Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENGELOLAAN KASUS

KLINIS GASTROENTERITIS AKUT


DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MA
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 2 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Kampung Buantan Lestari, Kabupaten
Siak
Tanggal pemeriksaan : 30 Agustus 2019

2. RIWAYAT PENYAKIT
Alloanamnesis : orang tua pasien
I. Keluhan Utama
Mencret sejak 2 hari

II. Riwayat Penyakit Sekarang


2 hari sebelum ke puskesmas, pasien mencret 4 kali, mencret berisi air dan
sedikit ampas makanan, kurang lebih 4 pempers?, tidak berlendir, tidak
berdarah ataupun berbau busuk. Pasien rewel sesaat namun masih bisa
bermain.
1 hari sebelum masuk ke puskesmas, pasien mencret 9 kali, konsistensi
sama seperti sebelumnya, tidak berlendir, tidak berdarah ataupun berbau
busuk, sebanyak 15 pempers ?, pasien masih dapat bermain. Keluhan
disertai muntah sebanyak 3 kali. Muntah berisi makanan. Ibu pasien
mengatakan pasien sering memegang perutnya dan mengatakan
perutnya sakit sebelum mencret. Tidak ada demam.
Riwayat ganti susu tidak adan dan pasien suka jajan di warung sekitar
rumah.

III. Riwayat Penyakit Dahulu


- Mengalami diare sebelumnya tidak ada
- Riwayat kejang tidak ada

IV. Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada anggota keluarga yang diare. Namun ada tetangga pasien yang
diare dan di rujuk ke rumah sakit

V. Riwayat Kehamilan
- ANC trimester pertama 2 kali, trimester kedua 1 kali, trimester ketiga 1
kali
- Anak lahir normal P3A0H3 dengan bidan desa, lahir cukup bulan dengan
BBL 3000 gram, langsung menangis, pasen anak ketiga dari 3 bersaudara.

VI. Riwayat Makan dan Minum

- ASI ekslusif usia 0-16 bulan


- MPASI usia 6-12 bulan
- Makanan biasa >1 tahun sampai sekarang

VII. Riwayat Imunisasi


Pasien mendapatkan imunisasi lengkap hingga usia 24 bulan

VIII. Riwayat Pertumbuhan


- BBL : 3000 gram
- PBL : 50 cm
- BBS : 13.000 gram
- TBS : 88 cm

IX. Riwayat Perkembangan


- Pasien menelungkup usia 4 bulan
- Pasien dapat berbicara 1 kata usia 1 tahun
- Berjalan usia 9 bulan

X. Riwayat Perumahan dan Tempat Tinggal


- Pasien tinggal di rumah permanen dengan orang tua dan saudara
- Akses dari rumah ke puskesmas ± 30 menit
- Ventilasi dan pencahayaan cukup
- Sumber air bersih air pam atau sumur bor
- Sumber air minum gallon isi ulang dan air hujan tamping
- Pekerjaan ayah swasta

3. HASIL PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : alert

Vital Sign : Nadi : 96 x/menit


Napas : 20 x/menit Suhu : 36,5oC

Gizi
Tinggi Badan : 88 cm
Berat Badan : 13 kg
Kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata tidak
cekung, pupil isokor (2mm/2mm), reflex cahaya langsung
positif kiri dan kanan
Telinga : Bentuk normal, tidak ada keluar cairan ataupun darah
Hidung : Tidak ada nafas cuping hidung, deviasi septum ataupun
keluar cairan dan darah
Mulut : Tidak ada bibir pucat, lidah kotor, gusi berdarah, karies
ataupun gusi berdarah. Mukosa basah.
Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan kelenjar tidak ada

Thorax
Inspeksi : Normochest simetris kana kiri, ictus cordis tidak terlihat, tidak

ditemukannya retraksi

Palpasi : Pulmo : Vocal fremitus normal simetris kiri dan kanan

Cardio : ictus cordis traba di linea axilaris anterior sinistra SIK V


Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru, batas kanan jantung linea

parasternalis dextra, batas kiri jantung linea mid clavicularis

sinistra

Auskultasi : Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi (-)

Cardio : BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar.

Auskultasi : BU 12 x/menit

Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat,

hepatomegali (-)

Ekstremitas :

Akral hangat, CRT <2 detik

Status Neurologis : reflek fisiologi normal, reflek patologis tidak ada

4. RESUME
Hal yang Penting dari Anamnesis:

- Pasien mencret lebih dari 3 kali sejak 2 hari sebelum ke puskesmas


- Muntah
- Masih dapat bermain
- Tidak ada riwayat ganti susu, namun pasien suka jajan
- Sumber air minum dari air hujan dan air gallon isi ulang

Hal yang Penting dari Pemeriksaan Fisik:


- Mata tidak cekung
- Mukosa basah
- Turgor kulit kembali cepat
5. DIAGNOSIS :

Diagnosis kerja : Gastroenteritis akut ec …… tanpa dehidrasi

Diagnosis gizi :

- Gizi baik

- Perawakan normal

- Berat badan naik

7. USULAN PEMERIKSAAN
a) Feses rutin?

8. KEADAAN PSIKOSOSIAL

8.1 Keadaan perumahan, tempat tinggal, keluarga, ekonomi dan

kebiasaan.

Pasien tinggal di Jl. Kasturi, Gg. Amanah, Minas Jaya Kabupaten Siak
sejak tahun 1959.
a. Lingkungan rumah dan sekitarnya bersih dan nyaman. Jarak antar rumah
dengan rumah yang lain tidak terlalu jauh, hubungan dengan tetangga
disekitarnya baik.

b. Rumah tempat tinggal pasien permanen dan dihuni oleh 6 orang yaitu
pasien, anak kandung dua orang, menantu dua orang dan satu orang cucu.
Rumah memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup, terdiri dari tiga
kamar tidur dan dua kamar mandi. Sumber air Mandi Cuci Kakus (MCK)
dari Perusahaan Air Minum (PAM) dan sumber air minum dan masak dari
air galon.
c. Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Berikut ini
merupakan genogram keluarga pasien:
Ket :

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien Perempuan 60 tahun menderita katarak

d. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, dengan biaya bulanan sekitar
1-2 juta rupiah yang didapatkan dari hasil penyewaan rumah kontrakan
milik pasien dan untuk kebutuhan sehari-hari pasien mendapatkan uang
dari anaknya. Pasien merasa cukup dengan penghasilan tersebut.
e. Pasien mengaku jarang berolahraga, makan sayur, dan makan makanan
yang tinggi protein .

8.2 Aspek personal : (alasan kedatangan, harapan, dan kekhawatiran)


Pasien merupakan seorang kader posyandu lansia dan datang ke posyandu
lansia karena mendapatkan informasi bahwa akan dilakukan pemeriksaan mata.
Harapan pasien setelah dilakukan pemeriksaan mata tersebut agar pasien
mengetahui penyakit dan penyebab mata kabur pada pasien. Pasien tidak
mengetahui bahwa pasien memiliki penyakit katarak senilis dan penyebabnya
berhubungan dengan usia dan faktor diet makanan pasien dan pasien khawatir
penglihatannya akan semakin memburuk.

8.3 Aspek klinis : (hasil pemeriksaan)


Berdasarkan anamnesis didapatkan pandangan mata kiri pasien hanya
dapat melihat bayangan. Pandangan kabur dirasakan perlahan-lahan seperti
berkabut, berair, dan nyeri saat ditekan. Pemeriksaan vital sign didapatkan TD :
110/70 mmHg. Pemeriksaan oftalmologi, pada mata kanan didapatkan visus
20/20, COA dalam, lensa jernih, dan shadow test negatif. Pemeriksaan pada mata
kiri didapatkan visus 1/300, COA normal, lensa keruh dan shadow test negatif.

8.4 Aspek risiko internal : (faktor-faktor internal yang mempengaruhi


masalah kesehatan pasien)
Kurangnya mengonsumsi makanan yang mengandung protein sehingga
memberikan peluang terjadinya katarak pada pasien. Karena protein baik nabati
dan hewani banyak mengandung riboflavin yang dapat menghambat katarak.
Mekanisme pertahanan terhadap radikal bebas dilakukan oleh enzim yang terdapat
dalam oksidan seperti asam askorbat, alfa tokoferol dan betakaroten. Bahan
makanan hewani merupakan protein yang baik, dalam jumlah ataupun mutu
seperti daging, ikan, unggas, kerang, telur, susu dan produk olahannya. Contoh
sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasil olahannya (tempe dan tahu)
serta kacang-kacangan yang lain. Pengetahuan pasien mengenai diet protein ini
masih kurang, sehingga dapat meningkatkan terjadinya katarak.18

8.5 Aspek psikososial keluarga : (faktor-faktor eksternal yang


mempengaruhi masalah kesehatan pasien)
Psikososial keluarga, keluarga tahu bahwa penyakit katarak merupakan
penyakit tidak menular.
8.6 Aspek fungsional : (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari baik didalam ataupun luar rumah, fisik maupun mental)
Pasien merasa tidak nyaman karena pandangan mata kiri hanya dapat
melihat bayangan, namun hal ini tidak mengganggu aktifitas pasien.

9. PENATALAKSANAAN

Data – data diatas dapat memberikan arahan tindakan apa saja yang dapat
diberikan kepada pasien, baik tindakan promotif, preventif dan kuratif.
9.1 Promotif
a. Meningkatkan pengetahuan pasien melalui edukasi dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan mengenai katarak yang
dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat.
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa katarak tidak
dapat dicegah karena berhubungan dengan bertambahnya usia.
c. Memberikan saran untuk melakukan pemeriksaan mata jika memiliki
riwayat penyakit DM, hipertensi dan kebiasaan mengkonsumsi steroid
jangka panjang.

9.2 Preventif
Menjelaskan pada pasien serta keluarga pasien melalui edukasi dan
masyarakat melalui penyuluhan bahwa penyakit katarak tidak dapat dicegah,
namun dapat di lakukan upaya agar tidak memperberat kondisi katarak seperti
mengonsumsi makanan tinggi protein, mengontrol gangguan metabolik, dan
mengkonsumsi makanan kaya antioksidan.

9.3 Kuratif

a. Non medikamentosa

b. Medikamentosa
Patient center

Katarak

 Non medikamentosa

- Menjelaskan pada pasien bahwa katarak merupakan salah satu


penyakit yang berhubungan dengan usia tua dan hanya dapat
ditatalaksana dengan operasi.
 Medikamentosa
Rujuk ke dokter spesialis mata untuk direncanakan operasi katarak

Family Focused

Katarak

Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai katarak, bahwa katarak


dapat diturunkan dan tidak dapat dicegah karena berhubungan dengan usia.
Gangguan penglihatan yang disebabkan karena katarak dapat ditangani dengan
operasi.

Community Oriented

Penyuluhan ditujukan pada pasien katarak dan keluarganya, serta


masyarakat sekitarnya. Penyuluhan dilakukan di Puskesmas Minas. Penyuluhan
yang diberikan berupa penjelasan mengenai gejala awal katarak, komplikasi
katarak dan penatalaksanaan katarak.

10. PROGRAM MONITORING


Pasien dan keluarga mengerti mengenai penyakit katarak setelah diberikan
edukasi. Monitoring yang dapat dilakukan yaitu observasi penyakit pasien
dimulai dari saat pengobatan hingga setelah pasien di operasi. Evaluasi
penatalaksanaan non medikamentosa dan medikamentosa berupa pola makan
teratur, tekanan darah, dan visus.
11. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad kosmetik : bonam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Gastroenteritis akut


2.1.1 Definisi
Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair ( setengah padat ) dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari
dapat atau tanpa disertai lendir dan darah, kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.2,5
Berdasarkan durasinya, diare dapat dibagi menjadi:6,5
a. Diare akut : berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare persisten : berlangsung selama 2 minggu- 4 minggu
c. Diare kronik : berlangsung lebih dari 4 minggu
Berdasarkan penyebab diare dapat dibagi menjadi infeksi dan non-infeksi. 2

2.1.2 Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sisanya
disebabkan oleh non-infeksi seperti keracunan makanan, efek obat-obatan dan
lain-lain. 4,5,6
a. Penyebab diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:2
1. Bakteri
Jenis bakteri penyebab yaitu: Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp,
Vibrio cholera, Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus, Streptococcus
dll.
2. Parasit
Jenis protozoa penyebab yaitu: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora sp. Jenis cacing penyebab yaitu: A.
lumbricoides, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. vermicularis, T.
Saginata.
3. Virus
Jenis virus penyebab yaitu: Rotavirus, Adenovirus, cytomegalovirus,
echovirus.
Pola mikroorganisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan
umur, tempat dan waktu. Pada negara maju, diare akut paling sering disebabkan
oleh Norwalk virus, Helicobacter jejuni, Salmonella sp, Clostridium difficile,
sedangkan penyebab paling sering di negara berkembang adalah Enterotoxicgenic
Escherichia coli (ETEC), Rotavirus dan V. cholerae.
b. Penyebab diare akut karena non- infeksi dapat ditimbulkan oleh efek
samping obat seperti antibiotik, antihipertensi, OAINS, antasid, dan lain
sebagainya.5
Patogenesis2
Dua hal umum yang harus diperhatikan pada keadaan diare akut karena
infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang
dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan interna saluran cerna seperti keasaman lambung, motilitas usus,
imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya
lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi
toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus serta daya lekat kuman.
Patogenesis diare karena infeksi bakteri atau parasit terdiri atas:
1. Diare karena bakteri non-invasif
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare
sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri
yang memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri
non invasi misalnya V. cholerae, Enterotoxsigenic E.coli (ETEC), C.
perfringens, V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa
usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini
mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid
pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3′,5′-siklik
mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion
klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation
natrium dan kalium.
2. Diare karena bakteri / parasit invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare
inflammatory. Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC),
Salmonella sp., Shigella sp., C. jejuni, Entamoeba histolytica, dan G. Lamblia.
Diare terjadi disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan
ulserasi, sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur
dengan lendir dan darah.

2.1.3 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis 6
• Lama diare berlangsung, frekuensi diare perhari, progesivitas, kualitas
diare ( konsistensi feses, warna dan bentuk feses, adakah disertai lendir
atau darah)
• Gejala penyerta seperti mual, muntah, nyeri perut, demam.
• Riwayat makanan atau minuman yang dikonsumsi 6-24 jam terakhir
• Adakah keluarga atau orang disekitarnya dengan gejala serupa
• Kebersihan /kondisi tempat tinggal
• Apakah wisatawan atau pendatang baru
• Riwayat penyakit dahulu
• Penyakit dasar/komorbid

Pemeriksaan fisik6
• Keadaan umum
• Tanda vital
• Status gizi
• Tanda anemia
• Tanda dehidrasi
• Kualitas dan lokasi nyeri perut

Penilaian Skor 1 Skor 2 Skor 3


Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, mengantuk hingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Nafas <30x/men 30-40x/menit >40x/menit
it
Turgor kulit Baik Kurang jelek
nadi 120x/men 120- >140x/menit
it 140x/menit
• Colok dubur (dianjurkan untuk usia>50 tahun dan feses berdarah)
• Identifikasi penyakit komorbid

Tabel.1 penilaian derajat dehidrasi menurutWHO6


Skor :
6 : Tanpa dehidrasi
7-12 : dehidrasi ringan sedang
≥13 : dehidrasi berat

Pemeriksaan penunjang6
• Darah rutin
• Darah perifer lengkap (DPL)
• Elektrolit
• Analisa gas darah bila dicurigai ada kelainan asam basa
• Analisa tinja /feses rutin
• Kultur dan resistensi feses

Penatalaksanaan
1. Terapi suportif 1,2
Yaitu rehidrasi cairan dan elektrolit Jumlah cairan yang akan diberikan
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
a) Macam-macam pemberian cairan:
 Metode Pierce berdasarkan klinis:
− Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x kgBB
− Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x kgBB
− Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% x kgBB
 Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberikan
penilaian/skor sebagai berikut:
Pemeriksaan Skor

Rasa haus/muntah 1

Tekanan darah sistolik 1


60-90 mmHg
Tekanan darah 2
diastolik < 60 mmHg
Frekwensi Nadi 1
> 120 x/menit
Kesadaran apatis 1

Kesadaran somnolen, 2
spoor atau koma
Frekwensi nafas > 30 1
x/menit
Facies cholerica 2

Vox cholerica 2

Turgor kulit menurun 1

Washer woman’s hand 1

Ekstremitas dingin 1

Sianosis 2

Umur 50-60 tahun -1

Umur > 60 tahun -2

- Derajat dehidrasi ringan bila skor <3: rehidrasi oral bila pasien tidak muntah
- Derajat dehidrasi berat bila skor >3: rawat inap, rehidrasi IV

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan
peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama
dengan 3 dan terdapat syok diberikan cairan per intravena.
b) Jadwal pemberian cairan
- Berikan ½ kebutuhan cairan pada 1 jam pertama
- Berikan 2/3 sisanya dalam 1 jam kedua
- Berikan 1/3 sisanya dalam 1 jam ketiga
- Pada jam keempat dan seterusnya berikan rumatan
2. Terapi etiologi infeksi 6
• Bakteri
- Shigella sp. = kuinolon = siprofloksasin 2x500 mg p.o atau
levofloksasin 1x500 mg selama 3 hari
- Salmonella sp. = kloramfenikol 4x500 mg p.o selama 10-14 hari
- Vibrio cholera = tetrasiklin 4x500 mg p.o selama 3 hari
• Virus = tidak diberikan antivirus, hanya terapi suportif dan simptomatik
• Parasit
- Giardia lamblia : metronidazol 4x250-500 mg p.o selama 7-14 hari
- Entamoeba histolytica = metronidazol 4x250-500 mg p.o selama 7-14
hari
3. Terapi simptomatik 1,2
- Derivat opioid : loperamid yaitu mengurangi frekuensi BAB pada
orang dewasa
- Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab per hari, smectite 3 x
1 sachet diberikan tiap diare sampai diare berhenti.
- Obat anti sekretorik : hidrasec 3 x 1 tab per hari.

2.1.4 Komplikasi6,7
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga
syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.
Kehilangan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit merupakan
komplikasi utama. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara
mendadak sehingga terjadi syok hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit
melalui feses mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan
terbanyak oleh EHEC yang dikenali dengan gagal ginjal, anemia hemolisis, dan
trombositopeni 12-14 hari setelah diare.
2.1.5 Prognosis
Prognosis gastroenteritis umumnya baik bila rehidrasi berhasil dilakukan.
Diare akut dan cair berlangsung 5-7 hari. Faktor-faktor yang memiliki prognosis
yang lebih buruk bila tedapat komplikasi serius, diantaranya:
- Usia >65 tahun
- Disertai dehidrasi sedang- berat
- Syok hipovolemik
- Malnutrisi, imunodefisiensi termasuk infeksi HIV
2.2 PERAN DOKTER KELUARGA
Peran dokter keluarga merupakan suatu pelayanan medis tingkat pertama
yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan cara memperhatikan kemampuan sosial yang sesuai dengan medikolegal
etika kedokteran. Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka
pemecahannya harus multidisiplin.2

Pendekatan kedokteran keluarga yang dilakukan pada kasus Ny. MA dalam


bentuk kunjungan keluarga sebanyak satu kali pada tanggal 23 Juni 2019. Pada
kunjungan ini dilakukan pendekatan dan perkenalan terhadap pasien dan
menerangkan maksud dan tujuan kedatangan, yang meliputi anamnesis tentang
keluarga dan perihal penyakit yang diderita oleh pasien. Hasil dari kunjungan
tersebut sesuai dengan konsep Mandala of Health, dimana segi perilaku
kesehatan pasien masih mengutamakan kuratif daripada preventif dan memiliki
pengetahuan yang kurang tentang penyakit yang pasien derita. Konsep mandala
of health mencakup beberapa komponen penting diantaranya human biology,
lingkungan psikososial ekonomi dan lingkungan rumah serta lingkungan tempat
tinggal.5
Human biology, pasien awalnya tidak mengetahui bahwa mata kirinya
terkena penyakit katarak yang dideritanya karena tidak menggangu aktifitasnya
namun pasien merasa tidak nyaman karena pandangan mata kiri hanya dapat
melihat bayangan. Pasien juga tidak tahu kalau penyakit katarak berhubungan
dengan bertambahnya usia dan berhubungan dengan diet protein. Pasien
diberikan edukasi mengenai penyakit katarak, diet makanan protein dan
penatalaksanaan katarak yaitu operasi. Hal ini sesuai dengan teori
penatalaksanaan katarak yaitu tindakan operasi ECCE dan ICCE.1,8,17

Lingkungan psikososial, pasien tinggal bersama dua orang anak kandung


dua orang menantu dan satu orang cucu. Pasien merupakan anak keempat dari
enam bersaudara. Pengetahuan keluarga tentang faktor resiko yang dapat

18
memperberat katarak masih kurang sehingga keluarga dan pasien perlu diberikan
edukasi mengenai beberapa faktor resiko yang dapat memperberat katarak dan
gejala dan tanda penyakit katarak. Hal ini diharapkan agar keluarga lebih
memahami dan memberikan dukungan kepada pasien.
Ekonomi, pasien seorang Ibu Rumah Tangga dengan penghasilan kurang
lebih 1-2 juta rupiah setiap bulan dan untuk kebutuhan sehari-hari pasien
mendapatkan uang dari anaknya. Pasien merasa cukup dengan penghasilan
tersebut.ulan. Pasien mengatakan bahwa dengan pendapatan tersebut cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengenai jaminan kesehatan pasien
menggunakan asuransi Badan Penyelenggara Jaminan sosial Kesehatan (BPJS).

Lingkungan rumah, hubungan keluarga pasien dengan tetangga


dilingkungan sekitar rumah terjalin sangat akrab. Lingkungan fisik, pemukiman
penduduk dan lingkungan tampak bersih dan rapi, dimana rumah pasien berada
di kawasan perumahan penduduk dengan jarak yang dekat.
Lingkungan tempat tinggal, hubungan pasien dengan keluarga baik dan
harmonis. Rumah dengan tipe permanen dengan lingkungan didalam rumah
sangat rapi dan nyaman untuk dihuni 6 orang.

19
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 SIMPULAN
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis pada
pasien adalah katarak senilis matur okuli sinistra
2. Faktor resiko katarak pada pasien yaitu usia tua dan kurangnya
mengonsumsi makanan yang mengandung protein (riboflavin)
3. Penatalaksanaan pada pasien yaitu rencana operasi katarak
4. Pendekatan secara promotif, preventif, kuratif dan konseling diperlukan
sebagai sarana pendekatan kedokteran keluarga.

3.2 SARAN

1. Pasien

Pasien diharapkan dapat memahami dan mengetahui penyakit katarak dan


komplikasi yang dapat terjadi karena katarak.
2. Keluarga

Peran keluarga sangat diharapkan untuk memberikan dukungan penuh dan


konsisten dalam menjalankan pengobatan. Keluarga diharapkan paham
bahwa penyakit pasien adalah penyakit yang harus di obati dan di kontrol
teratur.
3. Dokter dan tenaga medis

Dokter dan tenaga medis diharapkan dapat memberikan penyuluhan


tentang katarak dan komplikasinya pada mata.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Harper RA, Shock JP. Lens. In: Whitcher JP. Eva PR. (eds.), Vaughan and
Asbury Oftalmologi Umum, Ed17. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta:
EGC. 2010.

2. Harris JK, Mizuiri D, Ambrus A, Lum FC. American Academy of


Opthalmology. Cataract in The Adult Eye Preferred Practice Pattern.
2016: 9-18.

3. Khurana AK, Khurana A, Khurana B. Disease of Lens. In :


Comprehensive Opthalmology. Ed 6th. India: Jaypee Brother Med Pub.
2015: 187-92.

4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta, Balai
Penerbit FKUI. 2017: 210-8.

5. Alshamrani AZ. Cataract Pathophysiology and Management. The


Egyptian J of Hosp Med. 2018; 70 (1): 152.

6. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, Lee L. et al.
Prevalence of cataract in rural Indonesia. American Academy of
Ophthalmology. 2005; 112 (7): 1255-1262.

7. American Academy of Opthalmology staff. Basic Clinical Science


Course. Section 11. Lens and Cataract. San Francisco. 2017.

8. Harper RA, Shock JP. Lensa. Dalam : Vaughan and Asbury Oftalmologi
Umum. Ed 17th. Jakarta:EGC. 2010: 169.

9. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010.

21
10. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Gangguan Penglihatan. Jakarta. 2014:
3-10.

11. World Health Organization. Global Inititive For The Elimination Of


Avoidable Blindness, Geneva: 2014.

12. Fitria A. Hubungan Umur, Sikap, Pengetahuan, Biaya Terhadap Tindakan


Untuk Melakukan Operasi Katarak. Jurnal Berkala Epidemiologi; Mei
2016; 4 (2): 176-187.

13. Pollreisz A, Schmidt U. Diabetic Cataract—Pathogenesis, Epidemiology


and Treatment: 2010. [Accesed 5 Agustus 2017].
Available from: http://www.hindawi.com/journals/joph/2010/608751.

14. Eva P, Whitcher J. Vaughan & Asbury Oftalmology Umum. Edisi 17.
Jakarta : EGC; 2010: 169-80.

15. Emedicine.medscape.com [homepage on the Internet]. New York:


WebMD Health Professional Network; 2016 [cited 2 Januari 2019].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview

16. American Optometric Association. Optometrical Clinical Practice


Guideline: Care of the Adult Patient with Cataract. American Optometric
Association: 2010: 23-33.

17. Sreelakshmi V, Abraham A. Age Related or Senile Cataract: Pathology,


Mechanism and Management. Austin J Clin Ophthalmol. 2016; 3(2): 4-5.

18. Sari AD, Masriadi, Arman. Faktor Resiko Kejadian Katarak pada Pasien
Pria Usia 40-55 Tahun di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan. Window of
Health: Jurnal Kesehatan: 2 April 2018; 1(2): 66.

22
Lampiran

Keterangan : Foto bersama di depan rumah pasien.

Keterangan : Foto rumah pasien tampak samping kanan.

23
Lampiran

Keterangan : Foto rumah pasien tampak samping kiri.

Keterangan : Foto ruangan tamu dan ruang tengah pasien.

24
Lampiran

Keterangan : Foto ruang tamu pasien.

Keterangan : Foto Dokter Muda saat memberikan edukasi dan pasien


memberikan minum dan makanan.

25
Lampiran

Keterangan : Foto Dokter Muda saat memberikan edukasi pada pasien.

Keterangan : Foto pasien saat menerima edukasi yang diberikan

26
27

Anda mungkin juga menyukai