Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis
A.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel
independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi.
A.1.1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan distribusi jenis kelamin pada
PMO TB di UPK Puskesmas Perumnas II
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden PMO TB di Wilayah Kerja UPK Puskesmas
Perumnas II

No Karakteristik Responden Frekuensi


1. Laki-laki 4
2. Perempuan 17
Jumlah 21
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 4 orang (empat orang), sedangkan responden yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah 17 orang (tujuh belas orang).

A.1.2 Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dihasilkan distribusi umur pada
rumah tangga di pemukiman Bansir Laut
Tabel 4.2. Umur Responden pada PMO di UPK Puskesmas Perumnas II

No Karakteristik Responden Frekuensi


1. ≥35 tahun 17
2. <35 tahun 4
Jumlah 21
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang berusia lebih dari sama
dengan 35 tahun (≥ 35 tahun) sebanyak 17 orang dan responden yang berusia dibawah
35 tahun (< 35 tahun) sebanyak 4 orang.
A.1.3. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dihasilkan distribusi pendidikan
pada kepala keluarga di pemukiman Bansir Laut.
Tabel 4.3. Pendidikan Responden pada PMO di UPK Puskesmas Perumnas II
No Kategori Pendidikan Frekuensi
1. Tidak Sekolah 2
2. Tamat SD 7
3. Tamat SMP 2
4. Tamat SMA 9
5. Tamat akademi/Perguruan Tinggi 1
Jumlah 21
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa terdapat responden yang tidak sekolah
sebanyak 2 orang sedangkan responden dengan tingkat pendidikan tamat SD sebanyak
7 responden, kemudian responden dengan tingkat pendidikan tamat SMP sebanyak 2
responden, responden dengan tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak 9 responden
dan responden yang memiliki pendidikan di tingkat akademi / perguruan tinggi
sebanyak 1 orang .
A.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dimaksud untuk melihat apakah terdapat peningkatan faktor
tingkat pengetahuan dan sikap PMO setelah dab sebelum diberikannya penyuluhan
mengenai TB di wilayah kerja UPK Puskesmas Perumnas II yang menggunakan uji
Wilcoxon sign rank test. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika
diperoleh nilai p < 0,05.
A.2.1. Gambaran tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
Gambaran tingkat pengetahuan PMO TB sebelum diberikan penyuluhan oleh
peneliti dapat dilihat di tabel dibawah ini.
Tabel 4.4. Gambaran tingak Pengetahuna PMO TB sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan di Wilayah Kerja UPK Puskesmas Perumnas II
Sebelum Sesudah P
Pengetahuan
N % N %
Baik 16 76 21 100 0,001
Tidak Baik 5 24 0 0
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.4 di atas hasil penelitian 5 responden yang memiliki tingkat
pengetahuan yang tidak baik sebelum diberikan penyuluhan. Akan tetapi tingkat
pengetahuan meningkat menjadi baik setelah diberikan penyuluhan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon sign rank test
menunjukkan bahwa probabilitas (p) = 0,001 yang berarti p < 0,05 artinya bahwa
terdapat peningkatan pengetahuan PMO TB setelah diberikannya penyuluhan
mengenai TB Paru di wilayah kerja UPK Puskesmas Perumnas II.
A.2.2. Gambaran Sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
Gambaran Sikap PMO sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dapat dilihat
pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Gambran Sikap PMO TB sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
Sebelum Sesudah P
Sikap
N % N %
Mendukung 18 86 21 100
0,000
Tidak
3 14 0 0
Mendukung
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.5 di atas hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 responden yang
tingkat sikapnya tidak mendukung namun setelah diberikannya penyuluhan mengenai
TB meningkat sikap PMO menjadi mendukung.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon sign rank test menunjukkan
bahwa probabilitas (p) = 0,000 yang berarti p < 0,05 artinya bahwa terdapat
peningkatan sikap PMO TB setelah diberikannya penyuluhan mengenai TB Paru di
wilayah kerja UPK Puskesmas Perumnas II.
B. Pembahasan
B.1. Tingkat Pengetahuan PMO TB
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah terjadi pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
suatu tindakan seseorang. Apabila pengetahuan yang terbentuk adalah pengetahuan
yang cukup untuk kesehatan maka hal tersebut akan tercermin pada pola perilaku
masyarakatnya.2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukannya penyuluhan terdapat
5 responden yang pengetahuannya tidak baik sedangkan 16 responden memiliki tingkat
pengetahuan yang baik. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Wilcoxon sign rank test menunjukkan bahwa probabilitas (p) = 0,001 yang berarti p <
0,05 artinya hipotesis diterima. Kesimpulannya adalah terdapat peningkatan yang
siginifikan antara pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan media
edukasi berupa penyuluhan pada PMO TB di wilayah kerja UPK Puskesmas Perumnas
II.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Lailatul Maghfiroh di Jember
tahun 2017 mengatakan adanya peningkatan yang signifikan antara pengetahuan PMO
TB sebelum dan sesudah pemberian edukasi mengenai TB, artinya responden yang
awalanya berpengetahuan kurang baik setelah diberikan media edukasi meningkat
menjadi baik. Penelitian yang dilakukan oleh Palupi di Surakarta tahun 2013 juga
menunjukkan terdapat peningkatan tingkat pengetahuan PMO TB sebelum dan sesudah
diberikannya penyuluhan.30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui
tentang apa itu Tuberkulosis Paru, bagaimana gejalanya, pengobatan, serta pemeriksaan
mengenai Tuberkulosis Paru. Namun ada beberapa responden yang tidak mengetahui
tentang bagaimana pengobatan dan pemeriksaan dari Tuberkulosis Paru.

B.2.Sikap PMO TB
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara positif
atau negatif) terhadap objek atau situasi tertentu.33 Sedangkan menurut Newcomb
dalam Notoatmodjo, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap bukan merupakan
tindakan atau perilaku seseorang, tetapi merupakan faktor predisposisi dari
perilakuatau tindakan.3 dapus likardo
Hasil analisis berdasarkan kuesioner terdapat 3 responden yang memiliki sikap
tidak mendukung terhadap pasien TB, sedangkan 18 lainnya memiliki sikap
mendukung terhadap pasien TB. Berdasarkan analisis Bivariat menggunakan Wilxocon
sign rank test menunjukan bahwa terdapat trend positif atau peningkatan sika
responden yang sebelum diberikan penyuluhan bersikap tidak mendukung akan tetapi
setelah diberikan penyuluhan mengenai TB Paru berubah menjadi sikap Baik. Analisis
Bivariat dengan Wilxocon sign rank test didapatkan hasil probabilitas (p) yaitu 0,000,
karena p < 0,05 maka terdapat peningkatan signifikan antara sikap PMO TB sebelum
dan sesudah diberikan penyuluhan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Laily Elsa Syahrini di
Banjarmasin tahun 2013 mengatakan bahwa terdapat peningkatan sikap dari responden
penelitian setelah diberikannya media edukasi.1 Hal ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rompa bahwa sikap dari remaja di Bolaang meningkat setelah
diberikannya penyuluhan.3 Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sebagaimana pendapat Azwar yang
menyatakan bahwa pembentukan sikap seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor baik
yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik orang tersebut. Faktor tersebut biasa berupa
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, media informasi dan faktor
emosional orang itu sendiri.34 dappus likardo
PMO merupakan salah satu orang yang berperan penting dalam keberhasilan
pengobatan TB oleh karena itu perlu adanya pengetahuan lebih baik serta perlunya
memberikan pandangan serta membentuk sikap positif terhadap perannya. Berdasarkan
Bhat pada tahun 2009 pengendalian TB dapat dilakukan dengan memberikan
pendidikan kesehatan untuk klien, anggota keluarga, dan masyarakat.
Terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan, menurut Soekidjo diperlukan suatu
kondisi yang memungkinkan seseorang dapat menerapkan apa yang sudah ia ketahui.
Artinya pengetahuan atau sikap yang baik belum tentu mewujudkan suatu tindakan
yang baik. Karena perubahan sikap ke arah yang lebih baik akan mempengaruhi
terjadinya peran serta masyarakat yang merupakan modal utama keberhasilan program
kesehatan.31 Dapus Likardo

1. Syahrini, LE, Herawati, Muttaqien F. Pengetahuan dan Sikap Pengawas Minum Obat
Tuberkulosis Paru Sebelum dan Sesudah diberikan Media Buku Saku. Banjarmasin. 2013.
2. Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
2003
3. Rompas,S., Karundeng M., Mamonto S.F., Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual Di SMK
Fajar Bolaang Mongondow Timur. Manado: PSIK FK Sam Ratulangi. 2013.

Anda mungkin juga menyukai