kecelakaan di Jalan Tol
2. Untuk desain pita penggaduh mengacu Cipularang: ITB.
pada “Surat Dirjen Perhubungan Departemen Perhubungan. 1994.
Darat No. AJ.003/5/9/DRJD/201” Keputusan Menteri Perhubungan
yang mana berdasarkan “Keputusan Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Alat
Menteri Perhubungan Nomor 3 Tahun Pengendali dan Pengaman
1994 Tentang Alat Pengendali dan Pemakai Jalan. Jakarta
Pengaman Pemakai Jalan”, dimana Direktorat Jendral Prasarana Wilayah.
dimensi Pita Penggaduh di setiap 2004. Pedoman Perencanaan
lokasi penelitian sudah memenuhi Fasilitas Pengendali Kecepatan
aturan yang ditentukan. Lalu Lintas. Jakarta.
Departemen Perhubungan. 2014.
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor. PM. 13 Tahun 2014
Tentang Rambu-Rambu Lalu
Lintas.
Departemen Perhubungan. 2014.
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor. PM. 34 Tahun 2014
Tentang Marka Jalan.
Departemen Perhubungan. 2011. Surat
Dirjen Perhubungan Darat Nomor
AJ.003/5/9/DRJD/2011 tanggal 21
juni 2011 Tentang Spesifikasi Pita
Penggaduh.
Ahmad, F. 2005. Pengaruh Rumble Strips
Terhadap Perilaku Pengemudi Di
Perlintasan Kereta Api:
Universitas Diponegoro Semarang.
Arianto, E. J. 2005. Analisis Pengaruh
Speed Humps Terhadap
Kecepatan. Universitas
Diponegoro Semarang.
Menteri Perhubungan. 2015. Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia, Nomor PM 111 Tahun
2015 Tentang Cara Penetapan
Batas Kecepatan.
Direktorat Jendral Bina Marga. 1990.
Panduan Survai Dan Perhitungan
Waktu Perjalanan Lalu Lintas No.
001/T/BNKT/1990.
Walpole, R. E dan Myaers, R. H. 1995.
Ilmu Peluang dan Statistik untuk
Insinyr dan Ilmuwan, Edisi ke-4,
Penerbit ITB Bandung.

Anda mungkin juga menyukai