Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pengumpulan Data Dasar


Standar pelayanan antenatal care dibuat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat karena tuntutan akan peningkatan kualitas pelayanan semakin
meningkat. Standar pelayanan ANC yang berawal dari 7T (timbang berat
badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian
imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lengkap, pemberian tablet Fe (zat besi)
minimal 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual,
temu wicara dalam rangka persiapan rujukan). Standar ANC 7T kemudian
berkembang lagi menjadi 10T dengan penambahan item standar meliputi
menilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), menentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin (DJJ), dan test laboratorium (rutin dan khusus). Sekarang
pemerintah menambahkan item standar pelayanan antenatal care dari 10T
menjadi 14T dengan penambahan item standar meliputi pemeriksaan Hb,
pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab), pemeriksaan protein
urine, pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara, senam hamil,
pemberian obat malaria, dan pemberian kapsul minyak yodium. Penambahan
standar pelayanan antenatal care tersebut diharapkan menjadi acuan bagi
tenaga kesehatan terutama bidan dalam memberikan pelayanan antenatal yang
berkualitas untuk meningkatkan status kesehatan ibu yang pada akhirnya akan
memberikan kontribusi terhadap penurunan AKI (Kemenkes , 2010).
Puskesmas Remaja masih memberikan pelayanan antenatal care dengan
standar 10 T. Pada pelayanan pemeriksaan kehamilan 10 T terdiri dari
pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, pengukuran tekanan
darah (tensi), pengungukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi
rahim, penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut jantung
janin, penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT), pemberian tablet
tambah darah, tes laboratorium, konseling atau penjelasan, tata laksana atau
mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI, 2015).
Pada tahap pengkajian yang telah dilakukan pada Ny.A diketahui Umur
Ny. A pada kehamilan ini adalah 27 tahun. Berdasarkan umur jika < 16 tahun
atau > 35 tahun akan membuat wanita rentan terhadap sejumlah komplikasi
(Varney, 2008). Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yang
terlaksana, karena klien tidak termasuk pada usia yang dapat dikategorikan
dalam kehamilan resiko tinggi.
Pada tahap pengkajian dan pengukuran anropometri yang telah dilakukan
pada Ny.A, diketahui berat badan ibu sebelum hamil yaitu 48 kg dan berat
badan ibu saat ini yaitu 50 kg. Pertambahan berat badan yang diharapkan pada
trisemester I mengalami pertambahan 2-4 kg, pada trisemester II mengalami
pertambahan 0,4 kg per minggu, pada trisemester III mengalami pertambahan
0,5 kg atau kurang perminggu (Asplun, 2008; Morgan, 2009). Tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik yang terlaksana, karena penambahan
berat badan ibu 2 kg sudah sesuai dengan penambahan berat badan yg
diharapkan.
Pada tahap pengukuran anropometri yang telah dilakukan pada Ny.A,
diketahui tinggi badan ibu yaitu 154 cm. Wanita yang memiliki tinggi badan ≤
145 cm berpotensi memiliki panggul sempit dan berisiko mengalami tindakan
persalinan operasi sectio caesarea (Mochtar, 2006). Ibu tidak berpotensi
memiliki panggul sempit karena tinggi badan ibu > 145 cm.
Pada tahap pengukuran tanda- tanda vital pada Ny. A didapatkan tekanan
darah yaitu, nadi yaitu, suhu tubuh yaitu, pernafasan yaitu
Pada pengungukuran lingkar lengan atas (LILA) didapatkan hasil ukuran
LILA Ny. A yaitu 25,5 cm. Ukuran LILA yaitu >23,5 cm ukuran LILA <23,5
cm dapat mengindikasikan status gizi buruk pada ibu hamil (Varney, 2007).
Ny. A tidak berstatus gizi buruk.
Pada pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) didapatkan hasil ukuran TFU
Ny. A yaitu 12 cm
Saat penentuan letak janin (presentasi janin) masih teraba ballottement.
Pada kehamilan 16-20 minggu, dengan pemeriksaan palpasi dapat terasa
adanya benda yang melenting dalam uterus (tubuh janin) (Sinclair, 2009).
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik, karena pada Ny. A
dengan usia kehamilan 19 minggu teraba ballottement.
Pada perhitungan denyut jantung janin (DJJ) didapatkan hasil 146 x/
menit. Pemeriksaan DJJ menunjukan status kesejahteraan janin. DJJ bisa
didengarkan sejak usia 20 minggu dan normalnya 120 – 160 kali permenit
(Hutahaean, 2013). DJJ Ny. A masih dalam batas normal.
Pada penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT)
Pada pemberian tablet tambah darah
tes laboratorium
konseling
tata laksana kasus
Pada kehamilan ini Ny. A telah melakukan pemeriksaan antenatal
sebanyak 2 kali sejak dinyatakan hamil. 2 kali pada trimester satu dan 1 kali
saat ini pada trimester kedua. Kebijakan program pelayanan antenatal care
menetapkan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan untuk pemantauan
dan pengawasan kesejahteraan ibu dan janin minimal 4 kali selama kehamilan
yaitu pada kehamilan trimester satu 1 kali kunjungan, kehamilan trimester dua
1 kali, dan kehamilan trimester tiga sebanyak 2 kali kunjungan (Wiknjosastro,
2010). Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik pada
pemeriksaan kehamilan.
Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah integrasi asuhan
antenatal dengan pelayanan program Gizi, Imunisasi, IMS-HIV/AIDS,ESK
dan Frambusia, TB dan Kusta, Malaria, Kecacingan, dan Intelegensia dengan
pendekatan yang responsif gender untuk menghilangkan missed opportunity
yang ada. (Sutopo, 2009). Pada puskesmas remaja yang telah terlaksana
adalah integrasi asuhan antenatal dengan pelayanan program Gizi, Imunisasi,
IMS-HIV/AIDS,ESK dan Frambusia, TB dan Kusta, Malaria, Kecacingan
Penulis tetap melakukan pengawasan selama kehamilan, proses
kehamilan dapat berjalan dengan baik walaupun Ny. A mengalami beberapa
keluhan namun hal itu dapat diatasi sedini mungkin.
2. Interprestasi Data Dasar
Data yang didapatkan dalam konsep asuhan kebidanan ibu hamil
Trimester II fisiologis dan kasus yang ditemukan dalam lahan praktik di
Puskesmas Remaja yang telah dilakukan pada Ny. A tidak terjadi
kesenjangan.

3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Diagnosa ditegakkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah
dianalis untuk menentukan masalah dan kemungkinan penyebab dari konsep
dasar asuhan kebidanan kehamilan. Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan
kasus tidak terdapat kesenjangan pada Ny. A karena sesuai dengan diagnosis
yang telah ditegakkan.

4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


Pada kasus ini yang ditemukan dilahan praktik pada Ny. A dengan
kehamilan trimester II dilakukan kolaborasi dengan dokter dan tenaga
kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan dan terapi lebih lanjut.

5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh


Pada tahap perencanaan ini, Ny. A dengan kehamilan trimester II
diberikan tindakan yang sesuai. Kasus yang ditemukan di lahan praktik
merencanakan hal yang sama sesuai dengan konsep asuhan kehamilan.

6. Pelaksanaan
Pada langkah ini telah dilaksanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi.
a. Mengetahui hasil pemeriksaan secara umum dan fisik
b. Mendapatkan KIE mengenai gizi seimbang dalam kehamilan
c. Berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan batuk
d. Berkolaborasi dengan petugas gizi untuk diberikan PMT
e. Menganjurkan melanjutkan minum Vitamin yang di dapatkan secara rutin.
f. Dokumentasi hasil pemeriksaan kedalam buku KIA
g. Menjadwalkan kunjungan ulang kembali melakukan pemeriksaan
kehamilan atau segera ke pelayanan kesehatan jika terdapat keluhan

7. Evaluasi
Ny. A dan suami telah mengetahui secara menyeluruh hasil dari pemerik-
saan yang telah dilakukan di Puskesmas Remaja.

Anda mungkin juga menyukai