Desa : Jatiwangi
Kecamatan : Jatiwangi
Kabupaten : Majalengka
Disusun oleh :
Annisa Nur Maulidya 130110130113 Rahmat Aji S. 230110130068
Cecillia Eldina P. 220110130038 Rio Hardi Pranata 200110130286
Dita A.F. R .H. 110110130150 Rizkia Amalia S. 110110130233
Dodi Hidayat 130110130089 Rizki Mufidah 220110130067
Eka Nurul H. W. 180110120027 Sartika Wulandari 120110130090
Fakhrizal Hari P. 200110130418 Syarah Nurul S. 140410130068
Hanagia Saputra 270110130106 Syifa Mustika 210110130044
Ligasyah Arnanda P. 190110130114 Tari Asni 170110130048
Mia Rahayu D. 170110130008 Tiara Sandra S. K. 180310130035
Mohammad Ilham N. 200110130213 Zahra Rania 160110130063
2016
Dengan telah selesainya pelaksanaan kegiatan KKNM yang kami kerjakan, maka
kami:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan kegiatan mahasiswa KKNM
(Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa) periode Juli—Agustus 2016, Desa Jatiwangi, Kecamatan
Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat akademik dalam kegiatan Kuliah Kerja
Nyata Mahasiswa Program Pengabdian Kepada Masyarakat dan Professor secara integratif.
Hasil yang didapatkan akan memberikan telaah berbagai aspek dan informasi mengenai potensi
yang dimiliki oleh Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka
Dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, mengingat keterbatasan kami
baik dari segi pengalaman maupun pengetahuan yang dimiliki. Maka dari itu, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan menjadikan suatu amal kebaikan, serta Allah SWT akan melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................................................... 2
1.3 Kalender Kegiatan Mahasiswa ..................................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................................................... 17
PELAKSANAAN KKNM ..................................................................................................................... 17
2.1 Mekanisme Kerja Kelompok dalam Pelaksanaan KKNM ...................................................... 17
2.2 Pelaksanaan Pemetaan Sosial per Aspek ................................................................................... 17
2.2.1 Aspek Sosial dan Budaya........................................................................................................ 17
2.2.2 Aspek Ekonomi dan Mata Pencaharian .................................................................................. 17
2.2.3 Aspek Pendidikan ................................................................................................................... 18
2.2.4 Aspek Kesehatan ..................................................................................................................... 18
2.2.5 Aspek Kehidupan Agama Masyarakat .................................................................................... 19
2.2.6 Aspek Budaya Masyarakat...................................................................................................... 19
BAB III.................................................................................................................................................... 20
HASIL PELAKSANAAN KKNM ........................................................................................................ 20
3.1 Gambaran Desa Jatiwangi .......................................................................................................... 20
3.2 Deskripsi Hasil Sosial per Aspek ................................................................................................ 25
3.3 Temuan Kondisi Masyarakat ..................................................................................................... 43
3.4 Blog Desa ...................................................................................................................................... 50
3.4 Respon Masyarakat Terhadap KKNM-PPMD Integratif ....................................................... 49
BAB IV .................................................................................................................................................... 52
PENUTUP............................................................................................................................................... 52
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................... 52
4.2 Saran ............................................................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 51
LAMPIRAN ........................................................................................................................................... 52
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sebagai petani, sebagian lagi bekerja sebagai buruh pabrik, jasa, pegawai swasta, pedagang,
dan lain lain.
Potensi sumber daya alam di Desa Jatiwangi cukup besar karena memiliki lahan yang
subur untuk ditanami padi sawah, palawija, hortikultura, dan perkebunan sehingga pertanian
menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat desa. Desa Jatiwangi memiliki
iklim yang panas. Untuk sistem pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama
disamping karena lahannya yang luas, serta tanah yang memiliki jenis marginal di desa ini
sehingga sistem perekonomian di desa ini sangat bergantung pada sektor pertanian. Desa ini
memiliki potensi bencana alam yang kecil berupa longsor di tepi tebing karena kesalahan
menanam jenis pohon yang kurang kuat untuk menahan erosi apabila hujan deras datang.
Selain itu timbunan sampah yang menumpuk dilahan sebelah sungai yang dapat menyumbat
aliran air sehingga dapat menimbulkan banjir.
Akses transportasi yang baik pun sangat menunjang berbagai kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan penduduk Desa Jatiwangi, seperti distribusi hasil produksi
pertanian dan peternakan, kegiatan pendidikan, jalur teknologi komunikasi, dan lain
sebagainya karena kondisi jalan yang sudah bagus dan diaspal. Namun, penduduk desa belum
sepenuhnya memahami potensi yang dimiliki sehingga banyak yang belum mengembangkan
dan mengolah potensi besar yang dimiliki desanya. Oleh karena itu, kegiatan KKNM-PPMD
Integratif UNPAD Periode Juli-Agustus 2016 ini dilakukan di Desa Jatiwangi, Kecamatan
Jatiwangi, Kabupaten Majalengka guna mempelajari sistem sosial yang berjalan di desa ini.
Sekaligus memberikan saran kepada penduduk setempat agar menyadari potensi-potensi yang
dimiliki desanya.
Informan/
Wilayah
Waktu Kegiatan Pelaksana Khalayak Hasil
Kegiatan
Sasaran
1.Upacara sebelum 1. Rektorat 1.Peserta 1. Lapangan 1. Peserta KKNM
Keberangkatan Unpad PPBS mengetahui gambaran
KKNM-PPMD
KKNM Unpad umum pelaksanaan
Integratif KKNM tahun
sebelumnya dan
Unpad 2016
KKNM yang akan
mereka jalani,serta
perbedaannya
2.Peserta
2.Kantor 2.1. Mengetahui
2.Penyambutan 2.Aparat
Selasa, 19 KKNM-PPMD
Bupati, gambaran umum
Kedatangan Peserta Pemerintahan
Juli 2016 Integratif
Kantor Kabupaten Majalengka
KKNM-PPMD Kabupaten
Unpad 2016
Kecamatan, berdasarkan pemaparan
Integratif Unpad Majalengka,
Balai Desa Bupati Majalengka,
2016
Jatiwangi yaitu letak geografis,
kependudukan, potensi
desa, kebudayaan,
perekonomian
masyarakat.
2.2 . Penyambutan,
Perkenalan dan
4
Penjelasan oleh
Kepala Desa dan
Sekretaris Desa
mengenai keadaan
umum, letak
geografis, letak
demografis, potensi
dan perrmasalahan,
serta perekonomian
3.Rapat Rutin 3.Peserta di Desa Jatiwangi
Kelompok
KKNM- 3.Peserta 3.Rumah 3. Evaluasi harian dan
membuat timeline
PPMD KKNM-PPMD KKNM
minggu pertama
Integratif Integratif
Unpad 2016 Unpad 2016
Pra Orientasi
Wilayah
2.Evaluasi harian
2.Evaluasi dan 2.Peserta 2.Peserta 2.Rumah
dan persiapan kegiatan
Persiapan untuk KKNM- KKNM-PPMD KKNM
hari selanjutnya PPMD Integratif
Integratif Unpad 2016
Unpad 2016
Jum’at, 29 Monitoring Peserta Peserta Balai Desa Kedatangan PPL
Juli 2016 Evaluasi KKNM- KKNM-PPMD (Profesor Pembimbing
PPMD Integratif Lapangan) dan DPL
8
bermain kepada
Kelompok Bermain
(KOBER) Rizki
dan Amalia
Kamis, 4 1.Kegiatan Peserta Murid kelas SDN Memberikan motivasi
Agustus sosialisasi KKNM- 4,5,6 SDN Jatiwangi 1 mengenai cita-cita
2016 mengenai motivasi PPMD Jatiwangi 1 dan SDN kepada murid Sekolah
untuk masa depan Integratif dan SDN Jatiwangi Dasar
menggapai cita-cita Unpad 2016 Jatiwangi 2
kepada murid kelas
4,5,6 di SDN
Jatiwangi 1 dan
SDN Jatiwangi 2
Jum’at, 5 Majelis Ta’lim Ibu- Peserta Peserta Mesjid Al- Menambah wawasan
Agustus ibu di mesjid Al- KKNM- KKNM-PPMD Hidayah dan pengetahuan
2016 Hidayah Desa PPMD Integratif Desa mengenai ilmu agama
Jatiwangi Integratif Unpad 2016 Jatiwangi
Unpad 2016 dan Ibu-ibu
dan Ibu-ibu Majelis Ta’lim
Majelis Desa Jatiwangi
Ta’lim Desa
Jatiwangi
Senin, 8 Orientasi mengenai Peserta Kepala Dusun Rumah Mendapatkan informasi
Agustus kegiatan rutin KKNM- Kepala mengenai pelaksanaan
2016 posyandu ke setiap PPMD Dusun posyandu di setiap
dusun yang ada Integratif masing- dusun
Unpad 2016 masing
Selasa, 09 Membantu Kadus Balita di Posyandu Membantu dalam
Agustus kegiatan imunisasi Jum’at, Ibu Dusun Jum’at Tanjung kegiatan imunisasi
2016 dan penimbangan Kader Dusun Jum’at serta penimbangan
di posyandu Posyandu, berat badan balita di
Tanjung Dusun Peserta posyandu Tanjung
11
Undangan ibu ibu Ibu – ibu Ibu – ibu PKK Balai Desa Peserta KKNM PPMD
PKK PKK dan Peserta Dusun Sabtu Integratif Unpad Desa
(Pemberdayaan KKNM PPMD Jatiwangi dapat lebih
12
lingkungan tempat
tinggal.
sehat terhadap
lingkungan tempat
tinggal.
PELAKSANAAN KKNM
Peserta Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Desa Jatiwangi terdiri dari dua puluh orang
mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Satu kelompok besar dibagi menjadi
lima bidang kelompok kecil yang masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap lima
aspek yang nantinya akan digali berbagai informasinya. Kelima aspek tersebut adalah aspek
ekonomi, aspek sosial-budaya, aspek pendidikan, aspek kesehatan dan aspek keagamaan.
Kelompok-kelompok kecil tersebut melakukan orientasi setiap aspek sesuai dengan timeline
yang telah diatur dan tidak mengalami perubahan lokasi dusun. Setiap harinya dilakukan
evaluasi hasil kerja berupa rapat kelompok dan pelaporan secara tertulis mengenai hasil
kegiatan yang telah dilakukan. Laporan secara tertulis kemudian dihimpun pada setiap akhir
minggunya dan diposting di grup Line kelompok. Setiap kelompok memiliki penanggung
jawab program yang bertugas mengatur jalannya program kerja agar berjalan sesuai rencana.
17
pedagang, pegawai, dan kepala dusun. Selain itu, kegiatan pemetaan aspek ini diakukan
dengan cara observasi langsung kegiatan perekonomian penduduk desa guna meninjau
langsung kegiatan yang dilakukan dalam memajukan perekonomian keluarga dan desa. Hasil
wawancara dan observasi yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui keadaan,
permasalahan, dan potensi ekonomi yang terjadi di masyarakat desa ini.
18
wawancara kemudian dianalisis untuk mengetahui keadaan, permasalahan, dan potensi
kesehatan yang terjadi di desa ini.
19
18
BAB III
HASIL PELAKSANAAN KKNM
20
21
Akses menuju desa terbilang mudah karena letak desa yang berada di pinggir jalan,
namun transportasi yang tersedia setiap hari hanya berupa becak. Bahkan di jalan utama
tidak ada angkot. Hal ini sesuai dengan keadaan masyarakat dimana masing-masing
keluarga pada umumnya sudah memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda dan sepeda
motor. Adapun mobil angkutan khusus yang digunakan untuk mengantarkan murid-murid
sekolah dasar namun, bukan angkutan umum seperti yang biasanya dapat ditumpangi oleh
masyarakat dengan berbagai tujuan.
Pemerintahan dalam suatu Desa Jatiwangi dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau
dikenal juga dengan istilah “Kuwu”. Kepala Desa Jatiwangi adalah seseorang yang
dipercaya oleh warga desa untuk memimpin dan membangun Desa Jatiwangi menjadi lebih
baik. Kepala desa dipilih melalui pemilihan umum. Seorang kepala desa memiliki visi dan
misi yang merupakan tujuan yang akan diwujudkan selama masa pemerintahannya, dimana
untuk mencapai tujuan tersebut, kepala desa dibantu oleh aparatur desa beserta masyarakat
desa.
22
Permasalahan yang ada pada desa cukup banyak. Kami meninjau permasalahan
tersebut melalui beberapa aspek, yaitu aspek politik / pemerintahan, ekonomi, pendidikan,
kesehatan, keagamaan, dan budaya. Garis besar permasalahan aspek politik adalah
mengenai kehidupan politik yang kurang sehat karena kurangnya koordinasi serta
komunikasi antara perangkat desa dengan masyarakat. Dari aspek ekonomi, permasalahan
yang sangat terlihat adalah lahan pertanian yang diambil alih untuk pembuatan tol cipali.
Jika dilihat aspek pendidikannya, masyarakat hanya mengikuti pendidikan hingga ke
jenjang SMP atau SMA setelah itu langsung bekerja tanpa memikirkan pendidikan yang
lebih tinggi untuk mencapai kesejahteraan yang lebih. Permasalahan-permasalahan yang
ada akan dibahas lebih lanjut dalam bab selanjutnya pada laporan ini.
Pada jaman dahulu tersebutlah suatu kisah yang menceriterakan Negeri Jatiwangi
yang dulunya masih dinamakan Kerajaan Wanayasa yang di pimpin oleh ARYA JITENG
JATISAWARA, permaisurinya bernama DEWI BASRINI ,dikarunia 2 (dua) orang putra :
Rd. Anggana Suta dan Rd. Solihin
Setelah hancurnya Kerajaan Wanayasa Pangeran Lontang Jaya yang berasal dari
keturunan Daeng Mataram mendirikan sebuah pertapaan Tarikolot (Bekas pertapaan
Tarikolot kini dinamakan Buyut Subang) yang sekarang berada di wilayah Desa Surawangi.
Kurun waktu beberapa tahun, terjadilah peperangan antara Kerajaan Sindangkasih yang
Bupatinya Pangeran Muhamad dengan Sumedang yang di pimpin oleh Pangeran Suryadilaga
(Pangeran Cornel), kemudian Pangeran Suryadilaga menyerah dan berjanji akan
menyerahkan tanah Sah Bandar yang tadinya diakui sebagai wilayah Sumedang.
Setelah usai peperangan, para pemimpin kembali ke daerahnya masing-masing,
namun Rd. Anggana Suta berangkat ke pertapaan Tarikolot, di mana Pangeran Lontang Jaya
pada waktu itu sedang menanam pohon jati, tapi yang hidup hanya 1 (satu) yang sampai
sekarang berada di pinggir Buyut (Makam Keramat) Subang Surawangi. Setelah mendengar
berita kemenangan peperangan dengan Sumedang. Pangeran Lontang Jaya berjanji akan
mengangkat Rd. Anggana Suta untuk dijadikan penguasa di daerah Wanayasa.
Dalem Sumedang mengirimkan sepucuk surat kepada Pertapaan Tarikolot untuk
disampaikan kepada Rd. Anggana Suta bahwa daerah Wanayasa yang telah beberapa tahun
dikuasai akan dikembalikan. Berkenan itu pula Dalem Bantarjati yang dipimpin oleh Ki
Bagus Rangin memberi gelar Rd. Anggana Suta menjadi KI BAGUS MANUK, pemberian
23
gelar tersebut dikarenakan pada waktu peperangan Rd. Anggana Suta bisa berjalan di Air
Sungai Cimanuk waktu peperangan melawan Pasukan Sumedang.Pangeran Lontang Jaya
setelah menerima surat yang dikirim oleh Pangeran Suryadilaga tergugah hatinya untuk
merubah nama Wanayasa menjadi JATIWANGI. Perubahan itu diambil dari Gada Pusaka
peninggalan Kerajaan Wanayasa yang terbuat dari pohon jati yang mempunyai keharuman
tersendiri :
JATI diambil dari pohon jati, sedangkan WANGI karena keharumannya maka sampai
sekarang daerah ini dinamakan JATIWANGI.
Konon menurut ceritera, setiap orang yang menjadi Kuwu/Kepala Desa di Desa
Jatiwangi harus merawat dan membungkus book ( buku pusaka ) tersebut dengan kain putih
sepanjang 2 (dua) meter, menyelipkan nama dan tahun mulai diangkat menjadi Kuwu/Kepala
Desa serta setiap tanggal 1, 15, dan 30 setiap bulannya diharuskan membuat sesajen untuk
disuguhkan dimana book itu disimpan, namun sesajen tersebut tidak dituliskan dalam naskah
ini.
keterampilan khusus untuk membentuk UMKM. Selain pertanian, mata pencaharian di Desa
Jatiwangi juga terdapat beberapa kegiatan usaha seperti pedagang kelontong, berjualan
makanan seperti warteg, membuka usaha warnet, pembuatan rengginang, pembuatan baso,
menjadi buruh pabrik, dll.
Dari hasil analisis yang telah kami lakukan terdapat beberapa permasalahan di Desa
Jatiwangi contohnya seperti masyarakat belum dapat memaksimalkan proses pemasaran atas
produk yang mereka produksi sehingga usahanya tidak terlalu berkembang pesat, selain itu
terdapat kesenjangan yang cukup mencolok yang dapat dilihat dengan mudah dari kondisi
rumah yang salah satunya dapat mencerminkan kondisi ekonomi seseorang. Hasil proses
screening ini memperlihatkan bahwa distribusi pendapatan masyarakat khususnya di Desa
Jatiwangi masih kurang baik dan terdapat ketimpangan. Rata-rata masyarakat di Desa
Jatiwangi adalah tamatan SMP dan SMA dan tidak melanjutkan kejenjang perkuliahan,
kebanyakan dari mereka memilih untuk bekerja. Hal ini menyebabkan SDM di Desa
Jatiwangi menjadi kurang baik karena tidak didampingi dengan pengetahuan yang mencukupi
untuk mendapatkan sesuatu, yang dapat menghasilkan dari segi ekonomi dan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di Desa Jatiwangi Kecamatan Jatiwangi, Majalengka sebagian besar mata
pencahariannya adalah di sektor pertanian, selain mata pencaharian di sektor pertanian, desa
Jatiwangi mmempunyai mata pencaharian di sektor lain diantaranya adalah peternakan dan
perdagangan. Berbagai sektor tersebut juga dapat mengoptimalkan pemberdayaan KUD
karena dipacu agar mampu menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Desa Jatiwangi sendiri memiliki koperasi, BUMDES, UPPK, dan Gapoktan
Desa Jatiwangi memiliki BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang terletak tepat
dipusat balai desa. BUMDES tersebut didirikan tahun 2010 dan dikelola oleh salah satu
aparat desa yang bernama Ibu Eti. Awalnya koperasi mendapatkan dana hibah dari
pemerintah sebagai bentuk program wajib pemerintah yang diberikan untuk setiap desa. Desa
memanfaatkan dana tersbut dengan baik dan tepat sehingga keberadaan Bumdes tetap ada
sampai sekarang. Namun Bumdes tersebut belum dikelola secara optimal dikarenakan yang
memanfaatkan keberadaan Bumdes tersebut hanya pamong-pamong atau anak-anak Tk yang
letaknya disebelah Bumdes tidak warga secara menyeluruh. Berdasarkan target seharusnya
warga desa Jatiwangi secara menyelurulah yang harus memanfaatkan Bumdes guna
meningatkan perekonomian desa. Kendala lainnya yaitu Bumdes belum berbadan hukum.
Selain itu, pada bidang ekonomi terdapat potensi yang besar yang belum diketahui
oleh masyarakat luas. Adapun profesor dari Universitas Padjadjaran yang menemukan
potensi yang bisa dikembangkan di Desa Jatiwangi ini dengan pengetahuan yang beliau
punya dalam program pengabdian kepada masyarakat sehingga diadakanlah program
penyuluhan mengenai tanaman hanjeli sebagai potensi tanaman alternatif pangan yang sangat
cocok ditanam dengan berbagai kriteria yang ada di Desa Jatiwangi. Prof. Dr. Ir. Hj. Tati
Nurmala, MS. merupakan salah satu guru besar dari fakultas pertanian Unpad yang dapat
melihat mengenai potensi tanaman pangan Hanjeli sebagai tanaman pangan eksklusif yang
30
memiliki nilai ekonomis di Desa Jatiwangi. Banyak sekali lahan bekas bertani setelah selesai
panen dibiarkan saja beberapa lama sehingga tanah dapat melakukan recovery agar dapat
ditanami lagi oleh padi disaat jeda itulah lahan kosong ini dapat ditanami oleh tanaman
hanjeli yang ternyata di pasaran biji dari tanaman ini terhitung memiliki nilai jual tinggi.
Akibat jarangnya petani memanen biji dari tanaman ini sehingga masyarakat sedikit kesulitan
mendapatkan biji dari tanaman hanjeli.
Masyarakat masih belum mengetahui berbagai manfaat serta nilai ekonomi yang
tinggi yang ada pada tanaman hanjeli ini. Tanaman hanjeli ini merupakan salah satu tanaman
yang mudah tumbuh dengan kondisi cuaca yang ekstrim pun masih dapat bertahan hidup.
Lahan yang tidak harus selalu berair, tanaman ini dapat terus tumbuh dan dalam hal hama
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman ini sangat sedikit. Selain itu karena tanaman
ini memiliki zat alelopati sehingga rumput yang menjadi gulma tidak mampu tumbuh
disekitar tanaman hanjeli ini karena zat alelopati tersebut berupa zat racun bagi tanaman lain
yang mengganggu pertumbuhan dari tanaman tersebut. Adapun tanaman hanjeli mempunyai
peluang yang cukup besar untuk dikembangkan karena nilai gizi yang setara dengan beras,
mempunyai kandungan lemak yang cukup tinggi, pasar internasional sudah ada, juga sebagai
bahan dasar untuk tanaman herbal.
Tabel Nilai Gizi Tanaman Hanjeli dibandingkan dengan bahan pangan lainnya
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan di
masyarakat. Dilihat dari ada tidaknya tempat untuk proses belajar mengajar, tingkat
pendidikan masyarakat dan juga bagaimana pemahaman mengenai pendidikan untuk masa
depan yang lebih baik. Di Desa Jatiwangi terdapat dua Sekolah Dasar yaitu, SDN Jatiwangi 1
dan SDN Jatiwangi 2. Selain itu ada pula TK, madrasah, dan tiga Kelompok Bermain
(KOBER). Fasilitas yang terdapat di Sekolah Dasar di Desa Jatiwangi adanya ruang kelas,
ruang guru, kantin, wc dan perpustakaan.
Setelah melakukan kegiatan selama tiga minggu kebelakang, berdasarkan data yang
ditemukan saat observasi di masyarakat tingkat pendidikan yang ada di Desa Jatiwangi
ternyata masih rendah. Salah satu contohnya dari sebanyak 545 orang penduduk usia 7-15
tahun terdapat 61 orang yang tidak bersekolah. Selain itu, dilihat dari data pendidikan
orangtua dari murid-murid kelompok belajar rata-rata pendidikan terakhirnya adalah SD,
SMP dan SMA untuk lulusan D3 maupun Sarjana masih terbilang sedikit bahkan bisa
terhitung oleh jari saja. Masyarakat di Desa Jatiwangi sedikit banyak sebenarnya mengetahui
pentingnya pendidikan untuk masa depan anak anaknya sebagai penerus keluarga sekaligus
penerus bangsa.
Gambar. 3a Gambar. 3b
(a). Kegiatan penyuluhun gigi. (b). Kegiatan Pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris di
SD desa Jatiwangi
Namun, karena satu dan beberapa hal lain yang mengakibatkan pendidikan di Desa
Jatiwangi ini masih kurang yaitu karena perekonomian keluarga yang terbilang masih rendah
dengan mata pencaharian di Desa Jatiwangi sebagian besar sangat mengandalkan pada
kegiatan bertani dan untuk sekolah ke tingkat yang lebih tinggi dirasa sangat berat. Sehingga
biasanya setelah selesai menempuh sekolah dasar atau sekolah menengah pertama seorang
anak akan langsung mencari pekerjaan baik menjadi petani atau menjadi buruh pabrik untuk
32
membantu keluarganya. Padahal sebaiknya dengan mencari ilmu hingga mencapai tingkat
perguruan tinggilah yang dibutuhkan saat ini.
Dilihat dari sudut pandang lain, di Desa Jatiwangi ini terdapat yang namanya
Kelompok Bermain (KOBER) atau bisa disebut dengan sekolah play group. Kober di Desa
Jatiwangi ada tiga yaitu, kober Amalia, kober Rizki Al-Barokah dan kober Tanjung 2 yang
letaknya tersebar di berbagai dusun. Murid yang tercatat di Kober Amalia ada sekitar 60
murid, sedangkan murid di kober Rizki ada 22 murid, dan yang terakhir murid di kober
Tanjung 2 ada 28 murid. Berdasarkan data yang ada dapat dikatakan bahwa pendidikan usia
dini di Desa Jatiwangi sangatlah maju dan masyarakat sangat antusias untuk memasukkan
anaknya dalam kegitan di kober. Adanya KOBER di Desa Jatiwangi yang jumlahnya lebih
dari satu merupakan sebuah potensi karena Pendidikan dini sangatlah penting untuk
memperkenalkan pendidikan yang mendasar lewat bermain dan bernyanyi. Dengan hal
tersebut melatih pula kecerdasan otak dari anak yang masih dibawah umur tujuh tahun agar
semakin cerdas nantinya.
Selain itu, permasalahan ditemukan saat kami membantu mengajar matematika dan B.
Inggris di SDN Jatiwangi I dan SDN Jatiwangi II yaitu murid kelas 4,5 dan 6 masih sangat
kurang pengetahuannya dalam mengetahui berbagai benda yang ada disekitar dalam bahasa
inggris dan juga percakapan ringan yang sudah biasa diajarkan terlihat masih sangat kurang.
Menurut pihak sekolah, pelajaran B. Inggris baru diajarkan di kelas 4, tidak diajarkan dari
kelas 1 oleh karena itu masih sangat jauh kemampuan murid dalam berbahasa inggris. Begitu
halnya dengan pelajaran matematika yang dari sejak kelas 1 diajarkan masih ada beberapa
murid yang belum paham. Sangat disayangkan karena sebentar lagi kelas 6 akan menghadapi
ujian nasional.
Sepulang sekolah biasanya murid sekolah dasar ada yang mengikuti madrasah atau
sekolah agama hingga pukul 15.00 WIB. Setelah itu baru murid murid sekolah dasar bisa
bermain dan berkunjung ke rumah KKNM. Selain meembantu guru-guru SD untuk mengajar
murid di Sekolah Dasar, murid setelah pulang sekolah biasa mengunjungi rumah KKNM
kami untuk sekedar berkenalan lebih dekat dan juga bermain, disanalah kami mempunyai ide
sambil bermain bersama murid SD kami memberikan materi materi tambahan. Khususnya
dalam mengajarkan nama hewan dan buah-buahan dalam bahasa inggris. Murid-murid
terlihat begitu antusias dan senang dengan menyebutkan benda dan juga hewan dalam bahasa
inggris. Tambahan diluar sekolah inilah yang sangat diperlukan bagi murid sekolah dasar.
Akibat kurangnya minat membaca murid-murid Sekolah Dasar di Desa Jatiwangi menjadi
penyebab kurangnya pengetahuan lebih yang tidak diajarkan saat di sekolah.
33
Dari uraian diatas pada aspek pendidikan dapat dilihat bahwa Desa Jatiwangi
memang memiliki potensi dan permasalahan yang saling berhubungan satu sama lain.
Berdasarkan observasi yang kami lakukan beserta kegiatan yang kami jalani terdapat
beberapa permasalahan yang paling utama diantaranya:
SDN 1 Jatiwangi :
1. Letak SD yang di pinggir jalan utama membuat mobilitas siswa-siswi SD menjadi
kurang aman
2. Sarana dan Prasarana yang Perpustakaan yang ada tidak terpakai dan malah dijadikan
gudang
3. Jumlah siswa yang belum fix karena banyak yang keluar masuk menghambat pendataan
siswa
4. Letak yang dipinggir jalan yang cenderung berisik karena kendaraan yang lalu lalang
terkadang menganggu konsentrasi belajar para siswa
SDN 2 Jatiwangi :
1. SDN Jatiwangi 2 mempunyai murid yang banyak namun ruangannya masih kurang
hanya terdapat 6 ruangan yaitu untuk kelas 1,3,4,5,6 dan ruang guru sedangkan untuk
kelas 2 bergantian dengan kelas 1
2. SDN Jatiwangi 2 bersatu menyatu dengan Madrasah dan Kober Rizki Al-barokah
3. Menurut salah satu guru sarana dan prasarana yang ada di SDN Jatiwangi 2 kurang
memadai kami melihat toilet yang ada di SDN Jatiwangi 2 kurang dari cukup karena
SDN Jatiwangi 2 memang SD yang terbilang baru jika dibandingkan dengan SD
Jatiwangi 1.
4. Murid yang banyak dengan jumlah tenaga pengajar yang kurang juga menjadi
permasalahan di SD Jatiwangi 2
KOBER (Kelompok Bermain) :
Dari ketiga Kober yang telah kami datangi, permaslahan yang kami lihat terdapat
pada kober Amalia karena Kober tersebut yang paling padat dengan kelas yang kurang
memadai.
Sedangkan untuk potensinya sendiri diantaranya yaitu :
1. Murid-murid SD baik itu Jatiwangi 1 ataupun Jatiwangi 2 yang cukup aktif dan
interaktif. Merupakan tanda bahwa mereka bersikap terbuka pada hal baru dan itu
menjadi sebuah potensi yang akan membantu perkembangan mereka.
34
2. Guru-guru SD yang sudah hampir semua lulusan dari perguruan tinggi bahkan yang
lebih khusus lagi yaitu PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) membuat kualitas
guru-guru di SDN Jatiwangi 1 ataupun 2 tidak diragukan lagi.
3. Akses ke sekolah SD maupunn ke Kober yang mudah untuk dijangkau.
Hal ini tentunya akan menimbulkan beberapa permasalahan kesehatan yang dapat
diakibatkan oleh adanya sampah yang menempuk. Masih banyak warga yang belum dapat
memberdayakan sampah dengan metode daur ulang ataupun menjadi pengepul sampah.
Pasalnya hanya ada dua orang pemulung yang ada di Desa Jatiwangi.
Konsep sepuluh Perilaku Bersih dan Sehat beberapa sudah terpenuhi dengan cukup
baik di Desa Jatiwangi. Permasalahn tersebut diantaranya: 1. Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, rata-rata warga Desa Jatiwangi sudah menggunakan bantuan bidan untuk
melahirkan;2. Memberi bayi ASI (Air Susu Ibu) eksklusif, 3. Menimbang bayi dan balita, hal
ini dilakukan dari program posyandu setiap bulannya; 4. Menggunakan jamban sehat.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hampir seluruh warga yang ada di Desa
Jatiwangi memiliki jamban masing-masing. Namun terdapat 433 keluarga yang memiliki WC
dibawah standar kesehatan dan masih ada sembilan keluarga yang biasa buang air besar di
sungai. Selain itu bekerjasama dengan aspek pendidikan dengan melakukan observasi ke
sekolah dasar dan kelompok bermain yang ada di Desa Jatiwangi didapatkan bahwa masih
banyak siswa yang belum mengetahui cara menggosok gigi dan mencuci tangan yang baik.
Hal ini tentunya akan menjadi salah satu faktor penurunan kualitas kesehatan warga. Ketika
kriteria perilaku bersih dan sehat ini tidak terpenuhi dengan baik artinya nilai kualitas
kesehatan yang ada di lingkungan tersebut kurang baik.
Dari data yang didapatkan dari desa, diketahui bahwa jumlah kematian warga Desa
Jatiwangi pada tahun 2015 lebih besar dari jumlah kematian yaitu jumlah kematian mencapai
lima puluh orang dan jumlah kelahiran mencapai tiga pluh delapan orang. Sementara jumlah
penduduk Desa Jatiwangi ada 5147 orang. Sedangkan pada tahun 2016 sampai dengan bulan
Juli terdapat tiga puluh tujuh orang dalam angka kematian yang disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya sakit, dan lanjut usia.
Melihat dari berbagai permasalahan yang ada di Desa Jatiwangi, mahasiswa KKNM
PPMD Unpad melakukan beberapa program dengan tujuan untuk mengurangi atau mungkin
dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di Desa Jatiwangi. Beberapa program
tersebut diantaranya :
1. Jumat Bersih
Jumat bersih merupakan kegiatan bersih-bersih lingkungan yang dilakukan oleh
mahasiswa KKNM Unpad bersama aparat Desa Jatiwangi yang dilaksanakan pada Hari
Jumat tanggal 22 Juli 2016. Kegiatan ini dilakukan dengan membagi empat kelompok yang
bertugas membersihkan area desa diantaranya membersihkan rumput-rumput liar yang ada di
36
sekeliling jalan, mengambil sampah yang menggenang di area selokan, dan mengambil
sampah-sampah yang dibuang sembarangan di area jalan Desa Jatiwangi.
Dalam kegiatan ini juga kita bisa melihat area sekeliling lingkungan Desa Jatiwangi.
Kondisi kebersihan Desa Jatiwangi cukup memperhatinkan. Banyaknya sampah yang
berserakan di area selokan dan sungai. Aliran air yang mengalir sudah tidak jernih lagi. Tidak
tersedianya tempat pembuangan sampah yang layak baik dalam bentuk tong, karung, ataupun
TPA. Masih banyak warga yang membakar sampah. Padahal hal ini dapat berdampak
terhadap kesehatan saluran pernafasan.
Kegiatan Jumat bersih ini diharapkan dapat meningkatkan antusiasme warga dalam
menjaga lingkungan tetap bersih, sehat, dan indah. Sayangnya dalam kegiatan ini hanya
beberapa warga saja yang ikut serta. Namun secara keseluruhan kegiatan jumat bersih ini
sudah dikatakan cukup baik. Lingkungan terlihat lebih indah dan bersih. Untuk meningkatkan
minat warga dalam kegiatan ini memang diperlukan usaha lebih. Kebanyakan warga di Desa
Jatiwangi pada hari kerja kebanyakan sudah tidak ada di rumah dari sejak pukul 6 pagi
karena bekerja di pabrik ataupun pergi ke sawah. Mungkin akan lebih baik jika kegiatan
bersih-bersih lingkungan dapat dilakukan di Hari Libur dan mewajibkan warga
membersihkan area halaman rumah dan sekeliling rumah terlebih dahulu. Selain itu
diperlukan kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran warga
tentang pentingnya menjaga kesehatan karena dalam meningkatakan kualitas dari suatu
kegiatan diperlukan kesadaran sumber daya manusia untuk mengikutinya yang didasari
dengan tujuan yang sama yaitu menciptkan Desa Jatiwangi yang rapih, besih, indah, dan asri.
2. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan ini diberikan kepada siwa-siswi sekolah dasar dan kelompok
bermain yang ada di Desa Jatiwangi. Hal ini diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran kesehatan gigi, pola makan, dan meningkatkan kesehatan kepada anak-anak yang
masih rentan dalam terserang penyakit. Kegiatan ini dilakukan dalam rentang dua minggu.
Dengan metode pemberian poster, praktik langsung, dan bernyanyi bersama. Metode ini
dilakukan dengan tujuan agar anak-anak lebih mudah menerima materi dan mudah dalam
menghapalkannya. Sehingga anak diharapkan dapat mempraktikannya di rumah masing-
masing. Materi yang diberikan dalam penyuluhan ini diantaranya cara menggosok gigi yang
baik dan benar, ciri-ciri gusi dan gigi sehat, alasan pentingnya menambal gigi, makanan dan
minuman yang baik untuk gigi, gizi seimbang, dan cara mencuci tangan yang baik dan benar.
37
Dari kegiatan ini terlihat antusiasme anak-anak yang begitu tinggi dan memperhatikan
dengan seksama. Anak-anak diberikan dua lagu dalam mempraktikkan cara mencuci tangan
yang baik dan benar, serta cara menggosok gigi yang baik dan benar. Selain itu dalam
kegiatan ini juga dilakukan kegiatan gosok gigi bersama. Anak-anak diminta untuk membawa
sikat gigi kemudian dipraktikan di teras kelas. Seluruh materi disampaikan dengan metode
yang cukup menyenangkan sehingga anak-anak tidak terlihat mengantuk dan merasa bosan.
Kemudian di akhir kegiatan anak-anak diberikan sebuah tantangan untuk mengulang seluruh
materi yang telah diajarkan. Anak-anak terlihat sangat bersemangat dalam menjawab
tantangan tersebut.
Setelah seluruh materi disampaikan, poster yang digunakan dalam menyampaikan
materi disimpan di dalam kelas. Hal ini bertujuan agar anak-anak dapat mebacanya lagi dan
senantiasa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari seluruh kegiatan
penyuluhan yang diberikan diharapkan anak-anak dapat meningkatkan kualitas kesehatan
mereka dengan melakukan beberapa hal kecil yang dimulai dari kesehatan gigi dan tangan.
Dimana kedua hal tersebut merupakan salah satu sumber masuknya kuman kedalam tubuh
jika tidak dijaga kebersihannya dengan baik.
pembuangan sampah yang layak namun, tidak adanya jasa pengangkutan akan menjadi hal
yang percuma. Karena sampah hanya berpindah, tidak diolah atau diberdayakan menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat. Belum lagi jasa pemulung sampah yang ada di Desa Jatiwangi
masih sangat minim. Menurut kepala desa, masalah sampah ini akan mulai diselesaikan pada
Bulan September. Dimana akan diberlakukannya tong sampah tiap blok atau bahkan jika
memadai akan disediakan tong sampah di setiap area rumah warga yang kemudian juga akan
dibantu jasa pengangkutannya oleh roda sampah yang kemudian akan dibawa ke tempat
pembuangan akhir dimana sebelumnya sudah direnovasi menjadi lebih layak. Kemudian akan
dibentuk suatu kelompok yang bertugas untuk mengelola sampah menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat. Dimana sampah anorganik dapat dijadikan suatu kerajinan atau dikumpulkan dan
dijual ke pengepul. Sedangkan sampah organik dapat dijadikan pupuk atau dikubur. Hal ini
juga mengurangi polusi udara dari kegiatan warga yang selalu membakar sampah di depan
rumahnya.
Dalam mendukung kegiatan program desa tersebut, peserta KKNM Unpad membuat
tempat sampah dengan bahan dasar kaleng cat yang cukup besar kemudian dihias menjadi
warna biru dan hijau dengan tujuan untuk memisahkan antara sampah organik dan sampah
anorganik. Diharapkan tempat sampah ini dapat dijadikan sebagai awal mula yang baik untuk
warga membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenis sampahnya. Tentunya jika
program ini sudah berjalan dengan baik, kualitas kesehatan warga perlahan akan meningkat,
dan mendukung lingkungan yang lebih sehat.
Kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan di Desa Jatiwangi salah satunya adalah
kegiatan Ta’lim khusus ibu-ibu yang diselenggarakan setiap hari jum’at pada waktu bada
ashar. Adapun pengajian khusus yang dilakukan oleh bapak-bapak setiap awal bulan. Selain
itu, khusus untuk anak-anak ada kegiatan mengaji di madrasah usai sekolah setiap hari senin,
selasa, rabu, kamis, dan sabtu. Sedangkan kegiatan di TPA setiap hari selasa bada ashar.
Antusias anak-anak di Desa Jatiwangi untuk belajar agama terlihat cukup baik. Keinginan
dan motivasi anak-anak untuk belajar cukup tinggi, hanya saja masih ada kendala seperti
kurangnya tenaga pengajar dan kebersihan mushola yang kurang diperhatikan.
Dalam konteks keagamaan, peran dari remaja di Desa Jatiwangi dirasa kurang. Tidak
ada kegiatan yang khusus dilakukan untuk remaja. Partisipasi remaja dalam menjaga
kebersihan fasilitas seperti masjid tidak terlihat dan kontribusi dalam bentuk pengajaran pun
tidak ada, hal ini dapat dilihat dari kondisi dimana setiap orang adzan adalah orang tua bukan
pemuda. Seharusnya peran para remaja lebih ditingkatkan dalam hal keagamaan, mengingat
bahwa usia remaja merupakan usia paling produktif dan sangat berpotensi untuk
dikembangkan.
Pada bidang Sosial Budaya, Desa Jatiwangi memiliki situs budaya yang sampai saat
ini masih terjaga kelestariannya. Salah satunya ialah Situs Sumur Tampian yang berada di
Blok Selasa Desa Jatiwangi yang menurut cerita dari warga setempat terdapat sebuah jejak
kaki yang berukuran sangat besar di bagian dasar sumur tersebut. Sumur ini akan dikuras dan
di bersihkan dengan rangkaian prosesi upacara adat, sekali dalam satu tahun pada bulan
Maulid. Sumur ini dipercaya dapat memberikan keberkahan bagi siapa saja yang datang
kesana dan mandi dengan menggunakan air Sumur Tampian ini. Selain situs Sumur Tampian,
terdapat pula peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya seperti benda-benda pusaka
peninggalan leluhur Desa Jatiwangi seperti tombak-tombak, keris, dll. yang sampai sekarang
masih tersimpan dan terawat dengan baik dan diletakkan di Kantor Kepala Desa Jatiwangi.
Selain situs dan benda peninggalan berserjarah, Desa Jatiwangi mempunyai
komunitas Pencak Silat yang sering menjuarai kejuaraan-kejuaraan pencak silat di tingkat
kecamatan. Keberadaan Pencak Silat di desa jatiwangi ini sudah berdiri secara turun temurun
sejak sebelum masa kemerdekaan dan sekarang sudah memasuki ke generasi ke-enam.
Walaupun sempat berhenti, namun pada generasi ke-enam ini Pencak Silat kembali bangkit
dan menunjukkan eksistensinya. Mengenai keadaan Sosial di Desa Jatiwangi, sebagian besar
41
mata pencaharian dari warganya adalah menjadi seorang Petani sehingga ketika pagi dan
siang hari yang bisa kita temui di rumah-rumah warga hanyalah ibu-ibunya saja yang
sebagian besar merupakan seorang ibu rumah tangga dan juga anak-anak kecil mulai dari
yang masih bayi hingga yang sudah mulai memasuki tahapan pendidikan Sekolah Dasar.
Tidak banyak pemuda menetap di Desa Jatiwangi dikarenakan banyak dari mereka yang
memilih untuk meninggalkan desa karena mereka mendapatkan pekerjaan di luar desa seperti
bekerja di Pabrik Sepatu, Pabrik Garmen dan lain sebagainya.
Seiring dengan berkurangnya pemuda yang masih berada di desa ini, maka hal ini
berdampak pula pada keadaan Karang Taruna dari Desa Jatiwangi. Karang Taruna di desa
Jatiwangi dapat dikategorikan tidak terlalu aktif mengingat para pemudanya yang sudah
mulai disibukkan dengan kegiatan dan pekerjaan masing-masing. Hal ini pula yang
menyebabkan kurang adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemuda terutama yang
diselenggarakan oleh Karang Taruna desa Jatiwangi.
Menurut hasil dari obeservasi kami selama disini , potensi yang dapat dikembangkan
lebih jauh oleh Masayarakat Desa Jatiwangi ini ialah mengenai Budaya kesenian pencak silat
Gagak Lumayung yang memang sudah ada selama enam keturunan. Namun, dikarenakan
ketidakjelasan kepengurusan, beberapa waktu lalu sempat berhenti dan baru aktif lagi pada
turunan ke-enam pada saat ini .
Dewasa ini paguyuban silat Gagak Lumayung hanya beranggotakan dua puluh lima
orang saja , hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada warga lain yang mungkin belum
mengetahui bahwa paguyuban ini telah aktif lagi. Selain itu , Paguyuban Pencak Silat ini juga
hanya mengadakan latihan ketika akan ada event saja, tidak ada latihan rutin yang dilakukan.
Hal ini juga berpotensi untuk mengurangi minat dari warga untuk bergabung dalam
paguyuban ini karena mungkin warga akan menganggap bahwa paguyuban ini tidak seserius
paguyuban lain. Jika saja, paguyuban Pencak Silat gagak lumayung ini lebih di sosialisasikan
dan di publikasikan lebih jauh lagi tidak hanya kepada warga Desa Jatiwangi. Namun,
mungkin sampai ke luar desa maka Paguyuban Pencak Silat ini kemungkinan besar akan
dapat merekrut anggota yang lebih banyak lagi, lalu kemudian diadakan latihan rutin setiap
minggu nya sehingga terlihat bahwa paguyuban ini sesungguhnya ada dan didirikan bukan
hanya untuk sekedar main-main saja namun, juga warga melihat bahwa paguyuban ini
didirikan memang untuk mencetak dan membentuk warga agar menjadi pendekar-pendekar
silat yang dapat membela diri sendiri atau juga membantu membela orang lain.
Selain itu, Paguyuban gagak lumayung ini baru tampil jika mereka mendapatkan
undangan untuk tampil. Paguyuban ini hanya sebagai sebuah kesenian pencak silat sebagai
42
seni untuk ditampilkan saja . Seharunya sebagai ajang promosi paguyuban ini sendiri, Gagak
Lumayung harus mau mengikuti lomba-lomba Pencak Silat yang diadakan di Jawa Barat
khususnya sehingga nanti nama Paguyuban Gagak Lumayung akan lebih dikenal lagi oleh
khalayak banyak bukan hanya dari warga Jatiwangi sendiri namun juga dari daerah lain,
dengan dikenal nya Paguyuban Gagak Lumayung ini maka tentunya Paguyuban ini akan
lebih banyak mendapatkan tawaran untuk tampil di berbagai event yang diselenggarakan.
Masalah lain yang kita temui di lingkungan Desa Jatiwangi yang menurut kami
merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yaitu Sampah. Sampah adalah
permasalahan yang tak kunjung menemukan titik terang. Meskipun pemerintah kita juga
melaksanakan program re-use dan re-cycle, namun permasalahan lingkungan dan sampah di
negeri kita ini belum juga terselesaikan bahkan menjadi semakin kompleks karena kurangnya
kesadaran dari masyarakat serta sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga
mengakibatkan dampak yang tidak baik bagi lingkungan. Seperti halnya yang terjadi di Desa
Jatiwangi ini, sampah merupakan masalah yang sampai detik ini masih belum dapat
terselesaikan secara optimal. Warga bahkan cenderung menjadikan sungai yang ada di tiap
dusun mereka menjadi sebuah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hal ini disebabkan karena
kurangnya kesadaran mereka akan lingkungannya dan juga dikarenakan memang mereka
tidak mempunyai TPA. Keadaan ini diperparah dengan tidak adanya petugas kebersihan dari
Dinas Kebersihan yang rutin dan terjadwal untuk datang ke tiap-tiap dusun untuk
mengangkut sampah dan membuang nya ke TPA . Padahal berdasarkan Pasal 5 Undang –
undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang berbunyi “Pemerintah dan
pemerintah daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan”. Dengan tidak adanya petugas kebersihan, itu
artinya Pemerintah tidak menyelenggarakan pengelolaan sampah yang baik, karena yang
terjadi bukan pengelolaan sampah yang berwasasan lingkungan namun dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan. Pihak desa pun sudah mengupayakan dan meminta agar ada petugas
yang mengangkut sampah tersebut, namun, dengan alasan kurangnya personil kebersihan di
dinas kebersihan maka petugas kebersihan pun tidak dapat didatangkan untuk mengurus
mengenai masalah pembuangan akhir sampah rumah tangga tersebut.
Dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c Undang-Undang ini pun menyebutkan bahwa
pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke
tempat pemrosesan akhir . Ini artinya sudah jelas bahwa pengangkutan sampah dari TPS
menuju ke TPA ialah tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah, sedangkan pada kasus di
43
Desa Jatiwangi ini , sungai yang dijadikan sebagai TPS terkesan seperti dibiarkan dan bahkan
malah cenderung disengaja.
Oleh karena itu, warga seolah tidak mempunyai pilihan lain selain membuang sampah
tersebut ke sungai, atau ada sebagian warga yang mau langsung membakar sampah rumah
tangga nya, lokasi terparah terdapat di Dusun Ahad Desa Jatiwangi yang mana sampah yang
dibuang ke sungai sudah menumpuk sangat banyak. Padahal dampak yang dapat ditimbulkan
dengan adanya sampah ini sangatlah berbahaya, selain jika sedang musim hujan rumah warga
akan terkena banjir, dampak lain yang ditimbulkan dari sampah ini juga dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit seperti diare, demam berdarah, dan lain sebagainya yang pada
dasarnya berdampak tidak baik bagi kesehatan warga. Selain itu sampah ini juga dapat
menyebabkan adanya polusi udara dikarenakan bau nya yang tidak sedap dan menyengat.
Namun warga sekitar seolah tidak peduli akan adanya bahaya dari sampah tersebut bahkan
mereka masih tetap saja membuang sampah rumah tangga mereka ke dalam sungai tanpa
disertai rasa bersalah.
Seharusnya ini pula merupakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
menyediakan sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah, sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 6 huruf a UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ini. Disini terlihat
jelas tanpa adanya peran pemerintah, pengelolaan sampah ini tidak dapat berjalan dengan
baik, namun kesadaran masyarakat juga merupakan faktor utama karena seharusnya
walaupun tidak memiliki TPA, warga tidak seharusnya menjadikan sungai mereka sebagai
TPA, melainkan dapat mengolahnya sendiri agar tidak merusak lingkungan mereka dengan
membuang sampah ke sungai.
satu contoh kegiatan karang taruna yang ada hanya di saat memperingati hari Kemerdekaan
Republik Indonesia saja. Setelah itu tidak ada lagi kegiatan yang dilakukan oleh karang
taruna. Selain itu, kegiatan pengajian pun tidak terlihat pemudi yang masih belum
berkeluarga yang menghadiri acara pengajian tersebut.
Kebetulan karena kegiatan KKNM periode ini bertepatan dengan hari kemerdekaan
Republik Indonesia jadi ada pertandingan bola voli antar desa sekecamatan Jatiwangi namun,
masih kurangnya keikutsertaan dari pemuda di Desa Jatiwangi untuk mewakili Desa
Jatiwangi dalam pertandingan tersebut. Sehingga pihak Desa meminta peserta KKNM ikut
dalam kegiatan tersebut. Terlihat pula saat rapat pembentukan karang taruna para pemuda
yang sebenarnya bisa saling berinteraksi sangat akrab dan dapat memunculkan ide-ide
namun, kurangnya kegiatan yang dilakukan bersama akan sulit untuk menimbulkan
kesadaran untuk memajukan karang taruna serta kegiatan-kegiatan yang lebih banyak dapat
dirasakan oleh masyarakat di Desa Jatiwangi.
kondisi tanah sub-optimal, mengandung kalsium, karbohidrat, lemak dan protein yang cukup
tinggi, teknik budidaya yang relatif mudah, hama dan penyakit sedikit (tidak disenangi oleh
burung), dan dapat diratoon.
3. Pemanfaatan Koperasi
Koperasi merupakan salah satu potensi dari kegiatan perekonomian di Desa
Jatiwangi. Di Desa Jatiwangi terdapat sebuah koperasi bernama Koperasi Wanita Lestari,
koperasi tersebut didirikan sekitar tahun 2013 dan dikelola oleh salah satu ibu PKK yang
bernama Ibu Hj. Iin. Namun koperasi ini tidak dimanfaatkan secara optimal karena yang
memberdayakan koperasi tersebut hanya ibu-ibu PKK tidak wanita atau ibu-ibu desa
Jatiwangi secara menyeluruh. Kendala lainnya yaitu koperasi tersebut belum berbadan
hukum. Sistem pengelolaannya yaitu berupa simpan pinjam yang awalnya mendapatkan
modal berupa hibah atau dana dari pemerintah. Biasanya ibu-ibu yang meminjam dana dari
koperasi tersebut digunakan utuk kebutuhan modal usaha mandirinya.
Jika dilihat dari mata pencaharian di Desa Jatiwangi sebagian besar adalah bertani
namun sangat disayangkan pemberdayaan Gapoktan belum sepenuhnya optimal dikarenakan
terdapat beberapa petani yang belum memberdayakan. Untuk mengatasi hal ini, perananan
KUD sangat penting yang menjadi wadah bagi kelompok tani tak dapat dipungkiri bahwa
KUD memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan desa khususnya dibidang
ekonomi. Sektor pertanian terus didorong agar lebih produktif begitupun dengan sektor
lainnya. Peran pemerintah dalam perkembangan KUD adalah dengan mengucurkan dana atau
bantuan berupa hibah, kredit, dan bantuan lainnya seperti pelatihan. Guna mendorong peran
KUD agar lebih optimal, maka perlu ditumbuhkan dan dikembangkan pola pikir
kewirausahaan. Upaya lainnya yaitu peningkatan modal dan peningkatan kualitas SDM
(Sumber Daya Manusia), serta kesadaran warga akan pentingnya peranan KUD.
untuk bermain anak-anak tidak ada. Sehingga dengan adanya taman bacaan sedikitnya akan
membantu anak-anak untuk menambah pengetahuan dan ilmu yang tidak di dapat di sekolah.
Kami pun sempat berdiskusi dengan beberapa pemuda Desa Jatiwangi yang saat ini
sedang mencari ilmu diluar Kabupaten Majalengka. Mereka mempunyai rencana untuk
membangun perpustakaan di Desa Jatiwangi agar bisa membantu anak-anak di Desa
Jatiwangi menjadi gemar membaca. Kami pun menyetujui untuk membantu dalam pendirian
perpustakaan ini, baik dalam pengumpulan buku bacaan baik juga saat merapihkan
perpustakaan. Potensi ini merupakan potensi yang sangat luar biasa apabila dapat
dikembangkan karena sangat menyangkut dengan kecerdasaan dari anak-anak yang menjadi
rajin membaca.
1. Kesadaran Kebersihan
Dalam aspek kebersihan lingkungan masyarakat Desa Jatiwangi dirasa masih sangat
kurang. Masyarakat Desa Jatiwangi masih banyak yang membuang sampah ke sungai atau
membakarnya langsung di pekarangan rumah. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap kualitas
kesehatan masyarakat Desa Jatiwangi itu sendiri. Di Desa Jatiwangi sendiri sebelumnya
pernah dilaksanakan kegiatan Jumat Bersih bersama kegiatan KKNM PPMD Periode Januari-
Februari 2016. Namun ternyata kegiatan ini tidak berlanjut. Kemudian dalam periode KKNM
47
kali ini dilaksanakan kembali kegiatan Jumat Bersih. Tidak terlihat antusiasiasme dari
warganya sendiri. Kegiatan ini hanya diikuti oleh peserta KKNM PPMD Integratif Unpad
bersama beberapa aparat desa. Sayangnya hasil sampah yang terkumpul dalam kegiatan ini
dibuang ke tempat pembuangan akhir yang ada di Sungai.
Di sekeliling area sungai di Desa Jatiwangi sebetulnya sudah ada papan pengumuman
yang melarang masyarakat untuk membuang sampah ke sungai. Namun, hal ini hanya sebatas
pajangan saja. Masyarakat masih banyak sekali yang membuang sampah ke Sungai. Keadaan
ini diperparah dengan tidak adanya petugas kebersihan dari Dinas Kebersihan yang rutin dan
terjadwal untuk datang ke tiap-tiap dusun untuk mengangkut sampah dan membuang nya ke
TPA. Padahal berdasarkan Pasal 5 Undang – undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, yang berbunyi “Pemerintah dan pemerintah daerah bertugas menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan
tujuan”.
Dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c Undang-Undang ini pun menyebutkan bahwa
pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke
tempat pemrosesan akhir. Ini artinya sudah jelas bahwa pengangkutan sampah dari TPS
menuju ke TPA ialah tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah, sedangkan pada kasus di
Desa Jatiwangi ini, sungai yang dijadikan sebagai TPS terkesan seberti dibiarkan dan bahkan
malah cenderung disengaja.
Tidak adanya tempat pembuangan akhir yang layak di Desa Jatiwangi membuat
warga tidak tahu harus membuang kemana lagi sampah tersebut. Keadaan lingkungan sungai
yang sangat tidak indah karena banyak sekali tumpukan sampah, air yang mengalir pun sama
sekali tidak terlihat jernih, dan selokan-selokan kecil yang ada di depan rumah warga
sangatlah keruh.
48
Oleh karena itu, warga seolah tidak mempunyai pilihan lain selain membuang sampah
tersebut ke sungai, atau ada sebagian warga yang mau langsung membakar sampah rumah
tangga nya, lokasi terparah terdapat di Dusun Ahad Desa Jatiwangi yang mana sampah yang
dibuang ke sungai sudah menumpuk sangat banyak. Padahal dampak yang dapat ditimbulkan
dengan adanya sampah ini sangatlah berbahaya, selain jika sedang musim hujan rumah warga
akan terkena banjir, dampak lain yang ditimbulkan dari sampah ini juga dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit seperti diare, demam berdarah, dan lain sebagainya yang pada
dasarnya berdampak tidak baik bagi kesehatan warga. Selain itu sampah ini juga dapat
menyebabkan adanya polusi udara dikarenakan bau nya yang tidak sedap dan menyengat.
Namun, warga sekitar seolah tidak peduli akan adanya bahaya dari sampah tersebut bahkan
mereka masih tetap saja membuang sampah rumah tangga mereka ke dalam sungai tanpa
disertai rasa bersalah.
Seharusnya ini merupakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
menyediakan sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah, sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 6 huruf a UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Disini terlihat
jelas tanpa adanya peran pemerintah, pengelolaan sampah ini tidak dapat berjalan dengan
baik, namun kesadaran masyarakat juga merupakan faktor utama karena walaupun tidak
memiliki TPA, warga tidak seharusnya menjadikan sungai mereka sebagai TPA, melainkan
dapat mengolahnya sendiri agar tidak merusak lingkungan mereka dengan membuang
sampah ke sungai.
2. Kegiatan Masyarakat
Pada dasarnya masyarakat Desa Jatiwangi sebenarnya sudah memiliki banyak sekali
kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap minggunya. Namun kegiatan tersebut dirasa masih
belum berjalan sesuai harapan. Kebanyakan kegiatan-kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu
PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga). Kegiatan tersebut diantaranya pengajian
setiap Jumat Sore dan Arisan Ibu-Ibu PKK. Dalam kegiatan tersebut peserta KKNM
diundang untuk hadir dan mengikuti kegiatan tersebut. Kebanyakan yang hadir dalam
kegiatan tersebut adalah ibu-ibu dengan usia kurang lebih lima puluh lima tahun ke atas.
Antusiasme warga masih dirasa kurang dalam mengikuti kegiatan tersebut. Ibu-ibu PKK pun
berharap dengan kedatangan peserta KKNM dapat menarik minat remaja putri yang ada di
Desa Jatiwangi dalam aktif di kegiatan desa.
49
3. Masyarakat Pasif
Dalam menciptakan suatu gerakan inovasi, masyarakat Desa Jatiwangi terbilang pasif.
Masyarakat Desa Jatiwangi lebih banyak bergantung kepada gerakan pemerintah Desa.
Hampir kebanyakan segala macam bentuk program Desa lebih banyak berasal dari arahan
Kepala Desa yang kemudian dilaksanakan oleh seluruh aparat pemerintahan Desa Jatiwangi.
Sebagai contohnya adalah masalah tempat pembuangan akhir, hampir seluruh warga
mengetahui bahwa Desa Jatiwangi tidak memiliki tempat pembuangan akhir yang layak.
Namun, tidak ada satu warga yang berinisiatif untuk melakukan pembenahan terhadap tempat
pembuangan akhir tersebut ke kepala desa.
4. Perkumpulan Remaja
Setelah dilakukan observasi oleh peserta KKNM Unpad dalam kegiatan orientasi desa
hampir di sepanjang jalan kami hanya melihat warga dengan usia Dewasa Tua sampai dengan
lansia. Tidak terlihat adanya perkumpulan remaja ataupun segerombolan remaja yang lalu
lalang di Desa Jatiwangi. Jumlah remaja yang ada di Desa Jatiwangi memang tidak terlalu
banyak. Hampir sebagian besar remaja Desa Jatiwangi lebih memilih merantau untuk bekerja
dan melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Hal ini juga terlihat dari kegiatan karang
taruna yang didominasi oleh orang tua. Sehingga kegiatan karang taruna yang ada di Desa
Jatiwangi terlihat kurang aktif. Selain itu di Desa Jatiwangi sendiri tidak ada fasilitas yang
dapat digunakan remaja Desa Jatiwangi untuk berkumpul ataupun untuk mengaspirasikan
bakat mereka seperti olahraga, ataupun hanya sekedar untuk berkumpul bersama membuat
kegiatan untuk Desa Jatiwangi. Remaja di Desa Jatiwangi juga membentuk blok-blok
sehingga tidak dapat berbaur satu sama lain. Sebagian remaja yang memilih untuk bekerja
juga kebanyakan pulang selepas adzan maghrib. Sehingga tidak adanya waktu berkumpul
untuk para remaja Desa Jatiwangi.
5. Kesadaran Informasi
Kebanyakan informasi yang masuk ke Desa Jatiwangi tidak terlalu ditanggapi warga
dengan seksama. Sebagai contoh informasi mengenai kegiatan perayaan 17 Agustus 2016.
Pengumuman perlombaan dan cara pendaftaran sudah sangat jelas disebar melalui poster
yang ditempel di lingkungan rumah warga. Namun, setelah ditanya secara langsung oleh
peserta KKNM Unpad apakah warga mengetahui kegiatan tersebut atau tidak, kebanyakan
warga menjawab tidak mengetahui hal tersebut. Padahal informasi sudah sangat jelas
50
diberikan melalui poster. Selain itu ketika peserta KKNM Unpad menanyakan apakah tahun
tahun sebelumnya perayaan 17 Agustus juga dirayakan di setiap blok di Desa Jartiwangi,
kebanyakan warga menjawab tidak tahu dan menyuruh peserta KKNM Unpad untuk
menanyakan kepada Ketua Dusun.
1. Ibu Hj. Iin (Ibu PKK dan Ketua Yayasan Kober Tanjung 2)
50
materi pelajaran serta memotivasi adik-adik agar lebih giat belajar . Pesan kedepannya nanti
apabila ada mahasiswa yang KKN lagi akan diperbaiki pelayanan KBM nya dan pelayanan
kesehatan bagi murid SDN Jatiwangi 2.
50
6. Ibu Kepala Sekolah SDN Jatiwangi 1
50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam pemaparan laporan KKNM Integratif Periode Juli-Agustus 2016 dapat
disimpulkan secara garis besar bahwa Desa Jatiwangi memiliki berbagai potensi dan juga
permasalahan yang ada pada masing-masing aspek seperti aspek ekonomi, aspek pendidikan,
aspek sosial dan budaya, aspek kesehatan, dan juga aspek keagamaan. Setelah dilakukan
orientasi berbagai aspek, ditemukan suatu permasalahan yang sangat signifikan di Desa
Jatiwangi ini, yaitu mengenai sampah. Ketiadaan tempat pembuangan akhir sampah,
menimbulkan masalah yang membuat masyarakat mebuang sampah ke tepi sungai. Hal
tersebut bukanlah sesuatu yang harus diabaikan, mengingat beberapa daerah di desa akan
kebanjiran jika hujan akibat sampah-sampah di sungai.
Selain permasalahan tentu ada banyak potensi yang bisa dikembangkan di Desa
Jatiwangi ini. Potensi lahan pertanian yang luas serta lahan kosong yang belum dimanfaatkan
secara maksimal dapat digunakan untuk menanam tanaman yang bernilai ekonomi tinggi
serta bernilai gizi tinggi pula, yaitu dengan melakukan penanaman tanaman hanjeli.
Penanaman tanaman hanjeli merupakan salah satu program dari profesor pendamping
lapangan setelah melihat potensi lahan yang sesuai dan cocok dengan tanaman hanjeli ini.
Tanaman hanjeli bisa sebagai alternatif tanaman pangan pengganti padi dengan kandungan
gizi yang hampir sama dengan padi dan juga memiliki nilai ekonomi tinggi saat dijual.
Sehingga potensi yang baik ini bisa dikembangkan terus menerus untuk membantu
perekonomian di Desa Jatiwangi.
4.2 Saran
Dalam memajukan potensi yang sudah ada serta penyelesaian masalah yang ada juga
menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak saling yang memiliki keterkaitan baik
dari pemerintah, pihak desa, serta masyarakat Desa Jatiwangi sendiri. Melakukan berbagai
kegiatan hendaknya dilakukan komunikasi serta koordinasi yang nantinya hubungan antar
pemerintah maupun masyarakat dapat berjalan baik pula. Sehingga upaya-upaya yang
dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat di Desa Jatiwangi akan sangat dirasakan
manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat di Desa Jatiwangi. Salah satunya dalam
menghadapi permasalahn sampah yang lama kelamaan apabila tidak dilakukan tindak lanjut
kedepannya akan menjadi masalah yang besar. Selain itu kegiatan perekonomian rumahan
50
lebih dikembangkan, selain menciptakan lapangan pekerjaan juga sebagai identitas atau ciri
khas dari Desa Jatiwangi.
50
51
DAFTAR PUSTAKA
http://kknm.unpad.ac.id/jatiwangi/
www.pustakaindonesia.com
52
LAMPIRAN
Peta desa
53
Transek