Anda di halaman 1dari 66

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN

DAN KETERAMPILAN ANAK USIA DINI DALAM PERSONAL


HYGIENE CUCI TANGAN DI TK AL-GHIFARI
GUNUNG TUA TAHUN 2017

PROPOSAL

OLEH :

DERMAWATI HARAHAP
NIM.16010098P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES AUFA ROYHAN KOTA
PADANGSIDIMPUAN
2017
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN ANAK USIA DINI DALAM PERSONAL
HYGIENE CUCI TANGAN DI TK AL GHIFARI
GUNUNG TUA TAHUN 2017

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh


gelar sarjana Keperawatan

PROPOSAL

Disusun Oleh :
DERMAWATI HARAHAP
NIM.16010098P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES AUFA ROYHAN KOTA
PADANGSIDIMPUAN
2017
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan menjadi bagian yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang

agar dapat melakukan aktivitas. Kesadaran akan pentingnya kesehatan perlu

ditanamkan sejak usia sedini mungkin pada anak usia sekolah. Upaya yang

dilakukan oleh pemerintah, yaitu melalui program promosi kesehatan sekolah atau

Health Promoting School (Depkes RI, 2006). Promosi kesehatan di sekolah yang

dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia menggunakan model holistik yang

meliputi hubungan antar aspek fisik, mental, sosial dan lingkungan (WHO, 2005).

Masalah kesehatan yang sering timbul pada anak usia sekolah yaitu gangguan

perilaku, penyakit infeksi, penyakit saluran pencernaan, penyakit saluran

pernafasan, penyakit kulit dan malnutrisi. Masalah-masalah tersebut karena

kurangnya pengetahuan serta kesadaran akan pentingnya kesehatan terutama

kebiasaan mencuci tangan dan mengkonsumsi jajanan sehat. Cuci tangan

merupakan salah satu solusi yang mudah dan efektif dalam pencegahan penyakit

menular dan jajanan yang sehat juga dapat mencegah gangguan saluran

pencernaan (Depkes RI 2005).

Perilaku kesehatan merupakan perilaku yang harus diperhatikan oleh

setiap orang. Hal yang paling penting dalam perilaku kesehatan adalah

pembentukan dan perubahan perilaku (Blum dalam Mulana, 2010). Perilaku hidup

bersih dan sehat yang masih kurang menyebabkan banyak penyakit, salah satunya

adalah penyakit infeksi. Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak


tangan ke tangan yang mengakibatkan demam biasa, flu dan beberapa kelainan

sistem pencernaan seperti diare). Anak usia prasekolah sangat rentan dengan

berbagai penyakit infeksi tersebut. Penyakit-penyakit infeksi timbul salah satunya

karena kurangnya pengetahuan serta kesadaran akan pentingnya kesehatan

terutama kebiasaan mencuci tangan yang sering kali dianggap remeh.

Berdasarkan data WHO (2005) menyebut bahwa setiap tahun 100.000

anak Indonesia meninggal akibat diare, angka kejadian kecacingan mencapai

angka 40-60%, anemia pada anak sekolah 23,2% dan masalah karies 74,4%.

Target nasional institusi pendidikan yang melaksanakan PHBS adalah 70%

ditahun 2014. Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Paluta tahun 2016 sekolah

yang telah melaksanakan PHBS hanya 22,5% dengan target 65%. Rendahnya

cakupan ini berdampak juga terhadap tingginya angka kesakitan yang

berhubungan dengan penyakit yang berorientasi lingkungan dan perilaku, dimana

kasus penyakit menular selama tahun 2016 masih cukup tinggi.

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa perilaku cuci tangan

menggunakan sabun pada anak usia dini masih kurang dilakukan dengan baik dan

benar serta mengkonsumsi jajanan tidak sehat diluar sekolah dikarenakan masih

rendah pengetahuan dan sikap anak. Berdasarkan survei awal peneliti melihat

kurangnya kesadaran anak usia dini terhadap kebersihan diri, tidak mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir, masih ada ditemukan anak usia dini yang

jajan diluar area sekolah yang belum terjamin kebersihan dan kandungan gizinya,

Mencuci tangan telah menjadi kebiasaan di TK Al Ghifari Gunung Tua namun

dalam praktiknya belum dilakukan dengan langkah-langkah yang benar.


Data studi pendahuluan dari 10 siswa TK Al Ghifari didapatkan 90%

siswa tidak mengetahui cara mencuci tangan yang benar, 20% siswa tidak

mencuci tangan sebelum makan, 10% siswa tidak mencuci tangan setelah dari

toilet, dan 10% siswa tidak mencuci tangan setelah bermain. Penyakit yang sering

diderita siswa adalah ISPA dan diare dalam 2 bulan terakhir. Hal ini terjadi

karena kurangnya pengetahuan siswa mengenai cara mencuci tangan yang benar

dan belum pernah dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai mencuci tangan

yang benar di sekolah. Ketidaktahuan mengenai dampak yang akan terjadi akibat

tidak mencuci tangan merupakan akibat dari kurangnya sosialisasi tentang

pentingnya mencuci tangan.

Berdasarkan penelitian terdahulu tentang Pengaruh Pendidikan

Kesehatan dengan Media Puzzle terhadap Kemampuan Mencuci Tangan pada

Anak Sekolah (6-12) Tahun di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Hasil

penelitian menunjukkan sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan dengan

media puzzle hampir semua responden (95%) tidak mampu mendemonstrasikan

mencuci tangan, sedangkan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dengan

media puzzle responden yang mampu mendemonstrasikan mencuci tangan

sebanyak 40 responden (93%). Analisis pengaruh didapatkan p=0,000 yang

berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap

kemampuan mencuci tangan pada anak usia sekolah (6-12) tahun di Kecamatan

Jelbuk Kabupaten Jember. Oleh karena itu metode bermain puzzle dapat dijadikan

media pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan cuci tangan pada

anak.(Ayu Soraya 2015)


Cuci tangan pakai sabun secara teratur dapat menurunkan insiden diare

hingga 42% sampai 47% dan dapat menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari

30%. Cuci tangan pakai sabun dapat diajarkan sedini mungkin yaitu pada masa

usia prasekolah. Masa usia prasekolah adalah masa yang sangat penting dimana

periode tersebut sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya

dan merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku sehat terutama kebiasaan menjaga kebersihan

pribadi sangat tepat ditanamkan sedini mungkin karena kebiasaan-kebiasaan

tersebut akan terbawa sampai dewasa nanti (Notoatmodjo, 2012).

Usaha yang paling efektif dalam mengubah perilaku, dari perilaku yang

merugikan kesehatan ke arah perilaku yang menguntungkan kesehatan adalah

melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bisa dilakukan dengan

menggunakan berbagai metode, salah satunya adalah metode bernyanyi. Metode

bernyanyi sangat tepat diberikan kepada anak usia prasekolah karena merupakan

metode yang menyenangkan sehingga menjadikan anak lebih aktif dan kreatif,

serta pelajaran yang diberikan lebih efektif untuk diterima anak (Masykur, 2004

dalam Listyowati, 2012).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : Apakah Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan

Keterampilan Anak Usia Dini Dalam Personal Hygiene Cuci Tangan di TK Al

Ghifari Gunung Tua Tahun 2017.


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umun

Untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

dan Keterampilan Anak Usia Dini Dalam Personal Hygiene Cuci Tangan di TK

Al Ghifari Gunung Tua Tahun 2017.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan personal hygiene cuci tangan anak

usia dini sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.

2. Untuk mengetahui keterampilan personal hygiene cuci tangan anak

usia dini sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.

3. Untuk mengetahui pengetahuan personal hygiene cuci tangan anak

usia dini sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Untuk mengetahui keterampilan personal hygiene cuci tangan anak

usia dini sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.

5. Untuk membandingkan pengetahuan dan keterampilan personal

hygiene cuci tangan anak usia dini sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan

terhadap personal hygiene cuci tangan.


1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai masukan kepada masyarakat ataupun orangtua anak usia dini

untuk berperilaku hidup sehat dan mengawasi cara mencuci tangan yang benar.

1.4.3 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan dan informasi untuk meningkatkan kesadaran anak usia

dini agar berperilaku hidup sehat.

1.4.4 Bagi Pendidikan

Sebagai bahan referensi di perpustakaan Stikes Aufa Royhan dan sebagai

masukan bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Pengertian

Pendidikan merupakan suatu proses perkembangan individu menuju

pendewasaan. Pendewasaan yang dimaksud adalah karakter kepribadian menusia

yang memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap kedewasaan

intelektual, nilai social, dan moral yang berlaku di masyarakat. Pendidikan juga

dapat diartikan sebagai upaya membudayakan manusia muda, yang meliputi

persiapan untuk menguasai alam lingkungannya serta memahami dan

melaksanakan norma yang berlaku. Selain itu pendidikan juga memberikan peran

yang sesuai dala menyelenggarakan kehidupan yang layak untuk meneruskan

kehidupan generasi berikutnya.(Ridwan, 2004)

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari program promosi kesehatan

yang mempunyai bentuk intervensi berupa komunikasi, konsultasi, training,

umpan balik dan interaksi. Program promosi menghasilkan motivasi, kemampuan

dan penghargaan untuk menghasilkan perilaku yang kondusif terhadap kesehatan

(Green dan Kreuter, 2000). Dengan pendidikan kesehatan, individu atau

masyarakat dapat menentukan pilihan yang tepat dalam memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatannya, sehingga dapat berperilaku positif terhadap

nilai-nilai kesehatan. WHO ( 1992), pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan

yang terencana dengan tujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap persepsi dan

perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat dalam mengambil tindakan dalam


masalah kesehatan. Dengan demikian masyarakat diberi pemahaman terencana

tentang informasi nilai kesehatan yang akurat, dengan harapan terjadi perubahan

pengetahuan menjadi tahu, bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai kesehatan.

Perubahan ini dijalani melalui proses pembelajaran dengan kegiatan latihan bukan

sekedar mengumpulkan pengetahuan, akan tetapi terbentuk suatu asosiasi antara

pesan yang ditangkap pancaindera dengan kecenderungan untuk bertindak.

Cognitive consistency theory menjelaskan tentang pemahaman baru

terhadap perilaku dan perubahan perilaku. Hubungannya, perilaku mempengaruhi

pengetahuan dan sikap sebagaimana pengetahuan dan siakp mempengaruhi

perilaku. Adapun pembelajaran merupakan hasil dari interaksi secara serentak dari

pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menunjukkan model hubungan linear. Oleh

karena itu, pendidikan kesehatan yang efektif secara serentak harus menargetkan

pada perubahan pengetahuan sikap, dan perilaku (Simon- Morton et al 1995).

Pendidikan kesehatan adalah profesi yang mendidik masyarakat tentang

kesehatan yang meliputi kesehatan lingkungan, kesehatan fisik, kesehatan sosial,

kesehatan emosional, kesehatan intelektual, dan kesehatan rohani. Hal ini dapat

didefinisikan sebagai prinsip dengan mana individu dan kelompok orang belajar

untuk berperilaku dengan cara yang kondusif untuk promosi, pemeliharaan, atau

restorasi kesehatan. (Notoatmodjo,S, 2012)

Komite Bersama Pendidikan Kesehatan dan Promosi Terminologi Tahun

2001 mendefinisikan Pendidikan Kesehatan sebagai "kombinasi dari pengalaman

belajar yang direncanakan berdasarkan teori suara yang memberikan individu,

kelompok, dan masyarakat kesempatan untuk memperoleh informasi dan


keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang

berkualitas. (Maulana dan Blum,2010)

Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan Pendidikan Kesehatan

sebagai "yang terdiri dari peluang sadar yang dibangun untuk pembelajaran yang

melibatkan beberapa bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan

melek kesehatan, termasuk meningkatkan pengetahuan, dan mengembangkan

keterampilan hidup yang kondusif untuk kesehatan individu dan masyarakat.

Menurut program kesehatan dan kedokteran yang didalamnya terkandung

rencana untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan

untuk membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan

penyakit dan peningkatan kesehatan.

Menurut Notoatmodjo S, pengertian pendidikan kesehatan adalah proses

untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang

sempurna, baik fisik, mental dan sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan

mewujudkan aspirasinnya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi

lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, budaya, dan sebagainya).

Dapat dirumuskan bahwa pengertian pendidikan kesehatan adalah upaya

untuk mempengaruhi orang lain, individu, kelompok, atau masyarakat, agar

melaksanakan perilaku hidup sehat. Sedangkan secara operasional, pendidikan

kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).


2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo 2012).

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan, Peneliti Rogers (2011) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasa

tertarik), terhadap stimulus tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul.

1) Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya hal ini berarti sikap responden sudah mulai lebih

baik lagi

2) Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

3)Adaptation, dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan

pengetahuan,kesadaran dan sikap terhadap stimulus

(Notoadmodjo,2012).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Men urut Notoadmojo (2012), tingkat pengetahuan mencakup di dalam

kognitif dibagi menjadi 6 kategori yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge) mencakup keterampilan mengingat kembali

faktor-faktor yang pernah dipelajari.

2. Pemahaman (comprehension) meliputi pemahaman terhadap informasi

yang ada.

3. Penerapan (application) mencakup keterampilan menerapkan informasi

atau pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.

4. Analisis (analysis) meliputi pemilihan informasi menjadi bagian-bagian

atau meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.

5. Sintesis (synthesis) mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan

yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola

yang tidak ada sebelumnya.

6. Evaluasi (evaluation) meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan

berdasarkan kriteria-kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata:

pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.

2.2.3 Pengukuran tingkat pengetahuan

Pengukuran Pengetahuan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori sebagai berikut:


(Arikunto, 2010)
a. Baik : Jika jawaban benar ≥ 76 -100%
b. Cukup : Jika jawaban benar 56 – 75 %
c. Sedang : Jika jawaban benar ≤ 55 %
2.3 Keterampilan

2.3.1 Pengertian

Keterampilan merupakan suatu keahlian yang dimiliki dalam bekerja.

Tingkat kemampuan seseorang tidak bisa diketahui karena kemampuan berasal

dari diri sendiri, didalam bekerja diperlukan keterampilan, keuletan dan

kemampuan berfikir yang luas .

Menurut Suwito Ardianto menyatakan didalam meningkatkan efisiensi

kerja, menegakkan kedisiplinan kerja penyediaan fasilitas kerja sebagai sarana

penunjang dalam melaksanakan tugas-tugas serta mengumpulkan hubungan kerja

yang harmonis, serasi, cantik, sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh .

Berdasarkan pemahaman tersebut maka efisiensi adalah merupakan asas

dan sekaligus juga merupakan tujuan serta syarat-syarat ukuran atau kriteria yang

harus di penuhi oleh setiap organisasi ( Instansi ).

1. Efektif (effective) atau berhasil guna artinya kegiatan yang

dilakukan telah mencapai target/sasaran yang telah ditetapkan

sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan .

2. Ekonomi (economy) artinya bahwa didalam mencapai target sesuai

dengan batas waktu yang telah ditetapkan, telah terlaksana tanpa

pemborosan dalam pengunaan sumber - sumber dan waktu.

3. Pertanggung Jawaban yang tepat dalam arti bahwa apabila target

pekerjaan, kegiatan yang telah tercapai tanpa pemborosan sumber-

sumber dan waktu, maka kriteria berikunya telah terpenuhi adanya

pertanggung jawaban yang tepat.


4. Rasionalitas, Wewenang dan Tanggung Jawab artinya berfikir

secara rasional dan beertanggung jawab kepada semua

permasalahan.

5. Asas pembagian kerja yang nyata artinya apabila seseorang

memiliki wewenang ia pun harus mempunyai pekerjaan yang jelas

dan harus di perhatikan bahwa kemampuan manusia adalah

terbatas.

2.3.2 Pengukuran keterampilan


Tahapan pengukuran keterampilan yakni :
1. Perencanaan (plan),
2. Tindakan (act),
3. Pengamatan (observe) dan
4. Refleksi (reflect).
Pengukuran keterampilan dibagi menjadi 3 kategori :
1. Sangat Baik
2. Baik
3. Cukup
2.4. Anak Usia Dini

2.4.1 Pengertian

Anak usia dini adalah anak yang berusia di bawah 6 tahun. Jadi mulai dari

anak itu lahir hingga ia mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai

anak usia dini. Beberapa orang menyebut fase atau masa ini sebagai ‘golden age”

karena masa ini sangat menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik

dari segi fisik, mental maupun kecerdasan. Tentu saja ada banyak faktor yang

akan sangat mempengaruhi mereka dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan,

tetapi apa yang mereka dapat dan apa yang diajarkan pada mereka pada usia dini
akan tetap membekas dan bahkan memiliki pengaruh dominan dalam mereka

menentukan setiap pilihan dan langkah hidup.(Hibama,R,2002)

2.4.2. Karakteristik Anak Usia Dini

Berikut beberapa sifat dan karakteristik umum dari anak usia dini yang
perlu kita ketahui:

1. Memiliki jiwa petualang atau sifat eksploratif.

2. Kaya akan daya imajinasi dan fantasi

3. Mudah merasa frustasi

4. Belum dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang lama

5. Rasa antusias dan ingin tahu yang kuat terhadap banyak hal di sekitarnya

6. Enerjik dan aktif

7. Belum atau kurang memiliki pertimbangan dalam melakukan suatu


tindakan.

Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi

pengembangan kreativitas dan bahasanya.Anak usia dini suka membayangkan dan

mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata. Salah satu khayalan anak

misalnya kardus dapat dijadikan anak sebagai mobil- mobilan. Menurut Berg,

rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk tenang memperhatikan

sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal yang biasa membuatnya senang.

Anak sering merasa bosan dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak mudah

sekali mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih

menarik. Anak yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara

tentang diri sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan


dirinya, misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika

keinginannya tidak dipenuhi. (Jenice,J,B,2013).

Anak sering bermain dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya.

Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi. Apabila anak belum dapat

beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka anak anak akan dijauhi oleh

teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar menyesuaikan diri dan anak

akan mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain di sekitarnya. Pendidik perlu

memahami karakteristik anak untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.

Pendidik dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan perkembangan

anak. Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini (Hibama S Rahman, 2002)

sebagai berikut :

a. Anak Usia 0-1 tahun

Perkembangan fisik pada masa bayi mengalami pertumbuhan yang

paling cepat dibanding dengan usia selanjutnya karena kemampuan

dan keterampilan dasar dipelajari pada usia ini. Kemampuan dan

keterampilan dasar tersebut merupakan modal bagi anak untuk proses

perkembangan selanjutnya. Karakteristik anak usia bayi adalah sebagai

berikut:

1) Keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling, merangkak,

duduk, berdiri dan berjalan.

2) Keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak melihat atau

mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan

memasukkan setiap benda ke mulut


3) Komunikasi sosial anak yaitu komunikasi dari orang dewasa akan

mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.

b. Anak Usia 2- 3 tahun

Usia ini anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat pada

perkembangan fisiknya. Karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun

antara lain:

1) Anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada di

sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda yang

ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif

2) Anak mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu

dengan berceloteh. Anak belajar berkomunikasi, memahami

pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan

pikiran

3) Anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada faktor

lingkungan karena emosi lebih banyak ditemui pada lingkungan.

c. Anak usia 4-6 tahun

Anak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki Taman Kanak-kanak.

Karakteristik anak 4-6 tahun adalah:

1) Perkembangan fisiK anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan

sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak.

2) Perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami

pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya.


3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan

rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya. Anak sering

bertanya tentang apa yang dilihatnya

4) Bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun dilakukan

anak secara bersama-sama.

2.4.3 Prinsip- prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Beberapa prinsip perkembangan anak usia dini yaitu sebagai berikut:

Aspek- aspek perkembangan anak seperti aspek fisik, sosial, emosional, dan

kognitif satu sama lain saling terkait secara erat. Perkembangan anak tersebut

terjadi dalam suatu urutan yang berlangsung dengan rentang bervariasi antar anak

dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi. Perkembangan

berlangsung ke arah kompleksitas, organisasi, dan internalisas yang lebih

meningkat. Pengalaman pertama anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda

terhadap perkembangan anak. Perkembangan dan belajar dapat terjadi karena

dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural yang merupakan hasil dari interaksi

kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial tempat

anak tinggal.(Ayu,S,2015)

Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan

untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan, yang baru diperoleh dan ketika

mereka mengalami tantangan. Sarana penting bagi perkembangan sosial,

emosional, dan kognitif anak serta merefleksikan perkembangan anak yaitu

dengan bermain. Melalui bermain anak memiliki kesempatan dalam pertumbuhan

dan perkembangannya sehingga anak disebut dengan pembelajar aktif. Anak akan
berkembang dan belajar dengan baik apabila berada dalam suatu konteks

komunitas yang aman (fisik dan psikologi), menghargai, memenuhi kebutuhan-

kebutuhan fisiknya, dan aman secara psikologis.

Anak menunjukkan cara belajar yang berbeda untuk mengetahui dan

belajar tentang suatu hal yang kemudian mempresentasikan apa yang mereka tahu

dengan cara mereka sendiri. Dari berbagai uraian dapat disimpulkan bahwa

prinsip-prinsip anak usia dini adalah anak merupakan pembelajar aktif.

Perkembangan dan belajar anak merupakan interaksi anak dengan lingkungan

antara lain melalui bermain. Bermain itu sendiri merupakan sarana bagi

perkembangan dan pertumbuhan anak. Melalui bermain anak memiliki

kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru diperoleh sehingga

perkembangan anak akan mengalami percepatan.

2.5. Personal Hygiene

2.5.1. Pengertian Personal Hygiene


Personal Hygiene berasal dari bahasaYunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihandan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis. (Astutiningsih,2006)

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat

penting dan harus diperhatikan karena kebersihanakan mempengaruhi kesehatan

dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai

individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya

kebudayaan,sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan,

serta tingkat perkembangan. (Astutiningsih, 2006)


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2006).

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri

adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan

untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2006 )

Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.

Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele,

padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara

umum. Karena itu hendaknya setiap orang selalu berusaha supaya personal

hygiennya dipelihara dan ditingkatkan. Kebersihan dan kerapian sangat penting

dan diperlukan agar seseorang disenangi dan diterima dalam pergaulan, tetapi juga

karena kebersihan diperlukan agar seseorang dapat hidup secara sehat.

2.5.2. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene

1. Citra tubuh

Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada

orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang

penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh

mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi sekali maka

perawat mempertimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan

dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana


memberikan peraatan hygienis. Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat

pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra

untuk meningkatkan hygiene.

2. Praktik sosial.

Kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat

mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak

mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah

orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan

beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan kebersihan.

3. Status sosial - ekonomi

Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik

kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat

menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan

kosmetik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini

merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok sosial

klien.

4. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi

kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu

sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-

diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien

untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan


menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang

untuk memenuhi perawatan yang perlu.

5. Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi

perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik

keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi

kesehatan. Di Negara-negara Eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi

secara penuh hanya sekali dalam seminggu.

6. Pilihan pribadi

Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan

untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk

yang berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan

pribadi.

7. Kondisi fisik.

Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau

menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk

melakukan hygiene pribadi.

2.5.3. Personal Hygiene Cuci Tangan

Perilaku mencuci tangan dengan sabun terbukti efektif menurunkan

resiko penyakit diare sebesar 45% dan menurunkan hingga 25% jalur penularan

infeksi saluran radang paru-paru. Bahkan penelitian terbaru di Pakistan

menemukan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat menurunkan kejadian infeksi

paru-paru (pneumonia) lebih dari 50 % pada balita. Diare dan infeksi paru-paru
merupakan penyebab kematian terbesar pada anak-anak di seluruh dunia.

UNICEF menyebutkan setiap tahunnya lebih dari 3,5 juta anak tidak sampai

merayakan ulang tahunnya yang kelima akibat diare dan infeksi paru-paru.

(Planner’s Guide Global Hand washing Day, 2009).

Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada

balita, nomor tiga bagi bayi serta nomor lima bagi semua umur. Beberapa faktor

yang menyebabkan masih tingginya kasus diare di Indonesia antara lain

dikarenakan akses untuk mendapatkan air bersih yang masih kurang serta masih

rendahnya kesadaran untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS).

Penelitian Environmental Services Program (ESP) pada tahun 2006

menemukan bahwa jumlah masyarakat yang mencuci tangan pakai sabun sebelum

makan hanya 14,3%, sesudah buang air besar 11,7%, setelah menceboki bayi

8,9%, sebelum menyuapi anak 7,4% dan sebelum menyiapkan makanan hanya

6%. Tangan adalah bagian tubuh yang paling sering kita gunakan dan juga

menjadi penyebar utama bakteri/ virus penyebab diare serta penyakit lain seperti

flu burung, hepatitis A, disentri, kecacingan, tifus, influenza, infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA), dan penyakit infeksi lainnya. Mencuci tangan merupakan

tindakan yang mudah, murah, dan efektif mencegah penyakit-penyakit tersebut.

Bahkan menurut lembaga pusat pengendalian penyakit. Mencuci tangan adalah

satu-satunya cara yang paling penting dalam pencegahan penularan penyakit.

Menurut WHO, mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi resiko

penyakit diare hingga 47%. Terdapat sekitar satu juta kuman di tangan yang kapan
saja dapat menyebar dengan cepat melalui kontak tangan langsung dari seseorang

ke orang lain atau melalui benda yang dipegang. Dalam satu menit, rata-rata

seorang dewasa yang sedang bekerja dapat memegang sekitar 30 benda. Setiap 3

menit seorang anak akan memasukkan tangannya ke dalam hidung atau mulut dan

ini peluang yang sangat baik bagi kuman masuk ke dalam tubuh. Penggunaan

hand sanitizer (cairan mengandung alkohol) sama efektifnya dengan mencuci

tangan dengan sabun.. Berikut ini merupakan saat-saat penting untuk mencuci

tangan:

1. Sebelum makan.

2. Setelah dari WC.

3. Sebelum menyiapkan makanan, misalnya memotong sayuran,

lalapan, tempe, ikan, dll.

4. Setelah memegang hewan.

5. Setelah batuk atau bersin di tangan.

6. Setelah menyentuh orang sakit.

7. Setelah mengganti popok bayi.

8. Setelah memegang uang.

Biasanya kuman ditransmisikan dari tangan yang tidak bersih ke makanan.

Kuman-kuman kemudian memapar ke person yang makan makanan tersebut. Hal

ini bisa dicegah dengan selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet dan

sebelum menyiapkan makanan.


2.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan variabel yang akan

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pre Test Post Test

Pengetahuan anak
Pengetahuan anak usia dini
usia dini
Pendidikan
Keterampilan anak kesehatan Keterampilan anak
usia dini usia dini

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

- Variabel independent adalah penyebab yang bebas atau bersifat mempengaruhi.

Dalam penelitian ini termasuk dalam variabel independent adalah pengaruh

pendidikan kesehatan

- Variabel dependent adalah merupakan yang dipengaruhi atau akibat, karena

adanya variabel bebas, dalam penelitian ini yang dimaksud variabel dependent

adalah pengetahuan dan keterampilan anak usia dini.

2.7. Hipotesis

Ho : Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan

Keterampilan Anak Usia Dini Dalam Personal Hygiene Cuci Tangan di TK Al

Ghifari Gunung Tua Tahun 2017.

Ha : Tidak Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

dan Keterampilan Anak Usia Dini Dalam Personal Hygiene Cuci Tangan di TK

Al Ghifari Gunung Tua Tahun 2017.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperiment

pre-post test design dimana merupakan salah satu rancangan penelitian pre-

eksperimental. Pretest merupakan penilaian pengetahuan dan tindakan anak dalam

mencuci tangan sebelum diberikan intervensi. Selanjutnya, post test dilakukan

setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan selama 2 hari tentang cuci

tangan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di TK Al Ghifari Gunung Tua .

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai Juli 2018.

Adapun rincian kegiatan dimulai dari pengajuan judul, pembuatan proposal,

seminar proposal ,pelaksanaan penelitian, pengolahan data sampai dengan ujian

akhir skripsi.

No Kegiatan Bulan
Agust Sep Okt Des Jan Feb Mar April
1. Pengajuan judul

2. Penyusunan Proposal

3. Seminar Proposal

4. PelaksanaanPenelitian

5. Ujian Akhir
3.3 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sekelompok orang atau objek dengan atau

karakteristik umum yang dapat diobservasi. Populasi kasus dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa di TK AL Ghifari Gunung Tua sebanyak 55 siswa terdiri dari

29 perempuan dan 26 laki-laki. Pengambilan data menggunakan lembar

wawancara terstruktur untuk menilai pengetahuan dan lembar observasi untuk

menilai tindakan cuci tangan anak. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik

total random sampling dan disesuaikan dengan kriteria inklusi, sehingga

didapatkan 55 siswa TK Al Ghifari Gunung Tua. Data yang telah terkumpul

dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik.

3.3. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi, yang akan

diamati dan diukur peneliti. Penarikan sampel dilakukan secara total sampling

yaitu 55 sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan puzzle sebagai

pengumpulan data. Untuk pengukuran pengetahuan peneliti memberikan

pernyataan tentang pengetahuan mencuci tangan , sedangkan keterampilan diukur

dengan pengamatan. Peneliti selalu membangun, membina hubungan baik antara

peneliti dan responden. Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah

peneliti sendiri, sehingga peneliti berupaya terus untuk memiliki kemampuan

untuk menjalin hubungan baik dengan semua orang, termasuk mengembangkan

empati serta melihat sesuatu dari sudut pandang pelaku.


Adapun prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a) Membuat surat permohonan izin penelitian dari Stikes Aufa Royhan

Padangsidimpuan yang ditujukan kepada TK Al Ghifari Gunung Tua

Kabupaten Paluta.

b) Setelah mendapat persetujuan dari TK Al Ghifari Gunung Tua Kabupaten

Paluta peneliti meminta data anak usia dini untuk dijadikan sebagai calon

responden.

c) Meminta calon responden agar bersedia menjadi responden setelah

mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat,

dan prosedur penelitian.

d) Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang

belum jelas

Langkah Observasi Keterampilan :

1. Observasi atau pengamatan dilaksanakan pada proses pemberian tindakan

dalam pembelajaran tentang mencuci tangan melalui penyusunan puzzle

pada anak TK Al-Ghifari. Kegiatan yang dilakukan pada proses

pengamatan adalah kinerja guru dan partisipasi siswa selama mengikuti

pembelajaran. Pengamatan kinerja guru adalah pengamatan dalam

melakukan kegiatan cuci tangan secara keseluruhan yakni kegiatan

pendahuluan, inti, dan penutup. Pengamatan partisipasi siswa yakni

pengamatan partisipasi siswa selama mengikuti pembelajaran yakni

kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.


2. Kegiatan refleksi merupakan suatu kegiatan untuk melihat proses dan hasil

pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan, sehingga melalui kegiatan

ini peneliti dapat mengetahui adanya peningkatan keterampilan mencuci

tangan. Berdasarkan evaluasi pada siklusi I, dapat diketahui bagaimana

penguasaan keterampilan mencuci tangan dan hambatan apa yang dihadapi

oleh siswa.

3. Peningkatan keterampilan mencuci tangan diukur melalui tes keterampilan

mencuci tangan, observasi partisipasi siswa, dan observasi kinerja guru

selama proses pembelajaran.

3.5.1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data yang berupa penyusunan puzzle .(Notoatmodjo, 2012)

Penilaian pengetahuan untuk masing-masing kegiatan mencuci tangan

adalah:

1. Baik : 4-7

2. Cukup : 2-4

3. Kurang : 0-1

Penilaian Keterampilan :

1. Mampu :1

2. Tidak Mampu : 0
3.5.2 Jenis Data

1) Data Primer

Data Primer pada penelitian adalah data yang diambil secara langsung di

lokasi pengambilan sampel di TK AL Ghifari Gunung Tua dan instrumen

pengumpulan data adalah penyusunan puzzle.

2) Data Skunder

Jenis data sekunder yang berkaitan juga dikumpulkan dari data Dinas

Kesehatan Paluta dan data TK Al Ghifari Gunung Tua.

3.6 Uji Validitas dan Realibilitas

3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang

ingin diukur. Uji validitas dapat dilakukan menggunakan Product Moment Test.

Kriteria validitas instrument penelitian yaitu jika nilai Sig.(2-tailed) < 0,05.

Kuesioner penelitian ini diambil dari penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh

Mega Hadiatma dari Universitas Muhammadyah Surakarta, dengan judul:

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Mencuci Tangan Tingkat Pengetahuan

dan Perilaku Mencuci Tangan di TK Mandiri 01 Gonilan Surakata Tahun 2016.

3.6.2. Uji Realibilitas

Dari hasil uji reliability analysis diperoleh nilai Cronbach’s alpha bila

dibandingkan dengan Tabel r Product Moment dengan sampel diperoleh nilai

maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini realibel dan handal.
Tabel 3.3. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Skala Hasil Ukur


Operasional Bantu Ukur
1 Pengetahuan anak Mengetahui
usia dini dalam langkah dalam Ordinal 1.Baik
melakukan melakukan CTPS Puzzle 2.Cukup
personal hygiene yang dibuktikan 3.Kurang
cuci tangan dengan mampu
mengurutkan
langkah CTPS
dengan benar.

2 Keterampilan Anak mampu Lembar Ordinal 1. Mampu


anak usia dini mempraktekkan Observasi 2. Tidak
dalam langkah CTPS Mampu
melakukana dengan benar
personal hygiene
cuci tangan

3 Pendidikan Penyampaian Video


kesehatan materi kesehatan
(penyuluhan, mengenai cuci
diskusi, simulasi). tangan melalui
media video senam
irama.

3.7. Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner.

2) Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan agar

data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang valid

dan reliabel dan terhindar dari bias.


3) Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

yang diteliti yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan.

4) Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

komputer yang digunakan peneliti yaitu SPSS.

5) Data Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.

Setelah data dikelompokkan, data diolah dengan menggunakan statistik

(statistik data, analisis) dengan tahap sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik masing-

masing variabel independen (pendidikan kesehatan) dan variabel dependen

(pengetahuan keterampilan anak usia dini dalam personal hygiene cuci tangan)

dengan gambaran distribusi frekuensi menggunakan crosstabs.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada atau tidak hubungan antara

variabel bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependen variabel)

dengan menggunakan SPSS uji Wilcoxon. Test pertama sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan. Test kedua setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Uji


Wilcoxon untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pre test dengan

post test.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografi TK AL-Ghifari Gunung Tua

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka dapat

diperoleh data bahwa di secara geografis memilik batas-batas sebagai berikut :

1.Utara berbatasan dengan Rumah Hanafi Siregar.

2. Selatan berbatasan dengan Gang Lurah.

3. Barat berbatasan dengan Jalan Raya.

4. Timur berbatasan dengan Rumah warga.

Dengan Luas Wilayah 350 meter dan luas bangunan sekolah 160 meter.

Jumlah tenaga Pendidik sebanyak 7 orang . Responden penelitian ini adalah anak

usia dini TK AL-Ghifari Gunung Tua sebanyak 55 orang. Pelaksanaan penelitian

dengan menggunakan puzlle dan pendidikan kesehatan tentang video cuci tangan,

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan dan keterampilan anak usia dini dalam personal hygiene

cuci tangan di TK AL- Ghifari Gunung Tua.

4.2 Analisa Univariat

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Anak Usia Dini

di TK AL-Ghifari Gunung Tua. Maka hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat

dalam tabel distribusi frekuensi berikut:


Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dan persentase Karakteristik responden
berdasarkan Jenis Kelamin di TK AL-Ghifari Gunung Tua
Tahun 2017

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1. Laki-laki 26 47,3
2. Perempuan 29 52,7
Jumlah 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh hasil tentang karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (47,3%),

sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang (52,7%).

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Umur Responden

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentase Karakteristik responden


Berdasarkan Umur di TK AL-Ghifari Gunung Tua Tahun 2017

No Umur Jumlah Persentase (%)


1. 4 Tahun 15 27,2
2. 5 Tahun 31 56,4
3. 6 Tahun 9 16,4
Jumlah 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh hasil tentang karakteristik responden

berdasarkan umur 4 tahun sebanyak 14 orang (27,2%), dan responden umur 5

tahun sebanyak 31 orang (56,4%), sedangkan responden umur 6 tahun sebanyak 9

orang (16,4%).

4.2.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pre test Pengetahuan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Berdasarkan Pre


test pengetahuan di TK AL-Ghifari Gunung Tua Tahun 2017

No Pengetahuan Pre test Persentase (%)


1. Baik 7 12,7
2. Cukup 23 41,8
3. Kurang 25 45,5
Jumlah 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh hasil tentang karakteristik

responden berdasarkan pre test pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 7

orang (12,7%), dan kategori cukup sebanyak 23 orang (41,8%), sedangkan

responden kategori kurang sebanyak 25 orang (45,5%).

4.2.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Post test Pengetahuan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Berdasarkan Post


test pengetahuan di TK AL-Ghifari Gunung Tua Tahun 2017

No Pengetahuan Post test Persentase (%)


1. Baik 21 38,2
2. Cukup 18 32,7
3. Kurang 16 29,1
Jumlah 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh hasil tentang karakteristik

responden berdasarkan post test pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 21

orang (38,2%), dan responden kategori cukup sebanyak 18 orang (32,7%),

sedangkan responden kategori kurang sebanyak 16 orang (29,1%).

4.2.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pre test Keterampilan Responden

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Berdasarkan Pre


test Keterampilan di TK AL-Ghifari Gunung Tua Tahun 2017

No Keterampilan Pre test Persentase (%)


1. Mampu 29 52,7
2. Tidak Mampu 26 47,3
Jumlah 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh hasil tentang karakteristik

responden berdasarkan pre test keterampilan dengan kategori mampu sebanyak 29

orang (52,7%), sedangkan responden dengan kategori tiidak mampu sebanyak 26

orang (47,3%).

4.2.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pos test Keterampilan Responden.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Berdasarkan Post


test Keterampilan di TK AL-Ghifari Gunung Tua Tahun 2017

No Keterampilan Post test Persentase (%)


1. Mampu 43 78,2
2. Tidak Mampu 12 21,8
Jumlah 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh hasil tentang karakteristik

responden berdasarkan post test keterampilan dengan katageri mampu sebanyak

43 orang (78,2%), sedangkan kategori tidak mampu sebayak 12 orang (21,8%).

4.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat menggunakan uji Wilcoxon yaitu untuk melihat perbedaan

antara pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan kepada

anak usia dini di TK AL-Ghifari Gunung Tua sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap


Pengetahuan Anak Usia Dini Di TK AL-Ghifari Gunung Tua
Tahun 2017

Pendidikan Kesehatan
Pengetahuan Pre Test PostTest P-value
F % F %
Baik 7 12,7 21 38,2 0,000
Cukup 23 41,8 18 32,7
Kurang 25 45,5 16 29,1
Jumlah 55 100,0 55 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas diperoleh hasil distribusi fekuensi

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia dini, dari

responden 55 orang sebanyak 7 orang (12,7%) mempunyai pengetahuan yang

baik, dan sebanyak 23 orang (41,8%) dengan pengetahuan yang cukup, sedangkan

25 orang (45,5%) yang berpengetahuan kurang sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan dengan metode meyusun puzlle. Setelah dilakukan pendidikan

kesehatan maka diperoleh hasil responden yang mempunyai pengetahuan baik

sebanyak 21 orang (38,2%), dan responden dengan pengetahuan cukup sebanyak

18 orang (32,7%), sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 16

orang (29,1%).

Hasil analisa statistik uji Wilcoxon diperoleh p=0,000 (p<0,05) yang artinya

bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pada anak usia

dini di TK AL-Ghifari Tahun 2017.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap


Keterampilan Anak Usia Dini Di TK AL-Ghifari Gunung Tua
Tahun 2017

Pendidikan Kesehatan
Keterampilan Pre Test PostTest P-value

F % F %
Mampu 29 52,7 43 78,2 0,008
Tidak Mampu 26 47,3 12 21,8
Jumlah 55 100,0 55 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

diperoleh hasil distribusi fekuensi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

keterampilan anak usia dini, dari responden 55 orang yang memiliki keterampilan

mampu melakukan praktek cuci tangan sebanyak 29 orang (52,7%) sedangkan


responden yang memiliki keterampilan tidak mampu sebanyak 26 orang (47,3%).

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan maka diperoleh hasil responden yang

memiliki keterampilan mampu melakukan praktek cuci tangan sebanyak 47 orang

(78,2%), dan responden yang memiliki keterampilan tidak mampu sebanyak 12

orang (21,8%).

Hasil analisa statistic uji Wilcoxon diperoleh p=0,008 (p<0,05) yang

artinya bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap keterampilan pada

anak usia dini di TK AL-Ghifari Tahun 2017.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

Berikut gambaran umum lokasi penelitian, dan penyajian karakteristik data

umum serta penyajian hasil pengukuran yang seluruhnya akan dipaparkan dalam

bab ini.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan keterampilan anak usia dini di

TK AL-Ghifari Gunung Tua Tahun 2017. Adapun yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah 55 orang. Adapun pembahasan hasil penelitian yang telah di

ketahui sebagai berikut:

5.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian di TK AL-Ghifari Gunung Tua dapat diuraikan sebagai

berikut bahwa dari 55 responden (100%) diperoleh jenis kelamin laki-laki

sebanyak 26 orang (47,3%), sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 29

orang (52,7%). Karakteristik responden berdasarkan umur 4 tahun sebanyak 14

orang (27,2%), dan responden umur 5 tahun sebanyak 31 orang (56,4%),

sedangkan responden umur 6 tahun sebanyak 9 orang (16,4%).

Hal ini sesuai dengan pendapat Ayu S, (2015) yang dikutip dari bahwa

umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan yang dirasakan

(perceived need). Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) mempengaruhi

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dengan demikian makin tua umur

seseorang maka ia akan semakin sadar menggunakan pelayanan kesehatan.


Perkembangan berlangsung ke arah kompleksitas, organisasi, dan

internalisas yang lebih meningkat. Pengalaman pertama anak memiliki pengaruh

kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak. Perkembangan dan belajar

dapat terjadi karena dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural yang merupakan

hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial tempat anak tinggal.(Ayu,S,2015)

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2006).

5.1.2 Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

pada anak usia dini di TK AL-Ghifari Gunung Tua dengan media menyusun

puzlle di peroleh hasil anak yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 25

orang (45,5%), dan 23 orang (41,8%) anak yang memiliki pengetahuan cukup,

sedangkan 7 orang (12,7%) anak yang memiliki pengetahuan baik dan setelah

mendapatkan pendidikan kesehatan dengan media puzlle diperoleh hasil anak

yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 21 orang (38,2%), dan anak yang

memiliki pengetahuan cukup sebanyak 18 orang (32,7%), sedangkan anak yang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (29,1%).

Peneliti berpendapat bahwa kemampuan mencuci tangan pada anak usia dini

yang signifikan dari tidak mampu mendemontrasikan mencuci tangan menjadi

mampu mendemontrasikan mencuci tangan setelah diberikan pendidikan


kesehatan dengan media puzzle dikarenakan adanya alat bantu peraga yang berupa

puzzle yang banyak disukai oleh anak-anak. Selain itu metode yang di gunakan

juga sesuai dengan anak usia dini. Selain mendapatkan pengetahuan tentang

mencuci tangan, bermain juga merupakan kebutuhan untuk melanjutkan

perkembangan pada anak, melatih motorik halus anak pada saat bermain puzzle

yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan pada saat anak menyusun puzzle,

permainan puzzle juga dapat membantu anak memecahkan masalah sendiri

dengan mencari jawaban yang tepat dan sesuai. Dengan bermain puzzle tanpa

disadari anak akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya

puzzle dapat tersusun membentuk gambar maka 6 bagian-bagian puzzle harus

disusun secara hati-hati.

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo 2012).

Dalam pendidikan kesehatan, alat bantu pengajaran atau alat peraga

sangat membantu sasaran didik dalam menerima informasi berdasarkan

kemampuan penangkapan pancaindra. Semakin banyak indra yang digunakan

semakin baik penerimaan sasaran didik terhadap pesan atau materi pendidikan

kesehatan (Suliha et all, 2010). Dengan memberikan pendidikan metode bermain

puzzle ini anak-anak akan lebih tertarik dengan materi yang disampaikan, serta
merangsang sasaran pendidikan kesehatan untuk meneruskan pesan yang diterima

kepada orang lain.

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi

kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu

sendiri tidaklah cukup. Anak juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan

diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong anak

untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan

menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang

untuk memenuhi perawatan yang perlu.

Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan p value = 0,000 <0,05

yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media puzzle terhadap

pengetahuan mencuci tangan pada anak usia dini di TK AL-Ghifari Gunung Tua.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan mencuci tangan

pada anak usia dini sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan media

bermain puzzle dapat dijelaskan bahwa sebelum mendapatkan pendidikan

kesehatan dengan media puzzle yang mampu mendemonstrasikan mencuci tangan

yaitu sebanyak 7 responden (12,7%) sedangkan setelah mendapatkan pendidikan

kesehatan dengan media puzzle yang mampu mendemonstrasikan mencuci tangan

sebanyak 21 orang (38,2%).

5.1.3 Keterampilan

Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

pada anak usia dini di TK AL-Ghifari Gunung Tua dengan melakukan observasi

di peroleh hasil anak yang mampu memiliki keterampilan mencuci tangan


sebanyak 29 orang (52,7%), dan anak yang tidak mampu memiliki keterampilan

mencuci tangan sebayak 26 orang (47,3%), dan setelah mendapatkan pendidikan

kesehatan dengan media puzlle diperoleh hasil anak yang mampu memiliki

keterampilan mencuci tangan sebanyak 43 orang (78,2%), dan anak yang tidak

mampu memiliki keterampilan mencuci tangan sebayak 12 orang (21,8%).

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon

didapatkan p value = 0,008 <0,05 yang berarti ada pengaruh pendidikan

kesehatan dengan media puzzle terhadap keterampilan mencuci tangan pada anak

usia dini di TK AL-Ghifari Gunung Tua.

Berdasarkan pengamatan peneliti saat melakukan observasi anak yang

mampu melakukan cuci tangan sebanyak 29 orang dan setelah peneliti

memberikan pembelajaran cuci tangan dengan media puzlle anak yang mampu

mendemonstrasikan metode cuci tangan sebanyak 43 orang dan anak yang tidak

mampu mendemonstrasikan langkah–langkah mencuci tangan sebanyak 12 orang

di karenakan sebagian anak masih usia 4 tahun dan sebagian lagi hanya mampu

mengikuti kegiatan dengan bernyanyi sedangkan tanpa bernyanyi anak dapat lupa

langkah-langkah mencuci tangan.

Pendidikan kesehatan pada masa usia dini sangat penting untuk peroleh

tingkah laku dan praktik kesehatan pada masa dewasa. Pada masa ini masih terjadi

perkembangan kognitif sehingga pendidikan kesehatan yang efektif harus sesuai.

Promosi praktik kesehatan merupakan tanggung jawab keperawatan. Pendidikan

kesehatan sering dilakukan disekolah. Pendidikan yang efektif akan mengajari


anak tentang tubuhnya dan dampak pilihan yang mereka ambil terhadap kesehatan

mereka Rogers (2011).

Keterampilan merupakan suatu keahlian yang dimiliki dalam bekerja.

Tingkat kemampuan seseorang tidak bisa diketahui karena kemampuan berasal

dari diri sendiri, didalam bekerja diperlukan keterampilan, keuletan dan

kemampuan berfikir yang luas .

Menurut Suwito Ardianto menyatakan didalam meningkatkan efisiensi

kerja, menegakkan kedisiplinan kerja penyediaan fasilitas kerja sebagai sarana

penunjang dalam melaksanakan tugas-tugas serta mengumpulkan hubungan kerja

yang harmonis, serasi, cantik, sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh .

Berdasarkan pemahaman tersebut maka efisiensi adalah merupakan asas

dan sekaligus juga merupakan tujuan serta syarat-syarat ukuran atau kriteria yang

harus di penuhi oleh setiap organisasi ( Instansi ). Efektif (effective) atau berhasil

guna artinya kegiatan yang dilakukan telah mencapai target/sasaran yang telah

ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan .

Sejalan dengan penelitian Ayu, S, (2015) tentang Pengaruh Pendidikan

Kesehatan dengan Media Puzzle terhadap Kemampuan Mencuci Tangan pada

Anak Sekolah (6-12) Tahun di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Hasil uji

Wilcoxon didapatkan p=0,000 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan

dengan media puzzle terhadap kemampuan mencuci tangan pada anak usia

sekolah (6-12) tahun di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Oleh karena itu

metode bermain puzzle dapat dijadikan media pendidikan kesehatan untuk

meningkatkan kemampuan cuci tangan pada anak.


Sejalan dengan penelitian Mega Hadiatma (2016) pengaruh pendidikan

kesehatan tentang mencuci tangan tingkat pengetahuan dan perilaku di TK

Mandiri 01 Gonilan menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan

terbukti mampu meningkatkan pengetahuan dan perilaku mencuci tangan siswa.

Dengan memberikan pendidikan kesehatan akan menambah pengalaman dan

informasi, khususnya tentang mencuci tangan. Pengalaman dan informasi

merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku anak usia dini,

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku.

Sehingga dengan memberikan pendidikan kesehatan tidak hanya akan

meningkatkan pengetahuan, tetapi juga dapat merubah perilaku khususnya

perilaku mencuci tangan.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Anak Usia Dini

di TK AL-Ghifari Gunung Tua Tahun 2017 ”

Maka peneliti mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode

puzlle maka dari 55 responden (100%) diperoleh responden yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 7 orang (12,7%), dan responden yang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (45,5%).

2. Sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode

puzlle maka dari 55 responden (100%) diperoleh responden yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 21 orang (38,2%), dan responden yang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (29,1%).

3. Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode

puzlle maka dari 55 responden (100%) diperoleh responden yang mampu

memiliki keterampilan sebanyak 29 orang (52,7%), dan responden yang

tidak mampu memiliki keterampilan mencuci tangan sebanyak 26 orang

(47,3%).

4. Sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode

puzlle maka dari 55 responden (100%) diperoleh responden yang mampu

memiliki keterampilan mencuci tangan sebanyak 43 orang (78,2%), dan


responden yang tidak mampu memiliki keterampilan mencuci tangan

sebanyak 12 orang (21,8%).

5. Berdasarkan uji statistik, di dapatkan p-value untuk pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan nilai signifikan p-value 0,000< (0,05)

maka Ho di tolak dan Ha di terima berarti ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan dan keterampilan anak usia dini di TK

AL-Ghifari.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan dan Keterampilan Anak Usia Dini di TK AL-Ghifari Gunung Tua

Tahun 2017. Maka peneliti memberikan saran :

a. Bagi Responden

Diharapkan kepada anak usia dini agar terus menerapkan kegiatan

mencuci tangan di sekolah, di rumah atau lingkungan sekitarnya, agar

dapat terhindar dari berbagai macam penyakit.

b. Bagi Lokasi Penelitian

Diharapkan kepada guru / staf pengajar di TK AL Ghifari Gunung Tua

agar selalu dapat melanjutkan teori pendidikan kesehatan tentang mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan, serta pada saat anak melakukan

aktifitas dengan menggunakan tangan.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

informasi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan


dan keterampilan bagi mahasiswa/mahasiswi di Stikes Aufa Royhan

Padangsidimpuan

d. Bagi Peneliti

Disarankan selanjutnya dapat melakukan pemilihan yang lebih menarik

tentang kejadian agar dapat dijadikan lagi distribusi frekuensi pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan keterampilan dan dapat

menambah jumlah sampel menjadi lebih banyak lagi.

.
ALAT PENGUMPULAN DATA KETERAMPILAN

LEMBAR OBSERVASI

Langkah cuci tangan

No. Langkah cuci tangan Ya Tidak


1. Mencuci Telapak Tangan Secara Bergantian
2. Mencuci punggung telapak tangan secara bergantian
3. Mencuci sela-sela jari secara bergantian
4. Menggosok buku-buku jari
5. Menggosok jempol jari tangan secara bergantian
6. Menggosok ujung kuku
7. Memcuci pergelangan tangan secara bergantian
Lampiran

1. Analisis

Frequencies

JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 26 47.3 47.3 47.3
2 29 52.7 52.7 100.0
Total 55 100.0 100.0

UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4 15 27.3 27.3 27.3
5 31 56.4 56.4 83.6
6 9 16.4 16.4 100.0
Total 55 100.0 100.0

PRE TEST PENGETAHUAN


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 7 12.7 12.7 12.7
1 23 41.8 41.8 54.5
2 25 45.5 45.5 100.0
Total 55 100.0 100.0

PRE TEST KETERAMPILAN


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mampu 29 52.7 52.7 52.7
Tidak mampu 26 47.3 47.3 100.0
Total 55 100.0 100.0
POST TEST PENGETAHUAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 21 38.2 38.2 38.2
1 18 32.7 32.7 70.9
2 16 29.1 29.1 100.0
Total 55 100.0 100.0

POST TEST KETERAMPILAN


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mampu 43 78.2 78.2 78.2
Tidak mampu 12 21.8 21.8 100.0
Total 55 100.0 100.0

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post Pengetahuan – Pre Negative Ranks 18a 9.50 171.00
Pengetahuan Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 37c
Total 55
Post Keterampilan – Pre Negative Ranks 21d 14.50 304.50
Keterampilan Positive Ranks 7e 14.50 101.50
Ties 27f
Total 55
a. Post Pengetahuan < Pre Pengetahuan
b. Post Pengetahuan > Pre Pengetahuan
c. Post Pengetahuan = Pre Pengetahuan
d. Post Keterampilan < Pre Keterampilan
e. Post Keterampilan > Pre Keterampilan
f. Post Keterampilan = Pre Keterampilan

Test Statisticsb
Post Pengetahuan – Pre Post Keterampilan – Pre
Pengetahuan Keterampilan
Z -3.906a -2.646a
Asymp. Sig. (2- .000 .008
tailed)
Exact Sig. (2- .000 .013
tailed)
Exact Sig. (1- .000 .006
tailed)
Point Probability .000 .004
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
MASTER DATA
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN ANAK USIA DINI
DI TK AL-GHIFARIGUNUNG TUA TAHUN 2017

Pretest Pretst Postest Postest


J UMU pengetah Keterampil Pengetah Keterampi
NO NAMA K R uan an uan lan
tidak
1 Haikal 1 4 Cukup mampu cukup mampu
2 Indra 1 5 Baik mampu baik mampu
3 Ibnu 1 5 Baik mampu kurang mampu
4 Salsa 2 5 Baik mampu baik mampu
tidak
5 Winda 2 5 Baik mampu baik Mampu
6 Anto 1 5 Baik mampu kurang Mampu
tidak
7 Rudi 1 5 Baik mampu baik Mampu
8 Martua 1 5 Baik mampu kurang Mampu
9 Yahwu 1 4 kurang mampu kurang Mampu
tidak
10 Wahid 1 4 kurang mampu kurang Mampu
11 Intan 2 6 Baik mampu baik Mampu
12 Mariana 2 6 Baik mampu baik Mampu
tidak
13 Azzam 1 5 Baik mampu baik Mampu
tidak
14 Akmal 1 5 Baik mampu kurang mampu
tidak tidak
15 Afifah 2 4 Cukup mampu cukup mampu
tidak
16 Alghi 1 4 Cukup mampu cukup Mampu
17 Ilmi 2 4 Cukup mampu baik Mampu
tidak
18 Injani 2 5 Cukup mampu baik Mampu
tidak
19 Revan 1 5 Cukup mampu baik Mampu
20 Hendra 1 5 Cukup mampu cukup Mampu
21 Masitoh 2 5 Baik mampu baik Mampu
22 Izma 2 5 Baik mampu baik Mampu
tidak
23 Aisyah 2 4 Cukup mampu cukup Mampu
24 Adanan 1 4 Cukup mampu kurang Mampu
tidak
25 Rikky 1 5 Cukup mampu kurang mampu
Maulan
26 a 1 5 Cukup mampu cukup Mampu
27 Edwin 1 5 Baik mampu baik Mampu
tidak
28 Indah 2 4 Cukup mampu kurang mampu
tidak tidak
29 Ruri 2 4 Cukup mampu kurang mampu
30 Litti 2 5 Cukup mampu cukup Mampu
tidak
31 Asna 2 5 kurang mampu kurang Mampu
tidak tidak
32 Hendri 1 5 kurang mampu kurang mampu
33 Even 1 6 Baik mampu baik Mampu
tidak
34 Zahra 2 6 Baik mampu kurang mampu
tidak
35 Zakyah 2 5 Baik mampu kurang mampu
tidak
36 Afif 1 6 Cukup mampu cukup Mampu
37 Rinto 1 4 Cukup mampu baik Mampu
Sulema tidak
38 n 1 4 Cukup mampu cukup Mampu
39 Indra 1 5 Cukup mampu cukup Mampu
Khoiria tidak
40 h 2 5 Cukup mampu cukup Mampu
tidak tidak
41 Cantika 2 6 kurang mampu kurang mampu
tidak
42 Reqy 1 5 kurang mampu kurang Mampu
tidak
43 Abdul 1 4 Cukup mampu cukup Mampu
tidak
44 Rima 2 6 Baik mampu kurang mampu
tidak tidak
45 Zahrani 2 5 kurang mampu kurang mampu
46 Susi 2 5 Cukup mampu kurang Mampu
47 Melani 2 5 Cukup mampu cukup tidak
mampu
tidak
48 Fatia 2 4 Cukup mampu cukup Mampu
tidak
49 Alya 2 4 Cukup mampu cukup Mampu
50 Jihan 2 5 Baik mampu kurang Mampu
tidak
51 Yodi 1 6 Baik mampu kurang Mampu
tidak
52 Sinta 2 5 Cukup mampu cukup Mampu
tidak
53 Dani 2 6 Baik mampu baik Mampu
54 Annisa 2 5 Baik mampu baik Mampu
tidak
55 Fitri 2 5 Baik mampu baik Mampu
Lembar Obsevasi Pre Test Pengetahuan Langkah Cuci
Tangan Pakai Sabun

Pengetahuan Baik = 4-7 Langkah


Cukup = 1-3 Langkah
Kurang = 0-1 Langkah

Langkah
No Nama 1 2 3 4 5 6 7
1 Haikal v v
2 Indra v v v v V
3 Ibnu v v v v v V
4 Salsa v v v v v v V
5 Winda v v v v v V
6 Anto v v v v v V
7 Rudi v v v v v v V
8 Martua v v v v v V
9 Yahwu v
10 Wahid v
11 Intan v v v v v V
12 Mariana v v v v V
13 Azzam v v v v v
14 Akmal v v v v V
15 Afifah v v
16 Alghi v
17 Ilmi v V
18 Injani v V
19 Revan v v
20 Hendra v v v
21 Masitoh v v v v v V
22 Izma v v v v V
23 Aisyah v v v
24 Adanan v v v
25 Rikky v v
26 Maulana v v
27 Edwin v v v v v v
28 Indah v v
29 Ruri v V
30 Litti v v
31 Asna v
32 Hendri v
33 Even v v v v V
34 Zahra v v v v V
35 Zakyah v v v v
36 Afif v v
37 Rinto v v
38 Suleman v v
39 Indra v V
40 Khoiriah v v
41 Cantika v
42 Reqy v
43 Abdul v
44 Rima v v v V
45 Zahrani v
46 Susi v v
47 Melani v V
48 Fatia v v
49 Alya v v
50 Jihan v v v v V
51 Yodi v v v v v
52 Sinta v v
53 Dani v v v v V
54 Annisa v v v v V
55 Fitri v v v v v
Lembar Observasi Post Test Pengetahuan Langkah Cuci
Tangan Pakai Sabun

Pengetahuan Baik = 4-7 Langkah


Cukup = 1-3 Langkah
Kurang = 0-1 Langkah

Langkah
No Nama 1 2 3 4 5 6 7
1 Haikal V v
2 Indra v V V v v v
3 Ibnu V
4 Salsa v V V v v v v
5 Winda v V V v v v
6 Anto V
7 Rudi v V v v v v v
8 Martua v
9 Yahwu v
10 Wahid v
11 Intan v V v v v v
12 Mariana v V v v V
13 Azzam v V v v v
14 Akmal v
15 Afifah v V
16 Alghi v
17 Ilmi v V v v V
18 Injani V v v V
19 Revan v v v v V
20 Hendra v v
21 Masitoh v V v v v V
22 Izma v V v v v V
23 Aisyah v v
24 Adanan v
25 Rikky v
26 Maulana V v
27 Edwin v V v v v v
28 Indah v
29 Ruri V
30 Litti v v v
31 Asna v
32 Hendri v
33 Even v V v v v V
34 Zahra v
35 Zakyah v
36 Afif v v v
37 Rinto V v v v V
38 Suleman v v
39 Indra v v V
40 Khoiriah v v v
41 Cantika V
42 Reqy v
43 Abdul V v
44 Rima v
45 Zahrani V
46 Susi V
47 Melani v V
48 Fatia V v
49 Alya v v
50 Jihan v
51 Yodi v
52 Sinta V v
53 Dani v V v v V
54 Annisa v V v v v V
55 Fitri v V v v v
Lembar Obsevasi Pre Test Keterampilan Langkah Cuci
Tangan Pakai Sabun

Keterampilan Mampu = 4-7 Langkah


Tidak Mampu = 1-3 Langkah

Langkah
No Nama 1 2 3 4 5 6 7
1 Haikal v V
2 Indra v V v v V
3 Ibnu v V v V v V
4 Salsa v V v v V v V
5 Winda v V v V v V
6 Anto v V v v V V
7 Rudi v V v v V v V
8 Martua v V v V v V
9 Yahwu v
10 Wahid v
11 Intan v V v v V V
12 Mariana v V v v V
13 Azzam v V v V v
14 Akmal v v v V V
15 Afifah V v
16 Alghi V
17 Ilmi v V
18 Injani v V
19 Revan v v
20 Hendra v v V
21 Masitoh v V v V v V
22 Izma v v V v V
23 Aisyah v V v
24 Adanan V v V
25 Rikky v v
26 Maulana V v
27 Edwin v V v v V v
28 Indah v v
29 Ruri v V
30 Litti v v
31 Asna v
32 Hendri v
33 Even v V v v V
34 Zahra v v v v V
35 Zakyah v v V v
36 Afif v v
37 Rinto V V
38 Suleman v v
39 Indra v V
40 Khoiriah v v
41 Cantika V
42 Reqy V
43 Abdul V
44 Rima v v v V
45 Zahrani V
46 Susi V v
47 Melani v V
48 Fatia V V
49 Alya v V
50 Jihan v V v v V
51 Yodi v v v V v
52 Sinta V v
53 Dani v V v V V
54 Annisa V v V v V
55 Fitri v V v V v
Lembar Observasi Post Test Keterampilan Langkah Cuci
Tangan Pakai Sabun

Keterampilan Mampu = 4-7 Langkah


Tidak Mampu = 1-3 Langkah

Langkah
No Nama 1 2 3 4 5 6 7
1 Haikal V v
2 Indra v V V V v v
3 Ibnu V
4 Salsa v V V V v v v
5 Winda v V V v v v
6 Anto V
7 Rudi v V v V v v v
8 Martua v
9 Yahwu v
10 Wahid v
11 Intan v V v V v v
12 Mariana v V v v V
13 Azzam v V V v v
14 Akmal v
15 Afifah v V
16 Alghi v
17 Ilmi v V V v V
18 Injani V v v V
19 Revan v v V v V
20 Hendra v v
21 Masitoh v V v v v V
22 Izma v V v v v V
23 Aisyah v V
24 Adanan v
25 Rikky v
26 Maulana V V
27 Edwin v V v V v v
28 Indah v
29 Ruri V
30 Litti v v v
31 Asna v
32 Hendri V
33 Even v V v V v V
34 Zahra v
35 Zakyah v
36 Afif v v V
37 Rinto V V v v V
38 Suleman v v
39 Indra v v V
40 Khoiriah v v v
41 Cantika V
42 Reqy v
43 Abdul V V
44 Rima v
45 Zahrani V
46 Susi V
47 Melani v V
48 Fatia V v
49 Alya v v
50 Jihan v
51 Yodi v
52 Sinta V v
53 Dani v V V v V
54 Annisa v V v v v V
55 Fitri v V V v v

Anda mungkin juga menyukai