Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH INFLASI, PEMERIKSAAN PAJAK DAN JUMLAH WAJIB PAJAK TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN


(Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara Periode 2010 Sampai 2014)

Nicola Putra Pratama


Dwiatmanto
Rosalita Rachma Agusti
(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
125030400111072@mail.ub.ac.id)

ABSTRACT
This research is conducted on the basis of the debate about the influence of macroeconomic variables such as
inflation, and fiscal policy on income tax revenue. The type of research use explanatory research with quantitative
approach. This research uses monthly data from 2010 to 2014 with sample of 50 time series data. Sources of the data
used in this research is secondary data derived come from documentation of Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang
Utara and Badan Pusat Statistik Kota Malang, as well as the type of data used are secondary data. The data analysis
technique used for this research is multiple linear regression with dependent variable is income tax revenue and
independent variable is inflation, tax audit and tax payers. The result of study reveal that variable of tax audit and
rax payers have a significant effect on income tax revenue, whereas the variable of inflation has no significant effect
on income tax revenue. Result of the study simultaneously with independent variable is inflation, tax audit and tax
payers have a significant effect on income tax revenue with the ability of independent vaiables in explaining the
dependent variable by 19%.

Keywords: Inflation, Tax Audit, Tax Payers, Income Tax Revenue

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan atas dasar perdebatan mengenai pengaruh variabel ekonomi makro seperti
inflasi, dan kebijakan fiskal terhadap penerimaan pajak penghasilan. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data bulanan
mulai tahun 2010 sampai 2014 dengan sampel sebesar 50 buah data runtut waktu. Sumber data dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari dokumentasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Malang Utara dan Badan Pusat Statistik Kota Malang. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel bebas adalah
penerimaan pajak penghasilan dan variabel bebas adalah inflasi, pemeriksaan pajak dan jumlah wajib
pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pemeriksaan pajak dan jumlah wajib pajak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan, sedangkan variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Hasil penelitian secara simultan variabel
inflasi, pemeriksaan pajak dan jumlah wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak
penghasilan dengan kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sebesar 19%.

Kata Kunci: Inflasi, Pemeriksaan Pajak, Jumlah Wajib Pajak, Penerimaan Pajak Penghasilan

PENDAHULUAN (APBNP) tahun 2015 mencatat penerimaan di


Negara Kesatuan Republik Indonesia sektor perpajakan menyumbang sebesar 74,2%
(NKRI) merupakan negara yang sedang gencar dari sumber penerimaan dalam negeri
dalam melaksanakan pembangunan nasional (Kementerian Keuangan,2015:1-7). Hal ini
yang dimulai sejak era pemerintahan Presiden menunjukkan bahwa pemerintah sangat
Soeharto hingga sekarang (Suandy, 2011:8). bergantung terhadap penerimaan di sektor
Kegiatan pembangunan memerlukan dana yang perpajakan.
besar untuk mewujudkan pembangunan yang Penerimaan di sektor perpajakan khususnya
merata di masyarakat. Salah satu sumber dana penerimaan pajak dalam negeri menurut APBN
tersebut diperoleh dari penerimaan sektor dibagi menjadi beberapa macam yaitu seperti
perpajakan. Nota Keuangan dan Anggaran Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Pajak Bumi dan Bangunan, cukai, dan pajak

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 1


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
lainnya. Salah satu penerimaan di sektor Berdasarkan tabel diatas, penerimaan pajak
perpajakan yang memiliki kontribusi tertinggi di KPP Pratama Malang Utara cenderung
adalah Pajak Penghasilan. Hal ini ditunjukkan fluktuaktif dari tahun ke tahun. Menyadari
dengan realisasi penerimaan pajak penghasilan pentingnya kondisi tersebut, Direktorat Jenderal
yang selalu mengalami kenaikan setiap tahunya Pajak memiliki peran penting dalam
seperti pada tabel berikut: meningkatkan penerimaan pajak sehingga dapat
Tabel 1 Realisasi Penerimaan Pajak digunakan sebaik-baiknya demi kepentingan
Penghasilan (dalam miliar rupiah) masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian
Tahun Realisasi Pajak Kontribusi Keuangan melakukan beberapa perbaikan
Penghasilan terhadap Pajak khususnya dalam hal perbaikan kegiatan
2010 357.045 49,36% intensifikasi perpajakan dan ekstensifikasi
2011 431.122 49,33% perpajakan dan perubahan asumsi ekonomi
2012 513.650 50,54% makro turut mempengaruhi penerimaan pajak
2013 506.443 47,01% (Kementerian Keuangan, 2015:2-5)
2014 546.170 47,62% Perbaikan intensifikasi perpajakan salah
Sumber: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (2015) satunya dilakukan dalam kegiatan pemeriksaan
Penerimaan pajak yang selalu naik tidak pajak. Pemeriksaan pajak dilakukan oleh KPP
berbanding lurus dengan tax ratio negara Pratama Malang Utara dalam tujuan untuk
Indonesia. Tax ratio digunakan untuk mengukur menguji kepatuhan sehingga fiskus
kepatuhan masyarakat dalam membayarkan berkewajiban untuk melaksanakan kegiatan
pajaknya dengan cara membandingkan jumlah pemeriksaan dengan baik dan benar (Nasution,
pajak yang diterima dengan jumlah PDB suatu 2013:4). Kegiatan pemeriksaan pajak ini
negara (Simanjutak dan Mukhlis, 2012:83). dilakukan dengan produk hukumya berupa
Indonesia hanya menempati urutan 4 dari 5 Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebagai langkah
negara tetangga yang berasal dari Asia Tenggara untuk mencegah terjadinya kebocoran negara
(Direktorat Jederal Pajak, 2015). khususnya dalam penerimaan pajak (Rahayu,
Pemerintah menyadari bahwa kepatuhan 2010:247).
negara Indonesia termasuk termasuk rendah Perbaikan selanjutnya yaitu dalam kegiatan
apabila dibandingkan negara tentangga sehingga ekstensifikasi perpajakan. Salah satu kebijakan
diperlukan beberapa arah kebijakan yang pajak yang dimaksudkan untuk menunjang
diharapkan mampu mendongkrak penerimaan penerimaan negara adalah kegiatan
pajak (Kementerian Keuangan, 2015:2-16). Salah ekstenfisikasi perpajakan, yaitu kegiatan yang
satu implementasi arah kebijakan tersebut adalah ditempuh dalam rangka bentuk perluasan basis
perbaikan dalam kegiatan intensifikasi dan pajak dan peningkatan jumlah wajib pajak
ekstensifikasi perpajakan. Implementasi arah (Soemitro dalam Rahayu, 2010:90). Setiap
kebijakan ini nantinya akan dilakukan Direktorat tahunnya jumlah wajib pajak akan bertambah
Jenderal Pajak melalui unit kerjanya, salah sehingga pertambahan tersebut dapat
satunya berada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) mengakibatkan jumlah pajak yang disetorkan
Pratama Malang Utara yang bertugas secara kepada negara juga semakin bertambah.
langsung dalam menangani Wajib Pajak. KPP Selain faktor-faktor kebijakan yang
Pratama Malang Utara memiliki penerimaan ditempuh oleh Kementerian Keuangan, ada pula
pajak sebagai berikut: faktor diluar kebijakan yang dapat
Tabel 2 Penerimaan Pajak di KPP Pratama mempengaruhi penerimaan pajak khususnya
Malang Utara Periode 2010-2014 pajak penghasilan. Faktor eksternal tersebut
Tahun Target Realisasi Persentase dapat berupa faktor pertumbuhan ekonomi,
tingkat inflasi, nilai tukar mata uang, haga
2010 12,556 12,736 101,4%
minyak internasional, produksi mentah minyak
2011 27,247 24,246 88% internasinal dan tingkat suku bunga (Djati dalam
2012 25,848 28,273 109% Tresno dkk, 2011:4). Salah satu fenomena yang
dialami oleh perekonomian suatu negara adalah
2013 33,762 29,251 86,6%
faktor inflasi yang cenderung fluktuaktif. Inflasi
2014 38,809 32,795 84,5% ini terjadi akibat adanya kenaikan harga barang
Sumber: KPP Pratama Malang Utara (2015) secara umum sehingga inflasi akan
mempengaruhi impor suatu negara berkembang

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 2


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
lebih cepat namun perkembangan ekspor suatu apabila penghasilan yang diterima melebihi
negara akan melambat karena barang impor jauh penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
lebih murah (Sukirno, 2010:423). Impor tersebut
dapat membebani sektor usaha yang memaksa Inflasi
mereka untuk melakukan pemutusan hubungan Bank Indonesia (2015) menyatakan bahwa
kerja terhadap karyawannya sehingga dapat “inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga
menyebabkan sektor individu maupun sektor secara umum dan terus menerus”
usaha kehilangan penghasilan. Menurut Nopirin dalam Natsir (2014:253),
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, “Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga
peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor dari umum, jadi inflasi tidak berarti bahwa harga-
ketiga variabel tersebut dengan judul “Pengaruh harga barang dan jasa meningkat.”
Inflasi, Pemeriksaan Pajak dan Jumlah Wajib Berdasarkan pendapat para ahli diatas,
Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan maka dapat disimpulkan bahwa secara umum
Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama inflasi adalah:
Malang Utara Periode 2010-2014” 1. Kecenderungan terjadinya kenaikan harga-
harga suatu barang
TINJAUAN PUSTAKA 2. Kenaikan bersifat umum
Teori Keynes 3. Kegiatannya berlangsung secara terus
Menurut Putong (2009:404), “Teori Keynes
menerus
menyatakan bahwa inflasi terjadi karena
masyarakat hidup diluar batas kemampuan
Pemeriksaan Pajak
ekonominya dengan memfokuskan bagaimana
Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-
perebutan rezeki antar golongan masyarakat bisa
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
menimbulkan permintaah (I) lebih besar dari
Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana
jumlah barang yang tersedia (S)”. Implikasi dari
Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor
teori ini adalah Keynes memiliki pandangan
16 Tahun 2009 seperti yang dikutip Waluyo
bahwa untuk menjamin perekonomian yang
(2011:64), “pemeriksaan pajak adalah
stabil diperlukan peranan pemerintah seperti
serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengendalikan kebijakan fiskal di bidang
mengolah data, dan/atau bukti yang
perpajakan dan menekan pengeluaran
dilaksanakan secara objektif dan proporsional
pemerintah.
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
Teori Pertumbuhan Neo Klasik Solow
perpajakan dan/atau tujuan lain dalam rangka
, Pertumbuhan ekonomi Neo Klasik
melaksanakan ketentuan perundang-undangan
diungkapkan oleh Solow tahun 1970, yang
perpajakan.”
menyatakan bahwa salah satu unsur yang
Berdasarkan pengertian yang telah
dijadikan sebagai dasar pertumbuhan ekonomi
dipaparkan, maka pemeriksaan pajak dapat
adalah adanya unsur pertumbuhan penduduk
diartikan sebagai:
(Tarigan, 2005:67). Implikasi dari teori ini adalah
1. Kegiatan dalam menghimpun dan
pemanfaatan pertumbuhan penduduk sebagai
mengelolah data dan keterangan lainnya
suatu sumber daya yang positif akan berdampak
2. Bertujuan untuk menguji kepatuhan wajib
postifif pula bagi pendapatan suatu negara
pajak
dalam menjaga stabilitas ekonomi.
3. Dilaksaksanakan dalam rangka memenuhi
peraturan perundang-undangan
Pajak Penghasilan
Menurut Resmi (2013:74) “Pajak
Model Hipotesis
Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan
Penelitian ini nantinya akan memberikan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
suatu jawaban apakah menerima atau menolak
diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun
suatu hipotesis yang telah diberikan dalam
pajak.”
penelitian (Sugiyono, 2011:64). Berdasarkan
Berdasarkan pengertian dari ahli maka uraian dan teori yang telah dijabarkan, maka
dapat disimpulkan bahwa pajak penghasilan dapat diberikan gambaran hipotesis dalam
adalah pajak yang dikenakan terhadap wajib penelitian sebagai berikut:
pajak atas semua penghasilan yang diterima
Inflasi
pada tahun pajak dan yang diperhitungkan

Penerimaan
Pemeriksaan
Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 3Pajak
perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Pajak Penghasilan

Jumlah Wajib
Pajak
Dasar pengambilan keputusan dalam uji
hipotesis adalah dengan membandingkan nilai
signifikansi dengan taraf nya sebesar 5% (0,05).
Apabila nilai signifikansi ≤ taraf nyata maka H1
Gambar 1 Model Hipotesis maupun H2 diterima namun apabila yang terjadi
Sumber: Data diolah (2016) adalah sebaliknya, yaitu nilai signifikansi ≥ taraf
nyata maka H1 maupun H2 ditolak (Ghozali,
Keterangan: 2013:98).
: Pengaruh Simultan HASIL DAN PEMBAHASAN
: Pengaruh Parsial Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
H1: Variabel inflasi, pemeriksaan pajak, dan Uji normalitas menggunakan uji statistik
jumlah wajib pajak secara simultan Kolmogorov-Smirnov Test.
berpengaruh signifikan terhadap Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
penerimaan pajak penghasilan.
H2: Variabel inflasi, pemeriksaan pajak, dan Residual
jumlah wajib pajak secara parsial
N 50
berpengaruh signifikan terhadap
Kolmogorov-Smirnov Z .773
penerimaan pajak penghasilan.
Asymp. Sig. (2-tailed) .589

METODE PENELITIAN Sumber: Data diolah (2016)

Jenis penelitian menggunakan penelitian Berdasarkan tabel diatas, maka dapat


eksplanatori yang bertujuan untuk menjelaskan diketahui bahwa nilai (Asymp. Sig. (2-tailed))
hubungan kasual antara variabel-variabel yang sebesar 0,589. Hal ini menunjukkan bahwa
mempengaruhi pengujian hipotesis nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata
(Singarimbun dan Efendi, 2011:7). Data yang sebesar 5% (0,589 > 0,05) sehingga dapat
diperoleh berasal dari data sekunder yang dibuktikan bahwa data dalam penelitian
dikumpulkan berdasarkan data dokumentasi terdistribusi normal.
dari KPP Pratama Malang Utara dan data
kepustakaan yang dipublikasikan Badan Pusat 2. Uji Multikolinieritas
Statistik (BPS) Kota Malang. Data yang Uji multikolinieritas dapat dilihat
dikumpulkan dalam penelitian dilakukan selama berdasarkan nilai VIF dan nilai tolerance.
kurun waktu 5 tahun secara bulanan. Data
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinieritas
tersebut berupa data penerimaan pajak
penghasilan pasal 25 (Y), data penerbitan SKP Variabel Tol. VIF
sesuai dengan produk hukum dari kegiatan Inflasi .953 1.049
pemeriksaan pajak (X2), data penambahan
Pemeriksaan_Pjk .974 1.027
jumlah wajib pajak orang pribadi maupun badan
WP .977 1.023
(X3) serta data inflasi bulanan yang diterbitkan
Sumber: Data diolah (2016)
oleh BPS Kota Malang (X1).
Diketahui bahwa semua variabel bebas
Populasi yang digunakan dalam penelitian
memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1.
ini adalah 60 buah data (5tahun X 12bulan),
namun karena data yang diperoleh terdeteksi Hasil ini menunjukkan bahwa semua variabel
outlier sehingga data yang diperoleh adalah 50 terbebas dari masalah multikolinieritas.
buah data. Teknik sampling yang digunakan
adalah teknik sampling jenuh dimana 3. Uji Heteroskedastisitas
keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel Uji heteroskedastisitas dapat dilihat
dalam penelitian (Sugiyono, 2011:112). Maka berdasarkan grafik scatterplots. Hasil dapat
sampel yang diperoleh sejumlah 50 buah data. dilihat berdasarkan gambar berikut:
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian adalah analisis regresi linier berganda
dengan menggunakan uji asumsi klasik berupa
uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi, dan uji
hipotesis berupa uji F, uji t serta koefisien
determinasi melalui bantuan software SPSS 16.0
(Ghozali, 2013:98).

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 4


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
bahwa variabel bebas lainnya bernilai
konstan.
2. Koefisien regresi variabel pemeriksaan pajak
sebesar 0,273 dinyatakan apabila pemeriksaan
pajak mengalami kenaikan sebesar 1 satuan,
Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas maka akan mengakibatkan terjadinya
Sumber: data diolah (2016)
peningkatan penerimaan pajak penghasilan
Berdasarkan gambar diatas, maka dapat
sebesar 0,273 satuan dan berlaku sebaliknya
dilihat bahwa data menyebar abstrak tanpa
dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
membentuk pola yang jelas dan persebaran
data berada diatas maupun dibawah nilai 0 bernilai konstan.
pada sumbu Y. Hasil ini menjukkan bahwa 3. Koefisien regresi variabel jumlah wajib pajak
data penelitian ini terbebas dari masalah sebesar 0,323 dinyatakan apabila jumlah wajib
heteroskedastisitas. pajak mengalami kenaikan sebesar 1 satuan,
4. Uji Autokorelasi maka akan mengakibatkan terjadinya
Uji autokorelasi dalam penelitian ini peningkatan penerimaan pajak penghasilan
menggunakan Durbin-Watson. sebesar 0,323 satuan dan berlaku sebaliknya
Tabel 5 Hasil Uji Autokorelasi dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
Model Durbin-Watson bernilai konstan.
1 1.891
Sumber: Data diolah (2016) Uji Hipotesis
Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai 1. Uji F
Durbin-Watson sebesa 1,891. Hasil tersebut Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa
berada diatas nilai dU yang berdasarkan tabel nilai signifikansi sebesar 0,005 dimana nilai
Durbin-Watson N=50, K=3 sebesar 1,674 dan tersebut lebih kecil dari taraf nyata 5% (0,005 ≤
dibawah nilai 4-dU (4-1,674=2,326). Hasil ini 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa H1 dapat
menunjukkan bahwa nilai dU < d < 4-dU diterima yaitu inflasi, pemeriksaan pajak, dan
sehingga dapat disimpulkan tidak ada jumlah wajib pajak secara simultan berpengaruh
autokorelasi positif maupun negatif. signifikan terhadap penerimaan pajak
penghasilan.
Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 2. Uji t

Koefisien Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui hasil


Standarisasi sebagai berikut:
a. Inflasi memiliki nilai signifikansi sebesar
Variabel B t sig. Ket.
0,234 dimana nilai tersebut lebih besar dari
X1 Tidak taraf nyata yang telah ditentukan yaitu
-.159 .234
Signifikan
sebesar 5% (0,234 ≥ 0,05). H2 ditolak yang
X2 .273 .042 Signifikan menyatakan variabel inflasi inflasi tidak
X3 .323 .017 Signifikan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
Adjust R pajak penghasilan.
0,190
Square b. Pemeriksaan pajak memiliki nilai signifikansi
F Hitung 4,829 sebesar 0,042 dimana nilai tersebut lebih kecil
F sig. 0,005 dari taraf nyata yang telah ditentukan yaitu
N 50 sebesar 5% ((0,042 ≤ 0,05). H2 diterima yang
Sumber: Data diolah (2016) menyatakan bahwa variabel pemeriksaan
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh pajak berpengaruh signifikan terhadap
persamaan regresi sebagai berikut: penerimaan pajak penghasilan.
Y = −0,159 + 0,273 + 0,323 + e c. Jumlah wajib pajak memiliki nilai signifikansi
1. Koefisien regresi variabel inflasi sebesar - sebesar 0,017 dimana nilai tersebut lebih kecil
0,159 dinyatakan apabila tingkat inflasi dari taraf nyata yang telah ditentukan yaitu
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka sebesar 5% ((0,017 ≤ 0,05). H2 diterima yang
akan mengakibatkan terjadinya penurunan menyatakan bahwa variabel jumlah wajib
penerimaan pajak penghasilan sebesar 0,159 pajak berpengaruh signifikan terhadap
satuan dan berlaku sebaliknya dengan asumsi penerimaan pajak penghasilan.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 5


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
dalam kategori inflasi ringan (Natsir, 2014:255).
3. Koefisien Determinasi Secara teori, inflasi juga memiliki arah hubungan
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa yang negatif seperti yang dinyatakan dalam teori
nilai R Sqaure yang telah disesuaikan dengan nilai Keynes.
adjusted R2 karena pada nilai adjusted R2 apabila Hasil penelitian ini mendukung penelitian
terjadi penambahan setiap variabelnya dapat Nasution dkk. (2013) yang menyatakan bahwa
meningkatkan maupun menurunkan inflasi tidak berpengaruh signfikan terhadap
kemampuan tergantung dari hasil masing- penerimaan pajak penghasilan namun bertolak
masing variabel bebas sehingga nilainya sebesar
belakang dengan hasil penelitian Agbeybe et al
0,190 (Ghozali, 2013:100). Hal ini menunjukan
(2006) dan Ferdiawan (2015).
kemampuan variabel bebas yaitu inflasi,
pemeriksaan pajak dan jumlah wajib pajak
mampu menerangkan sebesar 19% dari variasi
variabel terikat yaitu penerimaan pajak
penghasilan. Sedangkan sisanya sebesar 81% 3. Pengaruh Variabel Pemeriksaan Pajak
dipengaruhi oleh faktor lain yang berada diluar Berdasarkan hasil pengujian, variabel
model penelitian ini. pemeriksaan pajak menunjukan nilai signifikansi
yang kecil dari taraf nyata 5% (0,042 ≤ 0,05) yang
Interpretasi Hasil Penelitian berarti pemeriksaan pajak berpengaruh
1. Pengaruh Simultan signifikan terhadap penerimaan pajak
Berdasarkan hasil pengujian, variabel penghasilan. Selain itu, koefisien variabel
inflasi, pemeriksaan pajak dan jumlah wajib pemeriksaan pajak sebesar 0,273 satuan
pajak berpengaruh secara simultan terhadap menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak dan
penerimaan pajak penghasilan. Hal ini penerimaan pajak penghasilan memiliki arah
ditunjukkan dengan uji F yang menghasilkan hubungan yang positif.
nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata 5%
Kegiatan pemeriksaan pajak yang dilakukan
(0,005 ≤ 0,05). Hasil ini menjelaskan bahwa
secara intensif terhadap wajib pajak yang
perubahan pada setiap variabel bebas secara
terindikasi melaporkan SPT secara tidak benar
bersama-sama merupakan salah satu faktor
sebagai bagian dari intensifikasi perpajakan.
penentu yang dapat menjelaskan keragaman
Kegiatan pemeriksaan pajak ini dilakukan
atau perubahan penerimaan pajak penghasilan.
Keseluruhan variabel bebas berpengaruh dengan produk hukumya berupa Surat
secara simultan terhadap penerimaan pajak Ketetapan Pajak (SKP) sebagai langkah untuk
penghasilan karena penerimaan pajak mencegah terjadinya kebocoran negara
penghasilan ditentukan berdasarkan faktor khususnya dalam penerimaan pajak (Rahayu,
internal yang berupa kebijakan fiskal maupun 2010:247).
faktor ekternal yang berupa perubahan asumsi Hasil penelitian mendukung penelitian
ekonomi makro seperti yang ditunjukkan pada Febriyanti (2013) yang menyatakan bahwa
variabel inflasi yang fluktuaktif. pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan pajak penghasilan namun
2. Pengaruh Variabel Inflasi bertolak belakang dengan hasil penelitian
Berdasarkan hasil pengujian, variabel inflasi Nasution dkk. (2013), Fajar dkk. (2014) dan Anti
menunjukan nilai signifikansi yang lebih besar (2014).
dari taraf nyata 5% (0,234 ≥ 0,05) yang berarti
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap 4. Pengaruh Variabel Jumlah Wajib Pajak
penerimaan pajak penghasilan. Selain itu, Berdasarkan hasil pengujian, variabel
koefisien variabel inflasi sebesar -0,159 satuan jumlah wajib pajak menunjukan nilai signifikansi
menunjukkan bahwa inflasi dan penerimaan yang kecil dari taraf nyata 5% (0,017 ≤ 0,05) yang
pajak penghasilan memiliki arah hubungan yang berarti jumlah wajib pajak berpengaruh
negatif. signifikan terhadap penerimaan pajak
Inflasi yang tidak berpengaruh signifikan ini penghasilan. Selain itu, koefisien variabel jumlah
dikarenakan perkembangan inflasi di Kota wajib pajak sebesar 0,323 satuan menunjukkan
Malang selama 5 tahun terkahir cenderung stabil. bahwa jumlah wajib pajak dan penerimaan pajak
Tingkat inflasi Kota Malang selama 5 tahun penghasilan memiliki arah hubungan yang
terakhir berkisa pada nilai 6% hingga 8% yang positif.
berdasarkan tingkat keparahannya termasuk

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 6


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Pengaruh jumlah wajib pajak yang terjadi penyelundupan yang biasa dilakukan
signifikan terhadap penerimaan pajak oleh pedagang untuk meningkatkan harga
penghasilan karena wajib pajak merupakan kebutuhan tertentu.
elemen yang sangat penting dalam menunjang 2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat
penerimaan di sektor perpajakan. Setiap adanya dijadikan sebagai suatu pedoman dalam
penambahan jumlah wajib pajak maka akan merumuskan kebijakan pajak dalam bidang
meningkatkan penerimaan pajak penghasilan pemeriksaan, khususnya pada tahun 2016
karena semakin banyak masyarakat yang karena pemerintah telah mencanangkan
membayarkan pajaknya. Penambahan wajib sebagai Tahun Penegakan Hukum.
pajak ini berhubungan dengan kebijakan 3. Bagi pemerintah sebaiknya menambah
ekstensifikasi perpajakan yang berguna dalam strategi yang diperlukan untuk meningkatkan
rangka menunjang penerimaan negara melalui jumlah wajib pajak karena wajib pajak
perluasan basis pajak dan peningkatan jumlah merupakan suatu elemen terpenting dalam
wajib pajak (Soemitro dalam Rahayu, 2010:90). menyumbang penerimaan pajak penghasilan
Hasil penelitian mendukung penelitian Anti seperti memperluas basis pajak, kegiatan
(2014) yang menyatakan bahwa jumlah wajib penyisiran (canvasing) yang dilakukan secara
pajak berpengaruh signifikan terhadap intensif dan melakukan sosialisasi terhadap
penerimaan pajak penghasilan namun bertolak masyarakat mengenai pentingnya membayar
belakang dengan hasil penelitian Nasution dkk. pajak.
(2013). 4. Bagi peneliti selanjutnya dapat
menambahkan periode waktu lebih dari 5
KESIMPULAN DAN SARAN tahun sehingga peneliti selanjutnya dapat
Kesimpulan mengetahui dan menganalisis kondisi-
1. Variabel Inflasi, pemeriksaan pajak dan kondisi lain di luar tahun penelitian ini,
jumlah wajib pajak secara simultan sekaligus menambah faktor-faktor lain diluar
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penelitian ini karena masih banyak potensi
pajak penghasilan yang berada di KPP lain yang menjadi faktor penentu dalam
Pratama Malang Utara. menunjang penerimaan pajak penghasilan
2. Variabel Inflasi memiliki pengaruh negatif seperti variabel ekonomi makro lainnya yaitu
namun tidak signifikan terhadap penerimaan nilai kurs dan suku bunga, tindakan
pajak penghasilan yang berada di KPP intensifikasi perpajakan lainnya yaitu
Pratama Malang Utara. penagihan pajak, begitu pula tindakan
3. Variabel Pemeriksaan pajak berpengaruh ekstensifikasi perpajakan lainnya yaitu
signifikan terhadap penerimaan pajak penyuluhan terhadap wajib pajak.
penghasilan yang berada di KPP Pratama
Malang Utara. DAFTAR PUSTAKA
4. Variabel Jumlah wajib pajak berpengaruh Bagian Dokumen Pengolahan Data dan
signifikan terhadap penerimaan pajak Informasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
penghasilan yang berada di KPP Pratama Malang Utara. 2015. Target dan Realisasi
Malang Utara. Penerimaan Pajak KPP Pratama Malang Utara.
Bank Indonesia. 2015. Pengenalan Inflasi, diakses
pada Tanggal 9 September 2015 dari
Saran http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pen
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, genalan/Contents/Default.aspx.
peneliti menyarankan beberapa hal yaitu: Direktorat Jenderal Pajak. 2015. Mau Tax Ratio
1. Bagi pemerintah sebaiknya perlu Naik? Belajarlah dari Mancanegara! diakses
memperhatikan perkembangan ekonomi pada Tanggal 8 September 2015 dari
http://www.pajak.go.id/content/article/mau
makro yang terjadi seperti inflasi. Pemerintah
-tax-ratio-naik-belajarlah-dari-
diharapkan dapat menjaga Indeks Harga
mancanegara.
Konsumen sehingga tingkat inflasi dapat Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate
dikendalikan dalam kategori inflasi rendah, dengan Program SPSS IBM 21. Semarang:
yaitu dengan cara mengawasi harga-harga Badan Penerbit UNDIP.
yang cenderung naik pada periode tertentu Kementerian Keuangan. 2015. Nota Keuangan dan
dan menelusuri jumlah persediaan kebutuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan Tahun 2010-2015. Jakarta:
sandang, pangan dan papan sehingga tidak
Kementerian Keuangan.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 7


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Natsir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan
Kebanksentralan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Nasution, Rachmat Husein dkk. 2013. Pengaruh
Inflasi, Pemeriksaan Pajak dan Wajib Pajak
Orang Pribadi terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi Studi pada Kota
Padang. Padang: Universitas Bung Hatta.
Natsir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan
Kebanksentralan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Putong, Iskandar. 2009. Economics: Pengantar
Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia:
Konsep dan Aspek Formal. Yoyakarta: Graha
Ilmu.
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan Teori dan Kasus.
Jakarta: Salemba Empat.
Sambodo, Agus. 2015. Pajak dalam Entitas Bisnis.
Jakarta: Salemba Empat.
Simanjutak, Timbul dan Imam Mukhlis. 2012.
Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam
Pembangunan Ekonomi. Depok: Raih Asa
Sukses.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 2011.
Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak. Jakarta:
Salemba Empat.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi Teori
Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Tresno dkk. 2011. Pengaruh Penambahan Wajib
Pajak Badan, Penyampaian SPT Masa Badan
dan Pengawasan Kepatuhan Wajib Pajak Badan
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan
di KPP Pratama Jakarta Matraman. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 8 No. 1 2016| 8


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai