Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan


Beban Kerja dan Kompetensi di Unit Pelayanan Intensif Rumah Sakit Dr
Oen Solo Baru Tahun 2015

Analysis of Nursery Needs of Intensive Services Units Based on Work Loads and
Competency in Intensive Services Units in Dr. Oen Solo Baru Hospital, Year 2015

Antonny Halim Gunawan

Program Studi Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit Indonesia


Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

*Email: antonnyhalim.dr@gmail.com

ABSTRAK

Perawat, sebagai SDM tenaga kesehatan memberikan kontribusi besar terhadap pelayanan kesehatan di rumah
sakit dalam hal pelayanan langsung kepada pasien. Pelayanan keperawatan Unit Pelayanan Intensif merupakan
pelayanan keperawatan yang saat ini perlu untuk dikembangkan di Indonesia, sejalan dengan perkembangan
teknologi dibidang perawatan intensif. Oleh karena itu, demi efisiensi kebutuhan tenaga dan kompetensi perawat
Unit Pelayanan Intensif perlu dikonsentrasikan. Penelitian ini membahas tentang analisa kebutuhan tenaga
keperawatan di Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru berdasarkan beban kerja (menggunakan time and
motion study kepada 7 perawat kemudian diolah dengan Metode Ilyas) dan kompetensi kerja berdasarkan Aditama
2007 dan Ilyas (depth interview kepada tiga informan dengan fokus kepada pengetahuan seputar pekerjaan ,
keterampilan dan sikap ). Hasil penelitian ini menyatakan waktu produktif sebesar 81.56 %, beban kerja 6.88
jam/shift, belum memenuhi standard an kompetensi yang ada, dan dibutuhkan 51 perawat.

Kata kunci: Beban kerja, kompetensi kerja, perawat, unit pelayanan intensif.

ABSTRACT

Nurses, as human resources for health also contribute greatly to the health services in hospitals and to provide
services directly to patients. Nursing services at Intensive Care Unit has to be developed along with the technology
development. Therefore, there is a need to concern the effieciency of nurses in term of quantity and competencies.
This research discussed about the needs analysis nursing staff in the Intensive Care Unit of dr. Oen Solo Baru
Hospital based on workload (using time and motion technique to 7 nurses then processed by Ilyas Methods) and
work competencies based on Aditama 2007 and Ilyas (depth interview to three informants with a focus on job
knowledge, skills and attitudes). Results of this research show that productive time amounted to 81.56%, the lack
of standards and competencies, and it need 51 nurses.

Keywords: workloads, work competency, nurses, intensive care unit.

PENDAHULUAN sakit baik pemerintah, swasta dan asing akan semakin


keras untuk merebut pasar yang semakin terbuka bebas.
Suatu yang menarik mengamati ancaman pasar bebas di Selain itu, masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat
sektor kesehatan yang sedang dan akan kita hadapi pada memberikan pelayanan dengan konsep one step quality
era global. Terbukanya pasar bebas berakibat tingginya services. Artinya, seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan
kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah dan pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus

Jurnal ARSI/Februari 2016 98


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

dapat dilayani oleh rumah sakit secara mudah, cepat, dipertanggungjawabkan untuk memberikan pelayanan
akurat, bermutu, dengan biaya terjangkau. Disamping itu, keperawatan secara optimal dalam mengatasi kegawatan
arus demokratisasi dan peningkatan supremasi hukum pasien di ruang perawatan intensif.
dengan diberlakukannya undang-undang perlindungan
konsumen menuntut pengelolaan rumah sakit lebih Permasalahan yang ada saat ini adalah ketersediaan tenaga
bertanggung jawab, bermutu dan memperhatikan keperawatan yang memiliki kompetensi dibidang
kepentingan pasien dengan seksama dan hati-hati (Ilyas, keperawatan ICU belum memadai. Hasil evaluasi di 18
2004). rumah sakit di 9 propinsi pusat regional tahun 2007,
didapatkan gambaran berdasarkan pendidikan sebagai
Dengan mengetahui secara baik cara perhitungan beban berikut (D3 keperawatan 79,7% , SPK 14,2% , S1
kerja diharapkan dapat lebih rasional dalam merencanakan Keperawatan 4,5%, diluar S1 Keperawatan 1,6%) . 77%
jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan. Metode Ilyas Rasio perawat dengan pasien tidak sesuai, 22% perawata
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melakukan tindakan tidak sesuai prosedur, 58% perawat
menghitung beban kerja yang akurat dan mudah ICU yang belum mendapatkan pelatihan dan 65%
diterapkan. Perencanaan SDM bukan saja menyangkut perawat bekerja tidak sesuai dengan kemampuan
jumlah tenaga yang dibutuhkan, tetapi juga kompetensi (Kemenkes 2011).
(pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai) SDM yang
dibutuhkan oleh fungsi dan tugas yang harus dilaksanakan Rumah Sakit dr Oen Solo Baru sebagai salah satu
agar organisasi berproduksi sesuai dengan perkembangan penyedia pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi
pengetahuan dan demand konsumen (Ilyas, 2011). rujukan harus dapat memberikan pelayanan intensif yang
profesional dan berkualitas dengan mengedepankan
Perawat, sebagai SDM tenaga kesehatan memberikan keselamatan pasien. Pada Unit Pelayanan Intensif,
kontribusi yang juga besar terhadap pelayanan kesehatan perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan
di rumah sakit dalam hal pelayanan langsung kepada berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin
pasien. Pelayanan keperawatan adalah esensial bagi ilmu yang bekerja sama dalam sebuah tim. Pengembangan
kehidupan dan kesejahteraan pasien oleh karena itu profesi tim multidisiplin yang sangat kuat sangat penting dalam
keperawatan harus akuntabel terhadap kualitas asuhan meningkatkan keselamatan pasien. Selain itu dukungan
yang diberikan. Pengembangan ilmu dan teknologi sarana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam
memungkinkan perawat untuk mendapatkan informasi rangka meningkatkan pelayanan unit pelayanan intensif.
yang dibutuhkan dalam rangka menerapkan asuhan bagi Oleh karena itu, mengingat diperlukan tenaga – tenaga
pasien dengan kebutuhan yang kompleks. Untuk khusus, salah satunya perawat unit pelayanan intensif
menjamin efektifitas asuhan keperawatan pada pasien, maka demi efisiensi, kebutuhan tenaga dan kompetensi
harus tersedia kriteria dalam area praktek yang perawat Unit Pelayanan Intensif perlu dikonsentrasikan.
mengarahkan keperawatan mengambil keputusan dan Jumlah perawat unit pelayanan intensif saat ini berjumlah
melakukan intervensi keperawatan secara aman 38 orang yang difungsikan dalam 3 shift kerja, yaitu pagi
(Kawonal, 2006). jam 07.00 – 14.00, sore jam 14.00 – 21.00, dan malam jam
21.00 – 07.00, dengan 9 orang perawat pada shift pagi, dan
Pelayanan keperawatan UPI merupakan pelayanan 8 perawat pada shift siang, shift malam dan shift pada saat
keperawatanyangsaatinisangatperluuntuk dikembangkandi hari libur. Jumlah bed saat ini adalah 20 bed, dengan dibagi
Indonesia,sejalandenganperkembanganteknologi dibidang 2 wing, yaitu wing utara dan wing selatan. Dari data unit
perawatan intensif. Pelayanan keperawatan UPI bertujuan pelayanan intensif bulan januari 2013 sampai dengan
untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit desember 2013, dengan BOR 78,04 % setiap hari rata –
berat yang membutuhkan terapi intensif dan potensial rata menerima 5 pasien baru dan rata – rata menangani 16
untuk disembuhkan, memberikan asuhan bagi pasien pasien yang dirawat di unit pelayanan intensif.
berpenyakit berat yang memerlukan observasi atau
pengawasan ketat secara terus menerus, untuk mengetahui Penelitian ini ingin mengetahui berapa lama waktu yang
setiap perubahan pada kondisi pasien yang membutuhkan diperlukan oleh perawat unit pelayanan intensif pada
intervensi segera. Kondisi ini membutuhkan perawat yang waktu bekerja dalam melakukan tindakan keperawatan
professional yang memiliki kompetensi di bidang dan non keperawatan, mengetahui beban kerja perhari
perawatan intensif yang bersertifikasi, sehingga dapat perawat unit pelayanan intensif RS dr Oen Solo Baru,

Jurnal ARSI/Februari 2016 99


Antonny H. G., Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan Beban Kerja an Kompetensi di Unit Pelayanan
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Intensif Rumah Sakit Dr. Oen SoloVolume 2 Nomor
Baru Tahun 20152

mengetahui kompetensi perawat Unit Pelayanan Intensif atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang
RS dr Oen Solo Baru dan didapatkannya kebutuhan diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
jumlah perawat yang dibutuhkan oleh unit pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan,
intensif RS dr oen solo baru berdasarkan beban kerja dan berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika dan
kompetensi. etiket keperawatan. Asuhan keperawatan ditujukan untuk
memandirikan dan atau mensejahterakan klien, berikan
TINJAUAN PUSTAKA sesuai dengan karakteristik ruang lingkup keperawatan,
dikelola secara profesional dalam konteks kebutuhan
Menurut Dessler (1997) yang dikutip oleh Soeroso (2003) asuhan keperawatan (Gartinah, 1993).
fungsi dasar yang dijalankan oleh manajemen pada
hakikatnya merupakan dasar dari manajemen sumber Pengertian tentang perawat berdasarkan PPNI 2010
daya manusia. Fungsi dasar manajemen tersebut adalah adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
sebagai berikut. pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar
1. Planning (P) atau perencanaan, yaitu menetapkan negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia,
apa yang harus dilakukan. teregister dan diberi kewenangan untuk melaksanakan
2. Organizing (O) atau pengorganisasian, yaitu praktik keperawatan sesuai dengan peraturan perundang –
penugasan kelompok kerja serta penstafan atau undangan. Perawat dibagi 2:
penyusunan personalia. a. Perawat vokasional adalah seorang yang mempunyai
3. Actuating (A) atau pengarahan yang terdiri atas kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan
kepemimpinan, motivasi, dan manajemen konflik tertentu dibawah supervise langsung maupun tidak
4. Controlling (C) atau pengendalian. langsung oleh Perawat Profesional dengan sebutan
Licensed Vocational Nurse (LVN).
Perencanaan SDM adalah proses estimasi terhadap b. Perawat professional adalah tenaga kerja professional
jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan, dan yang mandiri, bekerja secara otonom dan berkolaborasi
perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan dengan yang lain dan telah menyelesaikan program
kesehatan. Dengan kata lain kita meramalkan atau pendidikan profesi keperawatan, terdiri dari ners
memperkirakan siapa mengerjakan apa, dengan keahlian generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Jika telah
apa, kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Melihat lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh badan
pada pengertian di atas, perencanaan SDM rumah sakit regulatori yang bersifat otonom, selanjutnya disebut
seharusnya berdasarkan fungsi dan beban kerja pelayanan Registered Nurse (RN).
kesehatan yang akan dihadapi dimasa depan. Hal ini
dimaksudkan agar fungsi rumah sakit dapat berjalan Untuk Perawat professional dibagi 3:
dengan baik, maka kompetensi SDM seharusnya sesuai a. Ners adalah seseorang yang telah menyelesaikan
dengan spesifikasi SDM yang dibutuhkan rumah sakit program pendidikan sarjana di tambah dengan
(Ilyas, 2004). pendidikan profesi (Ners).
b. Ners Spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan
Hasil Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 program pendidikan pasca sarjana (S2) dan atau ditambah
mencangkan beberapa konsep pengertian penting antara pendidikanspesialiskeperawatan1.
lain : Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan c. Ners Konsultan adalah orang yang telah menyelesaikan
profesional yang merupakan bagian integral dari program pendidikan pasca sarjana (S3) dan atau
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat ditambah dengan pendidikan spesialis keperawatan 2.
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada Beban kerja tenaga kesehatan didefinisikan sebagai
individu,keluargadanmasyarakat baiksakit maupun sehat banyaknya jenis perkerjaan yang harus diselesaikan oleh
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. tenaga kesehatan dalam waktu satu tahun dalam
Pelayanan keperawatan merupakan bantuan, diberikan organisasi/pelayanankesehatan (Ilyas,20011dan Kementrian
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan Kesehatan, 2004).
pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
secara mandiri. Asuhan keperawatan adalah suatu proses menghitung beban kerja, yaitu:

Jurnal ARSI/Februari 2016 100


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

1. Metode Work sampling merupakan suatu teknik 1. Waktu Standar


hitung beban kerja yang digunakan untuk menghitung
besarnya beban kerja yang didapatkan dalam suatu Menurut ILO (1983), waktu standar adalah jumlah
unit, bidang atau instalasi tertentu. Dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
menggunakan work sampling, didapatkan gambaran pekerjaan menurut prestasi standar, yaitu isi kerja,
kegiatan seperti berikut: Jenis aktivitas yang dilakukan kelonggaran untuk hal-hal tak teduga karena kelambatan,
selama jam kerja ; Kaitan aktivitas tenaga kesehatan waktukosongdankelonggaran gangguan , bila terjadi.
berkaitan dengan fungsi dan tugasnya dalam waktu
jam kerja ; Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk Ketentuan dari Departemen Tenaga Kerja (2003),
melakukan kegiatan produktif dan tidak produktif ; sesuai dengan Undang-undang No. 13 Tahun 2003
Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan Tentang Tenaga Kerja, untuk yang bertugas selama 7
schedule jam kerja jam sehari dan 40 jam perminggu adalah 6 hari kerja
2. Metode Time and Motion Study merupakan teknik dalam seminggu, sedangkan yang bertugas selama 8
perhitungan beban kerja dengan memperhatikan jam perhari dan 40 jam perminggu adalah 5 hari kerja
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh sampel. dalam seminggu. Setiap melaksanakan pekerjaan 4
Kelebihan teknik ini adalah kita mampu sekaligus jam terus menerus pekerja mendapatkan waktu
menilai kualitas kinerja dari sampel sambil istirahat selama 30 menit. Ketentuan ini telah
menghitung beban kerjanya (Ilyas, 2011) merupakan ditetapkan oleh Pemerintah dalam Undang-Undang
tehnik untuk mengumpulkan informasi aktifitas kerja No.13 Tahun 2003, Pasal 77.
dimana pengamatan dilakukan secara terus menerus
terhadap setiap jenis kegiatan perawat dan dicatat 2. WaktuProduktif
secara terperinci serta dihitung lamanya waktu untuk
melakukan suatu tugas tertentu. Idealnya satu Menurut ILO (1975) yang dianggap ruang lingkup waktu
pengamat mengamati satu subjek. Itu sebabnya produktifdantidakproduktifadalahsebagaiberikut:
penelitian ini tak bisa untuk subjek yang besar/banyak a. WaktuProduktif
jumlahnya (Finkler, S, 2000). 1. Waktu kerja dasar, yaitu waktu kerja minimum
3. Metode Daily Log merupakan bentuk dari work mutlak yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sampling yang lebih sederhana, karena memberikan suatu kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
kesempatan kepada sampel untuk menuliskan sendiri perencanaan dan tidak dapat diperkecil ataupun
kegiatan dan waktu yang dihabiskan dalam melakukan diperbesar. Secara teoritis waktu kerja ini dapat
pekerjaannya. Teknik ini sangat bergantung kepada dikemukakan namun dalam kenyataannya
kejujuran sampel. Sebagai tahapan, peneliti membuat dilapangan hampir tidak pernah terjadi, bahkan
terlebih dahulu pedoman dan formulir isian untuk para diperlukanwaktutambahan.
sampel. Penjelasan dasar mengenai cara pengisisan 2. Waktu kerja tambahan yaitu, waktu yang
formulir harus dilakukan oleh peneliti terlebih dahulu dibutuhkan karena adanya kelemahan dalam
sebelum sampel dibolehkan untuk mulai mengisinya peraturan, termasuk kelemahan metode, tidak
sendiri. Yang diutamakan dalam penelitian ini adalah adanyaprosedurdanlainlain.
kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan (Ilyas, 2011).
Data yangtelah didapatkan dari para sampel kemudian b. Waktu Kerja Non Produktif
diolah untuk menghasilkan analisa mengenai beban
kerja tertinggi dan jenis pekerjaan yang membutuhkan Waktu kerja yang terbuang, yang menyebabkan
waktu terbanyak. terhentinya suatu proses atau operasional
kegiatan, akibatnya:
Menurut ILO ( International Labour Office, 1983), 1. Kelemahan pimpinan dalam menjalankan
pengukurankerjaadalahpenerapan teknikyangdirencanakan fungsimanajemensepertidalamperencanaan,
untuk menetapkan waktu bagi pekerja yang memenuhi pelaksanaandanpengawasan.
syarat untukmenyelesaikan pekerjaan tertentu padatingkat 2. Sikap pekerja yang kurang baik, tidak
prestasi yang telah ditetapkan. Adapun berbagai macam masuk kerja, terlambat datang, ngobrol,
waktu yang digunakan dalam pengukuran kerja adalah: aktifitas rendah dan sebagainya.

Jurnal ARSI/Februari 2016 101


Antonny H. G., Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan Beban Kerja an Kompetensi di Unit Pelayanan
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume
Intensif Rumah Sakit Dr. Oen Solo 2 Nomor
Baru Tahun 2
2015

Lawlor (1998) membagi waktu kerja dalam Productive 3. Formula Intensive Care Unit
Work (pekerjaan produktif), Ancillary Work (pekerjaan Untuk Penghitungan pada instalasi ICU, pada
pendukung), Idle Work (waktu menggangur) dan Lost prinsipnya memperhatikan julah tempat tidur yang
Time (waktu yang hilang). Menurut ILO (1983) bahwa digunakan oleh pasien setiap harinya, angka sensus
para pekerja tidak dapat terus menerus bekerja, tetapi ada harian pada ICU menentukan tingkat beban kerja pada
kelonggaran yang diperbolehkan untuk mengadakan instalasi ini. Dengan mengetahui waktu asuhan
interupsi di dalam jam kerja sebesar 15% dari waktu kerja keperawatan dan nilai sensus harian maka kita dapat
yang seharusnya. Angka tersebut diperoleh dari rata-rata menggunakan formula untuk menghitung tenaga pada
perkenaan tetap untuk keletihandasar dan keletihan pribadi ICU.
sebesar 10% serta perkenaan penundaan untuk hal-hal
yang tidak terduga sebesar 5%. Dengan demikian, waktu Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
kerja produktif adalah sebesar 85% yang diperoleh dari “judgement”/pertimbangan yang terintegrasi yang harus
total waktu kerja 100%. Ilyas (2004), menyatakan bahwa dimiliki/dipersyaratkan untuk melakukan tindakan secara
waktu kerja produktif yang optimum berkisar sekitar 80% aman dalam lingkup keperawatan individu. Kompetensi
dari total waktu yang tersedia, karena tidak mungkin sumber daya manusia diidentifikasi dari pengetahuan,
mengharapkan pekerja bekerja secara maksimum. ketrampilan, dan sikap sebagai landasan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Terdapat perbedaan
Terdapat banyak metode ataupun formula untuk substansial antara pengetahuan dan ketrampilan. Konsep
menganalisa kebutuhan tenaga. Pada dasarnya metode- pengetahuan lebih berorientasi pada intelejensi, daya pikir,
metode yang telah dikembangkan untuk menghitung dan pengetahuan ilmu serta luas sempitnya wawasan yang
tenaga rumah sakit berakar pada beban kerja personel: dimiliki seseorang.

1. Metode WISN (Workload Indicator of Staf Need) Ilyas (2011) dan Aditama (2007) menyatakan bahwa
Metode ini biasanya digunakan untuk menghitung perencanaan sumber daya manusia harus juga
jumlah kebutuhan tenaga dalam skala yang besar, berdasarkan soft skill yang nantinya harus seimbang
misalnya di kantor dinas kesehatan dan rumah sakit dengan jumlah. Perencanaan sumber daya manusia yang
tingkat propinsi, kabupaten/kota dan telah disahkan dimaksudkan, yaitu:
melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.81/
MenKes/SK/2004 (Kementrian Kesehatan, 2004). 1. Skill inventory
Metode ini mudah diterapkan secara teknis dan Skill inventory adalah data rinci yang mencakup
sifatnya holistik. Adapun kelemahan metode WISN penjelasan terkait semua karyawan yang dimiliki
menurut Depatemen Kesehatan adalah sangat dalam suatu organisasi.
mengandalkan kelengkapan pencatatan data karena 2. Job analysis
akan digunakan sebagai dasar untuk input data yang Job analysis adalah uraian dari tugas dan tanggung
selanjutnya akan menentukan besaran jumlah hasil jawab dari masing- masing pekerjaan personel,
penghitungan kebutuhan ketenagaan. mencakup juga karakteristik pribadi yang diperlukan
dan sesuai dengan jabatan atau kedudukan untuk
2. Metode Ilyas mampu memberikan prestasi yang optimal.
Dalam perkembangannya, metode Ilyas dikenal 3. Replacement chart
sebagai metode perhitungan beban kerja yang relatif Replacementchartadalahdiagramyang menggambarkan
cepat dengan keakuratan yang tinggi sehingga mampu personel dalam suatu organisasi berikut jabatan yang
menghasilkan informasi yang akurat untuk dijadikan diembannya termasuk juga proyeksi ke depan
dasar dari pengambilan keputusan manajemen (Ilyas, personel tertentu untuk antisipasi kemungkinan
2011). Dasardari metodeini adalah melaui pendekatan penggantian posisi untuk jabatan tersebut.
demand, yang maksudnya adalah metode ini 4. Expert forecast
digunakan untuk menghitung beban kerja berdasarkan Expert forecast adalah ramalan oleh ahli dengan
kepada permintaan atas dihasilkannya suatu beberapa teknik tertentu (misalnya 3 steps of Delphi
produk/unit yang dibutuhkan. Dengan kata lain, beban Technique).
kerja secara spesifik tergantung kepada transaksi bisnis
yang dilakukan setiap unit kerja.

Jurnal ARSI/Februari 2016 102


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

Berdasarkan PPNI 2010, standar kompetensi perawat Standar Pelayanan Keperawatan ICU di Rumah Sakit
merefleksika atas kompetensi yang diharapkan dimiliki berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh Kemenkes
oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan tahun 2011, kualifikasi perawat yang bertugas di ICU:
keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut a. Perawat pelaksana: Minimal D3 keperawatan,
harus ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku pada memiliki sertifikat pelatihan ICU, dengan pengalaman
sektor industry kesehatan di negara lain serta dapat berlaku klinik minimal 2 tahun di lingkup keperawatan.
secara internasional. b. Ketua Tim (Penanggung Jawab Shift): Minimal D3
Keperawatan, dengan pengalaman kerja di ICU
Standar kompetensi disusun dengan tujuan: minimal 3 tahun, memiliki sertifikat ICU dan sertifikat
a. Bagi lembaga pendidikan dan pelatihan keperawatan: pelatihan tambahan.
- Memberikan informasi dan acuan pengembangan c. Perawat Kepala Ruangan ICU Primer dan Sekunder:
programdankurikulum pendidikan keperawatan. Ners dengan pengalaman sebagai ketua Tim ICU
- Memberikan informasi dan acuan pengembangan minimal 3 tahun dan memiliki sertifikat manajemen
program dan kurikulum pelatihan keperawatan. keperawatan. ICU Tersier: minimal Ners atau S2
b. Bagi dunia usaha/industri kesehatan dan pengguna, keperawatan, memiliki pengalaman sebagai ketua tim
sebagai acuan dalam: ICU minimal 3 tahun dan memliki sertifikat
- Penetapan uraian tugas bagi tenaga keperawatan. manajemen keperawatan, serta sertifikat ICU.
- Rekruitmen tenaga perawat.
- Penilaian untuk kerja. Semua perawat yang memberikan pelayanan/asuhan
- Pengembangan program pelatihan yang spesifik. keperawatan di ICU mempunyai SIP, SIK dan sertifikat
c. Bagi institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi pelatihan yang berkaitan dengan ICU.
perawat: Rasio perawat setiap jaga (shift)
a. Rasio perawat dan pasien pelayanan ICU Primer
Adapun acuan dalam merumuskan paket-paket program adalah 1 perawat : 2-3 pasien
sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan jenis-jenis b. Rasio perawat dan pasien pelayanan ICU sekunder
pelayanan UPI berdasarkan Kemenkes tahun 2011, dapat adalah 1 perawat : 1-2 pasien
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu: c. Rasio perawat dan pasien pelayanan ICU tersier adalah
1. ICU Primer 1-2 perawat : 1 pasien
Ruang Perawatan Intensif primer memberikan
pelavanan pada pasien yang memerlukan perawatan METODE PENELITIAN
ketat (high care). Ruang Perawatan Intensif mampu
melakukan resrnitasi jantung paru dan memberikan Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif
ventilasi banfu 24 – 48 jam. kualitatif dengan menggunakan Time and Motion Study,
2. ICU Sekunder dimanaaktifitas 7perawat intensif yangdipilihberdasarkan
Pelayanan ICU sekunder pelayanan yang khusus jenis kelamin (1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan),
mampu memberikan ventilasi bantu lebih lama, pengalaman kerja (1 orang <5 tahun dan 1  5 tahun), yang
mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak mewakili hari senin sampai minggu. Perawat Unit
terlalu kompleks. Pelayanan Intensif diamati dan diteliti (crossectional) di
3. ICU Tersier ketiga shift, yaitu shift pagi 07.00 - 14.00 WIB, shift siang
Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua 14.00 - 21.00 WIB, dan shift malam 21.00 – 07.00 WIB.
aspek perawatan intensif, mampu memberikan Penelitian dilakukan selama2 bulan yaitu bulan April 2015
pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan atau dan Mei 2015. Masing-masing jenis kegiatan di ruang
bantuan hidup multi sistem yang kompleks dalam intensif diamati. Hasil pengamatan dalam satuan (menit)
jangka waktu yang tidak terbatas serta mampu kemudian digunakan untuk menghitung kebutuhan
melakukan bantuan renal ekstrakorporal dan perawat dengan Formula Unit Pelayanan Intensif.
pemantauan kardiovaskuler invasif dalarn jangka Selanjutkan disesuaikan dengan data kepegawaian
waktu yang terbatas perawat di unit pelayanan intensif.

Jurnal ARSI/Februari 2016 103


Antonny H. G., Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan Beban Kerja an Kompetensi di Unit Pelayanan
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume
Intensif Rumah Sakit Dr. Oen Solo 2 Nomor
Baru Tahun 2
2015

Pengukuran menggunakan Time and Motion Study Formula Unit Pelayanan Intenisf oleh Ilyas, yaitu
menjadi pilihan karena kegiatan di ruang intensif proses menghitung jumlah kebutuhan tenaga
cenderung homogen, sehingga variasi dalam setiap kesehatan berdasarkan volume transaction dan time
tahapan cenderung minimal. Selanjutnya, wawancara transaction.
mendalam dilakukan untuk mengkaji lebih dalam
kebutuhan perawat terkait kompetensi kerja (pengetahuan, 3. Analisis matriks dari ketiga narasumber untuk
ketrampilan, dan sikap) kepada 3 orang responden di unit menyimpulkan kebutuhan tenaga keperawatan yang
pelayanan intensif yang dipilih secara purposing sampling dibutuhkan oleh unit pelayanan intensif terkait dengan
berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan lamanya pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
narasumber bekerja di RS dr Oen Solo Baru. Responden
tersebut adalah kepala UPI, kepala perawat UPI, HASIL DAN PEMBAHASAN
Penanggung Jawab Pelayanan Medis UPI. Hasil dari
wawancara mendalam tersebut disajikan dalam bentuk Hasil
matriks.
Data karakteristik perawat di unit pelayanan intensif
Tenaga pengamat dalam penelitian adalah peneliti sendiri disajikan pada tabel 1. Berdasarkan data karakteristik yang
(berjumlah 1 orang). Adapun instrumen yang digunakan diperoleh, dapat diketahui bahwa berdasarkan jenis
dalam penelitian ini antara lain: kelamin, 84,21% (32 orang) tenaga perawat Unit
1. Formulir pengamatan dengan teknik Time and Motion Pelayanan Intensif adalah perempuan dan 15,79% (6
Study orang) adalah laki laki. Berdasarkan pengalaman kerja
2. Stopwatch yang dilihat dari lamanya bekerja di RS dr Oen Solo Baru,
3. Alat perekam suara diketahui bahwa,10,52% (4 orang) baru bekerja kurang
4. Alat tulis berupa log book dan pensil dari 5 tahun, sedangkan sisanya sebesar 89,48% ( 34
orang) telah berkerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan
Setelah semua data terkumpul, dilakukan rekapitulasi data- pendidikan, 100% (38 orang) adalah lulusan D III
data di Unit Pelayanan Intensif RS drOenSolo Baru terkait Keperawatan. Berdasarkan pendidikan non formil ,
dengan gambaran karakteristik tenaga kesehatan, hari diketahui bahwa, 71,05% (27 orang) mengikuti pelatihan
kerja, dan waktu kerja. Analisis kebutuhan tenaga perawat kompetensi BHD, 26,31% (10 orang) mengikuti pelatihan
Unit Pelayanan Intensif RS dr oen Solo Baru kemudian kompetensi ICU Dasar, 26,31% (10 orang) mengikuti
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: pelatihan kompetensi ACLS, 18,42%(7 orang)mengikuti
pelatihan kompetensi Kardiologi Dasar, 2,63% (1 orang)
1. Perhitungan proporsi kegiatan setiap perawat di shift mengikuti pelatihan kompetensi BACLS, 5,26% (2
pagi, siang, dan malam. orang) mengikuti pelatihan kompetensi Mini ICU, 5,26%
a. Dari hasil pengamatan tercantum dalam formulir (2 orang) mengikuti pelatihan kompetensi EKG, 2,63% (1
Time and Motion Study, kegiatan perawat orang) mengikuti pelatihan kompetensi PPGD, 10,52% (4
kemudian dikategorikan menjadikan kegiatan orang) mengikuti pelatihan kompetensi Ventilasi
produktif dan non produktif di shift pagi, shift siang Mekanik, 2,63% (1 orang) mengikuti pelatihan
dan shift malam. kompetensi PICU Dasar, 5,26% (2 orang) mengikuti
b. Penyajian data setiap kegiatan yang terjadi di Unit pelatihan kompetensi Terapi Cairan .
Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru dalam
bentuk tabel Prosedur masuk Unit Pelayanan Intensif : pasien yang
c. Penyajian data dalam bentuk tabulasi terkait beban masuk Unit Pelayanan Intensif dikirim oleh dokter disiplin
kerja yang diterima oleh tenaga perawat selama lain diluar Unit Pelayanan Intensif maupun oleh dokter
melakukan kegiatan. jaga Unit Pelayanan Intensif yang saat itu waktu bertugas.
Pasien dikirim dari Instalasi Gawat Darurat, ruang rawat
2. Menghitung jumlah kebutuhan perawat yang dibutuhkan inap, dan kamar operasi RS dr Oen Solo Baru.
oleh Unit Pelayanan Intensif. Untuk melakukan Transportasi pasien ke Unit Pelayanan Intensif masih
perhitungan jumlah perawat, hasil pengamatan yang dalam tanggung jawab dokter pengirim. Transportasi di
dilakukan dengan menggunakan penedekatan Time bantu perawat dari ruangan tempat mengirim pasien.
and Motion Study dijadikan dasar perhitungan Sebelum masuk Unit Pelayanan Intensif, Pasien dan atau

Jurnal ARSI/Februari 2016 104


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

keluarga telah diberi penjelasan tentang indikasi masuk Dari hasil perhitungan, didapati total hari kerja efektif
ICU, tata tertib ICU, biaya dan segala konsekuensinya perawat Unit Pelayanan intensif sebesar 253,25 hari/tahun
dengan menandatangani informed consent (surat . Selanjutnya setiap variabel dimasukan dalam Metode
persetujuan). Ilyas untuk menghitung beban kerja dan dapat dihitung
kebutuhan jumlah perawat Unit Pelayanan Intensif RS dr
Indikasi masuk Unit Pelayanan Intensif : Seperti Oen Solo Baru dengan FormulaIntensiveCareUnit, yaitu:
dikemukakandalam definisi Unit Pelayanan Intensif maka
indikasi masuk Unit Pelayanan Intensif adalah pasien yang 1) Menghitung jumlah perawatan perhari / sensus
dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu karena harian
kegagalan atau disfungsi satu/ multiple organ atau system
dan masih ada kemungkinan dapat di sembuhkan kembali Data BOR Unit Pelayanan Intensif bulan April dan
oleh perawatan, pemantauan dan pengobatan intensif. Mei 2015 disajikan pada tabel 5. Berdasarkan data
Selain itu indikasi masuk Unit Pelayanan Intensif ada yang diperoleh, jumlah TT di ruang Unit Pelayanan
indikasi sosial yaitu masuknya pasien ke Unit Pelayanan Intensif adalah 20 TT. Dari perhitungan diatas,
Intensif karena ada pertimbangan sosial. didapatkan jumlah perawatan yang dibutuhkan
perawat Unit Pelayanan intensif perhari adalah =
Kriteria keluar Unit Pelayaan Intensif: pasien tidak perlu 60,42% x 20 = 12.08.
lagi mendapat perawatan di Unit Pelayanan Intensif bila
meninggal, tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa 2) Menentukan Jumlah Perawat Unit Pelayanan
sehingga bias dirawat di ruang biasa dan atas permintaan Intensif yang dibutuhkan dengan Formula Unit
keluarga bila ada informed consent khusus dari pasien atau Intensive Care Ilyas
keluarga pasien. ( dengan memperhatikan hubungan
pasien dengan yang mengajukan pulang paksa dan diberi Berdasarkan perhitungan, didapatkan hasil bahwa
informasi tentang resiko dari keputusan pasien atau jumlah perawat pada Unit Pelayanan Intensif yang
keluarga). dibutuhkan ialah sebanyak 51 orang (perhitungan
disajikan pada tabel 6).
Data proporsi waktu produktif dan non produktif sampel
disajikan pada tabel 2. Berdasarkan data yang diperoleh, Dalam proses menggali informasi, peneliti melakukan
total waktu yang dihabiskan oleh perawat Unit Pelayanan wawancara mendalam (sesuai dengan panduan depth
Intensif RS dr Oen Solo Baru dalam 7 shift adalah sebesar interview yang ada), setelah pendekatan kuantitatif berupa
3542 menit dengan waktu produktif sebanyak 2889 menit penghitungan jumlah perawat yang dibutuhkan di Unit
atau sebesar 81.56% dan non produktif sebanyak 653 Pelayanan Intnesif RS dr Oen Solo Baru selesai dilakukan.
menit atau sebesar 18.44 % ( perbandingan antara waktu Adapun informan yang dipilih oleh peneliti adalah Kepala
produktif dan non produktif adalah 4,42 : 1 ). Diketahui Bagian Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru;
pula dari tabel bahwa rata – rata waktu kegiatan produktif yang merupakan dokter umum, Kepala Perawat Unit
masing – masing responden adalah sebesar 412,71 menit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru, dan Kepala
atau 6,88 jam dan kegiatan non produktif adalah sebesar Bidang Keperawatan RS dr Oen Solo Baru. Rangkuman
93,29 menit atau 1,55 jam. alokasi waktu wawancara mendalam untuk masing-
masing informan disajikan pada tabel 7.
Data proporsi jumlah kegiatan produktif dan non produktif
sampel disajikan pada tabel 3. Berdasarkan data yang Dalam pelaksanaan wawancara mendalam, peneliti tidak
diperoleh, diketahui bahwa rata-rata jumlah kegiatan menemui kesulitan untuk menemukan waktu yang sesuai
produktif masing responden selama 7 shift adalah sebesar untuk bisa melakukan wawancara dengan ketiga
152 kegiatan atau 73, 43 % dari total kegiatan dan jumlah informan. Wawancara dapat dilakukan tanpa menganggu
kegiatan non produktif adalah sebesar 55 kegiatan atau aktivitas ketiga informan yang padat, dan dapat berjalan
26,57 % dari total kegiatan. dengan baik karena sudah melakukan perjanjian dari jauh
hari.
Jumlah hari pelayanan Unit Pelayanan Intensif adalah 365 1. Pengetahuan Seputar Pekerjaan
hari, tiap hari terdapat 3 shift kerja. Hasil perhitungan total Dari pernyataan para informan tersebut dapat disimpulkan
hari kerja efektif perawat pertahun disajikan pada tabel 4. pendidikan formal minimal D3 keperawatan dan

Jurnal ARSI/Februari 2016 105


Antonny H. G., Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan Beban Kerja an Kompetensi di Unit Pelayanan
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Intensif Rumah Sakit Dr. Oen SoloVolume 2 Nomor
Baru Tahun 20152

pendidikan non formal Bantuan Hidup Dasar dan oleh Kepala Keperawatan Unit Pelayanan Intensif pada
Pelatihan ICU merupakan faktor yang penting di Unit awal penelitian. Hal ini menurut peneliti terjadi karena jam
Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru dan secara kerja perawat melebihi batas yang telah ditetapkan,
pengetahuan perawat Unit Pelayanan Intensif RS dr sehingga perawat yang sudah bisa pulang tetapi tidak bisa,
oen Solo Baru belum cukup dikarenakan belum dikarenakan masih melakukan tindakan keperawatan.
semua mengikuti pelatihan yang diharuskan dan Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
sekarang memfokuskan ke patient safety. Transmigrasi No. 102 / MEN / VI / 2004 Tentang Waktu
Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur, waktu lembur
2. Keterampilan didefinisikan sebagai waktu kerja yang melebihi 7 jam
Menurut ketiga informan, kegiatan pelayanan Unit sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja dalam
Pelayanan Intensifsampai saat ini sudahberjalan engan seminggu, dengan demikian jam kerja yang dibebankan
baik. Menurut informan AS dikarenakan sebagian kepada perawat unit pelayanan intensif telah melewati
besar perawat Unit Pelayanan Intensif sudah berkerja batas maksimum untuk pekerja dengan 6 hari kerja. Untuk
lebih dari 5 tahun, selain itu adanya program pelatihan itu, diketahui bahwa waktu kerja perawat unit pelayanan
eksternal dan internal secara berkala untuk meningkatkan intensif yang mencapai 6,88 jam telah melewati batas
dan mengingatkan kembali keterampilan yang sudah waktu kerja normal. Lebih lanjut dalam pasal 4 ayat 1
ada. Dalam pembagian tugas perawat unit pelayanan dalam keputusan yang sama dijelaskan bahwa ada
intensif di atur berdasarkan ketrampilan, yang kewajiban bagi pengusaha untuk membayar lembur para
dianggap keterampilan tinggi adalah yang memiliki tenaga kerjanya yang bekerja melebihi waktu kerja. Untuk
lama kerja yang lebih lama. Selain itu sistem kerja itu peneliti mempertimbangkan akan adanya kebutuhan
dalam bentuk tim.Perpaduan anggota dalam tim diatur pemberian bonus atau tambahan kepada para perawat
semikian rupa agar pelayanan operasi dapat berjalan dengan tujuan mempertahankan performa atau
optimal. memberikan pelayanan perawatan maksimal dalam Unit
Pelayanan Intensif.
3. Sikap
Dari pernyataan diatas sikap perawat berdampak besar Berdasarkan pengamatan peneliti, perawat lebih bekerja
dalam terutama hubungan perawat dengan pasien, kurang efisien, banyak melakukan tindakan keperawatan
selanjutnya dengan rekan sekerjanya, atasannya, dan untuk menulis status. Untuk 1 pasien, perawat bisa menulis
dokter. Karena itu perawat juga diharapkan untuk status keperawatan hingga 2 kali di kertas yang berbeda.
selalu menjalin hubungan yang baik. Hubungan Berdasarkan pengalaman peneliti pada waktu melakukan
perilaku yang baik dengan pasien dan perawat yang kunjungan ICU di RS Mount Novena Singapore pada
lain dalam tim memberikan dampak yang baik pula tanggal 9 November 2013 dan ICU di Bangkok Hospital
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Thailand pada tanggal 17 April 2015, kedua RS ini
menerapkan sistem e-status yangmemungkinkan perawat
Pembahasan untuk menginput data 1 kali dengan hasil yang lebih efisien
dan data pasien lebih rapi. Tetapi untuk melaksanakan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan dipastikan butuh dana yang cukup banyak.
sebelumnya, diketahui bahwa proporsi waktu produktif
yang dihabiskan responden dalam 7 shift adalah sebesar Dengan menggunakan formula intensive care Yaslis
81,56 %. Hal ini mengindikasikan bahwa perawat unit didapatkan tenaga perawat intensif yang dibutuhkan oleh
pelayanan intensif RS dr Oen Solo Baru telah berdasarkan Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru sebanyak 51
waktu melewati titik optimum karena telah melewati 80% orang. Peneliti memilih formulaintensive care karena pada
(Ilyas 2011). Untuk itu menurut peneliti perlu ICU kondisi pasien relatif homogen, critical care, yang
dipertimbangkan perekrutan tenaga kerja baru. membutuhkan waktu keperawatan relatif sama (Ilyas,
2013).. Berdasarkan panduan yang dikeluarkan Direktorat
Berdasarkan pembagian waktu produktif dan non Bina Pelayanan Keperawatan & Keteknisan Medik pada
produktif yang telah dijabarkan dalam hasil penelitian, tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Keperawatan
diketahui bahwa beban kerja yang dimiliki oleh perawat di ICU di Rumah Sakit bahwa Unit Pelayanan Intensif RS dr
Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru cenderung Oen Solo Baru termasuk dalam kategori ICU primer.
tinggi. Hal ini sejalan dengan informasi yang diberikan Peneliti melihat bahwa Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen

Jurnal ARSI/Februari 2016 106


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

Solo Baru sudah mengarah ke kategori ICU sekunder, hal terlihat sebagian besar perawat Unit Pelayanan Intensif RS
ini dibenarkan oleh pernyataan Kepala Unit Pelayanan dr Oen Solo Baru telah bekerja lebih dari 5 tahun. Dari
Intensif dan Kepala Perawat Unit Pelayanan Intensif. pernyataan para informan tersebut didapatkan pendidikan
Sehingga untuk memaksimalkan pelayanan terhadap terutama pendidikan formal D3 keperawatan dan sudah
pasien, rasio perawat dan pasien harus mengacu ke pernah bekerja di ruangan lain, serta pendidikan informal
pelayanan ICU sekunder yang mana rasio pelayanan ICU seperti BHD dan ICU merupakan standar dasar yang
sekunder adalah 1 perawat: 1-2 pasien, dengan jumlah 20 sangat diperhatikan di Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen
tempat tidur, kebutuhan perawat adalah tiap shift Solo Baru. Sebenarnya menjadi salah satu tugas bagian
berjumlah 10-20 orang tiap shiftnya, karena sehari ada 3 pendidikan dan pelatihan di suatu instansi untuk bisa
shift dibutuhkan 4 team perawat dalam sehari, dengan memberikan pengembangan karyawan melalui berbagai
asumsi 3 tim bertugas dalam sehari 1 tim cuti, jadi perawat pendidikan dan pelatihan yang nantinya akan memperkaya
yang dibutuhkan sebanyak 40-60 orang. Sedangkan pengetahuan menuju pengembangan karyawan yang
dalam Intensive Care Society menetapkan bahwa rasio nantinya akan menjadi investasi yang tidak ternilai dari
pelayanan ICU adalah 1 perawat: 1 pasien. Tenaga yang instansi tersebut. (Nurhalis, 2007). Bagian pendidikan dan
tersedia di Unit Pelayanan Intensif sekarang berjumlah 38 pelatihan RS dr Oen Solo Baru sudah menjalankan fungsi
orang, jadi berdasrkaan formula intensive care didapat pendidikannya dengan memberikan wadah yang cukup
kekurangan tenaga sebanyak 13 orang. Peneliti sendiri untuk setiap tenaga manusianya dalam pengembangan
akan memilih untuk menambah tenaga kerja perawat, kemampuan dan pengetahuan dengan melakukan
dengan pertimbangan murni hanya kepada analisa beban pelatihan internal dan eksternal, walaupun ada beberapa
kerja (peneliti tidak mempertimbangkan cost and benefit di kendala dalam melaksanakan pelatihan eksternal seperti
rumah sakit apabila dilakukan penambahan tenaga kerja waktu yang tidak jelas oleh pihak penyelenggara, dan
baru atau membandingkan antara pemberian insentif seringnya penuh waktu akan mendaftarkan perawat.
dengan penambahan tenaga kerja baru). Sebelum Menurut Hasibuan (2007), pendidikan berhubungan
dilakukan penambahan tenaga kerja baru, pihak dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman
manajemen rumah sakit memperhatikan anggaran dan atas lingkungan secara menyeluruh. Menurut peneliti,
prioritas rumah sakit. Pemenuhan tenaga kesehatan di pendidikan dan pelatihan merupakan usaha yang harus
rumah sakit juga harus dilakukan secara berkesinambungan dimiliki oleh setiap orang dalam mengembangkan potensi
berdasarkan kepada perubahan pola demand pasien dan dirinya. Jadi perawat Unit Pelayanan Intensif sudah
juga situasi internal rumah sakit, terutama keuangan. Tidak semestinya juga mengembangkan dirinya sendiri dengan
selalu kekurangan perawat diikuti dengan rekruitmen mengikuti pendidikan dan pelatihan di luar walaupun
tenaga baru karena kebijakan untuk memenuhi dengan biaya sendiri. Terpenuhinya sarana pendidikan dan
kekurangan tenaga perawat dilakukan secara bertahap dan kesadaran akan kebutuhan pendidikan yang dimiliki oleh
disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Tujuannya Kepala Perawat Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo
adalah agar keseimbangan antara anggaran belanja barang Baru, menurut peneliti adalah sebuah langkah yang baik
dan pegawai dapat tercapai. Karena itulah, tidak ada ada untuk menjadikan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
salahnya jika rumah sakit memiliki tenaga kesehatan yang diberikan dan juga meningkatkan produktivitas tenaga
sifatnya belum tetap/kontrak (Sriwastuti dalam Andini manusianya. Sesuai dengan hasil penelitian yang
2013). dilakukan oleh Nurhalis (2007) terhadap kinerja pegawai
dan karyawan badan Diklat Provinsi Nanggroe Aceh
Untuk Analisa Hasil Wawancara Mendalam pada Faktor Darussalam, pendidikan dan pelatihan secara bersama-
Pengetahuan, Informasi yang ingin didapatkan dalam sama merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
wawancara mendalam dalam faktor pengetahuan ini produktivitas kinerja para pegawainya. Hal ini pun sesuai
bertujuan untuk menggali kebutuhan tenaga perawat dengan penelitian yang dilakukan oleh Niven (2002)
terkait pendidikan di Unit Pelayanan Intensif menurut dalam Goel (2002), yangmenyebutkan bahwapendidikan
ketiga informan tersebut. Pengetahuan yang dimaksud merupakan satu dari lima faktor yang meningkatkan
peneliti adalah pendidikan yang didapatkan oleh perawat kinerja, sepanjang pendidikan merupakan satu dari lima
Unit Pelayanan Intensif baik secara formal maupun faktor yang meningkatkan kinerja, sepanjang pendidikan
informal terkait dengan pelayanan unit pelayanan intensif. tersebut merupakan pendidikan yang bersifat aktif (berasal
Saat ini perawat Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo dari penggunaan buku-buku, informasi dan keaktifan
Baru seluruhnya adalah lulusan DIII Keperawatan. Dapat mencari informasi). Dalam penerapannya di Unit

Jurnal ARSI/Februari 2016 107


Antonny H. G., Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan Beban Kerja an Kompetensi di Unit Pelayanan
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume
Intensif Rumah Sakit Dr. Oen Solo 2 Nomor
Baru Tahun 2
2015

Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru, pendidikan ini dikatakan para responden bahwa keterampilan perawat
juga bisa didapatkan dari pelatihan eksternal dan pelatihan Unit Pelayanan Intensif yang diperlukan adalah
internal tentang prosedur pelaksanaan perawatan terhadap keterampilan tentang bantuan hidup dasar,ICU, bisa
pasien di Unit Pelayanan Intensif yang dilakukan secara menggunakan alat elektromedik yang tersedia. Hal ini
berkala, seperti standar operasional perawatan terhadap sesuai dengan Standar pelayanan perawat Unit Pelayanan
pasien, teknologi alat medis, komputer, dan lain–lain. Intensif menurut Kementrian Kesehatan (2011) bahwa
Menurut peneliti sendiri, pendidikan akan menghasilkan perawat Unit Pelayanan Intensif minimal D3 Keperawatan,
pengetahuan yang lebih luas akan suatu hal, sehingga memiliki sertifikat pelatihan ICU, dengan pengalaman klinik
makin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, minimal2tahundilingkup keperawatan.Menurutresponden
akan memberikan pandangan yang lebih luas pula, baik juga bahwa keterampilan dapat diperoleh dengan sering
secara positif maupun negatif. Semakin tinggi pendidikan berlatih dan pengalaman dalam bekerja seperti yang
yang dimiliki oleh seseorang, maka akan semakin baik dikatakan oleh Sulistiani dalam Yanty Sari (2005) bahwa
penilainnya akan sesuatu atas dasar keilmuan yang ketrampilan adalah kemampuan operasional bidang
dimilikinya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh tertentu dan diperoleh dari proses belajar dan berlatih. Dan
Krisna (2012) yang lebih lanjut menyatakan bahwa seperti yang dikatakan Rahmika Putri (2009) Faktor
pendidikan sangat mempengaruhi produktifitas tenaga pelatihan sangat mempengaruhi kompetensi perawat.
kerja karena memiliki kemampuan intelektual yang lebih
tinggi.Dari adanya perbedaan kebutuhan akan pendidikan Untuk Faktor Sikap Menurut ketiga responden, perawat
yang sebaiknya dimiliki oleh perawat menurut ketiga Unit Pelayanan Intensif memiliki sikap yang baik terutama
responden, peneliti mengambil kesimpulan bahwa ketiga terhadap pasien. Selain itu dengan sikap positif pasti akan
responden juga mengutamakan perawat yang sudah memberikan kontribusi positif bagi yang lain. Karena di
mendapat pelatihan BHD dan ICU dasar. Hal ini dalam perkerjaannya perawat Unit Pelayanan Intensif
dikarenakan setiap harinya perawat akan lebih sering berkerja dalam tim karena itu dibutuhkan sikap yang dapat
menangani kasus pasien intensif dibandingkan dengan berkerjasama dengan baik. Sebaliknya jika perawat
kasus lain yang lebih umum ditemui oleh perawat di memiliki sikap yang bersifat provokatif tentu akan
bagian lain misalnya perawat di Instalasi Gawat merusak kesatuan tim. Seperti yang dikatakan oleh
Darurat/Rawat Jalan/Rawat Inap. Lebih lanjut dikatakan Hasibuan (2002) bekerja dalam tim membutuhkan kerja
oleh Nurhalis (2007), pendidikan yang secara spesifik sama, kerja sama dalam penilaian prestasi kerja
diberikan kepada seseorang dalam rangka mempersiapkan merupakan penilaian tentang bagaimana kesediaan
orang tersebut dibidang terkait akan lebih meningkatkan karyawan berpartisipasi dalam bekerjasama dengan
kemampuan dan produktifitas kerja karena tidak terbagi karyawan lain secara vertikal atau horizontal di dalam
perhatian dengan hal yang lain. Hal ini dikatakan oleh maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan
Nurhalis (2007) sebagai salah satu dari tujuan diadakannya semakin baik. Juga menurut para responden, seorang
pendidikan dan pelatihan, yaitu untuk meningkatkan perawat Unit Pelayanan Intensifharus memiliki sikap yang
hubungan antara atasan dengan bawahan. mau berkorban dan motivasi yang besar yang artinya mau
bertanggung jawab dan menikmati akan pekerjaannya.
Untuk Faktor Keterampilan, wawancara mendalam Hal ini menentukan prestasi kerja perawat. Seperti yang
kepada ketiga informan terkait dengan ketrampilan untuk dikatakan Sunusmo, (2004) dalam Yanty Sari (2005),
menggali sejauhmana keterampilan yang dibutuhkan oleh bahwa prestasi kerja dipegaruhi oleh pelatihan, tingkat
seluruh perawat di Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo pendidikan, dan motivasi sebesar 71,2 %. Motivasi dapat
Baru menurut ketiga informan. Keterampilan yang memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat
dimaksud oleh peneliti adalah keterampilan yang mencapai tujuan mereka. Sikap atau perilaku merupakan
didapatkan oleh perawat Unit Pelayanan Intensif RS dr dampak dari kebiasaan yang terpolakan misalnya tepat
Oen Solo Baru baik secara formal maupun informal terkait waktu atau disiplin. Akan memberikan implikasi positif
dengan perawatan Unit Pelayanan Intensif. Menurut pada perilakunya dalam bentuk tanggung jawab untuk
Nurhalis (2007) dan Ilyas (2011), pelatihan merupakan menepati aturan dan kesepakatan (Sulistiani, 2003 dalam
proses yang dilakukan secara sistematis untuk mengubah Yanti Sari, 2005).
tingkah lakuseseorang untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pelatihan dapat dikaitkan dengan keahlian dan keterampilan
seseorang untuk melakukan pekerjaannya.Seperti yang

Jurnal ARSI/Februari 2016 108


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

KESIMPULAN DAN SARAN Meningkatkannya dengan cara pelatihan non formil


seperti Bantuan Hidup Dasar, ICU, Kardiologi, ACLS,
Kesimpulan dan sebagainya yang berhubungan dengan perawatan
intensif. Sikap Perilaku yg mutlak harus dimiliki seorang
Karakteristik perawat Unit Pelayanan Intensif memiliki perawat Unit Pelayanan Intensif adalah mengetahui dan
variasi. Berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak perawat perhatian dari segala kondisi pasien. Kerjasama sebagai 1
yang berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan lama tim sangat diperlukan dalam melaksanakan pelayanan
bekerja, mayoritas perawat Unit Pelayanan Intensif telah intensif secara optimal. Sejauh ini perawat Unit Pelayanan
memiliki pengalaman setidaknya satu tahun di luar Intensif memiliki sikap yang baik terutama dalam
pengalaman kerjanya di Unit Pelayanan Intensif. penanganan terhadap pasien.
Berdasarkan pendidikan, belum ada perawat Unit
Pelayanan Intensif yang meraih gelar sarjana dan secara Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perawat
non formil belum meratanya pendidikan yang harus Unit Pelayanan Intensif masih kurang dan belum memiliki
didapatkan oleh perawat Unit Pelayanan Intensif. Aktivitas kompetensi yang merata dan sesuai dengan yang
di Unit Pelayanan Intensifcendreunghomogen.Tingginya diperlukan oleh RS dr Oen Solo Baru dan juga belum
beban kerja yang diemban oleh perawat Unit Pelayanan sesuai dengan Standar pelayanan perawat Unit Pelayanan
Intensif disebabkan oleh waktu kerja yang lebih panjang Intensif yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan 2011
dari seharusnya. Dapat disimpulkan dengan waktu dan PPNI 2010.
produktif dalam satu shift setiap individu perawat adalah
6.88 jam menunjukkan aktivitas Unit Pelayanan Intensif Saran
cukup padat sehingga beban kerja dirasakan cukup besar.
Dari perhitungan beban kerja perawat Unit Pelayanan Bagi RS dr Oen Solo Baru : Hasil penelitian ini diharapkan
Intensif dengan metode time and motion study yang menjadi masukan penetapan jumlah sumber daya perawat
kemudian dengan Formula Intensive Care Unit dapat berikutnya di ruang yang sama maupun ruang yang lain.
diketahui jumlah perawat yang dibutuhkan di Unit Menambah jumlah pelatihan dan simposium dengan
Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru adalah sebanyak biaya yang seminimal mungkin atau nol bagi perawat
51 orang. Apabila dilihat dari jumlah perawat intensif yang terutama perawat Unit Pelayanan Intensif, baik yang
ada di Unit Pelayanan intensif RS dr Oen Solo Baru perawat junior maupun perawat senior karena teknologi
sebanyak 38 orang, maka dapat dikatakan jumlah yang selalu berkembang. Jenis pelatihan sebaiknya mampu
tersedia masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan. mengakomodir kebutuhan perawat di lapangan. Memberikan
suatu jenjang karir kepada perawat senior sebagai perawat
Berdasarkan hasil wawancara mendalam , pengetahuan pendidik bagi perawat Unit Pelayanan Intensif yang lain.
harus dimiliki oleh seorang perawat Unit Pelayanan Memberikan tambahan insentif lembur untuk perawat di
Intensifsecaraformal adalahDIIIKeperawatan,dan secara Unit Pelayanan Intensif sebagai penghargaan atas
non formil adalah Bantuan Hidup Dasar dan ICU dasar kinerjanya yang melewati batas jam yang telah ditentukan.
Namun pengetahuan non formil bagi perawat unit
pelayanan intensif lebih penting, karena pengetahuan non Bagi Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru:
formil itu tampak kompetensi sebagai perawat unit menetapkan sistemasi pembagian jatah pelatihan dan
pelayanan intensif secara khusus. Contoh pengetahuan symposium yang jelas, sehingga seluruh perawat dapat
non formil: Bantuan Hidup Dasar, ICU Dasar, mengembangkan potensi diri. Mengefektifkan tenaga
ECG,BACLS Patient Safety , dan sebagainya. Secara profesi perawat intensif dalam memberikan pelayanan
pengetahuan baik formil maupun nonformil perawat Unit intensif di Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru
Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru belum dengan pembagian jadwal yang lebih seimbang. Sebagai
memenuhi kompetensi. Namun dalam pencapaian bahan pertimbangan dalam memberlakukan sistem bonus
kompetensi secara pengetahuan ini, perawat Unit untuk perawat yang telah bekerja dengan baik melewati
Pelayanan Intensif mendapat pendidikan dan pelatihan jam kerjanya. Membentuk satu wadah yang mampu
secara internal dan eksternal di dalam waktu tertentu bersifat informal sekaligus formal untuk bisa saling
Keterampilan yang didapat melalui proses belajar dan mengedukasi atau bertukar fikiran atau meningkatkan
berlatih. Keterampilan perawat Unit Pelayanan Intensif insensitas antartenaga kesehatan di Unit Pelayanan Intensif
belum merata, sehingga perlu terus dikembangkan.

Jurnal ARSI/Februari 2016 109


Antonny H. G., Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan Beban Kerja an Kompetensi di Unit Pelayanan
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume
Intensif Rumah Sakit Dr. Oen Solo 2 Nomor
Baru Tahun 2
2015

sendiri dan dengan pihak di luar ruangan Unit Pelayanan PengelolaandalamUpayaMeningkatkanMutuAsuhanKeperawatandiRumah


Sakit.Jakarta.
Intensif. Gillies, D.A. 1996. Nursing Management: A System Approach. Third Edition Philadelphia: WB
Saunders.
GoelSL, KumarR,ThakurCP.2002.ManagementofHospitals.4thvolume.HospitalManagerial
Bagi peneliti selanjutnya : Melanjutkan penelitian Services.DeepandDeepPublication.NewDelhi.
mengenai cost and benefit penambahan tenaga perawat Ilyas,Yaslis.2002.Kinerja:Teori,PenilaiandanPenelitian.PusatKajianIlmuKesehatanFKM-UI.
Jakarta,CVUsahaPrima.
pada Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru. Ilyas,Yaslis.2011.PerencanaanSDMRumahSakit,Teori,MetodadanFormula.PusatKajianIlmu
Melanjutkan penelitian terkait dengan kualitas kinerja dan KesehatanFKM-UI.Jakarta.CVUsahaPrima.
Ilyas,Yaslis.2013.PerencanaanSDMRumahSakit,Teori,MetodadanFormula.PusatKajianIlmu
performa dari Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo KesehatanFKM-UI. Jakarta.CVUsahaPrima.
Baru menggunakan standard operational procedur dan Intensive Care Society. 2007. Standards for Intensive Care. United Kingdom. sitasi dari
http://www.ics.ac.uk/ics-homepage/guidelines-and-standards/
atau asuhan keperawatan sebagai salah satu instrument Ismani,Nila.2001.Etika Keperawatan.Jakarta:WidyaMedika
penilaian. Ivancevich.1995,Organisasi,alihbahasaNunukAdiarni,edisiKedelapan.Jakarta:BinarupaAksara
Kawonal, Y.2006. Standar Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia. Perawat Nasional
Indonesia(PPNI).Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/Menkes/SK/XII/2010.Jakarta
Kementerian Kesehatan. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Aditama,TjandraYoga.2007.ManajemenAdministrasiRumahSakit. Jakarta.PenerbitUniversitas 340/Menkes/Per/III/2010.Jakarta
Indonesia KementerianKesehatan.2012. PedomanTeknisRuangPerawatanIntensifRumahSakit.Jakarta
Alspach,GrifJoAnn.2006.CoreCurriculumforCriticalCareNursing6th.UnitedStatesAmerika, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2004. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
SoundersElsevier. Transmigrasi no. 102/MEN/VI/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah
KerjaLembur.Jakarta
Koch, S.H. 2010. Integrated Information Display to Support ICU Nurses at the bedside :
Anandita, Widya.2011. Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ethnographic Observation, Design, and Evaluation. Department of Biomedical
Hermina Depok tahun 2011. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Informatics,TheUniversityofUtah
MasyarakatUniversitasIndonesia. Lawlor, A. 1998. Manual Peningkatan Produktivitas. Lembaga Sarana Informasi Usaha dan
Andini, S. 2013. Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Instalasi Hemodialisa RSUP Produktivitas.Jakarta
Persahabatan Berdasarkan Beban dan Kompetensi Kerja. Tesis. Program Nurhalis. 2007. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Badan Diklat
PascasarjanaFakultasKesehatanMasyarakatUniversitasIndonesia. ProvinsiNanggroeAcehDarusalam.JurnalIchsanGorontalo,vol2.No.1Februari
Barnes,Ralph.M.1980.MotionandTimeStudy,DesignandMeasurementofWork;JohnWiley& –April2007,pp.563-571.BandaAceh.
Sons,Inc,NewYork,AS. PPNI,2010.StandarProfesi&KodeEtikPerawatIndonesia.Jakarta
Bersten,Andrew.Soni,Neil.2009.Oh’sIntensiveCareManual6thed.London,Butterworth. Rahmika, P. 2009. Gambaran Kompetensi Perawat ICUdan HCU serta hubungannya dengan
Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan. 2013. Pedoman Pendidikan ,Pelatihan dan Pengalamandi Rumah Sakit IslamJakarta Cempaka
PelaksanaanAnalisisBebanKerjadiLingkunganKementerianKesehatan.Jakarta Putih Tahun 2009. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Bray,Kateetall.2009.StandardsforNurseStaffinginCriticalCare.BACCN,British. UniversitasIndonesia.
Debergh,D P;Colardyn,F;Myny,D.2012.MeasuringthenursingworkloadpershiftintheICU. RektorUniversitasIndonesia.2008.PedomanTeknisPenulisanTugasAkhirMahasiwaUniversitas
GhentUniversityHospital,Belgium Indonesia.Jakarta
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan & Keteknisan Medik, .2011. Standar Pelayanan RSdr.OenSoloBaru.2011.BukuPedomanPenyelenggaraanUnitPelayananIntensif.Sukoharjo
KeperawatanICUdiRumahSakit.Jakarta Sari, Yanty.2005. Analisis Faktor-Faktor Kompetensi Tenaga Asistensi Bedah Mata Jakarta Eye
Finkler,S.A,2000.FinancialManagementforNurseManagersandExecuives.W.B.Saunders. Center. Tesis Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Forsyth,D.R.,Elliott,T.R.,&Welsh,J.A.1999.Thefunctionsofgroups:Apsychometricanalysisof SumateraUtara
thegroupresourcesinventory.InternationalJournalofActionMethods,52,1-14. Siagian,SP.2007.ManajemenSumberDayaManusia.Jakarta.BumiAksara.
Gartinah, T. 1995. Berbagai Model Pemberian Asuhan Keperawatan yang Dapat Digunakan Soeroso, Santoso.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Suatu Pendekatan
Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan Simposium Sistem.PenerbitBukuKedokteranEGC.Jakarta..
Keperawatan dan Diskusi Panel tentang Pengembangan Organisasi dan

Jurnal ARSI/Februari 2016 110


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

Tabel 1. Karakteristik Perawat Unit Pelayanan Intensif


No. Nama Jenis Kelamin Lama Kerja (Tahun) Pendidikan Kompetensi
1 AS Laki – laki 20 D III Keperawatan ICU Dasar ACLS
BHD
2 H Perempuan 19 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
3 AS Perempuan 18 D III Keperawatan ICU Dasar

BHD
4 P Perempuan 18 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
5 HES Perempuan 18 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
6 EH Perempuan 18 D III Keperawatan
ICU Dasar

No. Nama Jenis Kelamin Lama Kerja (Tahun) Pendidikan Kompetensi


BHD
7 T Perempuan 18 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
8 YP Perempuan 17 D III Keperawatan
Kardiologi Dasar
BHD
9 JS Perempuan 17 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
10 SH Perempuan 16 D III Keperawatan
Kardiologi Dasar
11 SH Perempuan 15 D III Keperawatan BHD PICU Dasar
PICU Dasar
12 H Perempuan 15 D III Keperawatan
BHD ICU Dasar
13 EJ Perempuan 13 D III Keperawatan
BHD
14 S Perempuan 13 D III Keperawatan
BACLS
BHD
15 EDH Perempuan 12 D III Keperawatan
Mini ICU
Kardiologi Dasar
16 SS Perempuan 10 D III Keperawatan
ACLS
Kardiologi Dasar
17 NA Perempuan 10 D III Keperawatan
ACLS
18 WPS Perempuan 10 D III Keperawatan ICU Dasar
19 UH Perempuan 9 D III Keperawatan PPGD
Kardiologi Dasar
20 EL Perempuan 8 D III Keperawatan
ACLS
21 DH Perempuan 8 D III Keperawatan BHD
Kardiologi Dasar
22 WTA Laki – laki 8 D III Keperawatan
ACLS
23 RN Perempuan 8 D III Keperawatan BHD
BHD
24 IR Perempuan 7 D III Keperawatan
Ventilasi Mekanik
25 WT Laki – Laki 7 D III Keperawatan BHD
Kardiologi Dasar
26 SM Perempuan 7 D III Keperawatan
ACLS
BHD
28 LIT Perempuan 6 D III Keperawatan
Terapi Cairan
29 RK Perempuan 5 D III Keperawatan BHD
BHD
30 DKP Perempuan 5 D III Keperawatan
Mini ICU
31 NTR Perempuan 5 D III Keperawatan BHD
32 RP Perempuan 5 D III Keperawatan BHD
BHD
33 IY Laki – Laki 5 D III Keperawatan
Ventilasi Mekanik
BHD
34 NFE Laki – Laki 5 D III Keperawatan
Ventilasi Mekanik
EKG
35 KS Perempuan 3 D III Keperawatan
ACLS
36 APR Perempuan 3 D III Keperawatan BHD
EKG
37 RCD Perempuan 1 D III Keperawatan ACLS
Terapi Cairan
38 ASM Laki – Laki 1 D III Keperawatan BHD

Sumber: Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru

Jurnal ARSI/Februari 2016 111


Antonny H. G., Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan Beban Kerja an Kompetensi di Unit Pelayanan
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume
Intensif Rumah Sakit Dr. Oen Solo 2 Nomor
Baru Tahun 2
2015

Tabel 2. Karakteristik Perawat Unit Pelayanan Intensif


No. Nama Jenis Kelamin Lama Kerja (Tahun) Pendidikan Kompetensi
1 AS Laki – laki 20 D III Keperawatan ICU Dasar ACLS
BHD
2 H Perempuan 19 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
3 AS Perempuan 18 D III Keperawatan ICU Dasar

BHD
4 P Perempuan 18 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
5 HES Perempuan 18 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
6 EH Perempuan 18 D III Keperawatan
ICU Dasar

No. Nama Jenis Kelamin Lama Kerja (Tahun) Pendidikan Kompetensi


BHD
7 T Perempuan 18 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
8 YP Perempuan 17 D III Keperawatan
Kardiologi Dasar
BHD
9 JS Perempuan 17 D III Keperawatan
ICU Dasar
BHD
10 SH Perempuan 16 D III Keperawatan
Kardiologi Dasar
11 SH Perempuan 15 D III Keperawatan BHD PICU Dasar
PICU Dasar
12 H Perempuan 15 D III Keperawatan
BHD ICU Dasar
13 EJ Perempuan 13 D III Keperawatan
BHD
14 S Perempuan 13 D III Keperawatan
BACLS
BHD
15 EDH Perempuan 12 D III Keperawatan
Mini ICU
Kardiologi Dasar
16 SS Perempuan 10 D III Keperawatan
ACLS
Kardiologi Dasar
17 NA Perempuan 10 D III Keperawatan
ACLS
18 WPS Perempuan 10 D III Keperawatan ICU Dasar
19 UH Perempuan 9 D III Keperawatan PPGD
Kardiologi Dasar
20 EL Perempuan 8 D III Keperawatan
ACLS
21 DH Perempuan 8 D III Keperawatan BHD
Kardiologi Dasar
22 WTA Laki – laki 8 D III Keperawatan
ACLS
23 RN Perempuan 8 D III Keperawatan BHD
BHD
24 IR Perempuan 7 D III Keperawatan
Ventilasi Mekanik
25 WT Laki – Laki 7 D III Keperawatan BHD
Kardiologi Dasar
26 SM Perempuan 7 D III Keperawatan
ACLS
BHD
28 LIT Perempuan 6 D III Keperawatan
Terapi Cairan
29 RK Perempuan 5 D III Keperawatan BHD
BHD
30 DKP Perempuan 5 D III Keperawatan
Mini ICU
31 NTR Perempuan 5 D III Keperawatan BHD
32 RP Perempuan 5 D III Keperawatan BHD
BHD
33 IY Laki – Laki 5 D III Keperawatan
Ventilasi Mekanik
BHD
34 NFE Laki – Laki 5 D III Keperawatan
Ventilasi Mekanik
EKG
35 KS Perempuan 3 D III Keperawatan
ACLS
36 APR Perempuan 3 D III Keperawatan BHD
EKG
37 RCD Perempuan 1 D III Keperawatan ACLS
Terapi Cairan
38 ASM Laki – Laki 1 D III Keperawatan BHD

Sumber: Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru

Jurnal ARSI/Februari 2016 112


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

Tabel 3. Proporsi Jumlah Kegiatan Produktif Dan Non Produktif Sampel


Jumlah Kegiatan Jumlah Kegiatan
No. Responden Total
Produktif Non Produktif
1 NA 24 10 34
2 WPS 23 4 27
3 WTA 23 7 30
4 SH 18 10 28
5 ASM 19 8 27
6 UH 23 9 32
7 NTR 22 7 29
Total 152 55 207

Tabel 4. Waktu Kerja Perawat Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru tahun
2015
No Faktor Jumlah Keterangan
A Hari Kerja 365 Hari/Tahun
B Cuti tahunan 12 Hari/Tahun
C Hari Libur Nasional 15 Hari/Tahun
Waktu kerja 7
Jam / hari
Total Hari Kerja 365-(12+15) x ¾
Hari/tahun
A-(B+C) = 253,25

Tabel 5. BOR Unit Pelayanan Intensif Bulan April dan Mei 2015
BOR UPI (%)
Tanggal
April 2015 Mei 2014
1 64.28 59.52
2 68.73 63.09
3 77.38 59.52
4 60.71 51.19
5 47.62 65.48
6 58.33 59.52
BOR UPI (%)
Tanggal
April 2015 Mei 2014
7 47.62 54.76
8 51.19 47.62
9 48.81 47.62
10 72.62 51.19
11 72.62 47.62
12 72.62 67.85
13 50.00 51.19
14 71.43 40.48
15 63.09 50.00
16 82.14 65.48
17 67.85 64.28
18 72.62 53.57
19 60.71 48.81
20 48.81 55.95
21 40.48 69.05
22 57.14 76.19
23 65.48 80.95
24 46.43 88.09
25 41.66 73.81
26 54.75 82.14
27 58.33 64.28
28 54.76 48.81
29 55.95 55.95
30 47.62 77.38
31 82.14
Rata – rata 59.45 61.40
60.42

Jurnal ARSI/Februari 2016 113


Antonny H. G., Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan Beban Kerja an Kompetensi di Unit Pelayanan
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Intensif Rumah Sakit Dr. Oen SoloVolume 2 Nomor
Baru Tahun 20152

Tabel 6. Perhitungan Jumlah Perawat Unit Pelayanan Intensif yang dibutuhkan dengan Formula Unit
Intensive Care Ilyas
TENAGA PERAWAT =. A x B x 365 .
HARI KERJA EFEKTIF x JAM KERJA/HARI

20,64 x 12,08 x 365


=
253,25 x 7

91005,89
=
1772,75

= 51,33 Orang
Dibulatkan menjadi 51 orang

Keterangan:
A = Jam perawatan / 24 jam
= 6,88 jam/ shift X 3
= 20,64 jam
B = Sensus harian (BOR x Jumlah tempat tidur)

Tabel 7. Jadwal Wawancara Mendalam


Nama Tanggal Tempat Waktu
Informan Depth interview Depth Interview Depth Interview
Ruang Dokter Jaga Unit Pelayanan
ER 28 Mei 2015 Intensif Pk.11.15 – pk 11.40
RS dr Oen Solo Baru
Ruang Pertemuan Unit Pelayanan
AS 29 Mei 2015 Intensif Pk.11.09 - pk.11.32
RS dr Oen Solo Baru
J 29 Mei 2015 Ruang Kepala Perawatan Pk.12.15 - pk.12.42
RS dr Oen Solo Baru

Jurnal ARSI/Februari 2016 114

Anda mungkin juga menyukai