Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU MANTIQ

Sejarah, Definisi, Objek dan Manfaat Logika


Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Ilmu Mantiq

Dosen Pembimbing:
Dr. H. Pepep Fuad Muslim, S.Ag, M.Si

Disusun oleh:

Andre Adrian (16.0464.1)


Ai Silmi Rifa’ah (16.0448.1)

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC)


FAKULTAS SYARIAH
SINGAPARNA-TASIKMALAYA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kita
nikmat yang begitu besar, berupa nikmat Islam dan iman. Shalawat dan salam tak
lupa kita kirimkan ke haribaan baginda Muhammad SAW, yang dengannya kita dapat
merasakan betapa indahnya Islam.
Ucapan terima kasih kami kepada seluruh pihak yang senantiasa
memberi bantuan dan dukungan, khususnya kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Ilmu Mantiq Bapak Dr.H.Pepep Fuad Muslim, S.Ag, M.Si yang senantiasa
membantu kami dalam memahami dan mendalami Ilmu Mantiq/Logika.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dari berbagai aspek. Olehnya, kami memohon dengan
hormat kepada seluruh pembaca agar dapat memberikan masukan ataupun kritikan
yang bersifat membangun, agar dalam penyusunan makalah kami selanjutnya dapat
lebih baik lagi.

Cipasung, 15 February 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Kemunculan Ilmu Mantiq/Logika .......................................... 2


B. Pengertian Ilmu Mantiq/Logika .......................................................... 2
C. Objek Ilmu Mantiq/Logika ................................................................. 4
D. Pembagian Ilmu Mantiq/Logika ......................................................... 5
E. Manfaat Ilmu Mantiq/Logika .............................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan. ........................................................................................ 9
B. Saran .................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kata logika atau logis sangat akrab dengan kita. Kita sering berbicara
tentang prosedur yang logis sebagai lawan dari prosedur yang tidak logis,
penjelasan yang logis sebagai lawan dari penjelasan yang tidak logis, pikiran
yang logis sebagai lawan dari pikiran yang tidak logis, tindakan yang logis
sebagai lawan dari tindakan yang tidak logis. Dalam contoh-contoh tersebut
kata logis dipakai dalam arti yang sama dengan masuk akal, dapat dimengerti.
Untuk mengerti apa sesungguhnya logika, kita harus mempelajarinya
secara teratur dan sistematis. Mempelajari logika berarti mempelajari metode-
metode dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang
tepat (valid) dari penalaran yang tidak tepat (valid). Itu tidak berarti bahwa
mempelajari logika merupakan satu-satunya cara yang membuat orang
bernalar secara tepat. Akan tetapi, orang yang telah mempelajari logika lebih
mungkin bernalar secara tepat daripada kalau tidak mempelajari logika.
Logika tidak memberikan jaminan bahwa kita akan selalu sampai pada
kebenaran karena kepercayaan-kepercayaan yang menjadi titik tolak kita
kadang -kadang salah. Namun dengan mengikuti prinsip-prinsip yang tepat,
kita perlu mengulang kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas mengenai gambaran umum
logika, maka pemakalah merumuskan beberapa masalah dintaranya yaitu:
1. Apa definisi logika?
2. Apa sajakah objek dari logika?
3. Bagaimana pembagian logika dari segi jenis, metode dan kualitas logika?
4. Bagaimanakah sejarah perkembangan logika?
5. Bagaimana hukum mempelajari logika?
6. Apakah manfaat mempelajari logika?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi ilmu logika baik dari segi etimologi
dan terminologi ilmu logika,
2. Mengetahui dan memahami objek kajian ilmu logika baik dari pengertian
dan macam-mcam objek kajian ilmu logika,
3. Mengetahui dan memahami pembagian atau macam-macam ilmu logika
dari segi jenis, metode dan tingkatan ilmu logika,
4. Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan dan pertumbuhan awal
dari ilmu logika sampai keluar dari wilayah asalnya (Yunani),
5. Mengetahui dan memahami pendapat sebagian ulama’ mengenai hokum
mempelajari ilmu logika dan mampu bersikap netral dari paham radikal
dari ilmu logika,
6. Mengetahui dan memahami manfaat dari ilmu logika yang berguna dalam
kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kemunculan Ilmu Mantiq/Logika


Logika (mantiq) sebagai ilmu di Yunani pada abad ke 5 SM oleh para
ahli filsafat kuno. Dalam sejarah, telah tercataat bahwa pencetus logika ialah
Socrates yang kemudian dilanjutkan oleh Plato dan sdisusun dengan
rapisebagai dasar falsafat oleh Aristoteles. Oleh sebab itu beliau dinyatakan
sebagai guru pertama dari ilmu pengetahuan.
Pada masa selanjutnya, terdapat perubahan-perubahan seperti yang
dilakukan oleh Al-Farabi, salah satu filsuf mislim yang sering dinyatakan
sebagai maha guru keua dalam ilmu pengetahuan. Pada masa Al-Farabi ilmu
mantik dipelajari lebih rinci dan dipraktekkan, termasuk dalam pentasdiqan
qadhiyah.
Tokoh-tokoh lagika/ilmu mantiq kaum muslim yang tercatat oleh para
pakar-pakar diantaranya: Abdullah Ibn Al-Muqaffa, Ya’kub Ibnu Ishak Al-
Kindi, Ibnu Sina, Abu Hamid Al-Ghazali, Ibnu Rusyd Al-Qurtubi, Abu Ali
Al-Haitsam, Abu Abdillah Al-Khawarizmi, Al-Tibrisi, Ibnu Bajah, Al-
Asmawi, As-Samarqandi, dan lain sebagainya.
Ilmu mantiq banyak membantu dalam perkembangan ilmu
pengetahuan selanjutnya. Seperti yang dilakukan Immanuel kant, Descartes,
dan yang lainnya.
B. Pengertian Ilmu Mantiq/Logika
Sebelum kita memehami lebih dalam tentang ilmu mantiq hendaknya
kita kupas satu persatu secara tuntas definisi ilmu dan definisi mantiq.
Ilmu merupakan satu kata yang memiliki banyak arti. Ilmu dapat
diartikan sebagai sesuatu yang diketahui dan yang dipercayai secara pasti dan
sesuai dengan kenyataan yang muncul dari satu alasan argumentasi dalil.
Selain itu ilmu juga berarti gambaran yang ada pada akal tentang sesuatu.
Seperti kambing, kuda dan lain-lain. Jika kambing disebut maka muncullah
gambaran pada akal dengan sendirinya. Ilmu seperti ini disebut ilmu
tashawwur. Diantara fungsi ilmu ialah untuk menelusuri segala sesuatu itu
sesuai dengan kenyataannya atau tidak.

2
3

Ilmu mantiq secara etimologis atau bahasa berasal dari dua bahasa,
yaitu bahasa arab nataqa yang berarti berkata atau berucap dan bahasa latin
logos yang berartiperkataan atau sabda.
Sedangkan Pengertian mantiq menurut istilah ialah Alat atau dasar
yang gunanya untuk menjaga dari kesalahan berpikir, atau sebuah ilmu yang
membahas tentang alat dan formula berfikir sehingga seseorang yang
menggunakannya akan selamat dari berfikir yang salah.
Ilmu mantiq sering disebut bapak segala ilmu ataudikatakan ilmu daari
segala yang benar karena ilmu mantiq ialah sebagai alat untuk menuju ilmu
yang benar, atau karena ilmu yang benar perlu pengarahan mantiq.
Jadi logika tidak terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan
metode. Ada pula yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu yang
mempersoalkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan penalaran yang sahih
(valid).
William Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of
inference, more precisely the attempt to devise criteria for separating valid
from invalid inferencesw (logika adalah studi tentang penyimpulan, secara
lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan
penyimpulan yang sah dan yang tidak sah).
Sheldon Lachman, mengemukakan: Logic is the systematic discipline
concerned with the organization and development of the formal rules, the
normative prosedures and the criteria of valid inference (logika adalah cabang
ilmu yang sistematis mengenai penyusunan dan pengemebangan dari aturan
formal, prosedur normatif, dan ukuran-ukuran bagi penyimpulan yang sah).
Jan Hendrik Rapar, (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat yang
mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-
aturan formal, prosedur-prosedur serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan
penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional”.
Ir. Poedjawijatna, logika adalah filsafat budi (manusia) yang
mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir
dengan semestinya.
4

Hasbullah Bakry, logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur


penelitian hokum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya
dapat mencapai kebenaran.
Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan di atas, dapat dikatakan
bahwa logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun,
mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-
prosedur, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi
pencapaian kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
C. Objek Ilmu Mantiq/Logika
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek
yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek
material dari sesuatu adalah hal yang diselidiki dari sesuatu itu, mencakup
yang konkret dan yang abstrak. Objek formal adalah sudut pandang dari objek
itu disorot sebagai pembeda dengan objek lainnya.
Objek material sesuatu ilmu pengetahuan mungkin saja dapat sama
untuk beberapa ilmu pengetahuan, namun ilmu-ilmu itu berbeda karena objek
formalnya. Sebagai contoh: psikologi, sosiologi, dan pedagogik memiliki
objek material yang sama, yaitu manusia. Akan tetapi, ketiga ilmu itu berbeda
karena objek formalnya yang berbeda. Objek formal psikologi ialah aktivitas
jiwa dan kepribadian manusia secara individual yang dipelajari lewat tingkah
laku, objek formal sosiologi ialah hubungan antar manusia dalam kelompok
dan antar kelompok dalam masyarakat, sedangkan objek formal pedagogik
ialah keegiatan manusia untuk menuntun perkembangan manusia lainnya ke
tujuan tertentu.
Perlu dicatat di sini bahwa yang pantas menjadi objek material suatu
ilmu ialah suatu lapangan, bidang, atau materi yang benar-benar konkret dan
dan dapat diamati. Hal itu perlu ditegaskan karena kebenaran ilmiah adalah
kesesuaian antara apa yang diketahui dengan objek materialnya. Jika objek
material itu abstrak dan tidak dapat diamati, tentu saja apa yang
diketahui (pengetahuan) tidak mungkin dapat dicocokkan dengan objeknya.
Dengan demikian, tidak mungkin dapat dicapai kebenaran yang merupakan
kesesuaian pengetahuan dengan objeknya itu.
5

Surajiyo, dkk. (2009:11) mengatakan lapangan dalam logika adalah


asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat
berpikir lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksudkan berpikir di
sini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia
mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan,
menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu
dengan pengertian yang lainnya. Dalam logika berpikir dipandang dari sudut
kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berpikir lurus dan tepat
merupakan objek formal logika.
D. Pembagian Ilmu Mantiq/Logika
1. Logika makna luas dan logika makna sempit
Menurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti
yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah
dimaksud dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan
arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti
dan bagaimana system-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta
meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang
filsafat sekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut
ini.
a. Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan
tatanan (logika formal atau logika simbolis)
b. Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan
objek yang diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian
(epistemology).
c. Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan
ilmiah (metodologi)
2. Logika deduktif dan logika induktif
Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas
penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan
kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirnya sehiingga bersifat betul
menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini yang terutama ditelaah yaitu
6

bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya dengan


langkah-langkah san aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi
adalah tepat dan sah.
Logika induktif merpakan suagam atu ragam logika yang mempelajari
asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada
suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.penalaran yang demikian ini
digolongkan sebagai induksi. Induksi adalah bentuk penalaran atau
enyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah hal kecil, atau
anggota suatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang diharapkan
berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu, tetapi
yang kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.
3. Logika formal dan logika material
Mellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika
formal, sedangkan logika induktif kadang-kadang disebut logika material.
Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat karena menurut Fisk, logika formal
hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagian yang bertalian
dengan perbincangan-perbincangan yang sah menurut bentuknya bukan
menurut isinya. (The Liang Gie, 1980).
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hokum-hukum yang
berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan
mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal,
serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan
praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan
asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan,
dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahua itu.
Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan
logika material dinamakan orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut
logika formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara
berpikir untuk mencapai kebenaran.
4. Logika murni dan logika terapan
Menurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek
terhadap arti dari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari
pembuktian tentang semua bagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian
7

kecuali arti-arti tertentu dari istilah yang termuat di dalamnya. (The Liang
Gie,1980)
Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan
logika yan berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa
mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang
dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terpaan adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap
cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang
mempergunakan bahasa sehari-hari. Apabila sesuatu ilmu menggunakan asas
dan aturan logika bagi istilahdan ungkapannya yang mempunyai pengertian
khusus dalam bidangnaya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah
mempergunakan sesuatu logika terapan dan ilmu yang bersangkutan, seperti
logika ilmu hayat bagi biologi, dan logika sosiologi bagi sosiologi.
5. Logika filsafati dan logika matematik
Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian
logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang
filsafat, misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan
metafisika. Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang
menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta
bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda
atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa. (The Liang Gie dan
Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang Daruni Asdi, 1980, hlm. 35-46)
E. Manfaat Ilmu Mantiq/Logika
Setidaknya ada empat kegunaan dengan belajar logika, yaitu:
1) Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tertib, metodis, dan koheren;
2) Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
3) Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri
4) Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta
kesesatan.
Selanjutnya dikatakan bahwa bagi ilmu pengetahuan, logika
merupakan suatu keharusan. Tidak ada ilmu pengetahuan yang tidak
didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuan tanpa logika tidak akan pernah
8

mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles,


bapak logika, yaitu logika benar-benar merupakan alat bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu pula, barang siapa mempelajari logika,
sesungguhnya ia telah menggenggam master key untuk membuka semua pintu
masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Di samping kegunaan di atas, Surajiyo, dkk. (2009:15)
mengemukakan bahwa logika juga dapat memberikan manfaat teoritis dan
praktis. Dari segi kemanfaatan teoritis, logika mengajarkan tentang berpikir
sebagaimana yang seharusnya (normatif) bukan berpikir sebagaimana adanya
seperti dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi, dsb.). Dari segi kemanfaatan
praktis, akal semakin tajam/kritis dalam mengambil putusan yang benar dan
runtut (consisten).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan materi diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa logika adalah landasan utama utk menguasai filsafat & ilmu pengetahuan serta
sarana penghubung antara filsafat & ilmu. Logika menyelidiki, menyeleksi, dan
menilai pemikiran dengan cara seriusdan terpelajar serta bertujuan untuk
mendapatkan kebenaran, terlepas dari segalakepentingan dan keinginan perorangan.
Logika merumuskan serta menerapkanhukum - hukum dan patokan - patokan
yang harus ditaati agar seseorang dapatberpikir benar, efisien, sistematis, dan teratur.
Dengan demikian ada dua obyekpenyelidikan Ilmu Logika (Ilmu Mantiq), Pertama,
Pemikiran sebagai obyekmaterial juga dikenal dengan nama Logika Material dan
yang kedua, patokan-patokan atau hukum - hukum berpikir benar sebagai obyek
formalnya, yangdisebut logika formal.
Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi dua bentuk berbeda
secararadikal yakni dari cara berpikir umum ke khusus (deduktif) yaitu cara
berpikiryang dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar –
dasarpersesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan
menggunakanhukum - hukum, rumus - rumus, patokan - patokan berpikir benar, dan
dari caraberpikir khusus ke umum (induktif) yaitu cara berpikir yang dipergunakan
dalamlogika material yang mempelajari dasar – dasar persesuaian pikiran
dengankenyataan (penyesuaian idealita dengan realita).
B. Saran
Demi terciptanya pemahaman dan penerapan yang baik terhadap logika
dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaanya
yaitu:
1) Pahami pengertian atau definisi dari logika secara baik dan benar, jangan
sampai keliru menafsirkan apa itu logika.
2) Jangan belajar teori logika saja, tetapi kita harus bisa membuat contohnya
yang dihubungkan dengan penerapan dikehidupan sehari-hari.
3) Berpikir bukan mengharuskan pemikir memiliki inisiatif, tetapi berpikir
adalah membiarkan sesuatu menjadi tampak sebagaimana adanya, tanpa
memaksakan kategori-kategori kita sendiri pada sesuatu tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Poedjawijatna. 1984. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta: Bina Akasara.


Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-Dasar
Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
http://muhyahya49.blogspot.com/2017/05/kajian-ilmu-mantiq-sejarah-
pengertian.html

10

Anda mungkin juga menyukai