Anda di halaman 1dari 20

3.6.

1 Mengidentifikasi faktor geografis terhadap keragaman budaya di Indonesia


Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar. Kebudayaan adalah perilaku, cara orang bertindak, melakukan sesuatu
dengan kesadaran yang didorong oleh akal sehat. Karena perilaku tanpa akal sehat, adalah perilaku
kesurupan yang didorong oleh akal lain di luar akal sehat. Kebudayaan juga merupakan hasil.
Sesuatu yang telah diciptakan oleh manusia.
Kemudian kebudayaan adalah hasil tersebut merupakan hasil belajar. Ada tingkatan dalam
penurunan kebudayaan dengan belajar, dari proses imitasi, proses memahami, mengaplikasi,
sampai dengan inovasi. Hasilnya adalah tata-tata kehidupan masyarakat.
Senada dengan Koentjaraningrat, Ralph Linton yang menyatakan bahwa:
“The culture of a society is the way of life of its members; the collection of ideas and habits which
they learn share and transmit from generation to generation.”
Kebudayaan adalah cara hidup anggotanya; merupakan kumpulan gagasan dan kebiasaan yang
mereka pelajari dan ajarkan, kemudian mereka teruskan secara turun-temurun.
Sementara Clifford Geertz memberikan catatan bahwa kebudayaan adalah:
“a system of inherited conceptions expressed in symbolic forms by means of which men
communicate, perpetuate, and develop their knowledge about and attitudes toward life.”
Kebudayaan merupakan sistem konsepsi yang diwariskan dan diekspresikan atau
dikecualikan hanya dalam bentuk simbolis yang dengannya manusia berkomunikasi,
melanggengkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang dan sikap terhadap kehidupan.
Dengan demikian Geertz hanya memasukkan dalam ranah kebudayaan adalah yang berbentuk
simbol. Seperti bahasa, gestur, simbol-simbol dalam kesenian dll.
Indonesia dengan masyarakatnya yang multikultural turut dipengaruhi oleh kondisi geografi
Indonesia yang tidak homogen. Indonesia sebagai negara kepulauan juga merupakan isolasi yang
cukup kuat melestarikan keragaman budaya tersebut.
Dalam Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tersedia
1331 kategori suku. Sejumlah 1331 kategori itu merupakan kode untuk nama suku, nama lain atau
alias suatu suku, nama sub suku, bahkan nama sub dari sub suku. Suku Jawa adalah suku terbesar
dengan proporsi 40,05 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Menempati posisi kedua adalah
Suku Sunda sebesar 15,50 persen. Selanjutnya suku-suku lainnya memiliki proporsi di bawah lima
persen penduduk Indonesia.
Jumlah bahasa daerah di Indonesia yang terdata oleh Badan Pengembangan Pembinaan
Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan mencapai 652 bahasa daerah. Dari jumlah bahasa
daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia tersebut, paling banyak ada di Provinsi Papua,
yakni sekitar 400-an bahasa.
Bahasa daerah di Papua terdata sangat banyak karena antara satu komunitas dengan
komunitas lainnya memiliki bahasa masing-masing yang di antara mereka saling tidak memahami.
Beberapa faktor geografi yang berpengaruh terhadap keragaman budaya di Indonesia antara lain:

1. Iklim, Iklim mampu mempengaruhi pola kehidupan manusia. Manusia yang hidup di suatu
daerah harus beradaptasi dengan tempat yang mereka tinggali. Udara di tempat dia tinggal,
kelembaban juga curah hujan dan lama penyinaran matahari juga ikut mempengaruhi hal ini.
menurut Koppen, ada tiga iklim besar yang terdapat di wilayah Indonesia, Af, Am, dan Aw.
Dari tropis basah, sedang hingga tropis kering. Kemudian morfologi Indonesia yang beragam
turut mempengaruhi perbedaan iklim di tiga wilayah iklim tersebut. Dalam cara berpakaian
misalnya, orang-orang yang bermukim di wilayah dingin akan menggunakan pakaian yang
lebih tebal dan bahan yang memberikan hangat dari pada mereka yang tinggal di daerah hangat.
2. Morfologi dan ketinggian tempat, morfologi dan ketinggian menurut Junghun berpengaruh
terhadap tanaman yang dapat tumbuh, hal ini pada kebudayaan amat menentukan bagaimana
cara dan bagaimana penduduk bercocok tanam. Orang bali yang tinggal di tempat pegunungan
memanfaatkan kemiringan lereng untuk mengaliri sawahnya dengan sistem subak.
3. Laut, Indonesia merupakan negara kepulauan tentu memiliki budaya maritim yang kuat, arus
laut yang berbeda-beda di laut Indonesia diadaptasi dengan cara yang berbeda-beda pula. Kita
mengenal perahu bercadik dan tidak bercadik pada nelayan Indonesia. Nelayan pantai selatan
Jawa memiliki perahu bercadik karena ombak laut selatan terkenal ganas.
4. Sungai, Sungai-sungai besar dan panjang yang airnya mengalir sepanjang tahun karena curah
hujan yang tinggi. Menjadi rahim dari lahirnya banyak kerajaan-kerajaan besar di Nusantara.
Sriwijaya, Kutai kerta negara yang terkenal dengan transportasi airnya. Selain itu sungai telah
lama dimanfaatkan orang Indonesia untuk sistem irigasi. Bukankah budaya feodal juga lahir
dari penguasaan atas sumber-sumber pengairan.
Keragaman budaya yang dimiliki Indonesia adalah manifestasi interaksi masyarakat dengan alam
Indonesia yang heterogen. Keragaman ini adalah karunia yang harus disyukuri.

3.6.2 Mengevaluasi persebaran budaya di Indonesia


Sensus Penduduk 2010 mengelompokkan seluruh wilayah administrasi Indonesia menjadi tujuh
wilayah atau pulau, yang secara histori merupakan asal komunitas suku bangsa tertentu. Ketujuh wilayah
tersebut adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Koentjaraningrat menilai, klasifikasi suku bangsa Indonesia masih berdasarkan sistem lingkaran
hukum adat yang disusun oleh van Vollenhoven. Menurut van Vollenhoven, ada 19 lingkaran hukum
adat di Indonesia sebagai berikut:
1. Aceh;
2. Gayo-Alas dan Batas, 2a. Nias dan Batu;
3. Minangkabau, 3a. Mentawai;
4. Sumatra Selatan, 4a. Enggano;
5. Melayu;
6. Bangka dan Biliton (Belitung);
7. Kalimantan;
8. Minahasa, 8a. Sangir Talaud;
9. Gorontalo;
10. Toraja;
11. Sulawesi Selatan;
12. Ternate;
13. Maluku, 13a. Kepulauan Barat Daya;
14. Nugini;
15. Timor;
16. Bali-Lombok;
17. Jawa Tengah dan Jawa Timur;
18. Surakarta-Yogyakarta;
19. Jawa Barat.

Salah satu unsur kebudayaan adalah bahasa. Secara tipologis, bahasa daerah Indonesia dapat
dibedakan ke dalam rumpun bahasa Austronesia, dan rumpun bahasa Papua.
1. Rumpun bahasa Austronesia merupakan mayoritas di Indonesia, sekitar 66 % adalah rumpun
bahasa ini. Rumpun bahasa ini tersebar dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia
Baru di ujung selatan, dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah di ujung timur.
Persebaran Austronesia terjadi karena leluhur Austronesia melakukan migrasi ke Filipina. Dari sini
kemudian menyebar ke pulau-pulau di Nusantara. Secara genealogis, bahasa-
bahasa Austronesia terdiri dari tiga kelompok: 1) Melayu-Polinesia Barat (Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa bagian barat). 2) Melayu-Polinesia Tengah (Sunda
kecil, mulai Sumbawa bagian timur ke arah timur, kecuali Halmahera). 3) Halmahera Selatan-
Papua Barat.
2. Rumpun bahasa Papua, tersebar di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.

3.6.3 Mengidentifikasi pembentukan kebudayaan Indonesia


Bangsa Indonesia yang plural, terbentuk atas beragam etnis, agama, dll. bukan hanya pengaruh
dari dalam, dari luar pun turut mewarnai kebudayaan Indonesia, lewat proses asimilasi dan akulturasi.
Kebudayaan Indonesia telah dipengaruhi Hindu-Budha yang datang dari India sejak 400 tahun sebelum
Masehi. Mahabharata dan Ramayana telah banyak diadaptasi dalam kebudayaan Indonesia bahkan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah mengakar pada kepribadian orang Indonesia.
Selain Hindu-Budha, kebudayaan Islam juga telah beradaptasi di Indonesia, sejak awal abad
ke 13. Bahkan Islam kini menjadi agama mayoritas orang Indonesia. Kebudayaan Barat masuk ke
Indonesia sejak orang Portugis pertama mendarat di Nusantara, menyebarkan agama Katolik, dan
orang-orang Belanda mendarat di Nusantara sekitar tahun 1500 Masehi membawa agama Protestan.
Bukanlah hal mudah untuk mempersatukannya dalam wujud kebudayaan nasional yang
tunggal. Perbedaan ini harus diterima dengan satu kontrak kebangsaan Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga
seluruh perbedaan dapat menyetu dalam Indonesia. Bent Anderson, menuliskan bingkai nasionalisme
Indonesia ini bagai the imagine society (komunitas yang dibayangkan).
Konsep tentang kebudayaan Indonesia yang kemudian diperjelas menjadi kebudayaan nasional
(Indonesia) atau kebudayaan bangsa bukan merupakan pembahasan baru dalam konteks kehidupan
masyarakat Indonesia.
Sutan Takdir Alisyahbana, menyebutkan bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai suatu
kebudayaan yang universal. Unsur-unsur dikreasikan terutama yang masih langka dan dimiliki
masyarakat Indonesia masa itu, yaitu: teknologi, ekonomi, keterampilan berorganisasi, ilmu
pengetahuan.
Sementara tokoh budayawan lian, Poerbatjaraka menggariskan bahwa kebudayaan nasional
Indonesia harus berakar pada kebudayaan Indonesia sendiri, artinya harus berakar pada kebudayaan
suku-suku bangsa yang ada di Nusantara. Dianjurkan pula agar manusia Indonesia banyak mempelajari
sejarah kebudayaan sendiri.
Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak kebudayaan
daerah. Dalam hal ini ia telah memasukkan aspek mutu karena ungkapan puncak berarti unsur-unsur
kebudayaan daerah yang paling tinggi mutunya.
Keajekan konsep kebudayaan nasional ini dianggap penting karena selain di dalamnya termuat
berbagai pedoman nilai juga mencerminkan simbol identitas bangsa, sebagaimana tertuang dalam UUD
1945 sebagai berikut:
Undang-undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 32 menyatakan bahwa Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia. Selanjutnya, penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa kebudayaan
bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.
Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di
seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing
yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi
derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Menurut Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2017, Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan
berlandaskan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dan asas pemajuan kebudayaan Indonesia
adalah:
1. Toleransi;
2. Keberagaman;
3. Kelokalan;
4. Lintas wilayah;
5. Partisipatif;
6. Manfaat;
7. Keberlanjutan;
8. Kebebasan berekspresi;
9. Keterpaduan;
10. Kesederajatan; dan
11. Gotong royong.
Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi:
1. Tradisi lisan;
2. Manuskrip;
3. Adat istiadat;
4. Ritus;
5. Pengetahuan tradisional;
6. Teknologi tradisional;
7. Seni;
8. Bahasa;
9. Permainan rakyat; dan
10. Olahraga tradisional.
Adapun contoh-contoh budaya yang ada di Indonesia, antara lain :
1. Keberagaman Budaya Jawa
Di daerah yang memiliki luas 128,297 km², Pulau Jawa pastinya juga memiliki budaya
yang beraneka ragam. Apalagi dengan jumlah penduduknya yang mencapai 141 juta (2012: sumber
Wikipedia) memiliki keaneka ragaman budaya sudah menjadi maklum bagi masyarkat Jawa.
Contoh kebudayaannya ialah:

a. Kebudayaan yang berasal dari Bromo. Nama kebudayaan yang biasa dilakukan oleh
masyarakat Bromo ini adalah Kasada. Ritual ini berlangsung di bulan Kasada pada hari ke 14.
Menurut pendapat yang ada, dulu ada sepasang suami istri yang belum dikaruniai seorang anak
pun. Hingga pada suatu saat mereka memutuskan untuk menyendiri atau bersemedi pada Sang
Hyang Widhi. Dari tempat bersemedi itu kemudian terdengar suara ghaib yang mengiming-
imingi janji akan memberikan anak kepadanya. Namun ada syarat yang harus dipenuhi oleh
pasangan tersebut. Tidak berfikir panjang pasangan tersebut hanya mengiyakan syarat yang
diberikan yaitu mengorbankan anak bungsunya ke kawah Gunung Bromo. Bagaimanapun
orang tua, meskipun telah di karuniai 25 anak naluri mereka tetap tidak tega mengorbankan
anaknya meski hanya anak bungsu. Hingga Sang Hyang Widhi murka akan penghianatan
pasangan tersebut dengan mendatangkan malapetaka. Di tengah terjadinya malapetaka tersebut
suara ghaib itu muncul kembali dengan perintahnya untuk memberikan sesajen untuknya di
kawah Gunung Bromo pada hari ke 14 bulan Kasada.
b. Budaya Kebo-keboan merupakan sebuah upacara ritual yang menjadi kebudayaan masyarkat
Banyuwangi tepatnya di Desa Aliyan dan Alasmalang. Ritual ini dilakukan dengan maksud
untuk meminta hujan di tengah musim kemarau. Dilaksanakan pada awal bulan Syura sekitar
tanggal 1-10. Biasanya mereka memilih hari Minggu untuk melangsungkan upacaranya.
Dilakukan dengan cara mendandani para pelakunya menjadi mirip layaknya seekor kerbau.
Mereka (para pelaku) di ajak untuk membajak sawah seperti halnya kerbau sungguhan.

2. Keberagaman Budaya Sumba, Nusa Tenggara Timur


Di Nusa Tenggara Timur ini ada sebuah budaya yang oleh masyarakatnya di beri nama
Pasola. Artinya Pasola yaitu lembing kayu yang dipakai untuk melempar. Kata “pa” dari Pasola ini
merupakan kata tambahan yang menjadikan maknanya melemparkan lembing kayu sambil
memacu kuda.
Biasanya adat ini dilakukan setahun sekali pada bulan Februari. Hakikat adat ini seperti
permainan perang-perangan sebagai bentuk kesediahan seorang suami atas kehilangan istrinya.
Upacaranya dimulai dengan syukuran atas datangnya musim panen dan banyaknya cacing di
pinggir pantai atau biasa disebut nyale.
Cacing ini kemudian dijadikan suatu tanda apabila cacing tersebut gemuk dan berwarna-
warni maka akan dapat suatu kebaikan begitu juga sebaliknya. Proses Pasola akan dimulai dengan
datangnya cacing-cacing tersebut. Beberapa pelaku akan berlaga seperti ksatria dengan pacuan
kudanya.
Kemudian melemparkan tombak yang telah dibawanya. Meskipun tombaknya sudah
sengaja dibuat tumpul namun tetap saja sering makan korban. Darah dari korban tersebut dipercaya
dapat meyuburkan tanah. Tradisi ini mungkin mirip seperti tradisi oleh Bangsa Romawi.

3. Keberagaman Budaya Masyarakat Sumatra Barat


Dari dua kebudayaan diatas budaya asal Sumatra Barat ini memiliki keunikan tersendiri.
Masyarakat Minangkabau yang biasa menyelenggarakan tradisi ini menyebutnya Tabuik. Kata
tabuik berasal dari Bahasa Arab yaitu “tabut” artinya peti kayu. Tujuan dilakukan tradisi ini untuk
memperingati Asyura atas gugurnya cucu baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam
Iman Husain.
Menurut cerita yang ada, tradisi ini sudah dilakoni dari tahun 1826-1828 berdasarkan
muculnya wujud kuda seperti vegasus namun berkepala manusia. Kemudian pada tahun 1910
terjadi kesepakatan untuk menggabungkan Adat Tabuik dengan Adat Istiadat Minangkabau hingga
seperti yang dapat kita saksikan saat ini. Tradisi ini dipercaya dapat membawa berkah tersendiri.

Tabuik dibuat dengan ukuran raksasa dengan memiliki arti pada setiap bagiannya. Bagian
bawah Tabuik merupakan perwujudan urak, urak dan peti disimbolkan burak yang menjemput
jenazah sayyidina Hussein bin Ali. Tabuhan gendang yang mengalun pun mempunyai maksut
sebagai peristiwa yang menyebabkan sayyidina Hussein bin Ali meninggal.

3.6.4 Mengindentifikasi manfaat keragaman budaya di Indonesia


Keragaman budaya adalah suatu wilayah atau negara yang memiliki budaya lebih dari satu, hal
tersebut disebabkan karena adanya perbedaan suku atau ras. Contohnya saja Indonesia, Indonesia
memiliki 34 provinsi dimana didalamnya terdapat berbagai macam suku. Oleh karena itu Indonesia
kaya akan budaya seperti contoh ada tari tor-tor dari sumatera utara, tari piring dari sumatera barat,
tari zapin dan kepulauan riau dari wilayah riau.
Dari penjelasan budaya, keberagaman budaya juga contoh-contoh ragam budaya yang ada di
Indonesia, dapat disimpulkan beberapa manfaat dari ragam budaya yang ada. Antara lain:
a. Manfaat Keberagaman Budaya: Sebagai Identitas Bangsa kepada Dunia Internasional.
Adanya budaya yang beraneka ragam di Indonesia menjadikan ciri tersediri untuk bangsa. Dimana
ragam budaya yang begitu banyak hanya ada di Indonsia. Dimana negara lain boleh juga memiliki
budaya, mungkin hanya beberapa. Namun tidak seperti Indonesia yang memilikinya dengan
beraneka ragam. Sehingga akan menjadikan ragam budaya ini sebagai ciri khusus di mata
internasional.
b. Manfaat Keberagaman Budaya: Sebagai Ikon Pariwisata yang Menarik.
Biasanya kalau mendengar kata wisata, mungkin banyak diantara kita yang berasumsi adalah
sebuah tempat yang indah. Dengan melestarikan budaya yang dimiliki setiap daerah di Indonesia
akan dapat menjadikan tambahan wisata atau bahkan menjadi ikon tersendiri sebagai pariwisata
yang berbeda dengan negara lain. Sehingga akan mempunyai daya tarik sendiri bagi wisatawan
mancanegara maupun lokal.
c. Manfaat Keberagaman Budaya: Sebagai Mata Pencarian Warga Setempat.
Ketika para warga dari setiap wilayah yang memiliki kebudayaan unik melestarikannya maka
kebudayaannya akan tetap ada. Adanya kebudayaan yang masih bagus dapat mendatangkan
wisatawan asing maupun domestik. Sehingga dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang dikelola
dengan baik. Dari obyek wisata itulah yang digunakan sebagai mata pencaharian.
d. Manfaat Keberagaman Budaya: Menambah Pendapatan Negara.
Dengan adanya ragam budaya yang dapat mendatangkan banyak wisatawan akan menambah
pendapatan negara apabila dikelola dengan baik oleh pemerintah. Sehingga ragam budaya menjadi
obyek wisata khusus bagi negara serta dapat menambah jumlah obyek wisata yang ada. Bisa
dipastikan bertambahnya obyek wisata yang bagus dapat menambah pula pendapatan bangsa.
e. Manfaat Keberagaman Budaya: Menambah Sikap Toleransi.
Adanya perbedaan kebudayaan ini akan menambahkan sikap toleransi kita kepada sesama. Hal ini
dapat kita rasakan sendiri ketika berinteraksi dengan orang yang memiliki perbedaan budaya
dengan kita. Misalnya dari cara mereka berbicara maupun menyampaikan sesuatu. Ada kebiasaan
di masyarakat tertentu yang memiliki nada bicara yang keras atau kasar. Disaat yang sama ada juga
masyarakat seglongan masyarakat yang memilki nada bicara rendah atau halus. Nah ketika mereka
bertemu dan saling berbicara pasti merasakan sesuatu yang tidak biasa dan pastinya mereka akan
menghargai hal tersebut. Nah disitulah letak sikap toleransi kita terhadap budaya lain akan
bertambah.
f. Manfaat Keberagaman Budaya: Menambah Wawasan.
Apabila kita menyadari, dengan adanya keberagaman budaya di Indonesia wawasan kita secara
tidak langsung akan bertambah. Hal ini dapat ditunjukkan saat kita pergi-pergi ke luar kota maupun
lintas pulau. Kita akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki banyak perbedaan dengan kita.

Banyak karya-karya kebudayaan tradisional Indonesia yang hampir punah bahkan punah.
Anak-anak muda tidak mau lagi memakai, menggunakan, atau mempelajarinya karena
menganggapnya telah ketinggalan zaman. Hal ini sangat disayangkan karena banyak dari budaya kita
baru disadari ternyata memiliki nilai yang amat tinggi. Hal ini sebenarnya wajar, karena kebudayaan
adalah sesuatu yang dinamis, dapat berubah sesuai perkembangan zamannya.
Jadi cukup tepat jika sub judul ini adalah “pelestarian”. Karena makna lestari lebih condong
pada awet, “pengawetan”. Dalam satu wawancara dengan Hari Rusli (Almarhum) seniman Bandung.
Menurut beliau, Sulit bagi kita untuk memaksa anak muda untuk terus mencintai kesenian-kesenian
tradisional, karena zamannya memang sudah berubah. Yang kita bisa hanyalah memasukkan jenis-
jenis karya kesenian yang kita miliki ke dalam museum, beserta dengan perangkat-perangkat untuk
mempelajarinya. Sehingga suatu saat nanti ketika adalah orang yang mau belajar, jelas tempat di mana
orang harus belajar, dan karya-karya tersebut tidak punah.
Seperti seni pertunjukan wayang misalnya. Sekarang ini seni pertunjukan wayang selalu sepi
penonton seperti dulu ketika jamannya. Namun dengan adanya museum wayang, serta jurusan
pewayangan di universitas-universitas kesenian. Masih banyak generasi muda yang mau belajar seni
pewayangan, sehingga wayang masih dapat terus lestari.
Selain dengan menyimpan dan mengawetkannya di tempat yang tepat seperti museum dan
sekolah. Yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan revitalisasi kebudayaan tradisional sehingga
kesenian tradisional dapat beradaptasi dengan perkembangan jaman dan kembali menjadi tren. Salah
satu yang berhasil direvitalisasi adalah batik. Bahkan batik Indonesia telah diakui sebagai warisan
budaya dunia.
1. Batik Budaya Indonesia diakui Dunia
Batik yang sempat tenggelam karena perkembangan zaman. Lewat usaha semua pihak,
termasuk dukungan pemerintah batik kembali menjadi kesenian populer. Kesenian batik sudah ada
sejak zaman Kerajaan Majapahit. Bati adalah seni lukis di atas kain dengan metode yang khas
zaman dahulunya hanya digunakan oleh kalangan bangsawan kerajaan saja. Karena banyak dari
kalangan bangsawan yang pergi ke luar istana dan mengenakan batik maka batik juga menjadi
populer digunakan oleh rakyat kebanyakan.
Batik juga merupakan simbol lahirnya pergerakan kemerdekaan Indonesia. Lahirnya
organisasi Serikat Islam (SI) di dahului oleh kelahiran Serikat Dagang Islam (SDI) yang merupakan
perkumpulan para pedagang batik. Masuknya pakaian ala barat perlahan menenggelamkan batik
sebagai pakaian nasional Indonesia.
Para perancang busana modern Indonesia, memasukkan batik sebagai bahan dasar
rancangannya hingga batik seperti lahir kembali dalam wujudnya yang lebih modern. Pemerintah
mencanangkan hari batik nasional. Pakaian batik dijadikan salah satu pakaian dinas harian, tidak
hanya di instansi pemerintah, juga di perusahaan swasta dan sekolah. Untuk menghadiri acara
pernikahan, wisuda, dll. Bahkan batik juga dapat menjadi pakaian sehari-hari.
Pasar batik kembali menggeliat. Pengrajin batik terus bertambah, tidak hanya di pasar
tradisional batik juga masuk pada pasar modern. Batik kembali menjadi peluang pasar yang seksi
untuk memperoleh keuntungan.
Masih lebih banyak lagi produk kebudayaan Indonesia yang bisa kembali menjadi tren,
sehingga kembali dapat dinikmati masyarakat. Ini perlu digali lebih dalam. Dalam hal butuh strategi
kebudayaan yang efektif, agar produk kebudayaan lokal kita yang hampir punah kembali tampil
sebagai sesuatu yang baru dan inovatif.
2. Kebudayaan dan Pariwisata
Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu
dari sebuah tempat ke tempat lain dengan melakukan perencanaan sebelumnya, tujuannya untuk
rekreasi atau untuk sebuah kepentingan agar keinginannya bisa terpenuhi. Atau pariwisata bisa di
artikan juga sebagai sebuah perjalanan dari sebuah tempat ke tempat lain untuk rekreasi atau
bersenang-senang kemudia kembali ke tempat awal.
Ditilik dari laman detik.com (17/10/2017) Pariwisata menjadi primadona baru bagi sektor
pembangunan. Karena pemasukan dari devisa dan tenaga kerja memperolah angka yang cukup
signifikan.
Devisa dari sektor pariwisata pada 2016 sebesar US$ 13,568 miliar berada di posisi kedua
setelah CPO US$ 15,965 miliar. Pada 2015, devisa dari sektor pariwisata sebesar US$ 12,225 miliar
atau berada di posisi keempat di bawah Migas US$ 18,574 miliar, CPO US$ 16,427 miliar, dan
batu bara US$ 14,717 miliar.
Pariwisata bagi Indonesia adalah sesuatu yang sangat potensial. Potensial untuk lebih
banyak lagi mendatangkan keuntungan utamanya untuk menambah pendapatan negara (GNP).
Potensi tempat-tempat kunjungan wisata Indonesia sangat banyak. Kalau dulu kita hanya kenal
Bali dan Yogyakarta, sekarang banyak orang datang ke Papua untuk menikmat Raja Ampat, datang
ke Labuan Bajo untuk melihat komodo, datang ke Lombok. Dll.
Ada banyak alasan wisatawan mau berkunjung ke Indonesia. Antara lain:
1. Alam Indonesia yang indah;
2. Orang-orang Indonesia yang ramah;
3. Makanan tradisional Indonesia yang lezat;
4. Kekayaan tradisi Indonesia; dan
5. Biaya hidup yang murah.
Selain alam Indonesia yang Indah, ternyata kebudayaan Indonesia yang kaya menjadikan
para turis, suka datang dan betah tinggal di Indonesia. Adat ketimuran orang-orang Indonesia
terkenal ramah. Sopan-santun dan budi pekerti adalah warisan nenek moyang yang patut dijaga
eksistensinya. Kemudian kekayaan Indonesia dengan aneka rempah, juga kecerdasan bangsa
Indonesia dalam meramu bumbu-bumbu tersebut menjadikan masakan Indonesia terkenal lezat-
lezat. Nasi orang telah mendunia, rendang pernah ditulis oleh satu majalah internasional sebagai
makanan terlezat di dunia, dan banyak lagi.
Indonesia ada negara yang kaya akan tradisi, bahkan pendukung tradisi itu sangat banyak
dan sangat kuat mempertahankannya. Kebanyakan dari karya-karya kesenian kita adalah kesenian
tradisi yang tidak lepas dari unsur penyembahan pada yang kuasa. Bali terkenal sebagai tempat
wisata dunia, selain karena alamnya yang indah, juga karena tradisi-tradisinya yang unik.
Secara statistik kunjungan wisatawan manca negara Indonesia masih kalah dengan negara
tetangga seperti Thailand, atau Singapura. Tapi harus diyakini potensi pariwisata Indonesia jauh
lebih besar dari kedua negara tersebut. Luas wilayah Indonesia, panjang garis pantai, pulau-pulau
yang ribuan jumlahnya, keanekaragaman suku dan tradisi, semuanya adalah potensi bagi
pengembangan pariwisata di Indonesia.
Hubungan antara kebudayaan dan pariwisata sangat lah erat dan kuat. Tetap terjaga dan
lestarinya kebudayaan kita dengan mempertahankan kedinamisannya adalah modal kuat untuk
mendapatkan pendapatan negara yang lebih besar dari sektor pariwisata.
3. Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif adalah suatu konsep perekonomian di era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengedepankan ide dan pengetahuan dari
sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang paling utama.
Beberapa ciri ekonomi kreatif antara lain:
1. Terdapat beberapa unsur utama seperti kreativitas, keahlian, dan talenta yang memiliki nilai
jual melalui penawaran kreasi intelektual.
2. Produk yang dihasilkan (barang dan jasa) memiliki siklus hidup singkat, margin tinggi,
beraneka ragam, persaingan tinggi, dan dapat ditiru.
3. Terdiri atas penyediaan produk kreatif langsung pada pelanggan dan pendukung penciptaan
nilai kreatif pada sektor lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan.
4. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara berbagai pihak yang berperan dalam industri kreatif,
seperti kaum intelektual, dunia usaha, dan pemerintah.
5. Creative economy berbasis pada ide atau gagasan.
6. Pengembangan industri kreatif tidak terbatas dan dapat diterapkan pada berbagai bidang usaha.
7. Konsep creative economy yang dibangun bersifat relatif.
Yang termasuk dalam ekonomi kreatif antara lain:
1. Periklanan
2. Arsitektur
3. Pasar barang seni
4. Kerajinan (handicraft)
5. Kuliner
6. Desain
7. Fashion
8. Film, video, dan fotografi
9. Musik
10. Seni pertunjukan
11. Penerbitan dan percetakan
12. Layanan komputer dan piranti lunak
13. Radio dan televisi
14. Riset dan pengembangan

3.6.5. Identifikasi Identitas Nasional


1. KONSEP IDENTITAS NASIONAL
a. Pengertian Identitas Nasional
Identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi
sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Sedangkan
kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang
diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik pisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun non fisik
seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian
disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan
tindakan kelompok (collective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-
pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak dapat dipisahkan dari
kemunculan konsep nasionalisme sebagaimana akan dijelaskan kemudian.
Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa, secara fisiologi yang
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut maka
setiap bangsa di dunia ini memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri
serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula dengan hal ini sangat ditentukan oleh proses
bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Identitas nasional tersebut pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya
nasional. Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan karena identitas nasional
itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka
bernegara. Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir belakangan bila dibandingkan dengan
identitas kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Sebelum
memiliki identitas nasional, warga bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas
kesukubangsaan.
b. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional
Terdapat empat unsur pembentuk identitas nasional yaitu :
1. Suku bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang
sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku
bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bangsa.
2. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang tumbuh dan
berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu.
Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama resmi negara. Namun sejak
pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya adalah
perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4. Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahsa dipahami sebagai
sistem perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-unsur ucapan manusia dan yang
digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.
Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3
bagian sebagai berikut : Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar
Negara, dan Ideologi Negara Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata
perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
“Indonesia Raya”. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, serta kepercayaan.

2. IDENTITAS NASIONAL
Identitas nasional Indonesia merupakan ciri-ciri yang dapat membedakan negara Indonesia
dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat dan disepakati oleh para pendiri negara
Indonesia. Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-
Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang menunjukkan jati diri Indonesia
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahasa nasional atau Bahasa Persatuan yaitu bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu sang merah putih.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional
10. Konsepsi wawasan nusantara
Contoh dari implementasi identitas nasional yaitu pada saat diadakanya upacara bendera
setiap hari Senin di seluruh instansi sekolah maupun non sekolah. Dalam upacara bendera, terdapat
banyak sekali unsur identitas negara. Seperti pengibaran sang saka merah putih, menyanyikan lagu
Indonesia Raya, menyanyikan lagu nasional lain, pembacaan UUD 1945, pembacaan Pancasila,
dan pada penutup di akhiri dengan doa (agama). Kegiatan upacara ini dilaksanakan dari tingkat
SD hingga SMA, bahkan ada Perguruan Tinggi yang melaksanakan upacara bendera.

3. WAWASAN NUSANTARA
Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi. Selain menunjukkan
kegiatan untuk mengetahui arti pengaruh-pengaruhnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
wawasan juga mempunyai pengertian menggambarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau
cara tangggap indrawi. Kata nasional menunjukkan kata sifat atau ruang lingkup. Bentuk kata yang
berasal dari istilah nation itu berarti bangsa yang telah mengidentifikasikan diri ke dalam
kehidupan berneegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai bangsa yang telah menegara.
Nusantara perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra
Indonesia, serta di antara Benua Asia dan Benua Australia. Wawasan nasional merupakan “cara
pandang” suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya. Wawasan merupakan penjabaran dari
filsafat bangsa Indonesia sesuai dengan keadaan geografis suatu bangsa, serta sejarah yang pernah
dialaminya. Esensinya, ialah bagaimana bangsa itu memanfaatkan kondisi geografis, sejarahnya,
serta kondisi sosial budayanya dalam mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.
Dengan demikian wawasan nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD
1945, yang merupakan aspirasi bangsa yang merdeka, berdaulat, berrmartabat, serta menjiwai tata
hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara adalah
cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bersikap, cara bersikap, cara berpikir, cara
bertingkah laku bangsa Indonesia sebagai interaksi proses psikologis, sosiokultural, dengan aspek
astagatra (kondisi geografis, kekayaan alam, dan kemampuan alam serta poleksosbud hankam).

Anda mungkin juga menyukai