Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru


2.1.1 Definisi Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru adalah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dari Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP dan PL) . KKP Kelas II Pekanbaru terletak di
Provinsi Riau dan beralamat di jalan Rajawali Sakti Panam Pekanbaru.
Berdasarkan Permenkes nomor 2348 tahun 2011, KKP memiliki struktur
organisasi yaitu kepala, Kasubag TU, Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan
Surveilans Epidemiologi (PKSE), Kepala Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan
(PRL) dan Kepala Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW). KKP
Kelas II Pekanbaru memiliki 7 (tujuh) wilayah kerja dengan perincian 6 wilayah
kerja adalah pelabuhan laut dan sungai, serta 1 wilayah kerja bandar udara.8

2.1.2 Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)


a. Pengertian Karantina Kesehatan
Karantina merupakan kegiatan pembatasan atau pemisahan seseorang dari
sumber penyakit atau seseorang yang terkena penyakit atau bagasi, container, alat
angkut, komoditi, yang mempunyai risiko menimbulkan penularan penyakit pada
manusia.
Karantina kesehatan adalah tindakan karantina dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit serta faktor risiko gangguan kesehatan dari dan atau
keluar negeri serta dari suatu area lain dari dalam negeri melalui pelabuhan,
bandara, dan lintas batas darat.
Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi mempunyai
tugas antara lain melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan
laporan dibidang kekarantinaan, surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit
potensial wabah serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,
pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA (Obat, Makanan,
Kosmetik, Alat-alat kesehatan serta Bahan Adiktif), jejaring kerja, kemitraan,

5
6

kajian, serta pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan bidang


kekarantinaan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Pelaksanaan tugas tersebut diatas, dirumuskan melalui fungsi yang harus
dilakukan melalui berbagai program kegiatan.8
2.1.3 Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah
Seksi UKLW antara lain8 :
a. Pelayanan kesehatan dasar
b. Pelayanan kesehatan haji
c. Pengawasan kesehatan matra pada situasi khusus
d. Pengujian kesehatan nakhoda, anak buah kapal, dan penjamah makanan
e. Vaksinasi
f. Sosialisasi kesehatan pada jemaah haji dan umrah
g. Pengawasan pengangkutan orang sakit
h. Pelayanan surat keterangan kesehatan
i. Pengawasan pengangkutan jenazah
j. Pengawasan obat-obatan dan perlengkapan pertolongan pertama pada
kecelakaan
k. Skrining kesehatan penyakit tidak menular
l. Penemuan dan tata laksana penyakit infeksi menular seksual.

2.2 Meningitis Bakteri


Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meninges, suatu membran
yang menyelimuti otak dan spinal cord (sumsum tulang belakang). Meningitis
dapat terjadi karena infeksi bakteri, virus, fungi, juga karena kejadian noninfeksi
seperti inflamasi karena pengobatan, cochlear implant, atau keganasan.
Meningitis bakteri adalah penyakit infeksi parah yang disebabkan oleh bakteri
pada selaput otak dan sumsum tulang belakang. meningen, terutama araknoid dan
piamater, yang terjadi karena invasi bakteri kedalam ruang subaraknoid. Pada
Mengitis bakteri, terjadi rekrutmen leukosit ke dalam cairan serebrospinal (CSS).9
Biasanya proses inflamasi tidak terbatas hanya di meningen, tapi juga mengenai
parenkim otak (meningoensefalitis), ventrikel (ventrikulitis), bahkan bisa
menyebar ke medula spinalis. Kerusakan neuron, terutama pada struktur
7

hipokampus, diduga sebagai penyebab potensial defisit neuropsikologik persisten


pada pasien yang sembuh dari meningitis.9,10

2.2.1 Etiologi
Banyak faktor yang mempengaruhi etiologi penyakit meningitis bakteri.
Beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain usia, faktor-faktor risiko (seperti
gangguan imunitas, sinusitis, trauma kepala, dan sickle cell disease), serta variasi
musim dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya meningitis bakteri. Hal ini
penting diketahui untuk pengambilan keputusan dalam terapi empirik.
Keberhasilan penggunaan vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib) secara luas
selama beberapa tahun terakhir telah merubah epidemiologi bakteri meningitis
secara signifikan.9 Haemophilus influenza merupakan organisme penyebab
meningitis bakteri yang paling banyak ditemukan pada seluruh kelompok umur
dan secara signifikan telah mengalami penurunan dari 48% menjadi 7% dari
seluruh kasus.9 Pada kasus yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis
masih menunjukkan persentase kejadian yang konstan yaitu pada 14% – 25%,
pada beberapa kasus terjadi antara umur 2-18 tahun. Staphyloccocus pneumonia
menjadi penyebab paling sering pada seluruh kelompok umur. Organisme
penyebab meningitis bakteri pada anak terbagi atas beberapa golongan umur,
yaitu:
1. Neonatus: Escherichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monocytogenesis.
2. Anak di bawah 4 tahun: Haemophilus influenza, Meningococcus,
Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa: Meningococcus, Pneumococcus.

2.2.2 Patofisiologi
Bakteri yang umumnya menyebabkan meningitis adalah patogen di
nasofaring, dimana faktor predisposisi seperti infeksi saluran nafas bagian atas
harus ada sebelum bakteri beredar dalam darah. Meningitis bakteri juga dapat
muncul akibat infeksi telinga, gigi, atau paraspinal (akibat trauma atau
neurosurgery yang merusak barrier anatomis).10 Pada saat patogen memasuki
8

sistem saraf pusat melalui plexus choroideus atau area dengan perubahan sawar
darah otak, terjadi peristiwa yang bertahap, diawali dengan bermultiplikasinya
bakteri di ruang subarachnoid. Adanya komponen dinding sel bakteri memicu
produksi sitokin termasuk interleukin-1, tumor nekrosis faktor, dan prostaglandin
E2, yang memicu peningkatan aliran darah ke otak. Sitokin juga mengubah
permeabilitas sawar darah otak dengan cara mengganggu integritas tight junction
sehingga menyebabkan terjadinya edema cerebral. Peningkatan tekanan
intrakranial menyebabkan peningkatan aliran darah dan edema sehingga terjadi
penurunan perfusi serebral. Proses inflamasi menyebabkan terjadinya vaskulitis
dan trombotik yang berkontribusi pada terjadinya iskemia serebral.9

2.2.3 Gejala Meningitis


Gejala peradangan otak umumnya mirip yaitu panas tinggi, sakit kepala,
mual dan muntah, kemerahan dikulit, disusul kaku pada tengkuk, kejang dan
terjadi penurunan kesadaran. Penyakit radang selaput otak meningitis, menular
melalui kontak langsung dengan bakteri lewat sekret hidung atau tenggorokan
penderita melalui percikan ludah. Umumnya, penularan lebih sering terjadi
melalui pembawa dari penderitanya. Penyakit ini di sebabkan oleh kuman
neisseria meningitis yang terdiri dari banyak serogroup dan yang sering
menyebabkan penyakit adalah serogrup A, B, C, Y, dan W-135.11

2.2.4 Diagnosis
Penegakan diagnosis meningitis bakteri akut, tidak cukup hanya
berdasarkan tanda dan gejala yang mengarah ke proses patologis dari meningeal
atau intrakranial. Hal ini disebabkan adanya penyakit dengan tanda dan gejala
yang serupa sehingga dalam penegakan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang, seperti pemeriksaan cairan serebrospinal. Diagnosis dini dan
pemberian antibiotik sesegera mungkin, dapat mengurangi angka kematian dan
kecacatan bila dibandingkan memperpanjang durasi terapi. Kematian dan sekuel
jangka panjang merupakan akibat inflamasi dan kerusakan neural akibat iskemi,
yang sering terjadi pada tahap sebelum dan awal pemberian antibiotik. Oleh
karena itu, ahli medis harus segera melakukan lumbal pungsi pada anak yang
9

memiliki riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mendukung kearah


diagnosis, kecuali jika terdapat kontraindikasi terhadap tindakan tersebut, seperti
peningkatan tekanan intrakranial, uncorrected coagulopathy,dan terdapat
gangguan kardiopulmoner.9
Pasien yang memiliki tanda peningkatan tekanan intrakranial, lumbal
pungsi harus ditunda hingga dilakukan pemeriksaan CT Scan. Hasil dari CT Scan
yang normal belum tentu menyingkirkan adanya peningkatan tekanan intrakranial
dan bila hasil CT scan terdapat kelainan, maka lumbal pungsi ditunda dan terapi
antibiotik dapat langsung dimulai. Diagnosis meningitis bakteri biasanya
dikonfirmasi dengan melakukan analisis bakteriologis menggunakan mikroskop
dan kultur bakteri dari cairan serebrospinal (CSS). Jika analisis kultur bakteri dari
cairan serebrospinal sulit/tidak dapat dilakukan, maka diagnosis dapat dilakukan
dengan melihat hasil CT scan kepala dan adanya abnormalitas secara biokimiawi
pada cairan serebrospinal. Pasien dengan meningitis bakteri biasanya ditunjukkan
dengan hasil uji laboratorium, seperti jumlah sel lebih besar dari 32/mm3, tingkat
protein lebih dari 150 mg/dL, tingkat glukosa kurang dari 1 mmol/L. Protein pada
cairan serebrospinal harus diukur karena pada meningitis bakteri nilai protein
biasanya meningkat dan konsentrasi glukosa pada cairan serebrospinal harus
dibandingkan dengan konsentrasi glukosa dalam darah. Pada pasien dengan
meningitis bakteri yang menjadi tolak ukur adalah penurunan glukosa cairan
serebrospinal dan rasio antara serebrospinal dengan glukosa darah (sekitar 66%).
Metode serologi seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) juga dapat mendeteksi
antigen dari organisme bakteri pada cairan serebrospinal. Serum elektrolit perlu
diukur karena Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH) sering
terjadi pada meningitis bakteri walaupun hiponatremia tercatat hanya terjadi pada
35% kasus. Leukopenia, trombositopenia dan koagulopati dapat terjadi di infeksi
meningokokal. Pemeriksaan leukosit periferal pada pneumokokal meningitis dan
viral meningitis biasanya masih dalam kisaran normal namun pada beberapa
kasus, terdapat peningkatan.9
10

2.2.5 Penatalaksanaan Meningitis Bakteri


Prinsip terapi meningitis bakteri adalah pemberian terapi antibiotik secara
tepat dan cepat. Hal ini dapat menurunkan angka kematian dan neurologic
squeleae. Beberapa ahli mengatakan bahwa terapi antibiotik harus dimulai dalam
30 menit setelah dilakukannya evaluasi medik. Terapi awal pada pasien yang
diduga mengalami meningitis bakteri akut tergantung pada gejala-gejala awal
yang diketahui, analisis diagnosis cepat, serta ketersediaan antimikroba dan terapi
adjuvan. Terapi suportif dengan pemberian cairan, elektrolit, analgesik, dan
antipiretik diindikasikan pada pasien yang mengalami meningitis bakteri akut.9
Pilihan antibotik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Pilihan antibiotik pada meningitis
KaKarakter Pasien Etiologi Tersering Pilihan Antibiotik

Neonatus Streptococcus grup B, L. Ampicillin plus cefotaxime


monocytogenes, E. Coli
Usia 2 bulan-18 tahun N. meningitidis, S. pneumonia, Ceftriaxone atau cefotaxime,
H. dapat
infl uenzae ditambahkan vancomycin
Usia 18-50 tahun S. pneumonia, N. meningitidis Ceftriaxone, dapat
ditambahkan
Vancomycin
Usia >50 tahun S. pneumonia, L. Vancomycin plus ampicillin
monocytogenes, plus
bakteri gram negatif Ceftriaxone
Kondisi S. pneumonia, N. meningitidis, Vancomycin plus ampicillin
L. plus
immunocompromised
monocytogenes, S. aureus, cefepime atau meropenem
Salmonella
spp, basil gram negatif aerob
(termasuk P. aeruginosa)
Fraktur basis kranium S. pneumonia, H. infl uenza, Vancomycin plus cefotaxime
group A atau
beta-hemolytic streptococci Ceftriaxone
Cedera kepala; Stafi lococcus, basil gram Vancomycin plus ceftazidime,
negatif cefepime, atau meropenem
pascabedah otak
aerob (termasuk P.
aeruginosa)
11

2.3 Vaksin Meningitis


2.3.1 Definisi Vaksin Meningitis
Vaksin berasal dari bahasa Inggris yaitu vaccin yang artinya suspensidari
bibit penyakit yang hidup, tetapi telah dilemahkan atau dimatikan untuk
menimbulkan kekebalan dalam tubuh.12 Menurut istilah, vaksin adalah
mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga
patogenesitas (bibit penyakit) atau toksisitasnya (zat racun) hilang tetapi masih
mengandung antigenesitas (zat yang merangsang pembentukan zat anti).13
Sedangkan meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges,
yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis
dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri, atau jamur yang
menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.13 Vaksin
meningitis adalah vaksin wajib yang harus dilakukan calon jamaah umroh untuk
melindungi risiko tertular meningitis meningokokus, meningitis meningokokus
adalah radang selaput otak dan selaput sumsum tulang yang terjadi secara akut
dan cepat menular. Vaksinasi bertujuan untuk membangkitkan imunitas yang
efektif sehingga terbentuk efektor imunitas dan sel-sel memori. Efektor yang
terbentuk dapat berupa antibodi.14
Vaksinasi ini merupakan imunisasi aktif, karena tubuh dipicu agar
melangsungkan proses respon imun yang menghasilkan terbentuknya efektor
imunitas.15 Makin sering vaksinasi makin banyak jumlah sel memori yang
terbentuk. Hal tersebut didasarkan pada kebutuhan dalam vaksinasi
sesungguhnya, yaitu tersediannya sel-sel memori yang cukup banyak. Untuk
melindungi tubuh dari infeksi sel-sel memori yang akan merespon untuk
menyediakan efektornya.15 Manfaat vaksinasi meningitis yaitu untuk menciptakan
sistem kekebalan tubuh dari penyakit tersebut. Begitu pentingnya suntikan ini
membuat pihak pemerintah melakukan pengetatan hingga di bandara
pemberangkatan dengan mensyaratkan calon jamaah harus menunjukkan kartu
kuning sebagai bukti telah melakukan suntikan tersebut.
Hal ini lebih di sebabkan untuk memberikan sistem kekebalan tubuh bagi
calon jamaah yang hendak berangkat ke tanah suci agar terhindar dari berbagai
12

penyakit terutama yang di sebabkan oleh udara serta bersentuhan dengan jama’ah
lain yang potensial membawa penyakit meningitis. Adapun negara pembawa
seperti Afrika, Amerika Latin, Selandia Baru hingga Amerika Utara cukup
berpotensial memberikan kontribusi atas tertularnya penyakit tersebut. Ditakutkan
dengan tertularnya penyakit tersebut dapat membawa penyakit tersebut ke
Indonesia maka dari itu pemeritah mewajibkan bagi calon jamaah haji atau umrah
untuk melakukan vaksinasi meningitis 10 hari sebelum pemberangkatan, karena
jika kurang dari masa tersebut dikhawatirkan sistem antibodi yang diberikan
melalui suntik tersebut tidak tebentuk secara sempurna.15

2.3.2 Efek Samping Vaksin Meningitis


Efek samping yang umum yang dirasakan setelah melakukan vaksin
adalah rasa sakit, pembengkakan, kemerahan dan benjolan di tempat suntikan.
Efek samping setelah mengambil vaksin meningitis adalah:
a. Lemah
Rasa lemah atau perasaan tidak biasa akan terasa pada bagian tangan dan
kaki serius yang menjadi salah satu efek sampingnya. Efek samping ini dapat
terjadi segera setelah injeksi atau setelah 2 sampai 4 minggu setelah injeksi.
b. Demam
Demam dan menggigil akan terjadi setelah menerima vaksin.
c. Pendarahan
Pendarahan yang mungkin terjadi setelah vaksin dapat dikatakan sebagai
efek samping yang serius dari vaksin meningitis. Jika terjadi pendarahan yang
berlebihan atau perdarahan yang tidak juga berhenti. Selain itu, memar yang
berlebihan dapat menjadi tanda dari pendarahan yang tidak biasa. Selain itu,
beberapa efek samping yang mungkin dirasakan seperti sakit kepala, kelelahan,
nyeri sendi, diare, muntah, kehilangan nafsu makan atau ruam ringan pada kulit.
Efek samping mungkin saja timbul karena reaksi dari obat yang disuntikan.
Vaksinasi meningitis tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, karena dapat
menyebabkan kecacatan dan kematian bagi janinnya.
13

2.4 Prosedur Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional di KKP dan Alur


pelayanan Vaksinasi

2.4.1 Prosedur Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional di KKP16

1. Pendaftaran

a. Pelaku perjalanan sebagai pemohon vaksinasi mendaftar di loket


pendaftaran.

b. Pemohon vaksinasi mengisi formulir permohonan vaksinasi.

c. Pemohon vaksinasi menyelesaikan pembiayaan sesuai dengan tarif


Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Pemeriksaan Kesehatan dan Pemberian Vaksin
a. Di ruang pemeriksaan kesehatan, pemohon vaksinasi diberikan informasi
tentang tujuan, manfaat, kontra indikasi, dan kemungkinan efek samping
vaksin.
b. Setelah pemohon vaksinasi memahami informasi dari petugas, maka
pemohon vaksinasi menandatangani Persetujuan/Izin Tindakan Vaksinasi.
c. Kepada pemohon vaksinasi dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Hasil pemeriksaan ini dicatat dalam form status pemohon vaksinasi.
d. Jika dari hasil anamnesa dan pemeriksaan ditemukan kontra indikasi
terhadap vaksin, maka diperlukan surat keterangan dokter ahli yang
menyatakan bahwa pemohon vaksinasi benar tidak dapat diberikan vaksinasi
tertentu.
e. Untuk wanita usia subur yang akan dilakukan vaksinasi tertentu perlu
dilakukan pemeriksaan kehamilan untuk menghindari terjadinya efek samping
terhadap janinnya.
f. Untuk pemohon vaksinasi yang hamil dan pemohon yang memiliki kontra
indikasi pemberian vaksin dan profilaksis wajib menyertakan surat keterangan
ahli, dan selanjutnya diberikan surat keterangan kontra indikasi sesuai.
14

g. Pemohon yang memiliki kontra indikasi pemberian vaksin dan diberikan


profilaksis, maka pemohon vaksinasi diberikan ICV.
h. Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan tidak ditemukan adanya
kontra indikasi maka pemohon vaksinasi dapat diberikan vaksin.
3. Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional
a. Setelah dilakukan vaksinasi, pemohon ke ruang penerbitan sertifikat
vaksinasi internasional.

b. Petugas KKP mencatat identitas pemohon vaksinasi ke dalam buku registrasi


khusus vaksinasi yang meliputi nama, nomor buku ICV, nomor paspor, umur,
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal pemberian
vaksin dan masa berlaku vaksinasi, nomor batch vaksin dan tanggal
kadaluwarsanya.

c. Pemohon vaksinasi difoto untuk dimasukkan sebagai identitas di buku ICV.

2.4.2 Alur pelayanan vaksinasi16

1.Ruang 2.Ruang 3.Ruang 4.Loket 5.Ruang 6.Ruang


pendaftaran laboratorium pemeriksaan pembayaran vaksinasi penerbitan
klinis ICV

1. Ruang pendaftaran :
 pendaftaran bagi jemaah calon umroh dengan mengisiform
pendaftaran
 melampirkan foto 1 lembar pass photo 4x6
 melampirkan foto copy pasport dan foto copy KTP
2. Ruang laboratorium
 Pemeriksaan kehamilan bagi wanita usia subur (15-49 tahun).
3. Ruang pemeriksaan
 Pemeriksaan kesehatan jemaah calon umroh oleh dokter pelabuhan
4. Loket pembayaran
 Pembayaran PNBP vaksinasi
5. Ruang Vaksinasi ( penyuntikan vaksin meningitis)
15

6. Ruang penerbitan ICV


 Penerbitan dokumen ICV (buku kuning)

2.4.3 Alur Pengisian Vaksin Online


1. Silahkan buka website http://kespel. depkes.go.id, lalu muncul tampilan seperti
dibawah ini

2. Selanjutnya klik ikon registrasi pada menu vaksinasi international, dan


selanjutnya anda akan dibawa ke halaman dibawah ini

3. Geser tampilan layar komputer anda kebawah untuk menemukan formulir


seperti dibawah ini:
16

4. Lakukan pengisian data pada formulir registrasi.

5. Setelah semua data terisi silahkan kirim


6. Petugas akan melakukan verifikasi data yang telah lakukan, petugas akan
mengirimkan email konfirmasi.

7. Silahkan print file yang sudah didonwload untuk diserahkan saat pelayanan
vaksinasi

2.5 Kartu Kewaspadaan (health alert card)


Strategi Kementerian Kesehatan dalam mencegah penyakit masuk ke
Indonesia, salah satu caranya dengan membagikan kartu deteksi Health Alert
Card kepada masyarakat. Kartu ini dibagikan kepada masyarakat yang baru tiba
di Indonesia melalui Bandara dan Pelabuhan setelah melakukan perjalanan dari
negara terjangkit. Kartu kewaspadaan merupakan kartu yang diberikan kepada
jemaah umroh.7 Kartu ini merupakan sebagai alat kontrol bagi jamaah yang telah
17

kembali ke daerah masing masing. Setiap jamaah harus mengisi kartu identitas
dengan benar. Kartu ini juga merupakan menjadi rujukan terkait kondisi
kesehatan yang pernah dialami jemaah. Di dalam Health Alert Card terdapat
informasi yang menyebutkan apabila dalam kurun waktu sampai dengan 10 hari
sejak kunjungan menunjukan tanda atau gejala, seperti demam, nyeri persendian,
atau terdapat ruam/bercak pada kulit, diharapkan segera melaporkan ke fasilitas
kesehatan yang ada, seperti rumah sakit atau puskesmas.7

Gambar 2.1 contoh kartu kewaspadaan

2.6 Pengetahuan
Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
segala sesuatu yang diketahui dan berkaitan dengan ilmu pengetahuan.17
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba.17
18

Pengetahuan dalam domain kognitif menurut Notoadmodjo mempunyai 6


tingkatan yaitu:17
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang
di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Tingkatan ini merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi nyata.
4. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-
komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di
dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan
menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu materi atau objek.

Anda mungkin juga menyukai