Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MASALAH GURU DAN SISWA SERTA LINGKUNGAN


DALAM
MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG UNGGUL
Dosen : Parida, S.Pd, M.Pd

DI SUSUN OLEH :
1. Laode Sarjudin
2. Kemala Dewi
3. Padil Aidil
4. Rahmad Hidayad
5. Rutiah
6. Siti Suriah
7. Suprianto

PAI II MALAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ULUM
(STAI-MU)
TANJUNGPINANG
T.A 2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan hidayah-NYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berudul“ MASALAH SISWA DAN GURU
SERTA LINGKUNGAN DALAM MEWUJUKAN PENDIDIKAN YANG UNGGUL” pada
mata kuliah psikologi belajar Negara yang maju bukan seberapa banyak mereka memiliki
kekayaan alamnya, akan tetapi didukung oleh factor utama yaitu sumber daya manusia yang
maju. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka diperlukan pendidikan yang unggul . Perlu kerja
keras dan semangat yang tinggi untuk mewujudkan pendidikan yang unggul, karena cukup
banyak dan bermasalah yang harus dihadapi dan diselesaikan. Oleh karena itu kami menysun
makalah ini selain untuk memenuhi tugas, semoga bias bermanfat bagi kita semua.
Kami dapat menyadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karenaitu kami berharapakan kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, makalah yang dapat kami susun, semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua.
Terimakasih ,

Tanjung Pinang

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................iv
B.Rumusan Masalah............................................................................................................iv
C.Tujuan...............................................................................................................................iv

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Lingkungan...................................................................................................2
B.Pengaruh lingkuungan terhadap perkembangan anak.....................................................6
C.Menciptakan sekolah yang unggul..................................................................................7
D.Masalah yang dihadapi siswa dan cara mengatasinya....................................................13

BAB III : PENUTUP


A.Kesimpulan......................................................................................................................15
B.Saran................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar dan


mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa.
Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh
terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih
dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan
kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari, sehingga pendidikan akan
terus mengalami perubahan menuju kemajuan.“ No one can be a genuine teacher unless he is
himself actively sharing in the human attempt to understand men and their word.” Yang artinya
tidak seorang pun yang dapat menjadi seorang guru yang sejati (mulia) kecuali bila dia
menjadikan dirinya sebagai bagian dari anak didik yang berusaha untuk memahami semua anak
didik dan kata-katanya.

Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Salah


satunya faktor lingkungan keluarga.Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama dan
utama dalam mempengaruhi perkembangan anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di
lingkungan keluarga, sehingga keluarga mempunyai peran yang banyak dalam membentuk
perilaku dan kepribadian anak serta memberi contoh nyata kepada anak. Karena di dalam
keluarga, anggota keluarga bertindak seadanya tanpa dibuat-buat.

Dari keluarga inilah baik dan buruknya perilaku dan kepribadian anak terbentuk. Walaupun
ada juga faktor lain yang mempengaruhi. Orang tua merupakan contoh yang paling mendasar
dalam keluarga. Apabila orang tua berperilaku kasar dalam keluarga, maka anak cenderung akan
meniru. Begitu juga sebaliknya, orang tua yang berperilaku baik dalam keluarga, maka anak juga
cenderung akan berperilaku baik.

Selain faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat juga berpengaruh
dalam perkembangan anak. Sekolah mempunyai peranan dalam mengembangkan potensi
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki anak, menciptakan budi pekerti yang luhur,
membangun solidaritas terhadap sesama yang tinggi, serta mengembangkan keimanan dan
ketakwaan anak agar menjadi manusia yang beragama dan beramal kebajikan.

Lingkungan masyarakat mempunyai peranan dalam mengembangkan perilaku dan kepribadian


anak. Dalam masyarakat anak bergaul dengan teman sebayanya maupun yang lebih muda atau
bahkan yang lebih tua. Dari pergaulan inilah anak akan mengetahui bagaimana orang lain
berperilaku dan anak dapat mengetahuI peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat serta
anak dapat berpikir dan mencari penyelesaiannya.

B.RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian dari Lingkunga?
B. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak
C. Pengaruh Media Informasi Terhadap Perkembangan Anak
D. Aspek untuk menciptakan sekolah yang unggul
E.Masalah yang dihadapi siswa dan cara untuk mengatasinya

C. TUJUAN
A. Untuk mengetahui penngertian dari “ Lingkungan”
B.Untuk mengetahui lingkungan yang menjadi dampak terhadap perkebangan anak.
C.Untuk mengetahui dampak positif dan negatif media informasi terhadap perkembangan anak.
D.Untuk mengetahui aspek menciptakan sekolah yang unggul.
E.Untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapi seorang siswa dan cara mengatasinya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Salah
satunya faktor lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama dan utama dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga,
sehingga keluarga mempunyai peran yang banyak dalam membentuk perilaku dan kepribadian
anak serta memberi contoh nyata kepada anak. Karena di dalam keluarga, anggota keluarga
bertindak seadanya tanpa dibuat-buat.
Dari keluarga inilah baik dan buruknya perilaku dan kepribadian anak terbentuk. Walaupun ada
juga faktor lain yang mempengaruhi. Orang tua merupakan contoh yang paling mendasar
dalam keluarga. Apabila orang tua berperilaku kasar dalam keluarga, maka anak cenderung
akan meniru. Begitu juga sebaliknya, orang tua yang berperilaku baik dalam keluarga, maka
anak juga cenderung akan berperilaku baik.
Selain faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat juga berpengaruh dalam
perkembangan anak. Sekolah mempunyai peranan dalam mengembangkan potensi
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki anak, menciptakan budi pekerti yang luhur,
membangun solidaritas terhadap sesama yang tinggi, serta mengembangkan keimanan dan
ketakwaan anak agar menjadi manusia yang beragama dan beramal kebajikan.
Lingkungan masyarakat mempunyai peranan dalam mengembangkan perilaku dan kepribadian
anak. Dalam masyarakat anak bergaul dengan teman sebayanya maupun yang lebih muda atau
bahkan yang lebih tua. Dari pergaulan inilah anak akan mengetahui bagaimana orang lain
berperilaku dan anak dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat
serta anak dapat berpikir dan mencari penyelesaiannya.
Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat
penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lain.
Akibat pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam waktu yang sangat singkat,
informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan,
dan lain sebagainya dengan mudah diterima oleh masyarakat, sehingga media massa surat
kabar, TV,film, radio, majalah, dan lainnya mempunyai peranan penting dalam proses
transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru kepada masyarakat. Di samping itu, media massa
juga mentransformasikan simbol-simbol atau lambang tertentu dalam suatu konteks
emosional.
Dengan adanya tayangan adegan kekerasan dan adegan-adegan yang menjurus ke
pornografi, ditengarai juga telah banyak berperan menyulut perilaku agresif remaja, dan
menyebabkan terjadinya pergeseran moral pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai
pelanggaran norma susila di media massa, nyaris setiap hari bisa dibaca terjadinya kasus-kasus
perkosaan dan pembunuhan yang menghebohkan karena si pelaku diilhami oleh adegan-
adegan porno dan sadis yang pernah ditontonnya di film atau di tayangan yang lain.

B. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak


1. Lingkungan Keluarga
Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini
mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam
pembentukan perilaku dan kepribadian anak.
Pandangan yang sangat menghargai posisi dan peran keluarga sebenarnya bukan merupakan
sesuatu yang istimewah. Pandangan seperti ini sangat logis dan mudah dipahami karena
beberapa alasan berikut ini.
1. Keluarga lazimnya merupakan, pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan
kepada anak. Begitu anak lahir, lazimnya pihak keluargalah yang langsung menyambut dan
memberikan layanan interaktif kepada anak.
2. Sebagian besar waktu anak lazimnya dihabiskan di lingkungan keluarga.
3. Karakteristik hubungan orang tua-anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-pihak
lainnya (guru, teman, dan sebagainya ).
4. Interaksi kehidupan orang tua-anak di rumah bersifat “asli”, seadanya dan tidak dibuat-
buat.
Peran keluarga lebih banyak memberikan pengaruh dukungan, baik dari dalam penyediaan
fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, dalam hal
pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya,
lingkungan keluarga bisa memberikan pengaruh yang sangat dominant. Di sini lingkungan
keluarga dapat memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung berkenaan dengan
pengembangan aspek-aspek perilaku seperti itu, keluarga dapat berfungsi langsung sebagai
lingkungan kehidupan nyata untuk memperaktekkan aspek-aspek perilaku tersebut. Karena itu
tidaklah mengherankan kalau Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2/1989
menyatakan secara jelas bahwa keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah
yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai-nilai moral, dan keterampilan.
Selanjutnya, Radin menjelaskan 6 kemungkinan cara yang dilakukan orang tua dalam
mempengaruhi anak, yakni sebagai berikut ini.
1. Permodelan perilaku (modeling of behavior). Baik disengaja atau tidak, orang tua dengan
sendirinya akan menjadi model bagi anaknya. Imitasi bagi anak tidak hanya yang baik-baik saja
yang diterima oleh anak, tetapi sifat-sifat yang jeleknyapun akan dilihat pula.
2. Memberikan ganjaran dan hukuman (giving rewards and punishments). Orang tua
mempengaruhi anaknya dengan cara memberikan ganjaran terhadap perilaku-perilaku yang
dilakukan oleh anaknya dan memberikan hukuman terhadap beberapa perilaku lainnya.
3. Perintah langsung (direct instruction).
4. Menyatakan peraturan-peraturan (stating rules).
5. Nalar (reasoning). Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua biasa
mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu digunakan orang tua untuk
mempengaruhi anaknya.
6. Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana (providing materials and
sttings). Orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak dengan mengontrol fasilitas atau bahan-
bahan dan adegan suasana.
Perkembangan moral anak akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan keluarganya.
Karenaya, keharmonisan keluarga menjadi sesuatu hal mutlak untuk diwujudkan, misalnya
suasana rumah. Ketika keikhlasan, kejujuran dan kerjasama kerap diperlihatkan oleh masing-
masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari, maka hampir bisa dipastikan hal yang
sama juga akan dilakukan anak bersangkutan.
Sebaliknya, anak akan sangat sulit menumbuhkan dan membiasakan berbuat dan bertingkah
laku baik manakala di dalam lingkungan keluarga (sebagai ruang sosialasi terdekat, baik fisik
maupun psikis) selalu diliputi dengan pertikaian, pertengkaran, ketidakjujuran, kekerasan, baik
dalam hubungan sesama anggota keluarga ataupun dengan lingkungan sekitar rumah.
Demikian pula status sosio - ekonomi. Status sosio-ekonomi, dalam banyak kasus menjadi
sangat dominan pengaruhnya. Ini sekaligus menjadi latar mengapa anak-anak tersebut
memutuskan terjun ke jalanan. Namun selain faktor tersebut (ekonomi), masih ada penyebab
lain yang juga akan sangat berpengaruh mengapa anak memutuskan tindakannya itu, yakni
peranan lingkungan rumah, khususnya peranan keluarga terhadap perkembangan nilai-nilai
moral anak, dapat disingkat sebagai berikut:
 1) Tingkah laku orang di dalam (orangtua, saudara-saudara atau orang lain yang tinggal
serumah) berlaku sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui peniruan-peniruan
yang dapat diamatinya.
 2) Melalui pelarangan-pelarangan terhadap perbuatan-perbuatan tidak baik, anjuran-
anjuran untuk dilakukan terus terhadap perbuatan-perbuatan yang baik misalnya
melalui pujian dan hukuman.
 3) Melalui hukuman-hukuman yang diberikan dengan tepat terhadap perbuatan-
perbuatan yang kurang baik atau kurang wajar diperlihatkan, si anak menyadari akan
kerugian-kerugian atau penderitaan-penderitaan akibat perbuatan-perbuatannya

a. Hubungan Orang Tua dengan Anak


Seiring dengan perubahan-perubahan yang dialami anak usia SD, pola dan bentuk hubungan
orang tua-anak mengalami perubahan. Perilaku orang tua lazimnya semakin memberi
kesempatan kepada anak untuk berbuat secara lebih mandiri.
Pada saat anak memasuki SD, berbagai kemampuan dan keterampilan lebih banyak lagi
dikuasai oleh anak. Sekarang anak lazimnya sudah dapat makan, buang air besar, dan
berpakaian sendiri. Selain itu, ia juga mulai menampakkan minat-minat dan acara kegiatannya
sendiri yang kadang-kadang tidak terikat lagi dengan acara orang tua.
b. Gaya Pengasuhan Orang Tua Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak
Gaya pengasuhan orang tua (parenting style) adalah cara-cara orang tua berinteraksi secara
umum dengan anaknya, dalam hal ini banyak macam kalsifikasi yang dapat dilakukan, salah
satunya adalah sebagai berikut : otoriter, permisif, dan otoritatif.
c. Persoalan-persoalan keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Dinamika kehidupan yang terus berkembang membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu
terhadap kehidupan keluarga. Banyaknya tuntutan kehidupan yang menerpa keluarga serta
bergesernya nilai-nilai dan pandangan tentang fungsi dan peranan anggota
keluarga menyebabkan terjadinya berbagai perubahan mendasar tentang kehidupan keluarga.
Terlepas dari bentuk dan wujud perubahan-perubahan yang terjadi, pergeseran-pergeseran
tersebut membuat semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dialami keluarga
yang pada gilirannya akan memberikan dampak tertentu terhadap perkembangan anak. Untuk
dapat berkembang secara sehat dan sejalan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat, dengan
sendirinya anak perlu melakukan penyesuaian. Permasalahan utama keluarga yang lazim
dialaminya, yakni masalah orang tua yang bekerja dan perceraian.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Mereka di sekolah bukan hanya hadir
secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah dirancang dan diprogram
sedemikian rupa. Karena itu disamping keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti
bagi perkembangan anak.
Guru adalah orang-orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara khusus dalam bidang
pendidikan. Mereka menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi
stimulus bagi perkembangan anak-anak lengkap dengan penguasaan metodologi
pembelajarannya. Dalam konteks perkembangan anak, hal tersebut merupakan salah satu sisi
keunggulan guru dari pada orang-orang dewasa lain pada umumnya. Karenanya lazimnya
pengalaman interaksi pendidikan dengan guru di sekolah akan lebih bermakna bagi anak dari
pada pengalaman interaksi dengan sembarang orang dewasa lainnya. Dengan kata lain,
interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek
pribadi lainnya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan anak, sekolah berfungsi dan
bertujuan untuk memfasilitasi proses perkembangan anak, secara menyeluruh sehingga dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu sangat dominan dalam perkembangan aspek
intelektual dan kognisi anak, namun sebenarnya sekolah berfungsi dan berperan dalam
mengembangkan segenap aspek perilaku termasuk perkembangan aspek-aspek sosial moral
dan emosi.
Dijelaskan oleh Bredekamp bahwa sasaran kurikulum sekolah yang tepat itu adalah :
1). Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak dalam semua bidang perkembangan
fisik, sosial, emosi dan intelektual guna membangun suatu fundasi untuk belajar sepanjang
hayat;
2). Mengembangkan harga diri anak, rasa kompoten dan perasaan-perasaan positif terhadap
belajar. Sekolah-sekolah di Indonesia juga tidak terlepas dari fungsi dan peranannya dalam
mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak sehingga mereka menjadi manusia-manusia
yang beragama dan beramal kebajikan.

3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat tempat anak – anak hidup dan bergaul, dengan orang dewasa yang juga memiliki
peran dan pengaruh tertentu dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana
mereka bergaul, melihat orang – orang beperilaku dan menemukan sejumlah aturan dan
tuntutan yang seyogjanya dipenuhi oleh yang bersangkutan.
Perkembangan anak, dari lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat dapat
mendukung perkembangan anak di keluarga maupun di sekolah, begitupun sebaliknya.

C. Pengaruh Media Informasi Terhadap Perkembangan Anak


Masyarakat tempat anak-anak hidup dan bergaul dengan anak-anak orang dewasa lainnya juga
merupakan lingkungan perkembangan yang memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam
pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka bergaul, disana mereka melihat
orang-orang berprilaku, disana mereka menemukan sejumlah aturan dan tuntunan yang
seyogyanya dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman interaksional anak
pada masyarakat ini akan member kontribusi tersendiri dalam pembentukan perilaku dan
perkembangan pribadi anak.
Namun tidak selamanya budaya-budaya baik yang dikembangkan di rumah dan di sekolah itu
sejalan dengan apa yang terjadi di masyarakat. Sementara di rumah dan di sekolah tidak pernah
diajarkan untuk mencuri, berkelahi, mengkhianati orang lain dan sebagainya. Misalnya ; tapi di
masyarakat semua hal itu terjadi. Kondisi demikian tentunya akan menimbulkan sejumlah
pertanyaan, sikap kritis, dan bahkan mungkin kebingungan pada diri anak. Disinilah perlunya
ikatan psikologis yang kuat antara keluarga dengan anak sehingga keluarga tetap dipercaya
sebagai tempat yang baik untuk membicarakan dan memahami berbagai permasalahan yang
terjaadi di masyarakat. Baik tidaknya suatu masyarakat akan tergantung kepada keluarga-
keluarga yang membangun masyarakat bersangkutan.

1. Pengaruh Negatif Media Informasi


Di era informasi ini, peran media informasi dalam kehidupan sangat dominan. Saat ini, kita
dapat menyaksikan betapa berjamurnya TV-TV swasta, parabola, dan internet. Semua ini dapat
memberikan pengaruh negative bagi anak – anak, apabila mereka menyaksikan tayangan TV
tanpa ada pengawasan dari orang tua. Penggunaan internet juga tidak kalah berbahaya apabila
tanpa pengawasan, karena banyaknya informasi – informasi yang tidak layak konsumsi bagi
anak-anak.
D. Menciptakan Sekolah Unggul
Sekolah dapat diibaratkan sebagai kawah candradimuka. Sebuah media untuk
pembentukan karakter anak demi masa depannya. Sekolah sangat menentukan kualitas hidup
anak di kemudian hari. Oleh karena itu, hendaknya kita memedulikan sekolah yang dipilih untuk
anak-anak kita. Jangan hanya didasarkan faktor biaya dan atau jarak. Namun, hendaknya
kualitas menjadi pertimbangan utama.
Dewasa ini sering kita dengar istilah ”sekolah unggulan” atau ”sekolah plus”. Kita selalu
berpikir, sebuah sekolah disebut unggulan itu karena apa? Apa karena yang masuk anak anak
cerdas? Apa karena berstatus internasional? Apa karena berbahasa inggris setiap hari? Apa
karena ber AC, tersedia laptop untuk belajar dan berbagai sarana lainnya?
Kalau sekolah itu menghasilkan output yang bagus, tentu saja bukan hal yang aneh,
karena inputnya memang sudah sangat baik, terpilih dan berkualitas. Justru sekolah ini
bukanlah sekolah unggulan, karena tidak mampu mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar
biasa, tapi menjadikan yang luar biasa menjadi luar biasa (atau malah menjadi biasa).
Kita justru salut dengan sekolah sekolah biasa, yang tidak perlu tes sana sini, yang
muridnya biasa biasa saja, dengan fasilitas yang seperti sekolah sekolah pada umumnya, namun
menghasilkan output yang luar biasa, karena itu berarti menunjukkan bahwa sekolah tersebut,
baik perangkatnya maupun guru gurunya adalah orang orang yang hebat, pendidik yang
mampu menjadikan anak anak biasa menjadi cerdas, pendidik yang mampu menjadikan anak
anak malas menjadi rajin, pendidik yang mampu menjadikan anak anak malas menjadi lebih
disiplin, lebih berkarakter, karena ada proses perubahan di dalamnya, dari yang tidak bisa
menjadi bisa.
Kita sering mendengar, ada sekolah sekolah yang dianggap favorit, tapi bukan karena
gurunya hebat, melainkan karena muridnya yang pandai pandai, guru di sekolah sekolah
tersebut justru guru yang biasa saja, tapi karena murid muridnya yang pandai dan cerdas, maka
tinggal sedikit di asah, semakin pandai, apa mungkin guru guru tersebut mampu mencetak
“seekor bebek menjadi angsa?’ kita meragukan hal itu.
Kita sering melihat bagaimana sekolah sekolah biasa (bahkan sekolah yang diangap
buangan, berusaha dengan keras, agar murid muridnya menjadi lebih disiplin, lebih termotivasi
untuk belajar dan lebih cerdas, bagaimana guru-gurunya berusaha dengan berbagai cara (walau
seringkali kurang berhasil) agar anak anak itu menjadi berhasil, saat anak itu menjadi berhasil,
maka sekolah menjadi puas karena mereka mampu mengubah kepribadian anak itu menjadi
lebih baik, menjadi lebih cerdas.
Selain itu untuk membentuk budaya sekolah yang unggul ada beberapa konsep yang
perhatikan, di antaranya sebagai berikut:
A. Konsep dasar Sekolah unggul
Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki budaya sekolah
(school culture) yang kokoh dan tetap eksis. Sebuah sekolah harus mempunyai misi
menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif,
dan dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam
perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi
teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan
IPTEK dan berlandaskan IMTAQ.
Budaya sekolah (school culture) merupakan kata kunci (key word) yang perlu mendapat
perhatian secara sungguh-sungguh dari para pengelola pendidikan.Budaya sekolah perlu
dibangun berdasarkan kekuatan karakteristik budaya lokal masyarakat tempat sekolah itu
berada.Budaya sekolah adalah detak jantung sekolah itu sendiri, perumusannya harus
dilakukan dengan sebuah komitmen yang jelas dan terukur oleh komunitas sekolah yakni guru,
siswa, manajemen sekolah, dan masyarakat.
Untuk membangun atmosfer budaya sekolah yang kondusif, maka ada baiknya kita
mengenal terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan budaya sekolah, bagaimana
penciptaannya, bagaimana peran kepala sekola selaku leader dalam mendisain budaya
sekolahnya, bagaimana budaya sekolah SD Muhammadiyah Sapen dan bagaimana hasil dari
budaya sekolah kontribusinya terhadap keberhasilan sekolah baik dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia maupun prestasi sekolahnya.
Menurut Zamroni budaya sekolah ( kultur sekolah ) sangat mempengaruhi prestasi dan
perilaku peserta didik dari sekolah tersebut. Budaya sekolah merupakan jiwa dan kekuatan
sekolah yang memungkinkan sekolah dapat tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi
dengan berbagai lingkungan yang ada.
Selanjutnya, dalam analisis tentang budaya sekolah dikemukakan bahwa untuk
mewujudkan budaya sekolah yang akrab-dinamis, dan positif-aktif perlu ada rekayasa social.
Dalam mengembangkan budaya baru sekolah perlu diperhatikan dua level kehidupan sekolah:
yaitu level individu dan level organisasi atau level sekolah. Level individu, merupakan perilaku
siswa selaku individu yang tidak lepas dari budaya sekolah yang ada.Perubahan budaya sekolah
memerlukan perubahan perilaku individu.Perilaku individu siswa sangat terkait dengan prilaku
pemimpin sekolah.
B.Pengertian Budaya Sekolah unggul
Secara etimologis, budaya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata culture.Marvin
Harris (1987) mendefinisikan culture atau budaya sebagai serangkaian aturan yang dibuat oleh
masyarakat sehingga menjadi milik bersama, dapat diterima oleh masyarakat, dan bertingkah
laku sesuai dengan aturan. Dalam istilah lain, Denis Lawton (1975) mendefinisikan bahwa
culture is everything that exists in a society. Culture includes every thing that is man made :
technological artifacts, skills, attitudes, and values.
Secara implisit, kesimpulan dari kedua definisi di atas menyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan
dan nilai-nilai yang telah diterapkan di suatu sekolah merupakan budaya sekolah. Secara
eksplisit, Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai sekumpulan nilai
yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat
luas.
Budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat
kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Jika definisi ini diterapkan di di
sekolah, sekolah dapat saja memiliki sejumlah kultur dengan satu kultur dominan dan kultur
lain sebagai subordinasi.( Kennedy, 1991 )
Pendapat lain tentang budaya sekolah juga dikemukakan oleh Schein, bahwa budaya
sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi, penemuan atau pengembangan oleh
suatu kelompok tertentu saat ia belajar mengatasi masalah-masalah yang telah berhasil baik
serta dianggap valid, dan akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam
memandang, memikirkan, dan merasakan masalah-masalah tersebut. ( Schein , 2010 )
Pandangan lain tentang budaya sekolah dikemukakan oleh Zamroni ( 2011 ) bahwa
budaya sekolah adalah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-
keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang
diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai problem dalam
beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai
dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki
pandangan yang tepat bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan
bertindak menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada ( Zamroni, 2011: 297 ).
C. Karakteristik Budaya Sekolah unggul
Kehidupan selalu berubah.Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami
perubahan.Perubahan-perubahan itu dapat terjadi karena pengaruh lingkungan dan
pendidikan.Pengaruh lingkungan yang kuat adalah di sekolah karena besar waktunya di
sekolah.Sekolah memegang peranan penting dan strategis dalam mengubah, memodifikasi, dan
mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang berhubungan
dengan kebutuhan anak untuk hidup di masyarakat sesuai dengan tuntutan jamannya.
Studi terhadap sekolah-sekolah yang berhasil atau efektif dapat diperoleh gambaran bahwa
mereka mempunyai lima karakteristik umum seperti yang diungkapkan oleh Steven dan Keyle
(editor) (1985) sebagai berikut :
a.Sekolah memiliki budaya sekolah yang kondusif
b.Adanya harapan antara para guru bahwa semua siswa dapat sukses
c.Menekankan pengajaran pada penguasaan ketrampilan
d. Sistem tujuan pengajaran yang jelas bagi pelaksanaan monitoring dan penilaian keberhasilan
kelas
e. Prinsip-prinsip sekolah yang kuat sehingga dapat memelihara kedisiplinan siswa
Penciptaan budaya sekolah dapat dilakukan melalui :
a. Pemahaman tentang budaya sekolah
b. Pembiasaan pelaksanaan budaya sekolah
c. Reward and punishment
Menurut Robbins (1994) karakteristik umum budaya sekolah adalah sebagai berikut: (1)
inisiatif individual, (2) toleransi terhadap tindakan beresiko, (3) arah, (4) integrasi, (5) dukungan
dari manajemen, (6) kontrol, (7) identitas, (8) sistem imbalan, (9) toleransi terhadap konflik dan
(10) pola-pola komunikasi.
Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sebuah sekolah, kebudayaan
memiliki dimensi yang dapat di ukur yang menjadi ciri budaya sekolah seperti:
1. Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga atau personil sekolah, komite
sekolah dan lainnya dalam berinisiatif.
2. Sejauh mana para personil sekolah dianjurkan dalam bertindak progresif, inovatif dan berani
mengambil resiko.
3. Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sasaran sekolah, dan upaya
mewujudkannya.
4. Sejauh mana unit-unit dalam sekolah didorong untuk bekerja dengan cara yang
terkoordinasi.
5. Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas, bantuan serta dukungan
terhadap personil sekolah.
6. Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan
mengendalikan perilaku personil sekolah.
7. Sejauh mana para personil sekolah mengidentifkasi dirinya secara keseluruhan dengan
sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian profesional.
8. Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi.
9. Sejauh mana personil sekolah didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara
terbuka.
10. Sejauh mana komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarki yang formal (diadopsi
dari karakteristik umum seperti yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins).
Dari sekian karakteristik yang ada, dapat dikatakan bahwa budaya sekolah bukan hanya refleksi
dari sikap para personil sekolah, namun juga merupakan cerminan kepribadian sekolah yang
ditunjukan oleh perilaku individu dan kelompok dalam sebuah komunitas sekolah.
D. Unsur-unsur Budaya Sekolah unggul
Bentuk budaya sekolah secara intrinsik muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan
menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam sekolah pada
dasarnya mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas dari warga
sekolah.
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua kategori:
1. Unsur yang tidak kasat mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan dasar sekolah mengenai kenyataan
yang luas, makna hidup atau yang di anggap penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan
itu harus dinyatakan secara konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang lebih
kongkrit yang akan di capai oleh sekolah.
2. Unsur yang kasat mata dapat termenifestasi secara konseptual meliputi :
a. visi,misi, tujuan dan sasaran,
b. kurikulum,
c. bahasa komunikasi,
d. narasi sekolah, dan narasi tokoh-tokoh,
e. struktur organisasi,
f. ritual, dan upacara,
g. prosedur belajar mengajar,
h. peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
i. layanan psikologi sosial,
j. pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang meteriil dapat berupa : fasilitas
dan peralatan, artifiak dan tanda kenangan serta pakaian seragam.
Djemari Mardapi (2003) membagi unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha
peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas
pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan
komitmen terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negative
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut
bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan konstribusi positif
tehadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga
sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.
E. Peran Budaya Sekolah unggul
Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk lembaga atau
instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di dalamnya berlangsung interaksi
antara pendidik dan peserta didik sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan,dan
juga norma maupun kebiasaan yang di pegang bersama. Pendidikan sendiri adalah suatu proses
budaya. Masalah yang terjadi saat ini adalah nilai-nilai yang mana yang seharusnya
dikembangkan atau dibudayakan dalam proses pendidikan yang berbasis mutu itu. Dengan
demikian sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya
terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang
memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang berbudaya.
Djemari (2003) membagi karekteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat
dibedakan menjadi tiga yakni :
1.Bernilai Strategis Budaya yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis.
Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib.
Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga sekolah dapat
dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
2.Memiliki Daya Ungkit Budaya yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga
sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh karena
dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi.
Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas,
penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan
meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan
yang prima, serta didukung dengan sarana yang memadai.
3.Berpeluang Sukses Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya ungkit
dan memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa
keberhasilan dan rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar
membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka untuk banyak
tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian
juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman
semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/
kualitas yang akan menentukan keberhasilan seseorang.
F. Hal-hal Yang Perlu Dikembangkan Dalam Menciptakan Budaya Sekolah Yang Unggul
Keberadaan budaya sekolah di dalam sebuah sekolah merupakan urat nadi dari segala aktivitas
yang dijalankan warga sekolah mulai dari guru, karyawan, siswa dan orang tua. Budaya sekolah
yang didesain secara terstruktur, sistematis, dan tepat sesuai dengan kondisi sosial sekolahnya,
pada gilirannya bisa memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia sekolah dalam menuju sekolah yang berkualitas.Ada tiga hal yang perlu dikembangkan
dalam menciptakan budaya sekolah yang berkualitas, yaitu:

1.Budaya keagamaan(religi):Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam


pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik
(akhlaqul Karimah)Bentuk Kegiatan :Budaya Salam, Doa sebelum/sesudah belajar, Doa
bersama, Sholat Berjamaah (bagi yang beragama islam), peringatan hari besar keagamaan, dan
kegiatan keagamaan lainnya

2.Budaya kerjasama (teamwork) :Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa social terhadap
sesame melalui kegiatan yang dilakukan bersama.bentuk kegiatan seperti :MOS,
KunjunganIndustri, Parents Day, Baksos, Teman Asuh, Sport And Art, Kunjungan Museum,
Pentas Seni, Studi banding, Ekskul, Pelepasan Siswa, Seragam Sekolah, Majalah Sekolah,
Potency Mapping, Buku Tahunan, PHBN, (Peringatan hari Besar Nasional), dan PORSENI.

3.Budaya kepemimpinan (leadhership): Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan


dari sejak dini kepada anak-anak.Bentuk Kegiatan :Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas,
budaya Kreatif; Mandiri & bertanggung jawab, Budaya disiplin/TPDS, Ceramah Umum, upacara
bendera, Olah Raga Jumat Pagi, Studi Kepemimpinan Siswa, LKMS (Latihan Keterampilan
manajemen siswa), DMasalah belajar yang di hadapi siswa

Seringkali anak didik mengalami kesulitan dalam mengakses pelajaran yang dipelajarinya di
kelas. Kesulitan-kesulitan tersebut secara tidak langsung menghambat perkembangan belajar
mereka. Akhirnya mereka tidak mampu mendapatkan hasil yang optimal dalam belajar. Berikut
ini kami akan menjelaskan beberapa masalah-masalah yang sering dihadapi siswa di dalam
proses belajar mereka.

A. MASALAH YANG DI HADAPI SISWA DAN CARA MENGATASINYA

Faktor masalah belajar anak :

a). Faktor Intern


 Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah seperti kurangnya
perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar.
 Kelemahan emosional, siswa/i sering merasa kurang aman, tidak bisa menyesuaikan diri,
tercekam rasa takut, benci dan antipati serta ketidakmatangan dalam emosinya.

b). Faktor Ekstern

 Faktor keluarga

1) Kemampuan ekonomi orang tua kurang memadai. Misalnya peralatan sekolah yang
dibutuhakan oleh Burhan kurang memadai sehingga untuk memenuhi kebutuhan belajarnya
masih kurang.

2) Fasilitas belajar kurang memenuhi. Dalam belajar di rumah Burhan tidak mempunyai tempat
belajar yang baik dan khusus sehingga dia kurang nyaman dalam belajar di rumah.

3) Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya.

 Faktor sekolah dan masyarakat

1) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.

2) Alat dan media yang di gunakan guru kurang memadai.

3) Lingkungan masyarakat yang kurang kondusif.

Cara Mengatasinya :

Pada masalah ini, proses pemberian bimbingan pada Burhan dengan cara melakukan pendidikan
psikologi anak yaitu untuk menumbuhkan keberanian anak belajar matematika dengan
menghilangkan rasa takut dan malas sehingga anak tersebut merasa senang dalam belajar
matematika. Hal ini telah dilakukan dengan cara :

1. Menunjukkan sikap ramah pada anak.


2. Memberi bimbingan dan tuntunan dengan sabar.
3. Memberi motivasi dan dorongan untuk berani dan bersemangat dalam menerima
pelajaran tanpa harus dibebani rasa takut.
4. Memberi spirit untuk tidak selalu malas dalam berpikir.

Usaha ataupun upaya yang ditempuh dalam mengalami kesulitan belajar siswa dalam melakukan
operasi hitung pembagian pecahan dan penarikan akar adalah :

1. Pengidentifikasian kesulitan siswa. Memberikan soal latihan (pretest) untuk mengetahui


pemahaman Burhan tentang konsep pembagian pecahan dan penarikan akar. Kemudian
pembimbing membahas jawaban yang dikerjakan khalik. Dan diketahui bahwa Burhan
belum menguasai materi tersebut.
2. Pengajaran perbaikan. Untuk membimbing Burhan yang masih mengalami kesulitan
dalam melakukan operasi hitung pembagian pecahan dan penarikan akar, Pembimbing
meminta siswa untuk mengerjakan kembali soal yang masih salah jawabannya yaitu
dengan cara mengerjakan langkah-langkah yang benar untuk menyelesaikan soal.
3. Memberikan latihan-latihan untuk meningkatkan keterampilan belajar. Setelah murid
paham, pembimbing sering memberikan soal-soal latihan pada khalik agar lebih
memahami cara penyelesaian yang benar. Meskipun hasil jawaban Burhan masih belum
memuaskan. Pembimbing selalu memberi bimbingan dan semangat pada siswa bahwa
apabila rajin belajar maka tidak ada hal yang sulit. Setiap selesai pembimbingan siswa
selalu diberi PR untuk dikerjakan di rumah agar mau belajar dan berlatih.
4. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik. Pembimbing memberikan bimbingan
dalam hal :
1. Menentukan motivasi yang tepat dalam belajar.
2. Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.
3. Membiasakan siswa mengerjakan tugas-tugas secara teratur, bersih dan rapi.
4. Menumbuhkan rasa percaya diri untuk mau bertanya tentang hal-hal yang belum
dimengerti.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang di buat, penulis menganbil kesimpulan bahwa lingkkungan sangat
berpengaruh terhadap pengembangan anak, lingkungan sekolah maupun lingkungan mana saja.
Untukn,membentuk sekolah yang unggul harus memenuhi beberapa konsep seperti yang telah
diterapkan dalam makalah ini. Dan dalam sekolah atau dunia pendidiikan ini ada yang namanya
siswa, dalam diri siswa terdapat masalah yang berbeda yang harus dui tangani oleh tenaga
pendidik.

SARAN
Selaku penulis segenapnya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
sekali terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari isi. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dsari berbagai pihak demi perbaikan makalah
selanjutnya. Kritik dan saran bisa berupa kesimpulan dari makalah yang telah kami buat ini.

Anda mungkin juga menyukai