Anda di halaman 1dari 10

Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al.

, 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

FORMULASI TISU BASAH KOMBINASI EKSTRAK KULIT NANAS


DAN KITOSAN SEBAGAI DISINFEKTAN

Medi Khairun1), Noor Khoirinnisa2), Annisa Rifki Sepziliana3), Nuryanti4)

1), 2), 3), 4)


Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto 53123, Indonesia.
1)
email: medikahmd@gmail.com
2)
email: noorkhoirinnisa@gmail.com
3)
email: annisarifkisepziliana@gmail.com
4)
email: nu_unsoed@yahoo.com

Abstrak

Toilet umum di beberapa tempat menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 89% dari
sampel positif Human Papilloma Virus (HPV). Seorang anak berusia 8 tahun terkena
infeksi Nesseria gonorrheae melalui tempat duduk toilet pesawat. Salah satu bahan alami
sebagai alternatif cukup potensial untuk mengganti penggunaan alkohol pada tisu basah
adalah kulit nanas. Aplikasi kombinasi kulit nanas dan kitosan sebagai desinfektan
dinilai lebih aman bagi kesehatan juga dikarenakan belum ada penelitian mengenai
aplikasi tisu basah ini. Uji daya antibakteri dilakukan dengan metode dilusi cair pada
Nutrient Broth (NB) dan metode dilusi padat pada media Mueller Hinton Agar (MHA).
Optimasi variasi konsentrasi larutan kombinasi ekstrak kulit nanas dan kitosan yang diuji
pada beberapa obyek uji didapatkan hasil bahwa konsentrasi larutan kombinasi ekstrak
dan kitosan yang paling optimal yaitu konsentrasi 50% dengan rasio 2:1. Tisu kombinasi
ekstrak kulit nanas dan kitosan efektif sebagai bahan aktif disinfektan yang
diimmobilisasi pada tissue paper sebagai sediaan tisu basah.
Kata Kunci : Tanaman nanas, Kitosan, Tisu Basah, S. aureus, E.coli

Abstract

Public toilets in some places show there are as many as 89% of the positive samples of
Human Papilloma Virus (HPV). An 8 years old child is exposed a Nesseria gonorrheae
infection through an airplane toilet seat. One of the natural ingredients that can be
expected as a potential alternative antibactery is pineapple peel. An antibacterial test was
performed by liquid dilution method on Nutrient Broth (NB) and solid dilution method on
Mueller Hinton Agar (MHA) medium. Combination solution was made by mixing
pineapple skin extract of 50%, 75%, 100% and 1% chitosan with variation of pineapple
skin extract ratio and chitosan solution were 1:1, 1:2, and 2:1. Optimization
concentration of extract and chitosan combination solution was the optimum
concentration of 50% 2:1 ratio. Combination tissue of pineapple skin extract and
chitosan effective as active disinfectant material immobilized in tissue paper as wet
wipes.

Keywords : Ananas comosus L., Chitosan, Wet Wipes, S. aureus, E.coli

1)
Korespondensi : Medi Khairun; Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia; email: medikahmd@gmail.com.

1
Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al., 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

1. PENDAHULUAN
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup selalu berinteraksi dengan
lingkungannya. Interaksi terpenting dan terbesar dari suatu organisme dengan
lingkungan tergambar dari permukaan sel epitel yang menutupi permukaan tubuh.
Mulai dari jam pertama setelah dilahirkan dari lingkungan steril (janin), interaksi
makro dan mikroorganisme dimulai dengan interaksi utama berupa masuknya
mikroba pada permukaan kulit dan mukosa, gastrointestinal, pernafasan, dan
saluran urogenital. Secara fisiologis, interaksi tersebut akan meyebabkan
terjadinya kolonisasi bakteri di permukaan sel epitel. Koloni tersebut disebut
mikroflora normal [1]. Beberapa interaksi bakteri dapat membahayakan manusia
sebagai inang (bersifat parasit) dan dapat menimbulkan infeksi. Salah satu bakteri
yang dapat menimbulkan infeksi adalah Staphylococcus aureus. Interaksi sel
Staphylococcus aureus diketahui bahwa bakteri tersebut mengatur dan
menentukan tahapan terjadinya proses infeksi [2].

Berdasarkan World Toilet Organization (WTO) sekitar 700.000 anak


meninggal setiap tahunnya karena diare yang disebabkan oleh buruknya sanitasi
dan air yang tidak bersih. Bukan hanya itu sebuah penelitian publikasi di New
York menyebutkan bahwa dari penelitian terhadap toilet umum di beberapa
bandara di berbagai negara menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 89% dari
sampel positif Human Papilloma Virus (HPV). Deman (1997) melaporkan bahwa
seorang anak berusia 8 tahun terkena infeksi Nesseria gonorrheae melalui tempat
duduk toilet pesawat. Selain itu juga terdapat kuman MRSA (Methicillin-Resistant
Staphylocoocus Aureus) pada beberapa dudukan toilet pasien rawat jalan di rumah
sakit [3]. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sherifa M. M. S (2013), terdapat
beberapa jenis bakteri yang biasanya terdapat di toilet yaitu Staphyllococcus
aureus 30,1%, Kliebsella pneumonia 25,7%, E. coli 16%, Enterobacter spp.
11,2%, Citrobacter spp. 7,1%, Pseudomonas aeruginosa 5,9% dan Proteus spp.
4,5%. Terdapat penelitian yang mengemukakan bahwa tisu basah merupakan
alternatif yang dapat diterima untuk membersihkan barang-barang yang
digunakan setiap hari [4].
Dewasa ini, berbagai macam olahan nanas sudah banyak beredar di
masyarakat diantaranya dodol nanas, selai nanas, jelly nanas, keripik nanas, dan
sirup nanas [5]. Berbagai produk dari olahan nanas tentunya akan menyisakan
limbah yaitu berupa kulit nanas dan sangat disayangkan bila kulit nanas hanya
menjadi pencemar lingkungan [6]. Oleh karena itu, perlu dikembangkan untuk
meneliti efektifitas antibakteri kulit buah nanas yang dikombinasikan dengan
kitosan. Kitosan dapat aktif dan berinteraksi dengan sel, enzim atau matrik
polimer yang bermuatan negatif serta sebagai bahan antibakteri. Kitosan
memberikan aktivitas antibakteri terhadap E. coli, S. aureus, Pseudomona
aeruginosa dan Salmonella paratyphi B. Oleh karena itu, perlu difikirkan sebuah
cara untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satu tawaran solusi yang menarik

2
Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al., 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

adalah memanfaatkan bahan dasar limbah kulit buah nanas yang diimmobilisasi
ke dalam tissu basah (wet wipe) dikombinasikan dengan kitosan sebagai
disinfektan yang mudah dan praktis digunakan dimana saja [7].

2. METODE

Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan di Laboratorium Biologi Farmasi,


Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman. Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini berupa neraca digital, pisau stainless, baskom plastik, spatula
plastik, cawan petri, pipet tetes, pipet ukur, jarum ose, blender, oven, inkubator,
tabung reaksi, Heater, cawan porselen, beaker glass, batang pengaduk, autoklaf,
erlenmeyer, filler, pH meter, alat vortex, jarum suntik, dan corong kaca. Bahan-
bahan yang digunakan yaitu aquades, Media Mueller Hinton Agar (MHA), Media
Nutrient Broth (NB), kultur murni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
Coli, etanol 70%, larutan NaOH, larutan CuSO4, ekstrak kulit buah nanas (Ananas
comosus. L), asam asetat, kitosan, spiritus, tikus putih, cotton bud, alumunium
foil, larutan NaCl, tablet amoxicillin, kertas saring, tisu komersial, tisu makan,
dan kain viselin.

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kulit nanas menggunakan


metode maserasi. Pertama dilakukan pembuatan simplisia serbuk dengan cara
kulit nanas dicuci kemudian dikupas dan dipotong tipis-tipis, kulit nanas
dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 600C sampai kering selama 3 hari.
Simplisia kemudian diserbukan dengan cara diblender. Serbuk lalu diekstraksi
secara maserasi dengan pelarut etanol 70% dengan variasi konsentrasi (1:4, 1:6,
dan 1:8). Larutan dimaserasi selama 24 jam pada suhu ruang. Setelah 24 jam,
larutan difiltrasi dengan kertas saring. Residu penyaringan dilakukan remaserasi
ulang sampai 3 kali. Hasil saringan 1-3 dicampur dan dipekatkan dengan Rotary
Vacum Evaporator dengan suhu 700C sampai didapatkan ekstrak kental dengan
konsentrasi 100%. Ekstrak selanjutnya diuji secara kualitatif menggunakan larutan
NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer dengan cara meneteskan
esktrak sebanyak 3 tetes dalam plat tetes dan diamati warnanya hingga
menunjukkan perubahan warna. Selanjutnya adalah proses pembuatan larutan
kombinasi ekstrak kulit nanas dan kitosan. Kitosan sebanyak 0,5 gram dilarutkan
dalam 50 ml asam asetat 5%, sehingga diperoleh larutan induk kitosan 1%.
Ekstrak kulit nanas dibuat dengan variasi konsentrasi yaitu 50%, 75%, dan 100%
yang dilarutkan dalam aquadest. Larutan kombinasi dibuat dengan cara
mencampurkan ekstrak kulit nanas konsentrasi 50%, 75%, 100% dan kitosan 1%
dengan rasio 1:1, 1:2, dan 2:1. Larutan kombinasi ekstrak kulit nanas dan kitosan
dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 2:1 dilakukan pengukuran pH menggunakan
pH meter digital.

3
Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al., 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

Metode pengujian yang digunakan adalah metode dilusi cair dan dilusi
padat. Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli yang disimpan di
media agar dari stok bakteri murni, diambil dengan jarum ose steril, lalu
disuspensikan pada tabung reaksi yang berisi aquadest steril hingga kekeruhan
suspensi bakteri sama dengan standar Mc Farland 0,5. Aktivitas Antibakteri
larutan kombinasi ekstrak kulit nanas 50%, 75%, 100% dan kitosan 1% dengan
variasi perbandingan 1:1, 1:2 dan 2:1 terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia Coli ditentukan dengan mengamati Kadar Hambat Minimal (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Pengamatan KHM menggunakan Media
Nutrient Broth (NB). Uji dilusi cair dilakukan dengan mengamati adanya
kekeruhan tabung reaksi yang dibandingkan antara kontrol negatif dan kontrol
positif. Kontrol positif berisi larutan amoxicillin, sedangkan aquades merupakan
kontrol negative. Uji dilusi padat dan dilusi cair dilakukan inkubasi selama 24 jam
dengan suhu 370C. Kadar Hambat Minimal (KHM) didapatkan dengan melihat
kejernihan di setiap tabung. Diamati tabung yang mempunyai pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli dari konsentrasi terendah.
Larutan dari semua tabung dilusi cair ditanamkan ke media Mueller Hinton Agar
(MHA) dengan cara pour plate sebanyak 1 ml. Kadar Bunuh Minimal (KBM)
didapatkan dengan melihat ada atau tidaknya pertumbuhan koloni-koloni bakteri
pada media pertumbuhan.
Proses immobilisasi ekstrak kulit nanas menggunakan tisue paper dengan
3 variasi jenis tisu terdiri dari tissue napkin paper, tisu komersial, dan kain viselin.
Tisu dilipat dan ditempatkan dalam container, lalu direndam dengan kombinasi
larutan ekstrak kulit nanas dan kitosan. Dilihat tingkat kebahasan tisu hingga
diperoleh tisu yang jenuh, warna merata, dan tidak mudah robek. Tisu dikemas
dalam kemasan kedap udara dengan cara sealing.
Uji performa tisu basah (wet wipe) yang dilakukan terdiri dari uji waktu
kering, uji waktu respon, dan uji aktivitas antibakteri tisu basah. Tisu basah yang
telah diimmobilisasi, diuji waktu kering untuk mengetahui seberapa cepat tisu
basah mengering saat dibiarkan terbuka, lalu dilakukan uji waktu respon untuk
menentukan kepekaan pertumbuhan bakteri terhadap bahan aktif yang terkandung
dalam sediaan tisu basah (wet wipe,) serta diuji efektifitas daya hambat terhadap
pertumbahan bakteri pada barang-barang yang digunakan sehari-hari seperti
dudukan toilet umum, casing handphone, jam tangan, tombol lift, dan lain-lain.
Tikus dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok 1 diberi
perlakuan tisu basah kombinasi larutan kitosan dan ekstrak kulit nanas, kelompok
2 diberi perlakukan tisu komersial, dan kelompok 3 merupakan kontrol. Tikus
yang digunakan tiap kelompok sebanyak 1 ekor. Tisu basah diusapkan pada ketiga
kulit tikus yang telah dicukur. Tikus dibiarkan selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam
untuk mengetahui respon tisu basah mengiritasi kulit.

4
Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al., 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahan uji yang digunakan ialah kulit nanas. Hasil uji determinasi yang
dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal
Soedirman menunjukkan bahwa nanas yang digunakan adalah nanas madu
(Ananas comosus (L). Merr.). Buah ini diperoleh dari Belik Kabupaten Pemalang,
sedangkan serbuk kitosan diperoleh dari Industri Chimultiguna (CM) Indramayu.
Filtrat hasil maserasi yang diuapkan dengan Rotary Vacum Evaporator pada suhu
700C dilanjutkan pemekatan menggunakan waterbath pada suhu 90°C didapatkan
ekstrak kental dengan konsentrasi 100%. Larutan kombinasi yang dibuat dengan
cara mencampurkan ekstrak kulit nanas konsentrasi 50%, 75%, 100% dan kitosan
1% dengan rasio 1:1, 1:2, dan 2:1 dilakukan pengukuran pH menggunakan pH
meter digital menghasilkan pH sebesar 4,2 menunjukkan larutan bersifat asam.
Nilai pH untuk mengetahui tingkat keasaman larutan agar tidak mengiritasi kulit,
sehingga pH sediaan harus sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4,0-7,0 [8]. pH
larutan tersebut sesuai dengan pH kulit, sehingga tidak menimbulkan iritasi.

Hasil uji positif ektrak kulit nanas dilakukan dengan penambahan larutan
NaOH serta larutan CuSO4 encer menunjukkan respon positif yang ditunjukkan
dengan perubahan warna. Perubahan warna tersebut disebabkan adanya
kandungan enzim bromelin. Perubahan warna sama dengan penelitian sebelumnya
yang membahas mengenai perubahan warna dari uji identifikasi kandungan enzim
bromelin dalam kulit nanas [9].

Gambar 1. Kulit Nanas Positif Mengandung Enzim Bromelin

Uji ini memberikan reaksi positif ditandai timbulnya warna biru violet
menandakan adanya kandungan enzim bromelin. Enzim bromelin merupakan
enzim proteolitik yang berperan dalam pemecahan protein. Cara kerja antibakteri
enzim bromelin adalah mengubah atau merusak struktur dinding luar bakteri yang
mengandung protein. Bromelin memecah dan mendenaturasi protein penyusun
dinding sel bakteri, akibatnya dinding sel bakteri akan lisis. Kemampuan ini bisa
menghambat pertumbuhan bakteri [10].

Uji aktivitas antibakteri kombinasi larutan ekstrak kulit nanas 50%, 75%,
100% dan kitosan 1% dengan rasio 1:1, 1:2 dan 2:1 terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli ditentukan dengan mengamati Kadar
Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Hasil percobaan
daya hambat larutan kombinasi ekstrak kulit nanas dan kitosan terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli menunjukkan pada
konsentrasi 100%, 75%, dan 50% tidak menunjukkan peningkatan kekeruhan

5
Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al., 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

pada media Nutrient Broth (NB), sehingga menandakan tidak adanya


pertumbuhan bakteri. Konsentrasi 50% merupakan Kadar Hambat Minimal
(KHM) larutan kombinasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Escherichia Coli melalui uji dilusi cair. Penentuan kadar hambat minimal pada uji
dilusi cair berdasarkan tingkat kekeruhan dari setiap larutan. Kekeruhan terjadi
akibat tumbuhnya bakteri. Pada penelitian ini tabung kontrol negatif menjadi
keruh setelah diinkubasi selama 24 jam dan tabung kontrol positif tidak ada
peningkatan kekeruhan ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian KHM Larutan Kombinasi Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Metode Dilusi Cair

Variasi Staphylococcus aureus Escherichia Coli


Perbandingan 50% 75% 100% 50% 75% 100%
1:1 - - - - - -
1:2 - - - - - -
2:1 - - - - - -
Kontrol Staphylococcus aureus Escherichia Coli
Positif (+) - -
Negatif (-) + +

Keterangan :
+ (positif) : peningkatan kekeruhan pada media cair yang menunjukkan adanya
bakteri
- (negatif) : tidak ada peningkatan kekeruhan pada media cair yang menunjukkan
tidak adanya pertumbuhan bakteri

Uji dilusi padat dilakukan dengan pour plate bahan uji sebanyak 1 ml
dalam media MHA. Pertumbuhan bakteri diamati setelah diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37°C. Hasil percobaan larutan kombinasi ekstrak kulit nanas 50%,
75%, 100% dan kitosan 1% dengan rasio 1:1, 1:2 dan 2:1 terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli menunjukkan konsentrasi 100%,
75%, 50%, dan kontrol positif yang berisi larutan amoxicillin tidak terdapat
pertumbuhan bakteri, sedangkan kontrol negatif yang berisi aquades terdapat
pertumbuhan bakteri, sehingga nilai Kadar Bunuh Minimal (KBM) larutan
kombinasi ekstrak kulit nanas dan kitosan terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Escherichia Coli didapatkan pada konsentrasi 50% ditunjukkan pada
Tabel 2, Gambar 2 dan Gambar 3.

6
Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al., 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

Tabel 2. Hasil Pengujian KBM Larutan Kombinasi Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Metode Dilusi Padat

Variasi Staphylococcus aureus Escherichia Coli


Perbandingan 50% 75% 100% 50% 75% 100%
1:1 - - - - - -
1:2 - - - - - -
2:1 - - - - - -
Kontrol Staphylococcus aureus Escherichia Coli
Positif (+) - -
Negatif (-) + +

Keterangan :
+ (positif) : ada pertumbuhan koloni bakteri pada media MHA
- (negatif) : tidak ada pertumbuhan koloni bakteri pada media MHA

Gambar 2. Pengujian Kadar Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Kulit Nanas 100 %, 75 %,
50% dan Kitosan 1% dengan rasio 1:1, 1:2 dan 2:1

(a) (b)
Gambar 3. Hasil Kadar Bunuh Minimal pada (a) Kontrol Negatif (b) Kontrol Positif

Metode immobilisasi menggunakan 3 macam tisu yaitu tisu makan, tisu


wajah, dan serat viselin. Serat viselin dipilih sebagai membran, karena memiliki
daya serap air tinggi dan tidak rapuh [11]. Optimasi variasi konsentrasi larutan
kombinasi ekstrak dan kitosan yang dimmobilisasi ke dalam tissue paper dan diuji
pada beberapa obyek menggunakan konsentrasi larutan ekstrak kulit nanas dan

7
Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al., 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

kitosan 50% dengan rasio 2:1, karena memiliki nilai estetika yang baik meliputi
warna dan bau sediaan.
Uji performa tisu basah diujikan pada barang yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari berupa dudukan toilet umum, casing handphone, jam
tangan, tombol lift, dan lain-lain. Hasil performa yang didapatkan dalam
pengujian efektifitas daya hambat bakteri menunjukkan bahwa pengaruh tisu
kombinasi kulit nanas dan kitosan dapat menurunkan jumlah koloni lebih besar
daripada tisu basah komersial. Hal ini dibuktikan jumlah koloni bakteri pada
kontrol positif yang dilakukan swab menggunakan tisu basah komersial masih
tumbuh koloni bakteri pada media, namun pada kontrol positif yang dilakukan
swab dengan tisu kombinasi ekstrak kulit nanas dan kitosan tidak terdapat
pertumbuhan koloni bakteri pada media. Hasil uji waktu respon menunjukkan
menunjukkan bahwa sediaan ini memiliki efektivitas antibakteri yang baik karena
pertumbuhan koloni bakteri baru terlihat di hari kedua setelah inkubasi, sedangkan
uji waktu kering tisu basah nampak setelah 60 menit. Hasil uji aktivitas
antibakteri ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Hasil Uji Daya Hambat Tisu Basah Kombinasi Ekstrak Kulit Nanas dan
Kitosan Pada Media MHA Terhadap Toilet (a), Handphone (b), Tombol lift (c), dan
Jam tangan (d) Tanpa perlakuan dan Perlakuan Diusap dengan Tisu

Gambar 5. Hasil Uji Daya Hambat Tisu Komersil Pada Media MHA Terhadap
Toilet (a), Jam tangan (b), dan Handphone (c) Tanpa perlakuan dan Perlakuan
Diusap dengan Tisu

8
Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al., 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

Gambar 6. Kulit Tikus Tidak Teriritasi

Sensitisasi kulit (dermatitis kontak alergi) adalah reaksi kulit imunologis


yang dimediasi oleh suatu zat[12]. Hasil pengujian menunjukkan derajat iritasi
adalah 0 pada semua selang waktu pengamatan hewan coba yang dioles dengan
tisu kombinasi kulit nanas dan kitosan. Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat
reaksi eritema dan edema pada kulit hewan coba yang terpapar tisu kombinasi
kulit nanas dan kitosan.

4. KESIMPULAN

Tisu basah yang diformulasikan dengan kombinasi ekstrak kulit nanas dan
kitosan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai produk komersial.
Optimasi variasi konsentrasi larutan kombinasi ekstrak dan kitosan yang
dimmobilisasi ke dalam tissue paper dan diuji pada beberapa obyek menggunakan
konsentrasi larutan ekstrak kulit nanas dan kitosan dipilih konsentrasi 50% dengan
rasio 2:1, karena memiliki nilai estetika yang baik meliputi warna dan bau
sediaan. Efektifitas daya tisu basah kombinasi ekstrak kulit nanas dan kitosan
menunjukkan sedikit perbedaan yang nyata dengan tisu basah komersial, namun
tidak signifikan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kementerian Riset, Teknologi


dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan
dana dalam penelitian ini melalui skema Program Kreativitas Mahasiswa bidang
penelitian (PKM-Penelitian) 2018 dan semua pihak yang telah membantu selama
penelitian dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hogenova HT, Stepankova R, Hudcovic T, Tuckova L, Cukrowska B,


Zadnikova RL, Kozakova H, Rossmann P, Bartova J, Sokol D, Funda DP,

9
Formulasi Tisu Basah Kombinasi Khairun et al., 2018
Ekstrak Kulit Nanas dan Kitosan Sebagai Disinfektan

Borovska D, Rehakova Z, Sinkora J, Hofman J, Drastich P, Kokesova A,


2004, Commensal bacteria (normal microflora), mucosal immunity and
chronic inflammatory and autoimmune diseases, Immunology Letters, 93:
97-108.
[2] Cogen AJ, Nizet V, Gallo RL, 2007, Skin microbiota: a source of disease or
defence?. Brit. J. Dermatol. 158:442–455.
[3] Giannini, M. A., Nance, D., & McCullers, J. A., 2009, Are toilet seats a
vector for transmission of methicillin-resistant Staphylococcus aureus?Am J
Infect Control, 37 (6), 505-506.
[4] Djajadiningrat, S, 1989, Makanan Kesehatan, CV Miswar, Jakarta.
[5] Abadi, F. R dan F. Handayani, 2007, Budidaya dan Pasca Panen Nanas,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur.
[6] Kalaiselvi et al., 2012, A comparative study on ontogenic expression of
antioxidants and secondary metabolites in withania somnifera. International
Research Journal Of Pharmacy, India.
[7] Fernández, M.; Plessing, C.V. dan Cárdenas, G., 2006, Preparation and
characterization of chitosan gels, J. Chil. Chi. Soc., Vol 51: 1022-1024.
[8] Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, 3, 4, 11-15, 23,
117-120, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

[9] Rahmat, Deni, 2016, Peningkatan Aktivitas Antimikroba Ekstrak Nanas


(Ananas Comosus (L.). Merr) Dengan Pembentukan Nanopartikel, Jurnal
Sains dan Kesehatan, 1 (5) : 236-244.
[10] Ilyas, Muhammad, 2005, Daya Hambat Minimal Ekstrak Bonggol Nanas
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Gram Positif Dalam Plak Gigi. Jurnal
PDGI: 193-197.
[11] Kataki, M., 2010, Antibacterial Activity, In Vitro Antioxidant Activity And
Anthelmintic Activity Of Ethanolic Extract Of Ananas comosus L. Tender
Leaves, Pharmacology, 308-319.
[12] Costin, Gertrude E., H. Raabe and R. Curren, 2009, In Vitro Safety Testing
Strategy for Skin Irritation, J. BIOCHEM., 46 (2): 165–186.

10

Anda mungkin juga menyukai