Anda di halaman 1dari 12

BAB I

1.1 Latar belakang


Sangat jarang ada dua guru ataupun sarjana pendidikan yang memiliki
definisi/pengertian yang sama tentang pendidikan multikultur. Seperti pada dialog tentang
pendidikan, masing-masing individu cenderung membentuk konsepnya sendiri dan
menyesuaiakan dengan fokus tertentu. Beberapa orang membahas pendidikan multikultur
sebagai sebuah pergeseran dalam kurikulum. Beberapa orang yang lain membicarakan tentang
masalah iklim kelas atau gaya mengajar untuk kelompok-kelompok tertentu walaupun di lain
pihak merupakan rintangan. Beberapa orang yang lain lagi memfokuskan pada masalah
institusional dan sistemik seperti standarisasi test atau ketidaksesuaian pembiayaan. Beberapa
orang membahas lebih jauh, yaitu menekankan pada perubahan pendidikan sebagai bagian dari
transformasi masyarakat yang lebih luas, yang akan ditelusuri dan dikritisi lebih dekat, tentang
dasar-dasar penindasan masyarakat dan bagaimana pendidikan membantu mempertahankan
status quo – dasar-dasar tersebut seperti supremasi orang kulit putih, kapitalisme, situasi sosial
ekonomi global dan eksploitasi.
Pendidikan multikultur adalah suatu pendekatan progresif untuk mengubah pendidikan
yang secara menyeluruh mengkritisi dan menunjukkan kekurangan, kegagalan, dan praktek
diskriminasi dalam pendidikan. Hal ini didasarkan pada cita-cita tentang keadilan sosial,
persamaan pendidikan, dan dedikasi untuk menfasilitasi pengalaman-pengalaman pendidikan
dimana setiap siswa dapat meraih potensinya sebagai pelajar dan sebagai makhluk yang aktif
dan sadar secara sosial dalam tingkat lokal, nasional, dan global. Pendidikan multikultur
menyatakan/mengakui bahwa sekolah adalah hal yang penting untuk meletakkan dasar untuk
perubahan masyarakat dan menghilangkan tekanan dan ketidakadilan. Tujuan utama dari
pendidikan multikultur adalah untuk mempengaruhi perubahan sosial. Jalan untuk mencapai
tujuan tersebut dengan menggabungkan tiga perubahan: perubahan diri sendiri, perubahan
sekolah dan pendidikan yang diterima, dan perubahan masyarakat.
Setiap anak datang ke sekolah dengan identitas etnik (suku bangsa), baik secara sadar
ataupun tidak. Guru harus mengenali dan memahami identifikasi tersebut. Hal ini harus
menjadi dasar dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas. Poinnya adalah untuk mengakui
perbedaan, bukan mengacuhkan mereka. Sama pentingnya ketika siswa mengenali dan
menghargai kesukubangsaan mereka dan belajar menghargai orang lain dalam kelas.
Pengenalan pada masing-masing identitas etnik merupakan poin awal, hal ini merupakan
penghubung antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa yang lain. Identifikasi etnik
sebagai poin lanjutan yang berfokus pada keseluruhan proses pendidikan merupakan dasar
untuk mengembangkan level identifikasi selanjutnya yaitu identifikasi nasional. Identifikasi
nasional pada setiap individu membutuhkan pemahman dan komitmen pada cita-cita
demokratis seperti martabat manusia, keadilan dan persamaan hak. Disini fokusnya adalah
menjadi anggota yang efektif dalam masyarakat demokratis. Identifikasi nasional yang kuat
pada setiap individu merupakan hal yang pokok pada pengembangan identitas global.

1.2 Rumusan Masalah


a.Apa Hakikat dari kebudayaan
b.Apa hakikat dari pendidikan multikultur
1.3 tujuan pembahasan
a. Mahasiswa dapat memahami hakikat kebudayaan
b.Mahasiswa dapat memahami hakikat pendidikan multikultur

BAB II
1. Pengertian Kebudayaan
Kata budaya/kultur (culture) dipandang penting karena kata ini membentuk dan
merupakan bagian dari istilah Pendidikan Multikultural. Bagaimana kita mendefinisikan
budaya akan menentukan arti dari istilah Pendidikan Multikultural. Tanpa kita mengetahui apa
arti budaya/kultur, kita akan sangat sulit memahami implikasi Pendidikan Multikultur secara
utuh. Misalnya, jika budaya didefinisikan sebagai warisan dan tradisi dari suatu kelompok
sosial, maka Pendidikan Multikultural berarti mempelajari tentang berbagai (multi) warisan
dan tradisi budaya. Namun jika budaya didefinsikan sebagai desain kelompok sosial untuk
bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya, maka satu tujuan pendidikan
multikultural adalah untuk mempelajari tentang berbagai kelompok sosial dan desain yang
berbeda untuk hidup dalam masyarakat yang pluralis (Bullivant, dalam Banks, 1993: 29). Nah
sekarang kita lanjutkan dengan pembahasan mengenai budaya atau kebudayaan berikut ini.
Budaya merupakan istilah yang banyak dijumpai dan digunakan hampir dalam setiap
aktifitas sehari-hari. Hal ini menunjukan bahwa budaya begitu dekat dengan lingkungan kita.
Kata budaya/kultur dipandang penting karena kata ini membentuk dan merupakan bagian dari
istilah pendidikan multicultural. Tanpa kita mengetahui apa arti budaya/kultur,kita akan sangat
sulit memahami implikasi pendidikan multikultural secara utuh. Misalnya jika budaya
didefinisikan sebagai warisan dan tradisi dari suatu kelompok sosial.
Dalam istilah inggris budaya adalah culture yang berasal dari kata latin colere yang
berarti mengolah,mengerjakan. Hal ini merupakan budaya adalah aktivitas manusia. Dari sudut
antropologi budaya mengkategorikan temuan artifak yang disebut pithhecanthropus erectus
,homo soloensis sebagai manusia atau bukan, didasarkan pada kemampuan artifak itu saat
hidup dan menciptakan benda budaya.
Kebudayaan di bedakan dengan peradaban, meski pun pada beberapa literatur kadang
kala menggunakan istilah kebudayaan untuk menunjukkan suatu peradaban. Para ahli
pendidikan dan antropologi sepakat bahwa budaya adalah dasar terbentuknya kepribadian
manusia. Dari budaya terbentuk identitas seseorang, identitas suatu masyarakat dan identitas
suatu bangsa. Dengan budaya itu pulalah seseorang akan memasuki budaya global dalam dunia
terbuka dewasa.
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddayah yang merupakan
bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi dan akal.
1. Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni, terbentuknya kelompok-
kelompok keluarga.
2. Kebudayaan di peroleh dari lingkungan
3. Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang soliter atau terasing
tetapi yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu.
Setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan. Perbedaannya terletak pada kebudayaan
masyarakat yang satu lebih sempurna dari pada kebudayaan masyarakat lain, di dalam
perkembangan nya untuk memenuhi segala sesuatu keperluan masyarakatnya.

Manusia dapat dilihat dari kedudukanya sebagai homo humanus, homo socius, dan
homo educandum. Humanus berasal dari bahasa latin yang berarti lebih halus, berbudaya dan
manusiawi. Manusia menyukai musik, menari dan berperilaku sopan. Koentjaraningrat
menjelaskan peradaban itu sebagai bagian dan merupakan bagian kebudayaan yang halus dan
indah seperti kesenian, ilmu pengetahuan, sopan santun dan sistem pergaulan yang kompleks.
Sering juga peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem
teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan
kompleks.
Manusia juga makhluk yang selalu berinteraksi dan tidak terlepas dari orang lain dalam
berinteraksi dengan lingkunganya ,manusia menggunakan simbol, manusia menggunakan
benda-benda sebagai simbol yang mengekspresikan sesuatu.
Menurut Margaret Mead (1901-1978) budaya adalah perilaku yang dipelajari dari
sebuah masyarakat atau subkelompok. Budaya sebagai program bertahan hidup dan adaptasi
suatu kelompok dengan lingkunganya. Kebudayaan juga terdiri dari keyakinan, simbol dan
interprestasi dalam kelompok manusia. Sebagian besar ilmuan sosial saat ini memandang
budaya terdiri dari aspek simbolik, ideasional, dan tidak terlihat. Esensi budaya bukan pada
benda ,alat atau elemen budaya yang terlihat lainya namun bagaiamana kelompok
menginterprestasikan menggunakan dan merasakannya. Orang–orang didalam suatu
kebudayaan biasanya menginterprestasikan makna simbol, benda dan perilaku menurut cara
yang sama atau serupa (banks, 1993 : 8). Ada kemungkinan orang menginterprestasikan secara
lain pada suatu perilaku yang sama. Semua kebudayaan menggunakan bahasa tubuh untuk
berkomunikasi.
2. Unsur-unsur Budaya
E. B. Tylor (1832 – 1917) memandang budaya sebagai kompleksitas hal yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan
lain yang di peroleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Namun, Koentjaraningrat lebih sistematis dalam merinci unsur-unsur kebudayaan. Unsur-
unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2000 : 2) adalah sebagai berikut :
a) Sistem religi dan upacara keagamaan
b) Sistem dan organisasi kemasyarakataan
c) Sistem Pengetahuan
d) Bahasa
e) Kesenian
f) Sistem mata pencaharian hidup
g) Sistem teknologi dan peralatan
Secara garis besar unsur – unsur yang berada diurutan bagian atas merupakan unsur yang
lebih sukar berubah daripada unsur – unsur di bawahnya. Namun perlu di perhatikan karena
ada kalanya sub unsur dari suatu unsur di bawahnya lebih sukar di ubah daripada unsur – unsur
dari suatu unsur yang tercantum di atasnya.
Unsur-unsur yang diurutkan di atas merupakan unsur budaya yang universal dalam arti ada
di manapun, kapan pun dan berlaku pada siapa pun. Artinya di belahan dunia mana pun ada
ketujuh unsur itu. Dalam sejarah manusia baik yang primitif maupun yang modern ke tujuh
unsur itu berlaku pada siapapun yang dinamakan “manusia”.
Kebudayaan memberi pengetahuan dan ide tentang dan untuk berperilaku. Artinya, orang
harus mengetahui jenis pengetahuan dan ide yang harus digunakan pada jenis perilaku tertentu
yang sesuai (untuk berperilaku) dan juga untuk memahami perilaku tentang apa yang dia lihat
(tentang perilaku).
D. Wujud Kebudayaan
Koendjaraningrat mengemukakan pendapatnya bahwa wujud kebudayaan adalah
meliputi :
1) Wujud Idiil yang bersifat abstrak, tak dapat di raba terletak di alam pikiran dari warga
masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
2) Wujud Kedua adalah sistem sosial mengenai pelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi selalu mengikuti pola tertentu, sifatnya
kongkrit yang bisa di observasi.
3) Wujud Ketiga adalah Kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda yang
dapat di raba dan di lihat. Wujud konkret dari kebudayaan adalah artifact adalah kebudayaan
yang merupakan hasil karya yang bersifat fisik yang dapat di raba, misalnya bangunan megah
(candi borobudur, prambanan). Kebudayaan dalam arti sistem tingkah laku merupakan suatu
pola tindakan yang dilakukan oleh manusia yang berpola. Tingkah laku sifat nya konkret, dapat
diamati, dan divisualisasikan.

E. Budaya dan Lingkungan


Keberhasilan bertahan hidup suatu kelompok tergantung pada jenis lingkungan yang di
hadapi kelompok. Ada lingkungan geografis atau habitat fisik. Lingkungan ini memberi
berbagai keunikan alamiah dimana kelompok sosial itu beradaptasi dengan merubah lewat
teknologi.
Anggota kelompok sosial harus hidup bersama dan berinteraksi. Beberapa kelompok
ini ada interaksi lokal dan memungkinkan interaksi tatap muka. Dalam skala dunia kelompok
sosial utama seperti negara hidup dalam lingkungan sosial, regional dan global. Harus
beradaptasi dengan negara lain.
Ada suatu jenis lingkungan yang biasanya kita tidak memikirkannya karena tidak
terlihat. Namun nyatanya jutaan manusia sangat mempengaruhi hidup. Kali ini terletak pada
apa yang di pikirkan terhadap dorongan manusia yang mendasar.
Satu cara untuk memuaskan kebutuhan akan makna ini adalah mengembangkan
keyakinan bahwa hidup di tentukan oleh sesuatu yang lebih tinggi, seperti tuhan atau hal – hal
supernatural lainnya. Lingkungan ini berlokasi di luar pengalaman di sini dan kini atau
transenden (melampaui dunia).

F. Budaya dan non Budaya


Non budaya mencakup benda yang keberadaannya sudah ada dengan sendirinya atau
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang belum mendapat campur tangan manusia (benda-benda
ilmiah seperti batu, pohon, gunung, tanah, planet) . Sedangkan budaya mencakup hal yang
keberadaannya mendapat campur tangan manusia (misalnya patung, marmer/onix, bonsai, dan
bangunan). Benda non budaya akan menjadi budaya apabila telah mendapat campur tangan
manusia.

G. Pranata Budaya
Pranata yang ada dalam kebudayaan dikelompokan berdasarkan kebutuhan hidup
manusia yang hidup dalam ruang dan waktu :
1) Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidup kekerabatan, misal : perkawinan,
pengasuhan anak
2) Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencaharian hidup,
memproduksi, menimbun, dan mendistribusi harta benda. Contoh pertanian, industri, koperasi,
dan pasar.
3) Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Contoh : pengasuh anak, pendidikan dasar,
menengah dan pendidikan tinggi, pendidikan keagamaan, pers.
4) Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam semesta.
Contoh : penjelajahan diluar angkasa, satelit
5) Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan keindahan dan reaksi.
Contoh : batik, seni suara, gerak, drama, dan olahraga .
6) Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan.
Contoh : masjid, doa, kenduri upacara, dan pantangan
7) Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia. Contoh : perawatan
kecantikan, dan kesehatan.
Hakikat Pendidikan Multikultural

1. Pengertian Pendidikan multikultural

Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat
manusia dan kemanusiaannya. Mengingat pentingnya pemahaman mengenai multikulturalisme
dalam pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara terutama bagi negara-negara yang
mempunyai aneka ragam budaya masyarakat seperti Indonesia, maka pendidikan
multikulturalisme ini perlu dikembangkan. Melalui pendidikan multikultural diharapkan akan
dicapai suatu kehidupan masyarakat yang damai, harmonis, dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar.

Indonesia sebagai suatu negara yang berdiri di atas keanekaragaman kebudayaan


meniscayakan pentingnya multikulturalisme dalam pembangunan bangsa. Dengan
multikulturalisme ini maka prinsip ”bhinneka tunggal ika” akan menjadi terwujud. Pendidikan
multikultur merupakan upaya konkrit untuk mewujudkan pemahaman multikulturalisme.
Diharapkan pendidikan multikultur akan dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai
keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan multikultural bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah-sekolah atau


lembaga-lembaga pendidikan formal saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, keluarga, dan institusi-institusi lainnya. Pendidikan multikultural
adalah suatu pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara
menyeluruh membongkar kekurangan, kegagalan dan praktik-praktik diskriminatif dalam
proses pendidikan.

Pendidikan multikultural didasarkan pada gagasan keadilan sosial dan persamaan hak dalam
pendidikan. Pendidikan multikultural seyogyanya memfasilitasi proses belajar mengajar yang
mengubah perspektif monokultural yang esensial, penuh prasangka dan diskriminatif ke
perspektif multikulturalis yang menghargai keragaman dan perbedaan, toleran dan sikap
terbuka. Perubahan paradigma semacam ini menuntut transformasi yang tidak terbatas pada
dimensi kognitif belaka.

Di Indonesia, pendidikan multikultural relatif baru dikenal sebagai suatu pendekatan


yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang heterogen, terlebih pada masa
otonomi dan desentralisasi yang baru dilakukan. Pendidikan multikultural yang dikembangkan
di Indonesia sejalan pengembangan demokrasi yang dijalankan sebagai counter terhadap
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Apabila hal itu dilaksanakan dengan tidak
berhati-hati justru akan menjerumuskan kita ke dalam perpecahan dalam mencapai tujuan
bangsa yang terkandung dalam nasional

Dunia pendidikan tidak boleh terasing dari perbincangan realitas multikultural tersebut. Bila
tidak disadari, maka dunia pendidikan turut mempunyai andil dalam menciptakan ketegangan-
ketegangan sosial. Oleh karena itu, di tengah maraknya pergantian kurikulum, harus
menyelinap dalam rasionalitas bahwa pendidikan bukan hanya sekedar mengajarkan “ini” dan
“itu”, tetapi juga mendidik anak bangsa menjadi manusia berkebudayaan dan berperadaban.
Dengan demikian, tidak saatnya lagi pendidikan mengabaikan realitas kebudayaan yang
beragam tersebut

Pengertian “multikultural” secara luas mencakup pengalaman yang membentuk persepsi


umum terhadap manusia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis identitas budaya, bahasa,
ras, dan kebutuhan khusus. Ketika membahas multikultural atau studi budaya lainnya, maka
konsep ethic dan emic akan selalu muncul. Ethic sebenarnya merupakan istilah anthropogi
yang dikembangkan Pike (1976). Istilah ini berasal dari kajian anthropologi bahasa,
yaitu phonemics yang merupakan studi yang mempelajari suara untuk bahasa tertentu
dan phonetics atau studi yang mempelajari bunyi-bunyian yang ditemukan pada semua bahasa
(universal) pada semua budaya. Pike memakai istilah Emic dan Ethic untuk menjelaskan dua
sudut pandang dan mempelajari multikultural.Ethic adalah sudut pandang dalam mempelajari
budaya dari luar sistem budaya itu, dan merupakan pendekatan awal dalam mempelajari suatu
sistem budaya yang asing. Sedangkan emic sebagai sudut pandang merupakan studi perilaku
dalam sistembudaya tersebut (Segall,1990). Ethic adalah aspek kehidupan yang muncul
konsisten pada semua budaya tertentu. Jadi, Ethic). Menjelaskan universalitas suatu konsep
kehidupan sedangkan emic menjelaskan keunikan dari sebuah konsep budaya
(Matsumoto.1996).
Pemahaman konsep ini sangat penting dan menjadi dasar dalam memahami budaya dalam
pendidikan Multikultural. Pendidikan multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan
dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam
pembentukan gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatab pendidikan dari
individu, kelompok maupun negara (Banks,2001). Di dalam pengertian ini terdapat adanya
pengakuan yang menilai penting aspek keragaman budaya dalam perilaku manusia.
Lebih lanjut, James A. Banks dalam bukunya “Multicultural Education” mendefenisikan
pendidika multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan
yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik
pria maupun wanita, siswa kebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari
kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang
sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.
Jadi, pendidikan multikultural akan mencakup :
a. Ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya.
b. Gerakan pembaharuan pendidikan
c. Proses pendidikan.
2. Dasar Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural paling tidak menyangkut tiga hal yaitu :
1. Ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya
2. Gerakan pembaharuan pendidikan
3. Proses Pendidikan

Berikut ini akan diuraikan dasar yang membentuk perlunya Pendidikan Multikultur :
a. Kesadaran nilai penting keberagaman budaya
Pendidikan Multikultural berkaitan dengan ide bahwa semua siswa tanpa memandang
karakteristik budaya itu seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah.
Perbedaan yang ada itu merupakan keniscayaan atau kepastian adanya namun perbedaan itu
harus diterima secara wajar dan bukan untuk membedakan. Artinya perbedaan itu perlu kita
terima sebagai suatu kewajaran dan perlu sikap toleransi agar kita bisa hidup berdampingan
secara damai tanpa melihat unsur yang berbeda itu untuk membeda-bedakan.
b. Gerakan pembaharuan pendidikan
Ide penting yang lain adalah sebagian siswa ternyata ada yang memiliki kesempatan yang
lebih baik untuk belajar di sekolah favorit tertentu sedangkan siswa denan karakteristik budaya
yang berbeda tidak memiliki kesempatan itu .
c. Proses Pendidikan
Pendidkan Multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang tujuannya tidak akan
pernah terrealisasikan secara penuh. Pendidikan Multikultural adalah proses terjadi Pendidikan
Multikultural harus dipandang sebagai suatu proses yang terus-menerus, dan bukan sebagai
sesuatu yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama dari Pendidikan Multikultural adalah untuk
memperbaiki prestasi secara utuh bukan sekedar meningkatkan skor.

3. Rasionalita Arti Pentingnya Keberadaan Pendidikan Multikultural


Pendidkan Multikultural dapat menjadi elemen yang kuat dalam kurikulum Indonesia untuk
mengembangkan kompetensi dan keterampilan hidup. Jadi, sangat relevan bagi sekolah di
Indonesia untuk menerapkan Pendidikan Multikultural dapat melatih siswa untuk menghormati
dan toleransi terhadap semua kebudayaan.
Pendidikan Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang didasarkan
pada keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat menjelaskan
perilaku manusia. Budaya memiliki peranan yang sangat besar di dalam menentukan arah
kerjasama maupun konflik antar sesama manusia.
Pendidikan Multi kultural dipresepsikan sebagai suatu jembatan untuk mencapai kehidupan
bersama dari umat manusia didalam era globalisai yang penuh tantangan baru. Pertemuan
antarbudaya bisa berpotensi memberi manfaat tetapi sekaligus menimbulkan salah paham.
Itulah rasional yang menunjukkan arti pentingnya keberadaan Pendidikan Multikultural.
4. Tujuan Pendidikan Multikultural
Tujuan Pendidikan Multikultural dapat mencakup tiga aspek belajar (kognitif, efektif, dan
tindakan) dan berhubungan baik nilai-nilai intrinsik maupun nilai instrumental Pendidikan
Multikultural. Tujuan Pendidikan Multikultural mencakup :
a. Pengembangan Literatis Etnis dan Budaya
Salah satu alasan utama gerakanuntuk memperbaiki Pendidikan Multikultural dalam
program sekolah adalah untuk memperbaiki kelalaian dalam penyusunan kurikulum. Tujuan
utama Pendidikan Multikultural adalah mempelajari tentang latar belakang sejarah, bahasa,
karakteristik budaya, sumbangan, peristiwa kritis, individu yang berpengaruh, dan kondisi
sosial, politik, dan ekonomi dari berbagai kelompok etnis mayoritas dan minoritas.
Pengetahuan tentang pluralisme budaya merupakan dasar yang diperlukan untuk menghormati,
mengapresiasi, menilai, dan memperingati keragaman, baik lokal, nasional, maupun
internasional
b. Perkembangan Pribadi
Dasar psikologis Pendidikan Multikultural menekankan pada pengembangan pemahaman
diri yng lebih besar, konsep diri yang positif, dan kebanggaan pada identitas pribadinya.
Penekanan bidang ini merupakan bagian tujuan Pendidikan Multikultural yang berkontribusi
pada perkembangan pribadi siswa, yang berisi pemahaman yang lebih baik tentang diri yang
pada akhirnya berkontribusi terhadap keseluruhan prestasi intelektual, akademis, dan sosial
siswa.
c. Klarifikasi Nilai dan Sikap
Pendidikan Multikultural mengangkat nilai-nilai inti yang berasal dari prinsip martabat
manusia, keadilan, persamaan, kebebasan, dan demokrasi. Maksudnya adalah mengajari
generasi muda untuk menghargai dan menerima pluralisme etnis, menyadarkan bahwa
perbedaan budaya tidak sama dengan kekurangan atau kerendahan diri, dan untuk mengakui
bahwa keragaman merupakan bagian integral dari kondisi manusia.
d. Kompetensi Multikultural
Penting sekali bagi siswa untuk mempelajari bagaimana berinteraksi dan memahami orang
yang secara etnis, ras, dan kultural berbeda dari dirirnya. Pendidikan multikultural dapat
membantu siswa mempelajari bagaimana memahami perbedaan budaya tanpa membuat
pertimbangan nilai yang semena-mena tentang nilai intrinsiknya. untuk mencapai tujuan ini
anak dapat diberi pengalaman belajar dengan memberi berbagai kesempatan pada siswa untuk
mempraktekan kompetensi budaya dan berinteraksi dengan orang,pengalaman dan situasi
berbeda.
e. Kemampuan Keterampilan Dasar
Tujuan utama Pendidikan Multikultural adalah untuk memfasilitasi pembelajaran untuk
melatih kemampuan keterampilan dasar dari siswa yang berbeda secara etnis. Pendidikan
Multikultural dapat memperbaiki penguasaan membaca, menulis, dan keterampilan
matematika, materi pembelajaran, dan keterampiln proses intelektual seperti pemecah masalah,
berpikir kritis, dan pemecah konflik dengan memberi materi dan teknik yang lebih bermakna
untuk kehidupan dan kerangka berpikir dari siswa yang berbeda secara etnis.
Aspek lain dari Pendidikan Multikultural yang berkontribusi secara langsung pada level
pencapaian keterampilan dasar yang lebih tinggi adalah kesesuaian dengan gaya belajar dan
mengajar.
Jenis iklim sosial yang ada di kelas juga mempengaruhi kinerja siswa dalam tugas
akademis. Pengaruh ini terutama benar untuk kelompok etnis yang mempertimbangkan
hubungan sosial dan latar belakang informal untuk proses belajar.
f. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan
Tujuan persamaan Multikultural berkaitan erat dengan tujuan penguasaan keterampilan
dasar, namun lebih luas dan lebih filosofis. Untuk menentukan sumbangan komparatif terhadap
kesempatan belajar, pendidik harus memahami secara keseluruhan bagaiman budaya
membentuk gaya belajar, perilaku mengajar, dan keputusan pendidikan.
Aspek lain dari tujuan memasukkan informasi akurat dalam mengajarkan tentang
masyarakat adalah mengembangkan rasa kesadaran sosial, keberanian moral, dan komitmen
terhadap persamaan, dan memperoleh keterampilan dalam aktivitas politik untuk mereformasi
masyarakat untuk membuatnya lebih manusiawi, simpatik terhadap pluralisme kultural,
keadilan moral, dan persamaan. Oleh karena itu tujuan multikultural untuk mencapai
persamaan dan keunggulan pendidikan mencakup kognitif, efektif, dan keterampilan perilaku,
disamping prinsip demokrasi.
g. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial
Tujuan terakhir dari pendidikan multikultural adalah memulai proses
perubahan disekolah yang pada akhirnya akan meluas kemasyarakat. Pendidikan multikultural
akan membantu siswa dari berbagai kelompok budaya yang berbeda dan memperoleh
keterampilan akademik yang dibutuhkan untuk fungsinya di dalam masyarakat yang
berpengetahuan , dan membantu siswa melampaui batas-batas budayanya dan memperoleh
pengetahuan sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk keterlibatanya di dalam wacana
publik dengan orang yang berbeda dengan dirinya .
h. Memiliki Wawasan Kebangsaan/Kenegaraan yang Kokoh
Dengan mengetahui kekayaan budaya bangsa itu akan tumbuh rasa kebangsaan yang kuat.
Rasa kebangsaan itu akan tumbuh dan berkembang dalam wadah negara Indonesia yang kokoh.
Untuk itu Pendidikan Multikultural perlu menambahkan materi,program dan pembelajaran
yang memperkuat rasa kebangsaan dan kenegaraan dengan menghilangkan etnosentrisme,
prasangka, diskriminalisasi dan stereotipe.
i. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa Sebagai Warga
Dunia
Siswa harus tetap dikenalkan dengan budaya lokal, harus diajak berpikir tentang apa yang
ada di sekitar lokalnya.
j. Hidup Berdampingan Secara Damai
Dengan melihat perbedaan sebagai sebuah keniscayaan, dengan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, dengan menghargai persamaan akan tumbuh sikap toleran terhadap kelompok
lain dan pada gilirannya dapat hidup berdampingan secara damai.
k. Fungsi Pendidikan Multikultural
Sejumlah fungsi yang menunjukkan pentingnya keberadaan dari Pendidikan Multikultural.
Fungsi tersebut adalah :
1. Memberi konsep diri yang jelas
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada setiap
masyarakat
4. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan partisipasi sosial dan keterampilan
kewarganegaraan
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa

Fungsi Pendidikan Multikultural yang mendasar adalah mempengaruhi perubahan sosial, dan
diperinci menjadi tiga yaitu :
1. Pebuhan diri
2. Perubahan sekolah dan persekolahan
3. Perubahan masyarakat

BAB III
3.1 KESIMPULAN
4. Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia
yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi
keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama). Pendidikan multikultural
menekankan sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan
yang didasarkan pada prinsip- prinsip persamaan (equality), saling menghormati
dan menerima serta memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan
sosial. Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan sikap “peduli” dan mau
mengerti (difference) atau “politics of recognition” politik pengakuan terhadap
orang-orang dari kelompok minoritas. Pendidikan multikultural melihat masyarakat
secara lebih luas. Berdasarkan pandangan dasar bahwa sikap “indiference” dan
“non-recognition” tidak hanya berakar dari ketimpangan
3.2 SARAN
Untuk kedepannya diharapkan guru dapat lebih menekankan pentingnya pluralitas
pada peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan (Padang: Angkasa Raya. 1987), hlm. 7.
Driyarkara, Tentang Pendidikan (Jakarta: Kanisius 1980), hlm. 8.
Maslikhah, Quo Vadis Pendidikan Multikultural: Reconstruksi Sistem
Pendidikan berbasis Kebangsaan (Surabaya: JP Books,. 2007), hlm. 748.
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan
Keadilan, (Yogyakarta: Pilar Media, 2005),

Anda mungkin juga menyukai