Anda di halaman 1dari 5

Emfisema

Emfisema adalah suatu penyakit obstruktif paru yang bersifat kronis dan progresif, ditandai dengan
adanya kelainan anatomis berupa pelebaran rongga udara distal pada bronkiolus terminal dan
kerusakan parenkim paru.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya emfisema adalah kebiasaan merokok,
riwayat terpapar dengan polusi udara secara kronis, dan kelainan bawaan atau genetik seperti
defisiensi antitripsin alfa-1. Paparan dari asap rokok dan zat berbahaya dari polutan dalam jangka
panjang akan merusak alveoli.
Dalam keadaan normal alveolus bersifat elastis. Namun pada emfisema, dinding alveoli yang
mengalami kerusakan akan kehilangan elastisitasnya sehingga udara terperangkap di dalam alveoli
dan penderita akan mengalami kesulitan untuk mengeluarkan udara dari paru-paru.

Gejala Emfisema
Penyakit emfisema bisa tidak menimbulkan gejala. Bila timbul gejala, keluhan yang
dirasakan dapat muncul secara bertahap, antara lain:
Napas menjadi pendek
Batuk.
Cepat lelah
Penurunan berat badan
Jantung berdebar
Bibir dan kuku menjadi biru
Depresi
Perkembangan emfisema dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Oleh karena itu,
gejala yang signifikan biasanya baru dirasakan pada usia sekitar 40-60 tahun.
Paparan Zat Berbahaya
Paparan zat berbahaya atau asap rokok dalam jangka panjang akan memicu respon
inflamasi oleh sel-sel imun inflamatorik seperti sel polimorfonuklear, eosinofil, makrofag,
limfosit CD4+ dan limfosit CD8+.
Makrofag akan teraktivasi dan melepaskan faktor kemotaktik neutrofil seperti leukotrien B4
dan IL-8 (Interleukin 8). Pada saat neutrofil-neutrofil direkrut, maka secara bersama-sama
dengan makrofag akan menghasilkan enzim proteolitik seperti metalloproteinases
matrix (MMPs), protease-protease lainnya, dan hidrogen peroksida yang berperan dalam
penghancuran lapisan epitel paru dan menyebabkan hipersekresi mukus. Derivat neutrofil
protease (elastase dan protease) bertindak melawan elastin dan merusak jaringan ikat
pada parenkim paru. Padahal, elastin merupakan suatu komponen penting pada matriks
ekstraseluler yang digunakan untuk mempertahankan integritas parenkim paru dan
saluran napas. Ketidakseimbangan elastase akan merusak paru dan menyebabkan
pelebaran dari alveoli. Hal ini mengakibatkan pertukaran gas di alveoli terganggu. [5]
Defisiensi Antitripsin Alfa-1
Pada pasien dengan defisiensi antitripsin alfa-1, patofisiologi emfisema sedikit berbeda.
Antitripsin alfa-1 adalah sebuah glikoprotein yang masuk ke dalam kelompok inhibitor
serin protease yang disintesis di dalam hati dan disekresi ke dalam peredaran darah.
Diduga Antitripsin alfa-1 juga dihasilkan di parenkim paru. Fungsi dari antitripsin alfa-1
adalah untuk menetralisir elastase neutrofil di dalam jaringan interstisial paru dan
menginhibisi tripsinisasi untuk melindungi parenkim paru dari proses elastolitik. Sehingga
pada penderita dengan defisiensi antitripsin alfa-1, elastase neutrofil akan merusak
jaringan ikat paru yang pada akhirnya menyebabkan emfisema. [6]
Akibat Rusaknya Parenkim Paru
Kerusakan parenkim paru yang ditandai dengan menghilangnya elastisitas alveoli
menyebabkan udara terperangkap di dalam paru dan sulit untuk dikeluarkan. Hal ini
menyebabkan paru-paru tidak dapat melakukan ekspirasi dengan efektif, dan menampung
udara lebih banyak sehingga terjadi hiperinflasi paru. [5]
Emfisema Berdasarkan Lokasi Kerusakan
Emfisema paru dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan lokasi kerusakan
yang terjadi.
Asinar proksimal (sentrilobuler) : merupakan jenis yang paling sering terjadi dan
berhubungan erat dengan riwayat merokok atau inhalasi zat berbahaya. Sesuai dengan
namanya, kerusakan yang terjadi umumnya meliputi bagian proksimal dari bronkiolus
dengan destruksi fokal dan sering ditemukan pada bagian atas paru.
Panasinar : merupakan jenis yang paling sering terjadi pada penderita dengan defisiensi
antitripsin alfa-1. Kerusakan terjadi pada hampir seluruh bagian alveoli.
Asinar distal (paraseptal) : jenis ini dapat muncul sendiri atau berhubungan dengan 2
kondisi lainnya (asinar proksimal dan panasinar). Apabila muncul sendiri umumnya
berhubungan dengan pneumotoraks spontan (akibat pecahnya bullae) pada dewasa
muda. Lokasi kerusakan terbatas pada septa dari paru-paru atau pleura. [7]
Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya emfisema paru antara lain riwayat
merokok, paparan polutan, dan faktor genetik.
Merokok
80-90% penderita emfisema adalah perokok. Pada perokok aktif yang menghabiskan 1 bungkus
berisi 20 batang rokok perhari, risiko emfisema adalah 15-20%. Sedangkan perokok aktif yang
menghabiskan 2 bungkus rokok per hari, risiko emfisema adalah 25%.
Paparan Polutan
Riwayat terpapar polusi udara di lingkungan sekitar tempat tinggal dan tempat kerja juga
meningkatkan risiko terkena emfisema. Contoh dari polutan yang berbahaya adalah asap
pembakaran rumah tangga untuk memasak dengan menggunakan kayu, arang atau bahkan
kotoran hewan, serta isosianat, fosgen, debu organik, dan debu anorganik.
Genetik
Faktor genetik seperti defisiensi antitripsin alfa-1, umumnya jarang terjadi di Indonesia. Defisiensi
antitripsin alfa-1 adalah kondisi keturunan autosomal dominan. Gen ini terletak pada kromosom 14
dan diekspresikan sebagai fenotip yang berbeda-beda. Tipe genotip yang paling sering
menyebabkan simptom adalah defek pada Z allele homozygous (Pi ZZ). Seseorang dengan Pi ZZ
namun tidak merokok jarang menderita emfisema, namun apabila seseorang dengan Pi ZZ dan
perokok maka kemungkinan besar akan menderita emfisema. [6]
Epidemologi
Global
Emfisema adalah penyakit yang mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia. Menurut hasil
laporan dari Global Burden of Disease Study, terdapat sebanyak 251 juta kasus PPOK secara global
di seluruh dunia dan diprediksi akan terus meningkat dikarenakan semakin tingginya angka
perokok dan semakin meningkatnya kadar polutan. Hasil statistik yang dibuat oleh CDC
mengatakan bahwa di Amerika Serikat terdapat 14 juta penderita emfisema dimana jumlah wanita
lebih banyak dibandingkan laki-laki (21,4 : 19,0 per 1.000 penduduk).

Diagnosis Emfisema
Pemeriksaan akan dimulai dokter dengan menanyakan riwayat dan kebiasaan pasien,
terutama kebiasaan merokok dan kondisi lingkungan rumah atau pekerjan pasien.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya kondisi paru-paru
pasien. Guna memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang
yang mencakup:
Tes pencitraan. Contohnya adalah foto Rontgen dada untuk mengidentifikasi adanya
perubahan pada paru-paru yang menandakan emfisema. Foto Rontgen biasanya akan
dipadukan dengan CT scan guna menghasilkan gambar yang lebih detail untuk
memastikan emfisema.
Tes darah. Tes ini berfungsi untuk melihat memeriksa jumlah oksigen dan karbondioksida
dalam aliran darah atau dinamakan analisia gas darah.
Tes fungsi paru. Dalam tes fungsi paru atau yang disebut juga spirometri, pasien akan
diminta mengembuskan udara ke alat khusus untuk mengukur jumlah udara yang keluar.
Elektrokardiografi, untuk melihat fungsi jantung dalam rangka meneliti penyebab dari
gejala yang ditimbulkan.
Pengobatan Emfisema
Sebelum menjalani pengobatan, dokter akan menyarankan semua penderita emfisema
yang merokok untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
Penyakit emfisema tidak dapat disembuhkan. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk
meringankan gejala yang dirasakan penderita, serta memperlambat perkembangan
penyakit. Pilihan penanganan emfisema dapat berupa:
Obat-obatan. Dokter paru dapat memberikan obat pelega napas, seperti terbutaline,
untuk meredakan gejala. Di samping itu, obat kortikosteroid dalam bentuk obat hirup juga
bisa digunakan untuk mengurangi peradangan dan meredakan gejala. Untuk penderita
emfisema yang mengalami infeksi bakteri, dokter akan menyertakan antibiotik.
Terapi pendukung. Contohnya adalah fisioterapi dada atau yang juga dinamakan
program rehabilitasi paru, pemberian oksigen tambahan, dan konsultasi gizi.
Operasi. Prosedur ini dilakukan untuk penderita emfisema berat, antara lain berupa operasi
pengangkatan paru yang rusak, agar jaringan paru yang tersisa dapat mengembang dan
bekerja lebih efektif. Sedangkan jika kerusakan paru sudah sangat berat, bisa dilakukan
transplantasi paru.

Anda mungkin juga menyukai