1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MA
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 2 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Kampung Buantan Lestari, Kabupaten
Siak
Tanggal pemeriksaan : 30 Agustus 2019
2. RIWAYAT PENYAKIT
Alloanamnesis : orang tua pasien
I. Keluhan Utama
Mencret sejak 2 hari
V. Riwayat Kehamilan
- ANC trimester pertama 2 kali, trimester kedua 1 kali, trimester ketiga 1
kali
- Anak lahir normal P3A0H3 dengan bidan desa, lahir cukup bulan dengan
BBL 3000 gram, langsung menangis, pasen anak ketiga dari 3 bersaudara.
Kesadaran : alert
Gizi
Tinggi Badan : 88 cm
Berat Badan : 13 kg
Kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata tidak
cekung, pupil isokor (2mm/2mm), reflex cahaya langsung
positif kiri dan kanan
Telinga : Bentuk normal, tidak ada keluar cairan ataupun darah
Hidung : Tidak ada nafas cuping hidung, deviasi septum ataupun
keluar cairan dan darah
Mulut : Tidak ada bibir pucat, lidah kotor, gusi berdarah, karies
ataupun gusi berdarah. Mukosa basah.
Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan kelenjar tidak ada
Thorax
Inspeksi : Normochest simetris kana kiri, ictus cordis tidak terlihat, tidak
ditemukannya retraksi
sinistra
Abdomen
Auskultasi : BU 12 x/menit
hepatomegali (-)
Ekstremitas :
4. RESUME
Hal yang Penting dari Anamnesis:
Diagnosis gizi :
- Gizi baik
- Perawakan normal
7. USULAN PEMERIKSAAN
a) Feses rutin?
8. KEADAAN PSIKOSOSIAL
kebiasaan.
Pasien tinggal di Jl. Kasturi, Gg. Amanah, Minas Jaya Kabupaten Siak
sejak tahun 1959.
a. Lingkungan rumah dan sekitarnya bersih dan nyaman. Jarak antar rumah
dengan rumah yang lain tidak terlalu jauh, hubungan dengan tetangga
disekitarnya baik.
b. Rumah tempat tinggal pasien permanen dan dihuni oleh 6 orang yaitu
pasien, anak kandung dua orang, menantu dua orang dan satu orang cucu.
Rumah memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup, terdiri dari tiga
kamar tidur dan dua kamar mandi. Sumber air Mandi Cuci Kakus (MCK)
dari Perusahaan Air Minum (PAM) dan sumber air minum dan masak dari
air galon.
c. Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Berikut ini
merupakan genogram keluarga pasien:
Ket :
: Perempuan
: Laki-laki
d. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, dengan biaya bulanan sekitar
1-2 juta rupiah yang didapatkan dari hasil penyewaan rumah kontrakan
milik pasien dan untuk kebutuhan sehari-hari pasien mendapatkan uang
dari anaknya. Pasien merasa cukup dengan penghasilan tersebut.
e. Pasien mengaku jarang berolahraga, makan sayur, dan makan makanan
yang tinggi protein .
9. PENATALAKSANAAN
Data – data diatas dapat memberikan arahan tindakan apa saja yang dapat
diberikan kepada pasien, baik tindakan promotif, preventif dan kuratif.
9.1 Promotif
a. Meningkatkan pengetahuan pasien melalui edukasi dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan mengenai katarak yang
dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat.
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa katarak tidak
dapat dicegah karena berhubungan dengan bertambahnya usia.
c. Memberikan saran untuk melakukan pemeriksaan mata jika memiliki
riwayat penyakit DM, hipertensi dan kebiasaan mengkonsumsi steroid
jangka panjang.
9.2 Preventif
Menjelaskan pada pasien serta keluarga pasien melalui edukasi dan
masyarakat melalui penyuluhan bahwa penyakit katarak tidak dapat dicegah,
namun dapat di lakukan upaya agar tidak memperberat kondisi katarak seperti
mengonsumsi makanan tinggi protein, mengontrol gangguan metabolik, dan
mengkonsumsi makanan kaya antioksidan.
9.3 Kuratif
a. Non medikamentosa
b. Medikamentosa
Patient center
Katarak
Non medikamentosa
Family Focused
Katarak
Community Oriented
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sisanya
disebabkan oleh non-infeksi seperti keracunan makanan, efek obat-obatan dan
lain-lain. 4,5,6
a. Penyebab diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:2
1. Bakteri
Jenis bakteri penyebab yaitu: Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp,
Vibrio cholera, Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus, Streptococcus
dll.
2. Parasit
Jenis protozoa penyebab yaitu: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora sp. Jenis cacing penyebab yaitu: A.
lumbricoides, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. vermicularis, T.
Saginata.
3. Virus
Jenis virus penyebab yaitu: Rotavirus, Adenovirus, cytomegalovirus,
echovirus.
Pola mikroorganisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan
umur, tempat dan waktu. Pada negara maju, diare akut paling sering disebabkan
oleh Norwalk virus, Helicobacter jejuni, Salmonella sp, Clostridium difficile,
sedangkan penyebab paling sering di negara berkembang adalah Enterotoxicgenic
Escherichia coli (ETEC), Rotavirus dan V. cholerae.
b. Penyebab diare akut karena non- infeksi dapat ditimbulkan oleh efek
samping obat seperti antibiotik, antihipertensi, OAINS, antasid, dan lain
sebagainya.5
Patogenesis2
Dua hal umum yang harus diperhatikan pada keadaan diare akut karena
infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang
dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan interna saluran cerna seperti keasaman lambung, motilitas usus,
imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya
lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi
toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus serta daya lekat kuman.
Patogenesis diare karena infeksi bakteri atau parasit terdiri atas:
1. Diare karena bakteri non-invasif
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare
sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri
yang memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri
non invasi misalnya V. cholerae, Enterotoxsigenic E.coli (ETEC), C.
perfringens, V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa
usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini
mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid
pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3′,5′-siklik
mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion
klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation
natrium dan kalium.
2. Diare karena bakteri / parasit invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare
inflammatory. Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC),
Salmonella sp., Shigella sp., C. jejuni, Entamoeba histolytica, dan G. Lamblia.
Diare terjadi disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan
ulserasi, sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur
dengan lendir dan darah.
2.1.3 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis 6
• Lama diare berlangsung, frekuensi diare perhari, progesivitas, kualitas
diare ( konsistensi feses, warna dan bentuk feses, adakah disertai lendir
atau darah)
• Gejala penyerta seperti mual, muntah, nyeri perut, demam.
• Riwayat makanan atau minuman yang dikonsumsi 6-24 jam terakhir
• Adakah keluarga atau orang disekitarnya dengan gejala serupa
• Kebersihan /kondisi tempat tinggal
• Apakah wisatawan atau pendatang baru
• Riwayat penyakit dahulu
• Penyakit dasar/komorbid
Pemeriksaan fisik6
• Keadaan umum
• Tanda vital
• Status gizi
• Tanda anemia
• Tanda dehidrasi
• Kualitas dan lokasi nyeri perut
Pemeriksaan penunjang6
• Darah rutin
• Darah perifer lengkap (DPL)
• Elektrolit
• Analisa gas darah bila dicurigai ada kelainan asam basa
• Analisa tinja /feses rutin
• Kultur dan resistensi feses
Penatalaksanaan
1. Terapi suportif 1,2
Yaitu rehidrasi cairan dan elektrolit Jumlah cairan yang akan diberikan
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
a) Macam-macam pemberian cairan:
Metode Pierce berdasarkan klinis:
− Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x kgBB
− Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x kgBB
− Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% x kgBB
Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberikan
penilaian/skor sebagai berikut:
Pemeriksaan Skor
Rasa haus/muntah 1
Kesadaran somnolen, 2
spoor atau koma
Frekwensi nafas > 30 1
x/menit
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
- Derajat dehidrasi ringan bila skor <3: rehidrasi oral bila pasien tidak muntah
- Derajat dehidrasi berat bila skor >3: rawat inap, rehidrasi IV
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan
peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama
dengan 3 dan terdapat syok diberikan cairan per intravena.
b) Jadwal pemberian cairan
- Berikan ½ kebutuhan cairan pada 1 jam pertama
- Berikan 2/3 sisanya dalam 1 jam kedua
- Berikan 1/3 sisanya dalam 1 jam ketiga
- Pada jam keempat dan seterusnya berikan rumatan
2. Terapi etiologi infeksi 6
• Bakteri
- Shigella sp. = kuinolon = siprofloksasin 2x500 mg p.o atau
levofloksasin 1x500 mg selama 3 hari
- Salmonella sp. = kloramfenikol 4x500 mg p.o selama 10-14 hari
- Vibrio cholera = tetrasiklin 4x500 mg p.o selama 3 hari
• Virus = tidak diberikan antivirus, hanya terapi suportif dan simptomatik
• Parasit
- Giardia lamblia : metronidazol 4x250-500 mg p.o selama 7-14 hari
- Entamoeba histolytica = metronidazol 4x250-500 mg p.o selama 7-14
hari
3. Terapi simptomatik 1,2
- Derivat opioid : loperamid yaitu mengurangi frekuensi BAB pada
orang dewasa
- Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab per hari, smectite 3 x
1 sachet diberikan tiap diare sampai diare berhenti.
- Obat anti sekretorik : hidrasec 3 x 1 tab per hari.
2.1.4 Komplikasi6,7
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga
syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.
Kehilangan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit merupakan
komplikasi utama. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara
mendadak sehingga terjadi syok hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit
melalui feses mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan
terbanyak oleh EHEC yang dikenali dengan gagal ginjal, anemia hemolisis, dan
trombositopeni 12-14 hari setelah diare.
2.1.5 Prognosis
Prognosis gastroenteritis umumnya baik bila rehidrasi berhasil dilakukan.
Diare akut dan cair berlangsung 5-7 hari. Faktor-faktor yang memiliki prognosis
yang lebih buruk bila tedapat komplikasi serius, diantaranya:
- Usia >65 tahun
- Disertai dehidrasi sedang- berat
- Syok hipovolemik
- Malnutrisi, imunodefisiensi termasuk infeksi HIV
2.2 PERAN DOKTER KELUARGA
Peran dokter keluarga merupakan suatu pelayanan medis tingkat pertama
yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan cara memperhatikan kemampuan sosial yang sesuai dengan medikolegal
etika kedokteran. Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka
pemecahannya harus multidisiplin.2
18
memperberat katarak masih kurang sehingga keluarga dan pasien perlu diberikan
edukasi mengenai beberapa faktor resiko yang dapat memperberat katarak dan
gejala dan tanda penyakit katarak. Hal ini diharapkan agar keluarga lebih
memahami dan memberikan dukungan kepada pasien.
Ekonomi, pasien seorang Ibu Rumah Tangga dengan penghasilan kurang
lebih 1-2 juta rupiah setiap bulan dan untuk kebutuhan sehari-hari pasien
mendapatkan uang dari anaknya. Pasien merasa cukup dengan penghasilan
tersebut.ulan. Pasien mengatakan bahwa dengan pendapatan tersebut cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengenai jaminan kesehatan pasien
menggunakan asuransi Badan Penyelenggara Jaminan sosial Kesehatan (BPJS).
19
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 SIMPULAN
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis pada
pasien adalah katarak senilis matur okuli sinistra
2. Faktor resiko katarak pada pasien yaitu usia tua dan kurangnya
mengonsumsi makanan yang mengandung protein (riboflavin)
3. Penatalaksanaan pada pasien yaitu rencana operasi katarak
4. Pendekatan secara promotif, preventif, kuratif dan konseling diperlukan
sebagai sarana pendekatan kedokteran keluarga.
3.2 SARAN
1. Pasien
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Harper RA, Shock JP. Lens. In: Whitcher JP. Eva PR. (eds.), Vaughan and
Asbury Oftalmologi Umum, Ed17. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta:
EGC. 2010.
4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta, Balai
Penerbit FKUI. 2017: 210-8.
6. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, Lee L. et al.
Prevalence of cataract in rural Indonesia. American Academy of
Ophthalmology. 2005; 112 (7): 1255-1262.
8. Harper RA, Shock JP. Lensa. Dalam : Vaughan and Asbury Oftalmologi
Umum. Ed 17th. Jakarta:EGC. 2010: 169.
9. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010.
21
10. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Gangguan Penglihatan. Jakarta. 2014:
3-10.
14. Eva P, Whitcher J. Vaughan & Asbury Oftalmology Umum. Edisi 17.
Jakarta : EGC; 2010: 169-80.
18. Sari AD, Masriadi, Arman. Faktor Resiko Kejadian Katarak pada Pasien
Pria Usia 40-55 Tahun di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan. Window of
Health: Jurnal Kesehatan: 2 April 2018; 1(2): 66.
22
Lampiran
23
Lampiran
24
Lampiran
25
Lampiran
26
27