Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MACAM-MACAM PESTISIDA

(PPM-1515)

Oleh

Oleh;

DRYANTAMA AZHARI
NPM: 17722015

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI PRODUKSI MANAJEMEN & INDUSTRI
PERKEBUNAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pestisida (sida, cide = racun) sampai kini masih merupakan salah satu cara

utama yang digunakan dalam pengendalian hama. Yang dimaksud hama di sini

adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit

tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian

nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,

burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

Pestisida di Indonesia banyak digunakan baik dalam bidang pertanian

maupun kesehatan. Di bidang pertanian pemakaian pestisida dimaksudkan untuk

meningkatkan produksi pangan. Banyaknya frekuensi serta intensitas hama dan

penyakit mendorong petani semakin tidak bisa menghindari pestisida. Di bidang

kesehatan, penggunaan pestisida merupakan salah satu cara dalam pengendalian

vektor penyakit. Pengguaan pestisida dalam pengendalian vektor penyakit sangat

efektif diterapkan terutama jika populasi vektor penyakit sangat tinggi atau untuk

menangani kasus yang sangat menghawatirkan penyebarannya.

Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi

petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target

organisme), tetatpi pada praktiknya pemakaian pestisida dapat menimbulkan

bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target

meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan

keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia.


Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada

kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

pertanian, masih berjumlah sekitar 40% dari angkatan kerja. Banyak wilayah

Kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk perkebunan

sebagai sumber Penghasilan Utama Daerah (PAD).

Cara meningkatkan hasil pertanian yang optimal, dalam paket intensifikasi

pertanian diterapkan berbagai teknologi, antara lain penggunan agrokimia (bahan

kimia sintetik). Penggunaan agrokimia, diperkenalkan secara besar-besaran

(massive) menggantikan kebiasan atau teknologi lama, baik dalam hal

pengendalian hama maupun pemupukan tanaman.

Pestisida organofosfat masuk ke dalam tubuh, melalui alat pencernaan atau

digesti, saluran pernafasan atau inhalasi dan melalui permukaan kulit yang tidak

terlindungi atau penetrasi. Pengukuran tingkat keracunan berdasarkan aktifitas

enzim kholinesterase dalam darah, penentuan tingkat keracunan adalah sebagai

berikut ; 75% - 100% katagori normal; 50% - < 75% katagori keracunan ringan;

25% - <50% katagori keracunan sedang; 0% - <25% katagori keracunan berat.

Keluarga petani merupakan orang yang mempunyai risiko keracunan

pestisida, hal ini karena selalu kontak dengan petani penyemprot, tempat

penyimpanan pestisida, peralatan aplikasi pestisida, yang dapat menimbulkan

kontaminasi pada air, makanan dan peralatan yang ada di rumah. Keracunan

terjadi disebabkan kurang mengertinya keluarga petani akan bahaya pestisida,

masih banyaknya petani yang menggunakan pestisida yang kurang

memperhatikan dan megikuti cara-cara penangganan yang baik dan aman,

sehingga dapat membahayakan pada keluarga petani.


1.2 Tujuan

 Mengetahui berbagai macam pestisida lengkap dengan deskripsi dan

gambar
BAB II

PESTISIDA

2.1 Macam-macam Pestisida

Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung pada

kepentingannya, antara lain: berdasarkan jasad sasaran yang akan dikendalikan,

berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya, asal dan sifat kimia,

berdasarkan bentuknya dan pengaruh fisiologisnya.

2.1.1 Pestisida berdasarkan jasad sasaran

Menurut Kementrian Pertanian (2011), ditinjau dari jenis jasad yang

menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis

antara lain:

a. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti

tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk

membunuh tungau atau kutu. Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4

b. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut,

berfungsi untuk membunuh algae. Contohnya Dimanin.

c. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya

sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung

kakaktua.

d. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron,

berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin,

Tetracyclin, Trichlorophenol Streptomycin.

e. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang

artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat
fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan

cendawan). Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit

OB 21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP.

f. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi

untuk membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP,

Esteron 45 P

g. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan

segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid,

Lirocide 650 EC, Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron

h. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung

tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP,

Brestan 60.

i. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema

berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur,

Furadan, Basamid G, Temik 10 G, Vydate.

j. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk

merusak telur.

k. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi

untuk membunuh kutu atau tuma.

l. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk

membunuh ikan. Contohnya Sqousin untuk Cypirinidae, Chemish 5 EC.

m. Predisida, berasal dari kata Yunani Praeda berarti pemangsa, berfungsi

sebagai pembunuh predator.


n. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi

untuk membunuh binatang pengerat. Contohnya Dipachin 110, Klerat RMB,

Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin.

o. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang

kayu berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane

960 EC, Sevidol 20/20 WP, Lindamul 10 EC, Difusol CB.

p. Silvisida, berasal dari kata latin silva berarti hutan, berfungsi untuk

membunuh pohon atau pembersih pohon.

q. Larvasida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva).

Contohnya Fenthion, Dipel (Thuricide).

2.1.2 Pestisida berdasarkan cara kerjanya

Pestisida berdasarkan cara kerja dalam membunuh hama dapat dibedakan

lagi menjadi tiga golongan (Soemirat, 2005) :

a. Racun perut

Pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan

pestisida. Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk

membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya

melalui perut. Contoh: Diazinon 60 EC.

b. Racun kontak

Pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena

pestisida. Organisme tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau

bersinggungan dengan residu yang terdapat di permukaan yang terkena pestisida.

Contoh: Mipcin 50 WP.

c. Racun gas
Pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap

atau gas. Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada

ruangan ruangan tertutup.

2.1.3 Pestisida Berdasarkan Struktur Kimia

Menurut Pohan, jika dilihat berdasarkan struktur kimianya, pestisida

dibagi :

a. Orgahochlorine, pestisida jenis ini mengandung unsur-unsur Carbon,

Hidrogen, dan

Chlorine. Contohnya : DDT

b. Orgahoposphate, pestisida yang mengandung unsur : P, C, H misal : tetra

ethyl phyro posphate (TEPP )

c. Carbamate, pestisida yang mengandung gugus Carbamate. Misal :

Baygon, Sevin dan Isolan.

d. Lain-Lain, pestisida ini mengandung senyawa organik, serychin, senyawa

sulphur organik dan dinytrophenol.

Menurut Depkes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Diana, berdasarkan

struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :

a. Golongan organochlorin

Pestisida organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain.

Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal,

degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.

b. Golongan organofosfat

Pestisida organofosfat misalnya diazonin dan basudin. Golongan ini

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif


degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan,

menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi

predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada

organokhlor.

c. Golongan karbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain.

Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat

pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi

tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan,

tetapi toksik yang kuat untuk tawon.

d. Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC.

Salah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan ADP

(Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengankebutuhan dan

diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih

rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu

proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya

menimbulkan proses kerusakan jaringan.

e. Pyretroid

Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa

ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus

Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah

: deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang

stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,

sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,

flusitrinate.
f. Fumigan

Fumigan adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap

atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya

fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau

menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya

chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.

g. Petroleum

Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanah

yang juga digunakan sebagai herbisida.

h. Antibiotik

Misalnya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari

mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida


BAB III

GAMBAR DAN CONTOH PESTISIDA

a. Akarisida (Curacron 500 EC)

Review – Curacron 500EC merupakan insektisida multi fungsi, dapat

digunakan untuk mengendalikan hampir semua jenis hama pada tanaman. Bekerja

secara kontak dan lambung sehingga sangat efektif untuk mengendalikan hama

dengan cepat. Curacron 500EC dapat digunakan untuk membasmi hama antara

lain ; kutu daun, ulat grayak, ulat tanah, lalat buah, jangkrik, penggerek daun,

penggerek batang, penggerek buah dan trhips. Curacron 500EC dengan efek

translaminarnya mampu menjangkau hama yang ada dibalik daun.

Spesifikasi :

– Merk Dagang : Curacron 500EC

– Bahan aktif : Profenofos 500g/l

– Formulasi : EC (Emulsible Concentrate)/cairan pekat

– Warna : Kuning kecoklatan

– Cara Kerja : Kontak dan Lambung

– Jenis : Insektisida/Akarisida
– Produsen : PT. Syngenta Indonesia

b. Algasida (Dimanin)

c. Alvisida (Avitrol)

d. Bakterisida (PLANTOMYCIN)
PLANTOMYCIN 7WP merupakan Bakterisida sistemik berbentuk bubuk

berwarna putih yang dapat disuspensikan dalam air, untuk mengendalikan

penyakit hawar daun bakteri Xantomonas oryzae. Pada pertanaman

mengendalikan penyakit busuk batang, busuk buah, busuk akar dan juga penyakit

layu yang disebabkan oleh bakteri. Plantomycin 7WP bisa digunakan untuk

semprot kocoran, dapat dicampur dengan bahan pestisida lainnya seperti :

fungisida dan calsium, juga bisa dicampur dengan pupuk dasar maupun pupuk

majemuk

e. Fungsida(Trendsida 335 WSC)

Trendsida 335 WSC adalah fungisida jenis terbaru yang diproduksi oleh

BMM Group Indonesia. Fungisida ini merupakan satu-satunya fungisida yang

memiliki 7 (tujuh) bahan aktif dan dilengkapi dengan zat pengatur tumbuh atau
ZPT. Trendsida 335 WSC bekerja secara kontak dan sistemik sehingga sangat

efektif untuk mengendalikan berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus

dan jamur. Bisa digunakan untuk mengendalikan penyakit pada berbagai jenis

tanaman, baik tanaman hortikultura, tanaman pangan, tanaman buah maupun

tanaman perkebunan. Trendsida 335 WSC sangat cocok digunakan untuk tanaman

di daerah yang beriklim tropis. Fungisida ini juga memiliki efek translaminar

sehingga mampu menembus pori-pori daun.

Spesifikasi :

– Merk Dagang : Trendsida 335 WSC

– Bahan aktif : klorotalonil, azoxistrobin, propineb WG, difenokonazol,

oksitertrasiklin, metil tiofanat, mancozeb (plus propamocard, 3 Cu sulfate dan

oxysulfat)

– Formulasi : WSC (Water Soluble Concentrate)

– Cara Kerja : Kontak dan sistemik

– Jenis : Fungisida

– Produsen : BMM Group Indonesia

f. Herbisida (Gramoxone 276SL)

Gramoxone 276SL merupakan herbisida kontak non-selektif yang bekerja

dengan cepat untuk mengendalikan segala jenis gulma pada tanaman pertanian,
perkebunan, dan sayuran. Gramoxone sangat cepat dalam menghentikan

kompetisi gulma, pengendalian gulma sangat luas dan tidak terpengaruh oleh

hujan.

Gramoxone mengandung 3 bahan pengaman yakni Pembau (Stench) , Pemuntah

(Emetic), dan Pewarna (Dye)

g. Insektisida (Destello 480 SC)

Destello 480 SC merupakan insektisida dengan dua bahan aktif Tiodikarb

360 g/l dan Triflumuron 120 g/l, yang bersifat racun telur dan racun lambung.

Destello pada bawang merah digunakan untuk mengendalikan hama ulat grayak

yang merupakan hama utama pada tanaman bawang merah.

Aplikasi Destello dilakukan sedini mungkin setelah terlihat adanya kumpulan

telur. Destello dengan dua bahan aktif,akan memberikan perlindungan ganda

terhadap telur dan ulat. Tiodikarb yang bersifat racun telur akan mematikan telur

setelah terjadi kontak langsung dengan telur. Telur tidak akan menetas jika

terkena residu, dan larva yang baru menetas akan mati bila makan bagian telur

yang terkena residu.

Triflumuron bekerja sebagai insect growth regulator (IGR) akan menghambat

larva dalam pergantian kulit/instar sehingga ulat akan mati. Triflumuron tidak

bersifat kontak dan knock down, jadi perlu waktu untuk larva makan hingga ganti

kulit. Kematian larva memakan waktu sekitar tiga hari, tetapi selama proses
tersebut larva tidak aktif makan. Triflumuron bersifat lifofilik yang mudah diserap

lapisan lilin sehingga tahan terhadap air hujan.

Destello tidak memiliki knock down effect, untuk aplikasi pada stadia larva

dianjurkan dicampur dengan insektisida kontak, seperti Buldok. Aplikasi Destello

1,5 ml/l + Buldok 1,5 ml/l dengan interval tiga hari atau sesuai kondisi tanaman,

akan memberikan hasil yang maksimal dalam pengendalian ulat bawang.

Pencampuran dengan insektisida bahan aktif berbeda juga sebagai salah satu cara

untuk mencegah terjadinya resistensi hama (Resistensi Manajemen). Jadi, selain

sebagai PARTNER TERBAIK dalam pengendalian hama secara dini, Destello

juga merupakan PARTNER TERBAIK untuk dicampur dengan produk berbahan

aktif lain dalam upaya managemen resistensi hama.

h. Molluskisida (KEONG TOX 250 EC)

Bahan Aktif : Niklosamisa 250 g/l

Kemasan : Botol Pelastik

Isi Bersih : 500 ML

Cara Kerja : Racun Lambung dan Pernafasan

PT. SANTANI SEJAHTERA

i. Nematisida (Furadan)
FURADAN 3GR mempunyai bentuk Granule (G/GR) atau kita sering

menyebutnya dengan sebutan butiran, penggunaan FURADAN 3GR bisa

ditaburkan atau bisa dicampur saat dilakukan pemupukan. Hampir semua jenis

tanaman bisa menggunakan FURADAN 3GR sebagai pestisida pengendalian

hama dan nematoda baik itu dari jenis tanaman pangan, tanaman palawija, hias

ataupun perkebunan dan kehutanan. Dengan mempunyai sifat yang sistemik,

FURADAN 3GR mempunyai cara kerja dengan cara diserap oleh tanaman

melalui jaringan-jaringan tanaman seterlah butiran FURADAN 3GR larut dalam

air. ketika hama memakan bagian dari tanaman tersebut, zat yang sudah diserap

tanaman tadi akan masuk kedalam sistem pencernaan dan akan membunuh hama

atau nematoda itu sendiri. Dosis penggunaan FURADAN 3GR yang

direkomendasikan adalah 20 kg/hektar, bahkan jika FURADAN 3GR

diaplikasikan pada wilayah serangan penggerek batang yang berat dosis

pemberian ditingkatkan menjadi 30 kg/hektar. Contoh hama yang bisa

dikendalikan oleh furadan adalah Penggerek batang padi, ulat dan kutu daun.

Berat bersih: 2KG Bahan aktif: karbofuran 3 %.

j. Rodentisida (BURROW 0.005 BB)


Rodentisida (Racun Tikus) berbahan aktif Brodifacum 0,005 %

merupakan racun antikoagulan berupa umpan padatan siap pakai yang terbuat dari

beras berwarna hijau kebiru-biruan dengan nomor pendaftaran RI3416/4-2009/T.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau


mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti
hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan
sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman
yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan
hewan lain yang dianggap merugikan. Menurut Permenkes RI, No.258/Menkes/
Per/III/1992 Semua zat kimia/bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk membrantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang
merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian, memberantas
gulma, mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman tidak termasuk pupuk,
mematikan dan mencegah hama-hama liar pada hewan-hewan piaraan dan ternak,
mencegah/memberantas hama-hama air, memberantas/mencegah binatang-
binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat angkutan,
memberantas dan mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki, A. Tajuddin, N. Risky, S. 2014. Analisis residu klorpirifos pada sawi


hijau (Brassica rapa var.parachinensis L.) terhadap parameter waktu
retensi metode kromatografi gas.

Anda mungkin juga menyukai