DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Low Impedance Tipe Arus ............... 36
Lampiran 4. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Lom Impedance Tipe Tegangan ...... 37
1. Pendahuluan
Busbar merupakan bagian utama dalam suatu gardu induk yang berfungsi sebagai
tempat terhubungnya semua bay yang ada pada gardu induk tersebut, baik bay line
maupun bay trafo. Umumnya gardu induk didesain dengan konfigurasi 2 busbar
(double busbar), namun juga masih terdapat gardu induk yang memiliki satu busbar
(single busbar).
Sistem gardu induk yang dikelola oleh PT PLN (Persero) beroperasi pada beberapa
level tegangan. Level tegangan ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu tegangan
ekstra tinggi dan tegangan tinggi. Gardu induk yang beroperasi pada level tegangan
500 kV dan 275 kV disebut sebagai GITET (Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi),
sedangkan gardu induk yang beroperasi pada level tegangan 150 kV dan 70 kV
disebut sebagai GI (Gardu Induk). GITET dibangun dengan konfigurasi sistem satu
setengah PMT, sedangkan GI umumnya menggunakan konfigurasi 1 breaker (single
breaker). Namun, pada beberapa GI yang tersambung langsung dengan pembangkit
juga menggunakan konfigurasi sistem satu setengah PMT.
Gardu Induk satu setengah PMT memiliki bagian utama yang disebut sebagai diameter
yang berfungsi untuk menghubungkan 2 busbar pada sistem gardu induk satu
setengah PMT tersebut. Diameter dilengkapi dengan 3 buah Pemutus Tenaga (PMT),
di antaranya : PMT busbar A (PMT A), PMT busbar B (PMT B) dan PMT pengapit
(PMT AB).
Dalam pengoperasiannya, busbar dan diameter tidak terlepas dari kondisi abnormal
yang disebut sebagai gangguan. Gangguan yang terjadi pada busbar dan diameter
adalah gangguan yang bersifat destruktif. Apabila terjadi gangguan pada busbar atau
diameter, maka kemungkinan terjadi kerusakan pada peralatan instalasi yang sangat
besar. Di samping itu, keandalan sistem dalam menyalurkan pasokan daya juga akan
terganggu. Proteksi busbar/diameter adalah suatu sistem proteksi yang berperanan
penting dalam mengamankan gangguan yang terjadi pada busbar atau diameter.
Sistem proteksi ini harus bekerja secara sensitif, selektif, cepat dan harus stabil untuk
gangguan yang terjadi di luar daerah proteksian busbar atau diameter.
Sistem proteksi busbar dan diameter merupakan suatu sistem kolektif yang meliputi :
trafo arus (CT) / trafo tegangan (PT), relai proteksi, pemutus tenaga (PMT), catu daya
dan rangkaian pengawatannya. Bagian-bagian dari sistem proteksi ini seperti terlihat
pada gambar 1.1.
Daerah kerja proteksi busbar adalah daerah di antara semua trafo arus (CT) bay yang
tersambung di busbar tersebut. Sistem proteksi busbar harus bekerja tanpa tunda
waktu (instantaneous) apabila terjadi gangguan di dalam zona proteksiannya (area
warna hijau) seperti diperlihatkan pada Gambar 1.2. Namun, untuk gangguan yang
terjadi di luar zona proteksiannya (di luar area warna hijau), proteksi busbar tidak boleh
bekerja (relai harus stabil).
Proteksi diameter memiliki daerah kerja yang meliputi daerah di antara CT dalam satu
diameter yang sama seperti diperlihatkan pada Gambar 1.3.
1. Bus Zone
Bus zone merupakan bagian dari diferensial busbar yang berfungsi untuk menentukan
busbar yang terganggu. Apabila Gardu Induk mempunyai lebih dari satu busbar, maka
sistem proteksi busbar di GI tersebut mempunyai beberapa zona proteksian tergantung
dari jumlah busbar yang dimiliki (satu zona mengamankan satu busbar), seperti pada
Gambar 1.4.,Bus zone 1 meliputi CT a, CT b, dan CT c, sedangkan untuk Bus zone 2
meliputi CT d, CT e dan CT f.
2. Check Zone
Check zone berfungsi untuk memastikan bahwa relai proteksi busbar akan bekerja
dengan benar pada saat terjadi gangguan internal dan tidak akan bekerja pada saat
gangguan eksternal. Check zone bekerja dengan cara membandingkan semua arus
pada bay yang tersambung dalam gardu induk tanpa membandingkan arus yang ada
pada bus coupler,seperti Gambar 1.4.,Check Zone meliputi CT g, CT h, CT j, dan CT k.
Buspro Busbar A
Buspro Busbar B
Check Zone
relai ini adalah harus memiliki modul CT cadangan (spare) untuk keperluan
penambahan bay pada busbar nantinya. Apabila modul cadangan ini tidak tersedia,
maka penambahan bay baru pada busbar juga membutuhkan penambahan relai
busbar baru.
2. Fungsi Intertrip
Fungsi intertrip pada relai CCP berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct transfer trip
(DTT) ke GI lawan/GI depan sehingga lokasi gangguan bisa dilokalisir.
kondisi terbuka (open). Apabila PMT dalam kondisi tertutup (close), daerah tersebut
diamankan oleh relai CCP.
1.2.11 Meter
Meter merupakan alat yang dapat memonitoring pembebanan busbar dan tegangan
yang terjadi. Beban busbar diukur dengan Amperemeter, sedangkan tegangan busbar
diukur dengan Voltmeter.
2. PEDOMAN PEMELIHARAAN
2. Inspeksi mingguan
3. Inspeksi bulanan
2. Kondisi Amperemeter
3. Kondisi kV-Meter (R, S, T)
4. Kondisi MW-Meter
5. Kondisi MVar-Meter
6. Kondisi kWH-Meter
a. kWH-Meter IN
b. kWH-Meter OUT
7. Kondisi Annunciator
8. Kondisi Sirkit Voltage Selection
Pemeriksaan besaran analog ini dapat dilakukan dengan cara melihat nilai pengukuran
pada display relai untuk relai relai jenis numerik, dan melakukan pengukuran dengan
menggunakan tang ampere dan voltmeter untuk relai relai jenis statik dan
elektromekanik.
Hasil pengukuran ini dicatat dalam blangko yang sudah disediakan agar kondisi
peralatan yang diidentifikasi tersebut (normal atau ada kelainan) dapat diketahui lebih
dini. Bila ada kelainan, dapat ditindaklanjuti pada kondisi peralatan in service atau
shutdown. Blangko uji terlampir.
Shutdown testing/measurement dilakukan pada saat busbar, diameter atau bay kopel
dalam keadaan tidak bertegangan/padam. Pekerjaan ini dilakukan secara rutin di
setiap pemeliharaan maupun pada saat investigasi ketidaknormalan proteksi (anomali).
2. Pengujian slope
Pengujian slope hanya dilakukan pada relai diferensial busbar low impedance.
Pengujian slope dilakukan untuk mendapatkan beberapa nilai arus diff kerja pada
beberapa nilai arus restrain dan menggambarkan karakteristik slope dari rele
diferensial low impedance.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus/tegangan kerja dari relai circulating
current dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus/tegangan kerja
juga dilakukan pengukuran kecepatan waktu kerja relai circulating current.
2.3.3 Pengujian Relai Circuit Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus kerja dari relai breaker failure dan relai
short zone dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus kerja juga
dilakukan pengujian waktu kerja relai dibandingkan dengan setting waktunya.
1. Pengujian arus kerja relai
Pengujian arus kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan arus secara bertahap
pada relai CBF dan SZP sehingga didapatkan nilai arus yang membuat relai
bekerja/trip.
b. b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau penggantian modul di
relai.
2.4 Shutdown Function Check / Pengujian Fungsi Pada Saat Sistem Tidak
Bertegangan
Shutdown function check dilakukan untuk mengetahui fungsi dari relai-relai proteksi
busbar dan diameter maupun indikator yang ada pada bay tersebut. Item – item yang
harus diperiksa pada saat shutdown function test adalah sbb :
2.4.3 Pengujian Relai Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP)
Pengujian function relai breaker failure dan relai short zone dilakukan untuk menguji
skema tripping relai tersebut. Untuk menguji skema proteksi ini secara keseluruhan,
dilakukan dengan cara memadamkan semua bay pada GI/GITET atau dengan cara
melakukan pemadaman secara bergantian pada setiap bay di GI/GITET tersebut.
Pengujian fungsi relai breaker failure dan relai short zone dilakukan :
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji skema dan sistem tripping ke
PMT.
2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT.
3. Setiap dilakukan penggantian peralatan teleproteksi (khusus test intertrip).
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, hal pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan identifikasi gangguan seperti waktu terjadinya gangguan,
lokasi gangguan dan fasa apa yang terganggu. Setelah itu dilakukan investigasi
peralatan proteksi mana saja yang harus bekerja untuk melokalisir gangguan tersebut.
Dari data-data gangguan yang diperoleh, dapat dianalisa proteksi mana saja yang
bekerja dengan benar dan proteksi mana yang salah bekerja.
Proteksi utama busbar dan diameter harus bekerja paling awal saat terjadi gangguan
pada busbar atau diameter. Apabila proteksi utama ini gagal, maka sistem proteksi
Hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi kegagalan kerja pada sistem proteksi
busbar dan diameter adalah :
1. Tidak sensitif
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
a. Uji individu untuk melihat karakteristik relai terkait yang mengalami malakerja.
b. Jika diperlukan dilakukan pengujian comtrade untuk melihat respon relai terhadap
gangguan yang terjadi (khusus untuk relai jenis numerik).
2. Tidak selektif
a. Periksa rangkaian pengawatan arus/tegangan dari CT/PT ke relai.
b. Uji Comtrade (jika diperlukan).
c. Pengujian kestabilan (stability test) terkait adanya malakerja relai diferensial busbar
dan relai circulating current.
d. Pengujian kestabilan terkait adanya penggantian relai diferensial busbar/circulating
current ataupun penggantian CT bay/diameter.
3. Tidak Cepat
a. Uji waktu kerja relai proteksi, relai-relai bantu dan relai lockout.
b. Uji Comtrade (jika diperlukan).
4. Gagal bekerja
a. Evaluasi nilai setting.
b. Uji karakteristik relai terkait yang mengalami malakerja, meliputi uji arus/tegangan
kerja dan waktu kerja relai proteksi.
c. Uji Comtrade (jika diperlukan).
d. Uji individu relai lockout dan relai-relai bantu, meliputi tegangan dan waktu kerja.
e. Periksa rangkaian pengawatan CT/PT, rangkaian logic, rangkaian trip dan
rangkaian catu daya.
f. Uji kestabilan (stability test).
g. Periksa sinyal trip pada tripping coil PMT.
Shutdown Testing
Uji Individual relai
In Service
Measurement
In Service Relai Differensial
Untuk memastikan Instalasi di
Inspection Busbar/Relai
semua rangkaian arus Offkan
Circulating Current
dan tegangan dalam 1. Uji arus/tegangan kerja
kondisi normal sebelum minimum
dilakukan shutdown 2. Uji waktu kerja
testing
Relai CBF/Relai
SZP/OCR/GFR
1. Uji arus kerja
In Service minimum
Measurement Shutdown Function 2. Uji arus drop-off
Uji Fungsi 3. Uji waktu kerja
Untuk memastikan
Instalasi di 1. Fungsi Trip Relai Tegangan Nol
semua rangkaian arus
dan tegangan dalam Operasikan 2. Fungsi Alarm 1. Uji tegangan kerja
kondisi normal sesudah 3. Annunsiator minimum
dilakukan shutdown 4. Fault Clearing Time 2. Uji waktu kerja
testing Relai Frekuensi Kurang
1. Uji frekuensi kerja
minimum
2. Uji frekuensi drop off
3. Uji waktu kerja
2 Kelembaban < 70 %
Kencang, tidak
10 Terminasi Wiring
karatan
Tidak cacat/Tidak
11 Kabel Kontrol
putus
Tidak cacat/Tidak
12 Sirkit Voltage Selection
putus
Normal, LED in
1 Relai Diferensial Busbar
service nyala
Normal, LED in
2 Relai Circulating Current
service nyala
Normal, LED in
3 Relai Circuit Breaker Failure
service nyala
Normal, LED in
4 Relai Short Zone Protection
service nyala
Normal, LED in
5 Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah (OCR/GFR)
service nyala
Normal, LED in
6 Relai Tegangan Nol
service nyala
Normal, LED in
7 Relai Frekuensi Kurang
service nyala
LED/bendera tidak
8 Trip Circuit Supervision 1
muncul
Normal, LED in
9 Trip Circuit Supervision 2
service nyala
5 kWh Meter
Normal, menyala
6 Announciator Lampu
pada test lamp
In service measurement mengacu pada ada atau tidaknya arus dan tegangan sesuai
fungsi relai proteksi.
Relai Diferensial Busbar/Circulating Tegangan diferensial (Vd) atau arus diferensial (Id) harus relatif
Current Jenis High Impedance nol ketika operasi normal minimal 10 % dari In CT.
Relai Diferensial Busbar / Arus diferensial harus relatif nol ketika operasi normal (dilakukan
Circulating Current Jenis Low setiap fasa) minimal 10 % dari In CT terbesar.
Impedance
Circuit Breaker Failure dan Short Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar
Zone Protection ketika kondisi operasi berbeban.
Relai Arus Lebih (OCR) Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar
ketika kondisi operasi berbeban.
Relai Gangguan Tanah (GFR) Arus yang masuk ke kumparan Ground Fault harus terukur relatif
nol ketika kondisi operasi berbeban.
Relai Tegangan Nol Tegangan yang masuk ke kumparan kerja relai harus sesuai
dengan tegangan keluaran trafo tegangan (PT)
Relai Frekuensi Kurang Tegangan yang masuk ke kumparan kerja relai harus sesuai
dengan tegangan keluaran trafo tegangan (PT)
Pengujian individual relai proteksi harus mengacu pada akurasi dari pabrikan, dan
dapat dilihat dari manual buku pabrikan. Standar akurasi ini terdiri dari akurasi arus
kerja dan akurasi waktu kerja. Kesalahannya harus lebih kecil atau sama dengan
akurasi yang dinyatakan di buku manual pabrikan.
Kesalahan (error) dinyatakan melalui :
Pengujian ini harus mengacu kepada grid code untuk masing-masing level tegangan
sistem. Waktu pemutusan gangguan (fault clearing time) di jaringan, mulai dari saat
terjadi gangguan hingga padamnya busur listrik oleh terbukanya Pemutus Tenaga
(PMT), harus kurang dari atau sama dengan :
Sistem 500 kV : 90 ms
Sistem 275 kV : 100 ms
Sistem 150 kV : 120 ms
Sistem 70 kV : 150 ms
4. Rekomendasi
Rekomendasi yang dihasilkan harus mengacu kepada hasil pemeliharaan yang telah
dilakukan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.
1 Kondisi suhu ruang proteksi dan kontrol Panas atau Lembab Periksa lingkungan
ruangan,
Periksa dan perbaiki
sistem AC pendingin
5 Kondisi meter-meter
- Analog Penunjukan tidak sesuai Periksa meter, kalibrasi,
ganti meter.
1 Uji fungsi sistem proteksi PMT tidak trip - Periksa sistem DC tripping
- Periksa kontak output trip relai
- Periksa lockout relai
- Periksa tripping coil PMT
- Periksa pengawatan tripping
- Kordinasi dengan regu
pemeliharaan PMT.
2 Uji fungsi waktu Waktu pemutusan melebihi Periksa kecepatan masing masing
pemutusan. standar acuan komponen (relai, lock out relai, dan
PMT)
Lampiran 3. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Low Impedance Tipe Arus
Lampiran 4. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Lom Impedance Tipe Tegangan
GLOSARRY
1. Inservice
Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan.
2. Inservice Inspection
Pemeriksaan Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan
menggunakan panca indera.
3. Inservice Measurement
Pengujian atau pengukuran peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi
bertegangan menggunakan alat bantu.
4. Shutdown Testing/Measurement
Pengujian/pengukuran Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi tidak
bertegangan.