Standar Kompetensi:
Kemampuan menganalisis hakikat bangsa dan negara serta menentukan sikap positif terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kompetensi Dasar:
1. Mahasiswa mampu mengkaji makna manusia, bangsa dan negara.
2. Mahasiswa mampu mendiskripsikan unsur-unsur terbentuknya bangsa dan negara serta
pentingnya pengakuan suatu negara terhadap negara lain.
3. Mahasiswa mampu menguraikan fungsi dan tujuan negara.
4. Mahasiswa mampu menunjukkan sikap semangat kebangsaan (nasionalisme dan
patriotisme) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
A. Manusia, Bangsa dan Negara
1. Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk unik, ia berkedudukan sebagai “makhluk individu” namun
sekaligus juga sebagai “makhluk sosial”. Sebagai makhluk individu umumnya cenderung
bertindak mementingkan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Melihat manusia sebagai
individu berarti melihat manusia dari segi mempertahankan kepentingan pribadinya. Sedangkan
sebagai makhluk sosial manusia cenderung mempunyai hasrat untuk hidup bersama manusia lain.
Hal ini merupakan kodrat alam, dimanapun dan kapanpun. Aristoteles (384-322 SM) seorang
filosof Yunani mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, artinya manusia yang selalu
hidup bermasyarakat.
Setiap manusia dalam hidupnya tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan fisik maupun mental. Kebutuhan akan
berhubungan dengan orang lain merupakan naluri setiap manusia, karena setiap manusia itu perlu
makan, minum, berkeluarga, berkembang biak, bergerak secara aman, dan sebagainya.
Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dapat dilakukan dengan jalan membentuk
kelompok-kelompok atau asosiasi. Kelompok yang paling pokok adalah keluarga, namun masih
ada kelompok-kelompok lain yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain, misalnya
koperasi, perkumpulan nelayan, kelompok tani, sekolah, perkumpulan agama, dan sebagainya.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia sebagai anggota kelompok yang satu juga
akan berhubungan dengan kelompok lainnya dalam masyarakat, demikian pula sebagai bagian dari
suatu masyarakat akan berhubungan dengan masyarakat lainnya. Dalam berinteraksi antara satu
kelompok dengan kelompok lain, satu masyarakat dengan masyarakat lain pasti terjadi benturan
kepentingan yang dapat menimbulkan suatu konflik. Oleh karena itu, diperlukan adanya
penertiban dan pengaturan padanya.
Interaksi antar kelompok dan antar masyarakat dalam suatu wilayah dengan peraturan
penertiban terhadapnya biasa terjadi dalam suatu negara. Negara merupakan suatu perkumpulan
yang paling penting, karena di dalam negara terdapat berbagai kelompok dan masyarakat yang
dalam hubungan antarmereka diatur dengan peraturan penertiban agar masing-masing dapat
melaksanakan aktivitasnya dan tidak terjadi pertentangan kepentingan serta mendapat
perlindungan dalam melaksanakan keinginannya masing-masing. Jadi, negara lahir karena
kebutuhan akan pengaturan dengan tujuan untuk menyelenggarakan perlindungan dan penertiban.
Negara merupakan alat bagi seluruh masyarakat untuk mencapai pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Anggota masyarakat dalam suatu negara sering dinamakan rakyat.
1. Wilayah
Setiap negara menduduki wilayah tertentu di muka bumi dan memiliki batas-batas wilayah
yang jelas pula. Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, tetapi laut di
sekelilingnya dan angkasa di atasnya. Karena kemajuan teknologi dewasa ini masalah wilayah
menjadi lebih rumit dibandingkan masa lampau. Sebagai contoh jika pada masa lampau wilayah
laut cukup sejauh 3 mil dari pantai, sesuai jarak tembak meriam. Maka untuk saat ini menjadi
kurang relevan lagi, sebab jarak tembak peluru kendali bisa ratusan mil. Oleh karena itu beberapa
negara termasuk Indonesia telah mengusulkan wilayah laut 12 mil diukur dari titik terluar, serta
menuntut adanya zona ekonomi eksklusif 200 mil. Kemajuan teknologi telah memungkinkan
pengeboran minyak dan gas di lepas pantai mendorong sejumlah besar negara untuk menuntut
penguasaan wilayah yang lebih luas.
Menurut hukum internasional semua negara sama martabatnya. Tetapi dalam kenyataannya
sering negara kecil mengalami kesulitan untuk mempertahankan kedaulatannya, apalagi jika
tetangganya adalah negara besar. Di lain pihak, negara yang memiliki wilayah yang sangat luas
juga menghadapi berbagai permasalahan, antara lain keaneka ragaman suku, budaya dan agama,
masalah perbatasan dan sebagainya.
Wilayah atau daerah merupakan unsur yang harus dipenuhi bagi suatu negara, karena
dengan adanya wilayah akan menjadi jelas letak dan posisi negara itu berada di belahan dunia ini.
Wilayah atau daerah suatu negara tidak hanya mencakup tanah, tetapi termasuk juga perairan dan
laut sekelilingnya serta angkasa di atasnya. Untuk itulah batas-batas wilayah atau daerah suatu
negara harus ditentukan dengan jelas agar dapat diketahui letak dan posisinya serta agar tidak
terjadi persengketaan wilayah dengan negara-negara lain yang bertetangga. Penentuan batas
wilayah biasanya dilakukan dengan perjanjian dengan negara tetangga atau berdasar pada
ketentuan perjanjian internasional (traktat), seperti misalnya batas teritorial laut suatu negara
dahulu ditentukan sejauh 3 mil dari batas pantai sesuai jarak tembak suatu meriam. Namun untuk
saat ini kemajuan teknologi jarak 3 mil tidak ada artinya karena jarak tembak senjata misile lebih
jauh dari 3 mil. Kemudian banyak negara (termasuk Indonesia) yang mengusulkan batas teritorial
laut menjadi 12 mil dari batas pantai, bahkan dengan berkembangnya pengeboran minyak di lepas
pantai atau di landas benua (continental shelf) menjadikan banyak negara yang ingin
menguasainya sehingga mengusulkan batas teritorial laut menjadi 200 mil dari garis pantai.
Dengan demikian wilayah bagi suatu negara merupakan unsur yang sangat penting. Wilayah
sebagai salah satu unsur konstitutif suatu negara juga merupakan wilayah negara yang seluruhnya
dilingkupi oleh wilayah-wilayah negara lain. Memasuki wilayah negara lain tanpa izin dapat
dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran atas kedaulatan negara tersebut.
Pemerintah yang berdaulat merupakan pemerintah yang ditaati oleh rakyatnya dan dapat
melaksanakan ketertiban hukum dalam negara, sehingga kesejahteraan rakyat dapat terjamin.
Namun pemerintah yang berdaulat juga dapat diartikan bahwa pemerintah itu mampu
mempertahankan negara dari serangan pihak lain. Oleh karena itu, suatu negara tidak akan berjalan
dengan baik tanpa ada pemerintah yang berdaulat yang menjalankan tugas-tugas negara untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan hidup, menjaga keamanan, mengadakan perdamaian,
menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertentangan, menegakkan hukum, dan
menanggulangi kekacauan.
Pemerintah yang berdaulat (souvereign) berarti pemerintah yang memiliki kedaulatan penuh
dalam melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Namun kedaulatan itu sebenarnya adalah milik
negara, sedangkan pemerintah yang menerima pelimpahan kedaulatan negara. Negara adalah
sesuatu yang abstrak, sedangkan pemerintah sesuatu yang konkrit. Pemerintah merupakan bagian
dari negara yang memimpin urusan-urusan keseluruhan negara dan masyarakat. Pemerintah
berkuasa tetapi negara berdaulat dan kekuasaan pemerintah dialihkan dari kedaulatan negara. Pe-
merintah dapat berganti-ganti, tetapi negara tetap abadi (F. Isjwara, 1999: 105).
Pemerintah yang berdaulat juga berarti pemerintah yang diakui oleh rakyatnya dan negara-
negara lain. Pengakuan rakyat atas pemerintah dibuktikan pada kemampuan pemerintah untuk
mengurus kepentingan kesejahteraan rakyat, ketertiban hukum negara dan menjaga keamanan
serta mengadakan perdamaian dan kerja sama dengan negara-negara lain. Sedangkan pengakuan
dari negara-negara lain dimaksudkan bahwa negara tersebut telah diterima oleh negara-negara lain
sebagai negara anggota masyarakat internasional yang dapat menikmati hak-haknya sebagai
negara baru.
Pengakuan suatu negara terhadap negara lain bukanlah merupakan unsur lain bagi adanya
suatu negara, tetapi lebih merupakan unsur yang bersifat menerangkan atau deklaratif dan bukan
merupakan unsur pembentuk adanya negara. Tanpa pengakuan dari negara lain, suatu negara tetap
dapat berdiri, misalnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945,
sedangkan pengakuan dari Belanda baru tahun 1949 dan Amerika Serikat memproklamasikan
kemerdekaannya pada tahun 1776, namun Inggris mengakuinya pada tahun 1873.
Pengakuan merupakan pencatatan dari pihak negara-negara lain bahwa negara baru itu telah
mengambil tempat di samping negara-negara yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu,
pengakuan oleh negara-negara lain memiliki arti penting bagi penguatan posisi sebagai negara
baru dengan kedudukan yang sejajar dengan negara-negara lain yang sudah ada, sehingga memiliki
dan dapat menikmati hak-hak sebagai anggota masyarakat internasional tanpa gangguan dari
negara-negara lain, serta dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang dengan sendirinya melekat
padanya. Negara yang masuk dalam anggota PBB akan memiliki kedaulatan sebagai bangsa dan
memiliki hak sebagai anggota masyarakat internasional. Indonesia masuk menjadi anggota PBB
pada tanggal 28 September 1966.
d. Kedaulatan
Unsur esensial yang keempat dari negara, adalah kedaulatan. Istilah kedaulatan seringkali
dibatasi sebagai kekuasaan tertinggi dan final yang tidak ada tandingannya. Kedaulatan paling
tidak mempunyai dua dimensi, yaitu apa yang disebut supremasi internal dan kemerdekaan
eksternal. Yang pertama, berarti adanya kekuasaan yang menjangkau seluruh wilayah negara,
sedangkan yang kedua berarti bebas dari pengawasan politik negara lain secara langsung ataupun
organisasi internasional
Konsep kedaulatan sebagai salah satu unsur negara memang menunjukkan pada kekuasaan
yang tertinggi serta tidak terbatas pada wewenang untuk mengatur masalah-masalah negara, baik
dalam negeri maupun hubungan dengan negara lainnya.
Kendatipun konsepnya jelas, tetapi dalam prakteknya sulit untuk menentukan secara pasti
kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara. Dengan kata lain, kita mengakui sesuatu negara
berdaulat, tetapi kita tidak dapat mengetahui secara pasti apakah negara yang bersangkutan benar-
benar dapat melaksanakan kedaulatannya, dalam arti benar-benar mempunyai kekuasaan untuk
mengatur urusan rumah tangganya sendiri tanpa dipengaruhi oleh negara lain. Pada dasarnya
kedaulatan internal atau kedaulatan di dalam wilayah suatu negara memang menunjukkan berbagai
variasi antara negara satu dengan negara lainnya sesuai dengan tempat dan ruang lingkup
kekuasaan kedaulatan itu sendiri.
Kedaulatan mencakup kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara, termasuk paksaan. Negara mempunyai kekuasaan yang
tertinggi ini untuk memaksa semua penduduk agar mentaati peraturan perundang-undangan.
Negara juga berkewajiban mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya dari serangan-
serangan dari negara lain. Untuk keperluan itu negara menuntut loyalitas yang mutlak dari seluruh
warga negaranya.
2. Teori Terjadinya Negara
a. Teori Ketuhanan (Teori Theokrasi)
Menurut teori ketuhanan, terbentuknya negara atas kehendak Tuhan. Adanya negara karena
dikehendaki oleh Tuhan. Suatu negara tidak ada jika Tuhan tidak menghendaki. Penguasa atau
raja-raja yang memimpin dan memerintah negara adalah penjelmaan dewa-dewa. Kekuasaan
seorang raja diperoleh dari Tuhan. Kekuasaan Tuhan dipindahkan kepada raja. Negara dibentuk
oleh Tuhan dan pemimpin negara ditunjuk oleh Tuhan. Pemimpin negara atau raja hanya
bertanggung jawab kepada Tuhan tidak kepada siapa pun. Tokoh teori ketuhanan ini adalah
Friedrich Julius Stahl dengan bukunya Die Philosophie des Recht. Thomas Aquinas menganggap
Tuhan sebagai landasan dari semua kekuasaan. Meskipun Tuhan memberikan landasan atau dasar
kepada penguasa, namun rakyat menentukan modus atau bentuknya yang tetap dan bahwa rakyat
pulalah yang memberikan kepada seseorang atau segolongan orang mempergunakan kekuasaan
itu (F. Isjwara, 1999: 152-153).
b. Teori perjanjian
Menurut teori perjanjian, negara dibentuk dari perjanjian antarorang-orang yang hidup di
dalamnya untuk mengadakan suatu organisasi yang dapat menyelenggarakan kehidupan bersama.
Teori perjanjian ini dikenal sebagai teori kontrak sosial.
Tokoh teori perjanjian ini antara lain Thomas Hobbes (F. Isjwara, 1990:142) yang mengikuti
jalan pikiran teori perjanjian ini, bahwa kehidupan manusia terbagi dalam dua keadaan yang
terpisah yakni keadaan sebelum ada negara dan keadaan bernegara. Keadaan sebelum ada negara
merupakan keadaan alamiah. Keadaan alamiah merupakan keadaan yang tidak aman, tidak adil,
keadaan kacau di mana manusia yang satu menindas manusia yang lain. Siapa yang kuat dialah
yang berkuasa. Hukum dibuat oleh mereka yang keadaan fisiknya kuat. Dalam keadaan alamiah
manusia yang satu memangsa manusia yang lain. Keadaan demikian dilukiskan sebagai "homo
homini lupus" (manusia yang satu menjadi binatang buas bagi manusia yang lain), manusia yang
satu saling bermusuhan dengan manusia yang lain. Namun dengan akalnya manusia mengerti dan
menyadari demi kelangsungan hidup, keadaan kacau ini harus diakhiri, kemudian mereka
melakukan perjanjian bersama. Para individu berjanji untuk menyerahkan semua hak-hak kodrat
yang dimilikinya kepada seseorang atau sekelompok orang yang ditunjuk untuk mengatur
kehidupan mereka. Dalam keadaan demikian maka terbentuklah negara yang dianggap mengakhiri
keadaan kacau sebagaimana dialami individu pada keadaan alamiah. Namun dengan perjanjian
saja tidaklah cukup. Negara harus berkuasa penuh sebagaimana binatang buas yang menaklukkan
binatang buas lainnya. Negara harus diberi kekuasaan yang mutlak, kekuasaan yang tidak dapat
ditandingi dan disaingi oleh kekuasaan apa pun. Oleh karena itu, Thomas Hobbes kemudian
menyatakan bahwa negara yang dibuat berdasarkan perjanjian masyarakat harus berbentuk
monarkhi (kerajaan) karena dianggap bahwa negara yang berbentuk negara kerajaan yang
mutlaklah yang dapat menjalankan pemerintahan dengan baik.
John Locke (F. Isjwara, 1990: 144-146) menganggap bahwa keadaan alamiah merupakan
keadaan di mana manusia hidup bebas menurut kehendaknya sendiri. Keadaan alamiah menurut
John Locke sudah bersifat sosial, karena manusia hidup rukun dan tenteram sesuai dengan hukum
akal yang mengajarkan manusia tidak boleh mengganggu hidup, kesehatan, kebebasan dan milik
manusia lainnya. Namun keadaan alamiah ini menurut John Locke juga potensi untuk dapat
menimbulkan anarkhi, kekacauan, karena manusia hidup tanpa orang atau organisasi yang
mengatur kehidupan mereka. Dalam keadaan alamiah semua manusia memiliki kedudukan yang
sederajat, baik untuk kekuasaan maupun hak-haknya sehingga dalam berhubungan dengan
manusia lain sangat potensial untuk menimbulkan konflik dan kekacauan karena perbuatan
sekehendak hatinya yang merasa sederajat. Oleh karena itu, manusia membentuk negara dengan
suatu perjanjian bersama. Perjanjian yang dilakukan adalah menyerahkan kepada seseorang atau
kelompok orang untuk mengatur kehidupan bersama dengan kekuasaan yang tidak mutlak, karena
individu-individu dalam melakukan perjanjian tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiahnya,
seperti hak-hak alamiah yang merupakan hak-hak asasi sebagai hak-hak kodrat tidak dapat
dilepaskan dan penguasa yang diserahi tugas mengatur kehidupan bersama harus menghormati
hak-hak asasi itu. Bahkan menurut John Locke, fungsi utama dari perjanjian masyarakat adalah
untuk menjamin dan melindungi hak-hak kodrat. Oleh karena itu, John Locke menghendaki negara
yang dibentuk berdasarkan perjanjian masyarakat berbentuk kerajaan konstitusional dan bukan
negara absolut tanpa batas-batas.
Jean Jacque Rousseau (F. Isjwara, 1990: 147-149) mengemukakan bahwa zaman pranegara
atau keadaan alamiah diumpamakan sebagai keadaan sebelum manusia melakukan dosa, sebagai
suatu keadaan yang aman dan bahagia. Dalam keadaan alamiah, hidup individu bebas dan
sederajat. Semua yang dilakukan individu-individu atas dasar kepercayaan dan belas kasihan bagi
sesamanya. Namun manusia juga sadar akan adanya ancaman atas hidup dan kebahagiaannya
dalam keadaan alamiah yang lama-kelamaan akan semakin besar, sehingga dengan penuh
kesadarannya manusia ingin mengakhirinya dengan mengadakan suatu perjanjian masyarakat atau
"kontrak sosial" dengan seorang atau sekelompok orang yang diberi kekuasaan penuh untuk
mengatasi penghalang-penghalang bagi kemajuan pemenuhan kebutuhan hidup atas dasar
kemauan umum. Dengan perjanjian masyarakat maka berlangsunglah peralihan dari keadaan
alamiah ke keadaan bernegara. Dalam kondisi demikian manusia terbelenggu di mana-mana.
Negara yang dibentuk menyatakan kemauan umumnya yang tidak khilaf, keliru atau salah. Negara
merupakan organisasi politik yang dibentuk dengan kontrak. Pemerintah sebagai pimpinan
organisasi politik dibentuk dan ditentukan oleh yang berdaulat dan merupakan wakil-wakilnya.
Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya. Kemauan umum selalu
benar dan ditujukan untuk kebahagiaan bersama. Oleh karenanya J.J. Rousseau menghendaki
organisasi negara itu berdasarkan kedaulatan rakyat (Solly Lubis, 1990: 26).
c. Teori kekuasaan
Menurut teori kekuasaan, terjadinya negara karena dibentuk oleh mereka yang memiliki
kekuatan atau yang paling kuat di antara orang-orang yang ada, atau negara dibentuk dari
kekuasaan yang kuat terhadap yang lemah. Negara terbentuk dari penaklukan dan pendudukan.
Kekuasaan menjadi sumber pencipta negara. Yang kuat memerintah yang lemah.
Beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang teori kekuasaan ini, antara lain:
(1). Marx menyatakan bahwa negara adalah hasil pertarungan antara kekuatan-kekuatan
ekonomis dan negara merupakan alat pemeras bagi mereka yang lebih kuat terhadap yang
lemah dan negara akan lenyap kalau perbedaan kelas itu tidak ada lagi (Solly Lubis, 1990:
38).
(2). Harold J. Laski menyatakan bahwa setiap pergaulan hidup memerlukan organisasi
pemaksa untuk menjamin kelanjutan hubungan produksi yang tetap, sebab bila tidak
demikian maka pergaulan hidup takkan dapat menjamin nafkahnya (Solly Lubis, 1990: 40).
(3). Duguit menyatakan bahwa yang dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak lainnya
adalah mereka yang paling kuat, yang memiliki faktor-faktor, misalnya keistimewaan fisik,
otak (intelegensia, kecerdasan), ekonomi, dan agama (Solly Lubis, 1990: 40).
(4). Jellinek menyatakan bahwa negara adalah kesatuan yang dilengkapi dengan
"herrschenmacht" yaitu kuasa memerintah bagi orang-orang yang ada di dalamnya dan
bahwa memerintah adalah mampu memaksakan kemauannya sendiri terhadap orang-orang
lain dan paksaan yang tanpa tawar-menawar (Solly Lubis, 1990: 40).
d. Teori alamiah
Tokoh utama teori alamiah ini adalah Aristoteles. Menurut Aristoteles, negara adalah
ciptaan alam. Kodrat manusia membenarkan adanya negara, karena pada awalnya manusia itu
adalah makhluk politik (zoon politicon) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi
makhluk sosial. Karena itulah manusia ditakdirkan untuk hidup bernegara. Yang dimaksud
manusia sebagai zoon politicon oleh Aristoteles adalah bahwa manusia akan menjadi manusia yang
baik dan sempurna apabila manusia itu hidup dalam ikatan kenegaraan (F. Isjwara, 1990: 159).
Negara adalah organisasi yang rasional dan ethis yang memungkinkan manusia mencapai tujuan
hidupnya yang lebih baik dan adil. Yang dimaksud negara oleh Aristoteles dalam hal ini adalah
negara kota atau polis.
Latihan
a. Soal Uraian
1. Terangkan unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam sebuah negara!
2. Jelaskan berbagai teori tentang terjadinya negara yang dikemukakan para ahli berikut ini:
a. Teori Ketuhanan
b. Teori Perjanjian
c. Teori Kekuasaan
d. Teori Alamiah
3. Jelaskan 3 sifat utama negara!
4. Sebutkan apa saja hak dan kewajiban negara itu?
5. Uraikan juga apa saja hak dan kewajiban warga negara?
6. Jelaskan wilayah Indonesia menurut wawasan nusantara!
7. Jelaskan perkembangan pengaturan wilayah laut di Indonesia!
b. Tugas Diskusi
Diskusikan dengan temanmu dengan nara sumber Bapak/bu guru:
1. Carilah 10 hal yang membanggakan yang masih dimiliki bagsa Indonesia saat ini.
2. Carilah 10 hal yang merupakan permasalahan serius yang tengah dihadapi bangsa Indonesia
saat ini.
C. Fungsi dan Tujuan Negara
1. Fungsi Negara
a. Fungsi Negara menurut Harold Laski:
Harold Laski menyatakan bahwa fungsi negara adalah menciptakan keadaan dimana rakyat
dapat tercapai keinginannya secara maksimal (Meriam Budihardjo, 1983:39). Terlepas dari
ideologi yang dianutnya, setiap negara memiliki fungsi sebagai berikut:
(1) Melaksanakan penertiban. Untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-
bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus melaksanakan penertiban.
(2) Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
(3) Pertahanan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. Untuk itu
negara dilengkapi dengan alat pertahanan.
(4) Menegakkan keadilan.
Latihan
a. Soal Uraian
1. Jelaskan fungsi negara menurut Harold Laski!
2. Terangkan fungsi negara menurut Charles E. Merriam!
3. Uraikan fungsi negara menurut Jacobsen dan Lipman!
4. Kemukakan fungsi negara menurut Mac Iver!
5. Jelaskan fungsi negara menurut Laslie Lipson!
6. Terangkan tujuan negara menurut Roger Soltau!
7. Uraikan tujuan negara menurut Lord Shang!
8. Kemukakan tujuan negara menurut Nicolo Macchiavelli!
9. Jelaskan tujuan negara menurut Imanuel Kant!
10. Uraikan perkembangan “hukum dirgantara” hingga saat ini.
11. Jelaskan perkembangan “hukum laut” internasional.
12. Apa yang dimaksud dengan “geo stationary orbit” (GSO) itu?
b. Tugas Diskusi
1. Wilayah darat Indonesia, dilihat dari batas dan luasnya.
2. Wilayah laut Indonesia, dilihat dari batas dan luasnya.
3. Wilayah dirgantara Indonesia, dilihat dari batas dan luasnya.