I. DEFINISI
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen risiko untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di Puskesmas Rawat Inap
Jatinangor pada kesehatan pasien, petugas maupun lingkungan.
1
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
a. Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat, atap tidak bocor, lantai
tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta menggunakan bahan bangunan yang kuat
dan tidak membahayakan
b. Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup, seluruh ruangan
tidak lembab dan tidak berdebu.
c. Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu darurat jika
terjadi kecelakaan
d. Rasio kecukupan toilet karyawan akan terus diupayakan mengikuti indeks perbandingan
jumlah karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan 20 karyawan harus
ditambah I toilet dan 1 kamar mandi.
e. Tata ruang yaitu :
1) Zona ruang dengan
a) Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala Puskesmas, Ruang
pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis bersatu dengan loket (unit
pendaftaran), ruang penyimpanan obat, ruang Akreditasi dan Musholla
b) Risiko sedang: meliputi poli rawat jalan , rawat inap dan Poned
c) Risiko tinggi: meliputi Poli TB, Laboratorium, UGD dan tempat penampungan
limbah/sampah medis.
2) Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
2. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
a. Sarana
1) Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
2) Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis tidak tersedia,
toilet rusak, dll
b. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan, dsb
c. Kebersihan ruangan dan fasilitas
d. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah pada
lingkungan dll.
3. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
a. Toilet dan Kamar Mandi,
1) Tersedia dalam keadaan bersih
2) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
3) Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
4) Tidak terdapat perindukan nyamuk
b. Pembuangan sampah,
1) Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di setiap ruangan
2) Tempat sampah tertutup
2
3) Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam. Sampah
medis ditampung dalam kantong warna kuning.Sampah setiap hari dibuang di tempat
penampungan sampah sementara
c. Penyediaan air minum dan air bersih,
1) Tersedia air bersih
2) Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
d. Hygiene dan sanitasi makanan :Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
e. Pengolahan limbah : Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
f. Pengolahan limbah medis
1) Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
2) Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan kantong warna
kuning
3) Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan sementara untuk
dikirim ke tepat pemusnahan
g. Pengelolaan linen
1) Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
2) Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
3) Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
h. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
1) Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
2) Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
3) Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
i. Dekontaminasi dan sterilisasi
1) Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi dan sterilisasi
2) Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan, sterilisasi
dilakukan di ruang sterilisasi
j. Promosi hygiene dan sanitasi : Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan,
membuang sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.
4. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas sanitasi
IV. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas.
3
MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
I. DEFINISI
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan dan meminimalkan
risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen risiko layanan klinis adalah suatu
pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan
untuk mencegahterjadinya risiko tersebut.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas adalah untuk
keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan manajemen risiko layanan klinis
bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan Puskesmas.
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Rawat Inap Jatinangor
nmeliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti Puskesmas lainnya
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Kuala Lempuing dilaksanakan di unit
pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis dan Perawatan yaitu :
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poli Umum/ Ruang Tindakan
3. Labolatorium
4. Apotek
5. R. PKPR/Konseling
6. Poli Gigi
7. Poli Ibu/ KB
8. Poli Anak
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga dilaksanakan di jaringan
pelayanan Puskesmas Kuala Lempuing yang melaksanakan layanan klinis seperti pemeriksaan,
4
pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi. Jaringan pelayanan Puskesmas yang dimaksud
meliputi: Puskesmas rawat jalan, dan Posyandu.
5
Unit Layanan Risiko
o Pemberian obat rusak
o Kesalahan pengambilan obat
Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi manajemen
risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
Keterangan:
a. Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 = sangat sering
terjadi.
b. Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat gawat
c. Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat sulit dideteksi
3. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko. Evaluasi
dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis Akar Masalah
(RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan
(treatment) atau tidak.
IV. DOKUMENTASI
6
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas.
7
MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM
I. DEFINISI
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas Rawat Inap Jatinangor
merupakan upaya untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau
risiko atas pelaksanaan program Puskesmas.
III. PENERAPAN
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
1. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
Program Risiko
Posyandu Bayi dan o Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
Balita o Kesalahan cara pemberian imunisasi
o Kesalahan jenis imunisasi
o Kesalahan dosis vaksin
o Insiden kegagalan pemberian imunisasi
o Insiden efek samping imunisasi
o Ceceran limbah medis
o Insiden petugas tertusuk jarum
o Insiden balita terluka pada proses penimbangan
menggunakan dacin
o Kesalahan cara penimbangan
o Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan pemeriksaan
Prolanis o Kesalahan identifikasi
o Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
o Insiden perlukaan karena penggunaan alat periksa
o Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
o Insiden perlukaan karena pemeriksaan laboratorium
o Insiden peserta keseleokarena senam
o Kesalahan pemberian obat
8
Program Risiko
o Kesalahan dosis obat
2. Analisis Risiko
a. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA dan analisis
penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analysis). Tingkat
risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan
pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas
b. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana
tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan
perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya
IV. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
REFERENSI
9
Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2004, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
10