Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara


terus menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga
pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup
masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan dengan
perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan
memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara
keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta
dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan
meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki
kemandirian yang lebih besar.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial dari individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari
pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama
(Friedman, 1998).
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga
individu, dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari
identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing
anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan
masyarakat. Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di Eropa yang
merupakan praktek keperawatan termodern saat ini adalah promoting and
protecting people health merupakan perubahan paradigma dari cure menjadi
care melalui tindakan preventif dan mengurangi kejadian dan penderitaan
akibat penyakit . Dan keluarga menempati posisi diantara individu dan
masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada
keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama
adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah

1
memenuhi kebutuhan masyarakat. Perawat keluarga memiliki peran untuk
memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarganya, sehingga
keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan, Friedmen
menyatakan bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi lima fungsi
dasar keluarga, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi,
dan fungsi perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan
untuk mewujudkan keluarga yang sehat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Definisi Keluarga?


2. Bagaimana Tipe/Bentuk Keluarga?
3. Bagaimana Struktur Keluarga?
4. Bagaimana Peran Keluarga?
5. Bagaimana Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga?
6. Bagaimana Trend & Issu Keperawatan Keluarga?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi Keluarga?


2. Untuk Mengetahui Tipe/Bentuk Keluarga?
3. Untuk Mengetahui Struktur Keluarga?
4. Untuk Mengetahui Peran Keluarga?
5. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga?
6. Untuk Mengetahui Trend & Issu Keperawatan Keluarga?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dan keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan, 1988).

Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim.


Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam
Setiadi 2008).

Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih


individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-
tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.

Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang


pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan
negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh
terhadap belajar.

Menurut Silvicon G Bailon dan Aracelis Maglaya (2005), keluarga


adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

2.2 Tipe/Bentuk Keluarga

Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia


keperawatan, oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan

3
keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang ada
yaitu sebagai berikut :

A. Tradisional

a. The Nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak
b. The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah
tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah
dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai:
paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
f. The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
g. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad
saat ”weekend”
h. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang
dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi,
telepon,dll)
j. Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

4
k. The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

B. Non-Tradisional

a. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family : Keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan
anak bersama.
d. The nonmarital heterosexsual cohabiting family : Keluarga yan
ghidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana ”marital pathners”
f. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
pernikahan karena beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling
menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual
dan membesarkan anak.
h. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.

5
j. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
k. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.

2.3 Struktur Keluarga


Menurut Friedcman (1998), struktur keluarga terdiri dari :

1) Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur,


terbuka, melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta
adanya hierarki kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan
akan berhasil jika pengirim pesan (sender) yakin mengemukakan
pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas, dapat menerima dan memberi
umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi sesuai. Sebaliknya,
seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan dengan
baik jika dapt menjadi pendengan yang baik, memberi umpan balik dan
dapat memvalidasi pesan yang diterima.
2) Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.
3) Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari
legitimate power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian),
reward power (hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.
4) Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan
yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan
norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu.

6
2.4 Peran keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat
dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat.
Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1) Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai
peran mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan
tingkat perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.

2.5 Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga

Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan


Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan
kepada klien sepanjang rentang kehidupan dan sesuai tahap perkembangan
keluarga. Ruang lingkup praktik keperawatan Komunitas Meliputi:

a. Upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif)


b. Pencegahan (preventif)
c. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif)
d. Pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
e. Mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyrakat kelingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).

7
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan
memberikan:
- Penyuluhan kesehatan masyrakat
- Peningkatan gizi
- Pemeliharaan kesehatan perseorangan
- Pemeliharaan kesehatan lingkungan
- Olahraga secara teratur
- Rekreasi
- Pendidikan seks.
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit
dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
- Imunisasi massal terhadap bayi,balita serta ibu hamil
- Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,puskesmas
maupun kunjungan rumah
- Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu,puskesmas
ataupun dirumah
- Pemeriksaan dan pemiliharaan kehamilan,nifas dan menyusui.

3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditunjukan untuk merawat dan mengobati
anggota-anggota keluarga,kelompok dan masyarakat yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan,melalui kegiatan:
- Perawatan orang sakit dirumahh (home nursing)
- Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit

8
- Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu
bersalin dan nifas
- Perawatan payudara
- Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok - kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.
Misalnya TBC, cacat fisik lainnya, dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik,baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta,patah tulang maupun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke, fisioterapi
manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialiattaif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok kusus kedalam pergaulaan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena
menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti wanita Tuna Susiala (WTS), tuna
wisma dan lain-lain.

 SASARAN
1. Keluarga sehat  keluarga yang memerlukan perhatian khusus terkait
dengan siklus perkembangan manusia dan tahap perkembangan
keluarga, fokus intervensi promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit
2. Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan  keluarga yang
mempunyai kebutuhan yang terkait dengan siklus perkembangan
anggota keluarga, keluarga dengan resiko penurunan status kesehatan (
bayi bbrl, balita dengan ancaman ggn gizi, balita belum immunisasi,

9
bumil anemia, bumil multipara, lansia, remaja dengan penyalah gunaan
obat dll.
3. Keluarga yang memerlukan pelayanan tindak lanjut  pasca
hospitalisasi, penyakit kronik, penyakit degeneratif, pasca tindakan
pembedahan, dan penyakit terminal.

2.7 Trend dan Issu Keperawatan Keluarga

Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut
ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana
alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Jadi, trend dan isu
keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual, dan sedang
hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup keperawatan
keluarga.
 Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:
Global
 Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola
perilaku keluarga. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global
sehingga penyebarannya semakin meluas.
 Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi
penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran
yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.
 Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan
yang ketat serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang
mengutamakan kualitas pendidikan.
 Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta
pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan
yang tinggi.
 Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system
yang belum berkembang.

10
 Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES
sudah menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model
keperawatan keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan.
 Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
 Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
 Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
 Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.

Pelayanan
 SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat
keluarga.
 Penghargaan / reward rendah.
 Bersikap pasif.
 Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
 Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.

Pendidikan
 Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung
“mudah”
 Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
 Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
 Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
 Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.

Profesi
 Standar kompetensi belum disosialisasikan.
 Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
 Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
 Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
 Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.

11
 Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik
keperawatan.

 Dan Beberapa Tren dan Issu dalam Keperawatan Keluarga


1. Perubahan Bidang Profesi Keperawatan
a. Perubahan ekonomi
Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan
berbagai anggaran untuk pelayanan kesehatan, sehingga berdampak
terhadap orientasi manajemen kesehatan atau keperawatan dari
lembaga sosial ke orientasi bisnis.
b. Kependudukan
Sedangkan perubahan kependudukan dengan bertambahnya
jumlah penduduk di Indonesia dan bertambahnya umur harapan
hidup, maka akan membawa dampak terhadap lingkup dari praktik
keperawatan. Pergeseran tersebut terjadi yang dulunya lebih
menekankan pada pemberian pelayanan kesehatan atau perawatan
pada “hospital-based” ke “comunity based”.
c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Atau Keperawatan
Era kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga
perawat di tuntut untuk menguasai teknolgi komputer di daam
melaksanakan MIS (Manajemen Information System) baik di tatanan
pelayanan maupun pendidikan keperawatan.
d. Tuntutan Profesi Keperawatan
Karakteristik Profesi yaitu:
1. Memiliki dan memperkaya tubuh pengetehuan (body of
knowledge) melalui penelitian
2. Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada
orang lain
3. Pendidikan yang memenuhi standar
4. Terdapat pengendalian terhadap praktik
5. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat (Accounttable)
terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan gabung

12
6. Merupakan karier seumur hidup
7. Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi

2. Dampak Perubahan
1.) Praktik keperawatan

a. Pengurangan anggaran

Perawat indonesia saat ini di hadapkan pada suatu dilema,di


satu sisi dia harus terus mengupayakan peningkatan kualitas
layanan kesehatan, dilain pihak pemerintah memotong alokasi
anggaran untuk pelayan keperawatan. Keadaan ini dipicu
dengan menjadikan rumah sakit swadan dimana juga berdampak
terhadap kinerja perawat. Dalam melaksanakn tugasnya perawat
sering jarang mengadakan hubungan interpersonal yang baik
karena mereka harus melayani pasien lainnya dan dikejar oleh
waktu.

b. Otonomi dan akuntabilitas

Dengan melibatkan perawat dalam pengambilan suatu


keputusan di pemerintahan, merupakan hal yang sangat positif
dalam meningkatkan otonomi dan akuntabilitas perawat
indonesia. Peran serta tesebut perlu di tingkatkan terus dan di
pertahankan. Kemandirian perawat dalam melaksanakan
perannya sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya
otonomi perawat semakin tingginya tuntutan kemampuan yang
harus di persiapkan.

c. Teknologi

Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK


dalam praktek keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan
suatu keharusan.

13
d. Tempat praktik

Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada


tatanan klinik (RS); komunitas; dan praktik mandiri di
rumah/berkelompok (sesuai SK MENKES R.I.647/2000 tentang
registrasi dan praktik keperawatan).

e. Perbedaan batas kewenangan praktik

Belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan


pada setiap jenjang pendidikan, sebagai suatu tantangan bagi
profesi keperawatan.

2.) Tantangan Pendidikan Keperawatan

Di masa depan pendidikan keperawatan dihadapkan pada


suatu tantangan dalam meningkatkan kualitas lulusannya dituntut
menguasai kompetensi-kompetensi profesional. Isi kurikulum
program pendidikan ke depan, juga harus menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

3.) Tantangan Perubahan Iptek

Riset keperawatan akan menjadi suatu kebutuhan dasar yang


harus dilaksanakan oleh perawat di era global. Meningkatnya
kualitas layanan, sangat ditentukan oleh hasil kajian-kajian dan
pembaharuan yang dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian.
(Kuntoro, 2010, hal. 149-150)

 Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga


Menurut Friedman dkk (2013,hal. 41-42), berdasarkan kajian kami
terhadap literatur dan diskusi profesional dengan kolega di bidang
keperawatan keluarga, isu penting dalam keperawatan keluarga saat ini:
1. Isu Praktik :
a. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis.

14
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan
pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua bidang dan
spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih tinggi
dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga
juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan.
Wright dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang
menciptkan kesenjangan ini adalah “ cara perawat menjabarkan
konsep masalah sehat dan sakit. Hal ini merupakan kemampuan
“berfikir saling memengaruhi”: dari tingkat individu menjadi tingkat
keluarga (saling memengaruhi)”. Penulis lain yaitu Bowden dkk
menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan ekonomi seperti
pengurangan layanan dan staf, keragaman dalam populasi klien yang
lebih besar. Sedangkan menurut Hanson kurangnya alat pengkajian
keluarga yang komperehensif dan strategi intervensi yang baik,
perawat terikat dengan model kedokteran (berorientasi pada individu
dan penyakit), dan sistem pemetaan yang kita lakukan serta sistem
diagnostik keperawatan menyebabkan penerapan perawatan yang
berfokus pada keluarga sulit diwujudkan.

b. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah


untuk di integrasikan dalam praktik.
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan
kesehatan besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat sistem
pengelolaan perawatan berupa sistem pemberian layanan kesehatan
yang kompleks, multi unit, dan multi level sedang dibentuk. Sebagian
dari restruturisasi ini juga termasuk kecenderungan pasien
dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat dan lebih cepat” dan
pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta
pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini me
nyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja
dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien
individu dan klien keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu,

15
mengembangkan cara yang bijak dan efektif untuk mengintegrasikan
keluarga ke dalam asuhan keperawatan merupakan kewajiban perawat
keluarga. Menurut Wright dan Leahey, mengatasi kebutuhan ini
dengan menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang.
Pencetusan gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik
guna mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik
dewasa ini.

c. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan


kepada keluarga.

Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang


disusun oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa
peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan
ke pasien atau keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih
menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan saat ini.
Menurut Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita
bahwa terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam
hubungan antara perawat dan keluarg, hubungan kolaboratif yang
lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik akan keahlian keluarga.
Perkembangan penggunaan Internet dan email telah memberikan
banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai
masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen
telah memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka
sebagai konsumen, yang membeli dan mendaptkan layanan kesehatan
seperti layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari kecenderungan ini,
anggota keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk memutuskan
apa yang baik bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi
kepentingan mereka sendiri.

d. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang kebudayaannya


beragam.

16
Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian
dikalangan penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat,
dibandingkan isu lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat
yang beragam, yang memiliki banyak cara untuk menerima dan
merasakan dunia, khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam
pengertian yang lebuh luas, budaya (termasuk etnisitas, latarbelakang
agama, kelas sosial, afiliasi regional dan politis, orientasi seksual,
jenis kelamin, perbedaan generasi) membentuk persepsi kita, nilai,
kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya, seperti pengalaman sehat
dan sakit, membentuk cara kita memandang sesuatu. Meskipun
terdapat semua upaya tersebut guna dapat bekerja lebih efektif dengan
keluarga yang beragam, memberikan perawatan yang kompeten secara
budaya tetap menjadi tantangan yang terus dihadapi.

e. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru


yang menarik bagi perawat keluarga.

Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal


sebagai globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan
baru dan menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program
yang telah diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan
yang lebih baik bagi keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya
individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis, dan profesional.
Globalisasi mempunyai dampak negatif yang bermakna bagi
kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti HIV/AIDS
menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran
yang diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh dunia melalui
konferensi internasional, perjalanan, dan membaca literatur kesehatan
internasional memberikan pemahaman yang bermanfaat. Sebagai
contoh, di Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat
mengesankan. Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum
keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan
teori keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan

17
nilai dan konteks Jepang. Menurut Sugishita Keperawatan keluarga
mengalami pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang ditandai dengan
publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di Jepang. Negara lain,
seperti Denmark, Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko, Skotlandia,
dan Inggris juga mengalami kemajuan bermakna di bidang kesehatan
keluarga dan keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi dan
belajar dari perawat dibeberapa negara ini.

2. Isu Pendidikan:

Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei


pada sekolah keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan
terkait cakupan keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat
perkembangan pemaduan muatan keperawatan keluarga dan
ketrampilan klinis kedalam program keperawatan pascasarjana dan
sarjana. Masih belum jelas muatan apa yang tepat diberikan untuk
program sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara mengajarkan
ketrampilan klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program sarjana
dan pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga. Akan tetapi,
terdapat beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut
pada keperawatan keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan
ketrampilan yang dibutuhkan untuk bekerja dengan seluruh keluarga
dan individu anggota keluarga secara bersamaan. Perawat keluarga
dengan praktik tingkat lanjut dapat bekerja sebagai terapis keluarga
pada keluarga yang bermasalah. Akan tetapi, masih belum jelas muatan
dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam keperawatan keluarga
untuk para perawat yang dipersiapkan di program praktik tingkat lanjut
lainnya (program perawat spesialis klinis dan praktisi). Bahasa lebih
lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan ketrampilan klinis perlu
dilakukan.

18
3. Isu Penelitian:
Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi
keperawatan keluarga. Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti
telah membahas hasil kesehatan dan peralihan keluarga yang terkait
dengan kesehatan. Teori perkembangan, teori stres, koping, dan
adaptasi, teori terapi keluarga, dan teori sistem telah banyak memandu
penilitian para perawat penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas
disiplin, yang menunjukkan bahwa “tidak ada satupun disiplin yang
memiliki keluarga” menurut Gillis dan Knafl dalam Friedman dkk
(2013, hal.42). Kelangkaan penelitian keperawatan yang nyata terletak
dibidang studi interveni.

4. Isu kebijakan:

Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam


membentuk kebijakan yang memengaruhi keluarga.
Hanson, dalam bahasanya mengenai reformasi pelayanan kesehatan,
mendesak perawat keluarga lebih terlibat di tiap level sistem politis
guna menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan beliau. Praktisnya,
semua legislasi domestik yang dikeluarkan ditingkat lokal, negara
bagian atau nasional mempunyai dampak pada keluarga. Sebagai
advokat keluarga, kita perlu baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama menganalisis isu dan kebijakan yang tengah diusulkan dan
membantu merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan dan
regulasi yang positif. Mendukung calon dewan yang mendukung calon
keluarga dan menjadi relawan untuk melayani komisi kesehatan dan
komisi yang terkait dengan kesehatan dan dewan organisasi adalah
jalan penting lain untuk “ membuat suatu perbedaan” kita perlu
mendukung keluarga agar mempunyai hak mendapatkan informasi,
memahami hak dan pilihan mereka, serta lebih cakap dalam membela
kepentingan meraka sendiri.

19
 Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Indonesia

Perkembangan keperawatan di Indonesia sejak tahun 1983 sangat


pesat, di tandai dengan buka nya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)
di Universitas Indonesia Jakarta sejak tahun 1985 dan tahun 1985 telah
menjadi fakultas keperawatan, kemudian disusul PSIK di Universitas
Padjadjaran Bandung, berkembang lagi di 7 Universitas Negeri di
Indonesia pada tahun 1999, serta mulai berkembang pada sekolah tinggi
ilmu kesehatan dengan jurusan keperawatan yang pengelolaannya dimiliki
oleh masyarakat.

Perkembangan tersebut juga ditunjang oleh Departemen Kesehatan


pada tahun 90-an dengan program pokok Perawatan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas yang sasarannya adalah keluarga. Namun,
perkembangan jumlah keluarga yang menerus meningkat dan banyaknya
keluarga yang rawan kesehatan (risiko), keperawatan komunitas mungkin
tidak dapat menjangkau meskipun salah satu sasarannya adalah keluarga
yang rawan (berisiko). Dengan keadaan demikian keperawatan komunitas
(masyarakat) memfragmentasi menjadi keperawatan yang spesifik
diantaranya keperawatan keluarga. Akibatnya, jelas sekali bahwa
keperawatan keluarga menjadi sasaran yang spesifik dengan masalah
keperawatan (kesehatan) yang spesifik pula.

Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga


yang muncul di Indonesia :
 Sumber daya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara
global serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara
kita.
 Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para
tenaga kesehatan.
 Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat
pasif.
 Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
 Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.

20
 Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
 Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat
system yang belum berkembang.
 Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun
telah disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum
disosialisaikan secara umum.
 Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan
fasilitas transportasi yang cukup.
 Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
 Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
 Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga
terbatas.
 Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
 Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga
kurang.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dan keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan, 1988). Tipe atau bentuk keluarga terbagi menjadi dua yaitu
tradisional dan non tradisional. Pelayanan dalam keperawatan keluarga
mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang rentang
kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga. Dan dalam trend dan isu
dalam keperawatan keluarga, menurut Friedman dkk (2013, hal. 41-42) yaitu
Isu Praktik, Isu Pendidikan, Isu Penelitian, Isu kebijakan,

3.2 Saran
Setelah kita membaca dan memahami makalah diatas, diharapkan kita
sebagai perawat dapat memberikan sebuah pelayanan keperawatan keluarga
yang harus dikembangkan untuk mengurangi kejadian atau penderitaan akibat
suatu penyakit dalam keluarga atau masyarakat dengan perubahan paradigma
dari cure menjadi care melalui tindakan preventif.

22

Anda mungkin juga menyukai