Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

KULIAH KERJA NYATA MAHASISWA


PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROFESOR
INTEGRATIF
PERIODE JULI - AGUSTUS 2016

“PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


MELALUI KULIAH KERJA NYATA INTEGRATIF”

Desa : Jatiwangi
Kecamatan : Jatiwangi
Kabupaten : Majalengka

Disusun oleh :
Annisa Nur Maulidya 130110130113 Rahmat Aji S. 230110130068
Cecillia Eldina P. 220110130038 Rio Hardi Pranata 200110130286
Dita A.F. R .H. 110110130150 Rizkia Amalia S. 110110130233
Dodi Hidayat 130110130089 Rizki Mufidah 220110130067
Eka Nurul H. W. 180110120027 Sartika Wulandari 120110130090
Fakhrizal Hari P. 200110130418 Syarah Nurul S. 140410130068
Hanagia Saputra 270110130106 Syifa Mustika 210110130044
Ligasyah Arnanda P. 190110130114 Tari Asni 170110130048
Mia Rahayu D. 170110130008 Tiara Sandra S. K. 180310130035
Mohammad Ilham N. 200110130213 Zahra Rania 160110130063

KKNM INTEGRATIF DESA JATIWANGI KEC. JATIWANGI


KAB. MAJALENGKA UNIVERSITAS PADJADJARAN

2016
Dengan telah selesainya pelaksanaan kegiatan KKNM yang kami kerjakan, maka
kami:

No Nama Mahasiswa NPM Tanda Tangan


1 Annisa Nur Maulidya 130110130113
2 Cecillia Eldina P. 220110130038
3 Dita A. F. R. H. 110110130150
4 Dodi Hidayat 130110130089
5 Eka Nurul H. W. 180110120027
6 Fakhrizal Hari P. 200110130418
7 Hanagia Saputra 270110130106
8 Ligasyah Arnanda P. 190110130114
9 Mia Rahayu D. 170110130008
10 Mohammad Ilham N. 200110130213
11 Rahmat Aji S. 230110130068
12 Rio Hardi Pranata 200110130286
13 Rizkia Amalia S. 110110130233
14 Rizki Mufidah 220110130067
15 Sartika Wulandari 120110130090
16 Syarah Nurul S. 140410130068
17 Syifa Mustika 210110130044
18 Tari Asni 170110130048
19 Tiara Sandra S. K. 180310130035
20 Zahra Rania 160110130063

Telah menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kegiatan kami selama di lokasi KKNM


Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka Periode Juli - Agustus 2016.

Mengetahui / Menyetujui, Mengetahui / Menyetujui,

Heni Suhartiny Prof. Dr. Hj. Tati Nurmala, MS.


Kepala Desa Jatiwangi PPL Desa Jatiwangi

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan kegiatan mahasiswa KKNM
(Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa) periode Juli—Agustus 2016, Desa Jatiwangi, Kecamatan
Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat akademik dalam kegiatan Kuliah Kerja
Nyata Mahasiswa Program Pengabdian Kepada Masyarakat dan Professor secara integratif.
Hasil yang didapatkan akan memberikan telaah berbagai aspek dan informasi mengenai potensi
yang dimiliki oleh Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka
Dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, mengingat keterbatasan kami
baik dari segi pengalaman maupun pengetahuan yang dimiliki. Maka dari itu, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan menjadikan suatu amal kebaikan, serta Allah SWT akan melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Majalengka, Agustus 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................................................... 2
1.3 Kalender Kegiatan Mahasiswa ..................................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................................................... 17
PELAKSANAAN KKNM ..................................................................................................................... 17
2.1 Mekanisme Kerja Kelompok dalam Pelaksanaan KKNM ...................................................... 17
2.2 Pelaksanaan Pemetaan Sosial per Aspek ................................................................................... 17
2.2.1 Aspek Sosial dan Budaya........................................................................................................ 17
2.2.2 Aspek Ekonomi dan Mata Pencaharian .................................................................................. 17
2.2.3 Aspek Pendidikan ................................................................................................................... 18
2.2.4 Aspek Kesehatan ..................................................................................................................... 18
2.2.5 Aspek Kehidupan Agama Masyarakat .................................................................................... 19
2.2.6 Aspek Budaya Masyarakat...................................................................................................... 19
BAB III.................................................................................................................................................... 20
HASIL PELAKSANAAN KKNM ........................................................................................................ 20
3.1 Gambaran Desa Jatiwangi .......................................................................................................... 20
3.2 Deskripsi Hasil Sosial per Aspek ................................................................................................ 25
3.3 Temuan Kondisi Masyarakat ..................................................................................................... 43
3.4 Blog Desa ...................................................................................................................................... 50
3.4 Respon Masyarakat Terhadap KKNM-PPMD Integratif ....................................................... 49
BAB IV .................................................................................................................................................... 52
PENUTUP............................................................................................................................................... 52
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................... 52
4.2 Saran ............................................................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 51
LAMPIRAN ........................................................................................................................................... 52

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


KKNM-PPMD Integratif adalah salah satu bentuk kegiatan pembelajaran bagi
mahasiswa di tengah masyarakat. KKNM-PPMD ini memiliki tujuan untuk memberikan
bekal kepada mahasiswa berupa pengalaman pembelajaran langsung dari masyarakat,
meningkatkan wawasan, kepekaan, sikap dan perilaku sosial mahasiswa. Serta meningkatkan
aksesibilitas Universitas Padjadjaran kepada masyarakat dan meningkatkan kerja sama
dengan stakeholder. KKNM-PPMD Integratif merupakan ajang atau kesempatan bagi
mahasiswa untuk belajar mendekatkan diri, berbaur dengan masyarakat, dan belajar
mengidentifikasi permasalahan dengan mencari beberapa alternatif kemungkinan pemecahan
masalah yang ditemukan selama KKNM berlangsung.
Kuliah Kerja Nyata ini merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil
oleh setiap mahasiswa Universitas Padjadjaran. KKN ini juga sangat dirasa bermanfaat besar
dalam pembentukan kemandirian dari setiap pribadi mahasiswa. Dalam kegiatan ini,
mahasiswa diturunkan ke desa-desa untuk mengidentifikasi berbagai potensi desa tersebut
dan mencari permasalahan sosial yang kerap timbul di masyarakat desa, serta dihimbau untuk
mencari solusi dalam memecahkan permasalahan yang ada dengan berbagai pendekatan.
Sehingga dapat membantu sedikit dalam memberikan saran atau masukan yang bermanfaat.
Meskipun tidak semua masalah terselesaikan karena mahasiswa disini juga masih dalam
tahap belajar untuk melakukan penyelesaian masalah yang ada di masyarakat.
Desa Jatiwangi terletak di Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Yang
memiliki total luas wilayah 226,5 hektar dan terdiri dari lima dusun yang biasa disebut blok,
yaitu Blok Ahad yang terdiri dari 1 RW 4 RT, Blok Selasa yang terdiri dari 1 RW 4 RT, Blok
Rabu yang terdiri dari 2 RW 6 RT, Blok Jumat yang terdiri dari 2 RW 6 RT dan yang terakhir
Blok Sabtu yang terdiri dari 1 RW 4 RT. Adapun batas Desa Jatiwangi disebelah utara
dengan Desa Surawangi, disebelah Selatan dengan Desa Mekarsari, disebelah timur dengan
Desa Jatisura dan disebelah barat berbatasan dengan Desa Mandapa + Salawana. Jumlah
penduduk Desa Jatiwangi yaitu sebanyak 5.147 jiwa yang terdiri dari 2.518 orang laki-laki
dan 2.629 orang perempuan. Sarana dan prasarana pengangkutan di desa ini 100% ditempuh
melalui darat. Sedangkan sebagian besar penduduk di desa ini bermata pencaharian

1
2

sebagai petani, sebagian lagi bekerja sebagai buruh pabrik, jasa, pegawai swasta, pedagang,
dan lain lain.
Potensi sumber daya alam di Desa Jatiwangi cukup besar karena memiliki lahan yang
subur untuk ditanami padi sawah, palawija, hortikultura, dan perkebunan sehingga pertanian
menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat desa. Desa Jatiwangi memiliki
iklim yang panas. Untuk sistem pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama
disamping karena lahannya yang luas, serta tanah yang memiliki jenis marginal di desa ini
sehingga sistem perekonomian di desa ini sangat bergantung pada sektor pertanian. Desa ini
memiliki potensi bencana alam yang kecil berupa longsor di tepi tebing karena kesalahan
menanam jenis pohon yang kurang kuat untuk menahan erosi apabila hujan deras datang.
Selain itu timbunan sampah yang menumpuk dilahan sebelah sungai yang dapat menyumbat
aliran air sehingga dapat menimbulkan banjir.
Akses transportasi yang baik pun sangat menunjang berbagai kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan penduduk Desa Jatiwangi, seperti distribusi hasil produksi
pertanian dan peternakan, kegiatan pendidikan, jalur teknologi komunikasi, dan lain
sebagainya karena kondisi jalan yang sudah bagus dan diaspal. Namun, penduduk desa belum
sepenuhnya memahami potensi yang dimiliki sehingga banyak yang belum mengembangkan
dan mengolah potensi besar yang dimiliki desanya. Oleh karena itu, kegiatan KKNM-PPMD
Integratif UNPAD Periode Juli-Agustus 2016 ini dilakukan di Desa Jatiwangi, Kecamatan
Jatiwangi, Kabupaten Majalengka guna mempelajari sistem sosial yang berjalan di desa ini.
Sekaligus memberikan saran kepada penduduk setempat agar menyadari potensi-potensi yang
dimiliki desanya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari kegiatan KKNM Integratif Periode Juli-Agustus 2016 adalah belajar dari
masyarakat dan pemetaan sosial. Sedangkan manfaat dari kegiatan KKNM Integratif adalah
menimbulkan empati dan kemandirian serta pengalaman pada mahasiswa dan
mempublikasikan segala hal yang ada di Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten
Majalengka kepada masyarakat luas melalui Blog Desa.
3

1.3 Kalender Kegiatan Mahasiswa


Berikut adalah kalender kerja kegiatan mahasiswa selama melaksanakan kegiatan
Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (KKNM) – Program Pengabdian Mahasiswa dan Dosen
(PPMD) Integratif di Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka pada
tanggal 19 Juli – 19 Agustus 2016.

Tabel 1. Kalender Kegiatan Mahasiswa

Informan/
Wilayah
Waktu Kegiatan Pelaksana Khalayak Hasil
Kegiatan
Sasaran
1.Upacara sebelum 1. Rektorat 1.Peserta 1. Lapangan 1. Peserta KKNM
Keberangkatan Unpad PPBS mengetahui gambaran
KKNM-PPMD
KKNM Unpad umum pelaksanaan
Integratif KKNM tahun
sebelumnya dan
Unpad 2016
KKNM yang akan
mereka jalani,serta
perbedaannya

2.Peserta
2.Kantor 2.1. Mengetahui
2.Penyambutan 2.Aparat
Selasa, 19 KKNM-PPMD
Bupati, gambaran umum
Kedatangan Peserta Pemerintahan
Juli 2016 Integratif
Kantor Kabupaten Majalengka
KKNM-PPMD Kabupaten
Unpad 2016
Kecamatan, berdasarkan pemaparan
Integratif Unpad Majalengka,
Balai Desa Bupati Majalengka,
2016
Jatiwangi yaitu letak geografis,
kependudukan, potensi
desa, kebudayaan,
perekonomian
masyarakat.

2.2 . Penyambutan,
Perkenalan dan
4

Penjelasan oleh
Kepala Desa dan
Sekretaris Desa
mengenai keadaan
umum, letak
geografis, letak
demografis, potensi
dan perrmasalahan,
serta perekonomian
3.Rapat Rutin 3.Peserta di Desa Jatiwangi
Kelompok
KKNM- 3.Peserta 3.Rumah 3. Evaluasi harian dan
membuat timeline
PPMD KKNM-PPMD KKNM
minggu pertama
Integratif Integratif
Unpad 2016 Unpad 2016

Pra Orientasi
Wilayah

1.Perkenalan Desa 1.Peserta 1.Masyarakat 1.Desa 1.Berkeliling kesetiap


Jatiwangi (keliling
Rabu, 20 KKNM Jatiwangi Jatiwangi dusun untuk
dusun)
Juli 2016 Integratif mengetahui batasan
Unpad 2016 wilayah setiap dusun
2. Observasi 2.Peserta 2. Masyarakat 2.Wilayah 2. Mengetahui wilayah
Wilayah secara Desa Jatiwangi Desa Desa Jatiwangi secara
KKNM-
Umum Jatiwangi umum, seperti batas
PPMD desa, mata pencaharian,
fasilitas desa, pertanian,
Integratif
peternakan, dan
Unpad 2016 lain-lain secara
umum.
3.Peserta
3. Rapat Rutin 3.Peserta 3. Rumah 3. Evaluasi harian
Kelompok KKNM- KKNM dan membuat
KKNM-PPMD
timeline minggu
PPMD
Integratif pertama
Integratif
Unpad 2016
Unpad 2016
5

Kamis, 21 1.Observasi aspek 1.Peserta 1.Masyarakat 1.Masing- 1.Mendapatkan


Juli 2016 Orientasi Wilayah KKNM Desa Jatiwangi masing dusun informasi mengenai
Unpad 2016 sesuai dengan aspek Orientasi
hasil Wilayah yaitu batasan
pembagian batasan untuk Desa
kelompok Jatiwangi
2.Rapat Rutin 2.Peserta 2.Peserta 2.Rumah 2. Evaluasi harian
Kelompok dan persiapan kegiatan
KKNM- KKNM-PPMD KKNM
untuk hari esok.
PPMD Integratif
Integratif Unpad 2016
Unpad 2016

Jumat 22 Observasi tiap Peserta Masyarakat Masing- Mendapatkan informasi


Juli 2016 aspek, yaitu KKNM- Desa Jatiwangi masing dusun mengenai aspek
kebudayaan, PPMD dan Kepala sesuai dengan kebudayaan dan
keagamaan, Integratif Dusun hasil keagamaan dari
Unpad 2016 pembagian narasumber (tokoh
kelompok masyarakat), kepala
dusun dan masyarakat
tiap dusun
Orientasi Ekonomi Peserta Masyarakat Desa Mendapatkan informasi
KKNM- Desa Jatiwangi Jatiwangi mengenai gambaran
PPMD (dusun satu pendapatan masyarakat
Integratif sampai lima) Jatiwangi
Unpad 2016
Kunjungan Pabrik Peserta Pegawai Desa Melihat proses dari
Genteng KKNM- Pabrik Jatiwangi pembuatan genteng dan
PPMD Genteng di (dusun satu gambaran dari
Integratif Desa Jatiwangi sampai lima) perekonomian pabrik
Unpad 2016 atau pegawai pabrik
Majelis Ta’lim Ibu- Peserta Peserta Mesjid Al- Menambah wawasan
ibu di mesjid Al- KKNM- KKNM-PPMD Hidayah dan pengetahuan
Hidayah Desa PPMD Integratif Desa mengenai ilmu agama
6

Jatiwangi Integratif Unpad 2016 Jatiwangi


Unpad 2016 dan Ibu-ibu
dan Ibu-ibu Majelis Ta’lim
Majelis Desa Jatiwangi
Ta’lim Desa
Jatiwangi
Senin, 25 Orientasi Peserta Masyarakat Masing- Mengetahui tentang
Juli 2016 Pendidikan KKNM- Desa Jatiwangi masing dusun sarana dan prasarana
PPMD dan Kepala sesuai hasil pendidikan di Desa
Integratif Dusun pembagian Jatiwangi dari
Unpad 2016 kelompok masyarakat Desa
Jatiwangi dan Kepala
Dusun
1.Kunjungan Ke 1.Peserta 1.Kepala 1.SD 1.Mengatur jadwal
SD Jatiwangi 1 KKNM- Sekolah dan Jatiwangi 1 untuk PHBS (Perilaku
PPMD Guru- guru SD Hidup Sehat dan
Integratif di Jatiwangi 1 Bersih), mengajar dan
Unpad 2016 berkenalan dengan
siswa-siswi SD
Jatiwangi 1
Kunjungan Ke SD Peserta Kepala SD Jatiwangi Mengatur jadwal untuk
Jatiwangi 2 KKNM- Sekolah dan 2 PHBS (Pola Hidup
PPMD Guru- guru SD Bersih dan Sehat) dan
Integratif di Jatiwangi 2 mengajar
Unpad 2016
Selasa, 26 1.Penyuluhan cara 1.Peserta 1.Murid kelas 1.SDN 1.Memberikan
Juli 2016 menyikat gigi dan KKNM- 1-6 SDN Jatiwangi 1 pengetahuan, informasi
cuci tangan yang PPMD Jatiwangi 1 mengenai cara
benar kepada murid Integratif menyikat gigi, cara
kelas 1-6 SDN Unpad 2016 mencuci tangan yang
Jatiwangi 1 baik dan benar untuk
murid Sekolah Dasar
7

2. Evaluasi dan 2.Peserta 2.Peserta 2.Rumah 2.Evaluasi harian


dan persiapan kegiatan
Persiapan untuk KKNM- KKNM-PPMD KKNM
hari selanjutnya PPMD Integratif
Integratif Unpad 2016
Unpad 2016
Rabu, 27 1.Mengajar B. Peserta Murid SDN SDN Memberikan ilmu
Juli 2016 Inggris kepada KKNM- Jatiwangi 1 Jatiwangi 1 mengenai cara
murid kelas 4,5,6 PPMD dan SDN dan SDN membaca dan
SDN Jatiwangi 1 Integratif Jatiwangi 2 Jatiwangi 2 menyebutkan benda
dan SDN Jatiwangi Unpad 2016 kelas 4,5,6 dengan menggunakan
2 B. Inggris

2. Evaluasi dan 2.Peserta 2.Peserta 2.Rumah 2.Evaluasi harian


dan persiapan kegiatan
Persiapan untuk KKNM- KKNM-PPMD KKNM
hari selanjutnya PPMD Integratif
Integratif Unpad 2016
Unpad 2016
Kamis, 28 1.Penyuluhan cara Peserta 1.Murid kelas SDN 1.Memberikan
Juli 2016 menyikat gigi dan KKNM- 1-6 SDN Jatiwangi 2 pengetahuan, informasi
cuci tangan yang PPMD Jatiwangi 2 mengenai cara
benar kepada murid Integratif menyikat gigi, cara
kelas 1-6 SDN Unpad 2016 mencuci tangan yang
Jatiwangi 2 baik dan benar untuk
murid Sekolah Dasar

2.Evaluasi harian
2.Evaluasi dan 2.Peserta 2.Peserta 2.Rumah
dan persiapan kegiatan
Persiapan untuk KKNM- KKNM-PPMD KKNM
hari selanjutnya PPMD Integratif
Integratif Unpad 2016
Unpad 2016
Jum’at, 29 Monitoring Peserta Peserta Balai Desa Kedatangan PPL
Juli 2016 Evaluasi KKNM- KKNM-PPMD (Profesor Pembimbing
PPMD Integratif Lapangan) dan DPL
8

Integratif Unpad 2016 (Dosen Pembimbing


Unpad 2016 dan Aparat Lapangan) dalam
Desa Jatiwangi rangka mengevaluasi
program yang telah
direncanakan.

Majelis Ta’lim Ibu- Peserta Peserta Mesjid Al- Menambah wawasan


ibu di mesjid Al- KKNM- KKNM-PPMD Hidayah dan pengetahuan
Hidayah Desa PPMD Integratif Desa mengenai ilmu agama
Jatiwangi Integratif Unpad 2016 Jatiwangi
Unpad 2016 dan Ibu-ibu
dan Ibu-ibu Majelis Ta’lim
Majelis Desa Jatiwangi
Ta’lim Desa
Jatiwangi
Sabtu, 30 Rapat di Balai Peserta Masyarakat Balai Desa Mengetahui
Juli 2016 Pertemuan Desa KKNM- Desa Jatiwangi pembentukan panitia
dengan karang PPMD dan konsep dusun
taruna untuk Integratif untuk acara agustusan
membicarakan Unpad 2016,
mengenai Aparat
memperingati 17 Pemerintahan
Agustusan Desa, Panitia
PHBN
(Perayaan
Hari Besar
Nasional) dan
Karang
Taruna
Senin, 1 Mengajar dan Peserta Murid Kelompok Memberikan ilmu
Agustus penyuluhan KKNM- Kelompok Belajar mengenai cara
2016 mengenai cara PPMD Bermain Tanjung 2 menggosok gigi belajar
menggosok gigi, Integratif (KOBER) kepada anak dibawah
9

cara mencuci Unpad 2016 Tanjung 2 umur 5 tahun.


tangan sambil
bermain kepada
Kelompok Bermain
(KOBER) Tanjung
2

2.Evaluasi dan 2.Peserta 2.Peserta 2.Rumah 2.Evaluasi harian


dan persiapan kegiatan
Persiapan untuk KKNM- KKNM-PPMD KKNM
hari selanjutnya PPMD Integratif
Integratif Unpad 2016
Unpad 2016
Selasa, 2 1.Kegiatan 1.Peserta 1.Murid kelas 1.SDN 1.Belajar matematika
Agustus Mengajar KKNM- 4,5,6 SDN Jatiwangi 1 bersama murid dan
2016 Matematika dan PPMD Jatiwangi 1 dan SDN memberikan informasi
Penyuluhan Integratif dan SDN Jatiwangi 2 mengenai kelebihan
mengenai sosial Unpad 2016 Jatiwangi 2 dan kekurangan sosial
media di SDN media di zaman
Jatiwangi 1 dan sekarang ini kepada
SDN Jatiwangi 2 murid SDN Jatiwangi 1
dan SDN Jatiwangi 2

2.Evaluasi dan 2.Peserta 2.Peserta 2.Rumah 2.Evaluasi harian


dan persiapan kegiatan
Persiapan untuk KKNM- KKNM-PPMD KKNM
hari selanjutnya PPMD Integratif
Integratif Unpad 2016
Unpad 2016
Rabu, 3 Mengajar dan Peserta Murid Kober Kober Rizki Memberikan ilmu
Agustus penyuluhan KKNM- Rizki dan dan Kober mengenai cara
2016 mengenai cara PPMD Kober Amalia Amalia menggosok gigi sambil
menggosok gigi Integratif belajar kepada anak
dan cara mencuci Unpad 2016 dibawah umur 5 tahun
tangan sambil
10

bermain kepada
Kelompok Bermain
(KOBER) Rizki
dan Amalia
Kamis, 4 1.Kegiatan Peserta Murid kelas SDN Memberikan motivasi
Agustus sosialisasi KKNM- 4,5,6 SDN Jatiwangi 1 mengenai cita-cita
2016 mengenai motivasi PPMD Jatiwangi 1 dan SDN kepada murid Sekolah
untuk masa depan Integratif dan SDN Jatiwangi Dasar
menggapai cita-cita Unpad 2016 Jatiwangi 2
kepada murid kelas
4,5,6 di SDN
Jatiwangi 1 dan
SDN Jatiwangi 2

Jum’at, 5 Majelis Ta’lim Ibu- Peserta Peserta Mesjid Al- Menambah wawasan
Agustus ibu di mesjid Al- KKNM- KKNM-PPMD Hidayah dan pengetahuan
2016 Hidayah Desa PPMD Integratif Desa mengenai ilmu agama
Jatiwangi Integratif Unpad 2016 Jatiwangi
Unpad 2016 dan Ibu-ibu
dan Ibu-ibu Majelis Ta’lim
Majelis Desa Jatiwangi
Ta’lim Desa
Jatiwangi
Senin, 8 Orientasi mengenai Peserta Kepala Dusun Rumah Mendapatkan informasi
Agustus kegiatan rutin KKNM- Kepala mengenai pelaksanaan
2016 posyandu ke setiap PPMD Dusun posyandu di setiap
dusun yang ada Integratif masing- dusun
Unpad 2016 masing
Selasa, 09 Membantu Kadus Balita di Posyandu Membantu dalam
Agustus kegiatan imunisasi Jum’at, Ibu Dusun Jum’at Tanjung kegiatan imunisasi
2016 dan penimbangan Kader Dusun Jum’at serta penimbangan
di posyandu Posyandu, berat badan balita di
Tanjung Dusun Peserta posyandu Tanjung
11

Jum’at KKNM Dusun Jum’at


PPMD
Integratif
Unpad 2016
Rabu, 10 Membantu di Kadus Sabtu, Balita di Posyandu Membantu petugas di
Agustus posyandu Ibu Kader Dusun Sabtu Dusun Sabtu Posyandu dalam
2016 Posyandu, kegiatan imunisasi,
Peserta penimbangan berat
KKNM badan, tinggi badan
PPMD serta pemberian
Integratif vitamin sesuai dengan
Unpad 2016 umur balita masing –
masing di posyandu
Dusun Sabtu
Kamis, 11 Donor darah Petugas dari Seluruh Kantor Peserta KKNM yang
Agustus kecamatan masyarakat kecamatan memenuhi syarat
2016 dan PMI kecamatan Jatiwangi pendonor melakukan
(Palang Jatiwangi donor darah.
Merah
Indonesia)

Hanjeli Pemerintah Petani Desa Tanah sawah Peserta KKNM PPMD


Desa, PPL Jatiwangi di desa Integratif Unpad Desa
dan Peserta Surawangi Jatiwangi melakukan
KKNM penyuluhan mengenai
PPMD tanaman Hanjeli
Integratif
Unpad Desa
Jatiwangi

Undangan ibu ibu Ibu – ibu Ibu – ibu PKK Balai Desa Peserta KKNM PPMD
PKK PKK dan Peserta Dusun Sabtu Integratif Unpad Desa
(Pemberdayaan KKNM PPMD Jatiwangi dapat lebih
12

Kesejahteraan Integratif mengenal lebih jauh


Keluarga) Unpad Desa mengenai kegiatan apa
Jatiwangi saja yang biasa
dilakukan oleh ibu – ibu
PKK Desa Jatiwangi.
Membantu di Kadus Rabu, Balita di Posyandu Membantu petugas di
posyandu Ibu Kader Dusun Rabu Dusun Rabu Posyandu dalam
Posyandu, kegiatan
Peserta imunisasi,penimbangan
KKNM berat badan, tinggi
PPMD badan serta pemberian
Integratif vitamin sesuai dengan
Unpad 2016 umur balita masing –
masing di posyandu
Dusun Rabu.
Jum’at, 12 Membantu di Kadus Ahad, Balita di Posyandu Membantu petugas di
Agustus posyandu Ibu Kader Dusun Ahad Dusun Ahad Posyandu dalam
2016 Posyandu, kegiatan imunisasi,
Peserta penimbangan berat
KKNM badan, tinggi badan,
PPMD serta pemberian
Integratif vitamin sesuai dengan
Unpad 2016 umur balita masing –
Desa masing di posyandu
Jatiwangi Dusun Ahad.
Door to door ke Peserta Masyarakat Rumah Masyarakat dapat lebih
rumah warga KKNM Desa Jatiwangi masyarakat dekat dengan Peserta
PPMD desa KKNM PPMD
Integratif Jatiwangi Integratif Unpad 2016.
Unpad 2016 Mayarakat
Desa mendapatkan informasi
Jatiwangi mengenai pola hidup
sehat terhadap
13

lingkungan tempat
tinggal.

Acara Donor Darah Peserta Peserta Aula Memberikan kontribusi


di Kecamatan KKNM KKNM PPMD Kecamatan dengan
Jatiwangi PPMD Integratif Jatiwangi menyumbangkan darah
Integratif Unpad 2016, Kabupaten yang kita miliki untuk
Unpad 2016 masyarakat Majalengka kebutuhan orang lain
Desa Kecamatan nantinya.
Jatiwangi, Jatiwangi
Perangkat
Kecamatan
Jatiwangi,
PMI (Palang
Merah
Indonesia)
Kabupaten
Majalengka
Majelis Ta’lim Ibu- Peserta Peserta Mesjid Al- Menambah wawasan
ibu di mesjid Al- KKNM- KKNM-PPMD Hidayah dan pengetahuan
Hidayah Desa PPMD Integratif Desa mengenai ilmu agama
Jatiwangi Integratif Unpad 2016 Jatiwangi
Unpad 2016 dan Ibu-ibu
dan Ibu-ibu Majelis Ta’lim
Majelis Desa Jatiwangi
Ta’lim Desa
Jatiwangi
Sabtu, 13 Membantu di Kadus Balita di Posyandu Membantu petugas di
Agustus posyandu Selasa, Ibu Dusun Selasa Dusun Selasa Posyandu dalam
2016 Kader kegiatan imunisasi,
Posyandu, penimbangan berat
Peserta badan, tinggi badan,
KKNM serta pemberian
14

PPMD vitamin sesuai dengan


Integratif umur balita masing –
Unpad 2016 masing di posyandu
Dusun Selasa.
Door to door ke Peserta Masyarakat Rumah Masyarakat dapat lebih
rumah warga KKNM Desa Jatiwangi masyarakat dekat dengan Peserta
PPMD desa KKNM PPMD
Integratif Jatiwangi Integratif Unpad 2016.
Unpad 2016 Mayarakat
Desa mendapatkan informasi
Jatiwangi mengenai pola hidup
sehat terhadap
lingkungan tempat
tinggal.

Minggu, Door to door ke Peserta Masyarakat Rumah Masyarakat dapat lebih


14 rumah warga KKNM Desa Jatiwangi masyarakat dekat dengan Peserta
Agustus PPMD desa KKNM PPMD
2016 Integratif Jatiwangi Integratif Unpad 2016.
Unpad 2016 Mayarakat
Desa mendapatkan informasi
Jatiwangi mengenai pola hidup
sehat terhadap
lingkungan tempat
tinggal.

Senin, 15 Door to door ke Peserta Masyarakat Rumah Masyarakat dapat lebih


Agustus rumah warga KKNM Desa Jatiwangi masyarakat dekat dengan Peserta
2016 PPMD desa KKNM PPMD
Integratif Jatiwangi Integratif Unpad 2016.
Unpad 2016 Mayarakat
Desa mendapatkan informasi
Jatiwangi mengenai pola hidup
15

sehat terhadap
lingkungan tempat
tinggal.

Selasa, 16 Door to door ke Peserta Masyarakat Rumah Masyarakat dapat lebih


Agustus rumah warga KKNM Desa Jatiwangi masyarakat dekat dengan Peserta
2016 PPMD Desa KKNM PPMD
Integratif Jatiwangi Integratif Unpad 2016.
Unpad 2016 Mayarakat
Desa mendapatkan informasi
Jatiwangi mengenai pola hidup
sehat terhadap
lingkungan tempat
tinggal.

Rabu, 17 Pesta Rakyat Peserta Warga Desa Lingkungan Memeriahkan acara


Agustus KKNM Jatiwangi Dusun Desa HUT Republik
2016 PPMD Jatiwangi. Indonesia Ke-71 dan
Integratif meningkatkan tali
Unpad 2016 persaudaraan antara
Desa warga dengan Peserta
Jatiwangi, KKNM PPMD
Pemerintah Integratif Unpad 2016
Desa, Karang Desa Jatiwangi.
Taruna Desa
Jatiwangi
Kamis, 18 Pesta Rakyat Peserta Warga Desa Lingkungan Memeriahkan acara
Agustus KKNM Jatiwangi Dusun Desa HUT Republik
2016 PPMD Jatiwangi. Indonesia Ke-71 dan
Integratif meningkatkan tali
Unpad 2016 persaudaraan antara
Desa warga dengan Peserta
Jatiwangi, KKNM PPMD
16

Pemerintah Integratif Unpad 2016


Desa, Karang Desa Jatiwangi.
Taruna Desa
Jatiwangi
Jum’at, 19 Penutupan Peserta Pemerintah Kantor Memberikan cendera
Agustus KKNM Desa Jatiwangi Kepala Desa mata untuk Desa
2016 PPMD dan Warga Jatiwangi Jatiwangi dari Peserta
Integratif Desa Jatiwangi KKNM PPMD
Unpad 2016 Integratif Unpad 2016
dan Pihak Universitas
Padjadjaran.
Sebagai tanda
berakhirnya KKNM
PPMD Integratif
Universitas Padjadjaran
Gel. II Periode Juli –
Agustus 2016

1.4 Lokasi dan Waktu


Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa dan Program Pengabdian kepada
Masyarakat Desa periode Juli – Agustus 2016 dilaksanakan di empat Kabupaten, tepatnya
beberapa desa yang ada di beberapa kecamatan dari keempat kabupaten tersebut. Kami
melakukan kegiatan ini di Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka dari
tanggal 19 Juli 2016 hingga 19 Agustus 2016.
BAB II

PELAKSANAAN KKNM

2.1 Mekanisme Kerja Kelompok dalam Pelaksanaan KKNM

Peserta Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Desa Jatiwangi terdiri dari dua puluh orang
mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Satu kelompok besar dibagi menjadi
lima bidang kelompok kecil yang masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap lima
aspek yang nantinya akan digali berbagai informasinya. Kelima aspek tersebut adalah aspek
ekonomi, aspek sosial-budaya, aspek pendidikan, aspek kesehatan dan aspek keagamaan.
Kelompok-kelompok kecil tersebut melakukan orientasi setiap aspek sesuai dengan timeline
yang telah diatur dan tidak mengalami perubahan lokasi dusun. Setiap harinya dilakukan
evaluasi hasil kerja berupa rapat kelompok dan pelaporan secara tertulis mengenai hasil
kegiatan yang telah dilakukan. Laporan secara tertulis kemudian dihimpun pada setiap akhir
minggunya dan diposting di grup Line kelompok. Setiap kelompok memiliki penanggung
jawab program yang bertugas mengatur jalannya program kerja agar berjalan sesuai rencana.

2.2 Pelaksanaan Pemetaan Sosial per Aspek

2.2.1 Aspek Sosial dan Budaya


Pemetaan aspek politik dan pemerintahan dilaksanakan pada minggu ketiga dibulan
juli 2016. Kegiatan pemetaan politik dan pemerintahan ini dilakukan dengan cara
mewawancarai aparat desa, seperti Kepala Desa, Kepala Bamusdes (Badan Musyawarah
Desa), Kepala Dusun, Ketua Karang Taruna dan lain sebagainya. Selain itu, kegiatan
pemetaan aspek ini dilakukan dengan cara observasi langsung ke kantor desa dan kantor
kecamatan, dimulai saat rapat penyambutan mahasiswa KKN. Kegiatan observasi ini
bertujuan untuk mendapatkan data-data terbaru mengenai keadaan desa. Hasil wawancara
dan data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui keadaan, permasalahan, dan
potensi politik yang terjadi di desa ini.

2.2.2 Aspek Ekonomi dan Mata Pencaharian


Pemetaan aspek ekonomi dan mata pencaharian dilaksanakan pada minggu ketiga di
bulan juli 2016. Kegiatan pemetaan aspek ekonomi dan mata pencaharian dilakukan dengan
cara mewawancarai penduduk dengan mata pencaharian yang berbeda, seperti petani,

17
pedagang, pegawai, dan kepala dusun. Selain itu, kegiatan pemetaan aspek ini diakukan
dengan cara observasi langsung kegiatan perekonomian penduduk desa guna meninjau
langsung kegiatan yang dilakukan dalam memajukan perekonomian keluarga dan desa. Hasil
wawancara dan observasi yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui keadaan,
permasalahan, dan potensi ekonomi yang terjadi di masyarakat desa ini.

2.2.3 Aspek Pendidikan


Pemetaan pada aspek pendidikan dilaksanakan hari Senin tanggal 25 Juli 2016.
Kegiatan pemetaan aspek pendidikan diawali dengan memperkenalkan diri kepada SDN
Jatiwangi 1 kemudian mewawancarai Kepala sekolah beserta beberapa guru di SDN
Jatiwangi 1. SDN Jatiwangi 1 ini beralamat di Jl. Lanud S. Sukani Kecamatan Jatiwangi
Kabupaten Majalengka. Kemudian di hari berikutnya tanggal 26 Juli 2016, kami
mengunjungi dan memperkenalkan diri serta mewawancarai kepala sekolah SDN Jatiwangi 2
yang beralamat di Blok Rabu RT. 03 RW. 03 Desa Jatiwangi Kabupaten Majalengka untuk
mendapatkan data-data yang dibutuhkan mulai dari kegiatan belajar mengajar, keadaan
sarana dan prasarana serta tingkat partisipasi siswa-siswi terhadap kegiatan belajar mengajar
sehingga kegiatan pemetaan ini dapat dikatakan dengan cara observasi langsung. Hasil
wawancara dan observasi yang diperoleh, kemudian dianalisis untuk mengetahui keadaan,
permasalahan, dan potensi pendidikan yang terjadi di desa Jatiwangi ini.
Selain melakukan pemetaan aspek pendidikan kepada pihak sekolah, kami juga
melakukan aspek pendidikan ke KOBER (Kelompok Belajar) yang jumlahnya sendiri ada
tiga yaitu Kober Tanjung 2 yang menyatu dengan RA/TKA Thursina yang berada di Jl.
Tampian No. 1 Blok Selasa Desa Jatiwangi, Kober Amalia yang berada di Jl. Ranjeng Dusun
Rabu Desa Jatiwangi Kec. Jatiwangi , Kober Rizki Al-barokah yang yang bertempat di Jl.
Ranjeng Blok Rabu Desa Jatiwangi. Kami mengunjungi sekaligus memperkenalkan diri
kepada Kober-kober tersebut, diawali dengan Kober Rizki Al-barokah pada hari kamis 26
Juli 2016 sekaligus bersama SDN Jatiwangi 2. Kemudian pada 27 Juli kami mengunjungi
RA/TKA Thursina dan Kober Tanjung 2 untuk bersosialisasi. Seteah itu, kami langsung
menuju Kober Amalia untuk bersosialisasi juga.

2.2.4 Aspek Kesehatan


Pemetaan aspek kesehatan dilakukan pada minggu kedua saat KKNM. Kegiatan
pemetaan aspek kesehatan dilakukan dengan cara mewawancarai bidan yang bertugas di
Puskesmas kecamatan dan yang ada di puskesmas dusun-dusun di Desa Jatiwangi. Hasil

18
wawancara kemudian dianalisis untuk mengetahui keadaan, permasalahan, dan potensi
kesehatan yang terjadi di desa ini.

2.2.5 Aspek Kehidupan Agama Masyarakat


Pemetaan aspek kehidupan agama masyarakat dilaksanakan pada tanggal 22 Juli
2016. Kegiatan pemetaan aspek kehidupan agama masyarakat didapat melalui pengajian rutin
majelis ta’lim dan observasi langsung ke masyarakat desa setelah sholat jum’at. Kegiatan
wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai gambaran keadaan keagamaan
masyarakat desa, kegiatan-kegiatan keagamaan yang biasa diadakan, dan peran tokoh agama
terhadap kehidupan beragama masyarakat desa. Hasil wawancara yang diperoleh kemudian
dianalisis untuk mengetahui keadaan, permasalahan, dan potensi kehidupan beragama yang
terjadi di desa ini.

2.2.6 Aspek Budaya Masyarakat


Pemetaan aspek budaya masyarakat dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2016.
Kegiatan pemetaan aspek budaya masyarakat dilakukan dengan cara mewawancarai
penduduk asli dan kepala dusun. Kegiatan wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
sejarah desa, kebiasaan, adat istiadat, norma, dan nilai yang berlaku dari zaman dahulu, dan
kesenian daerah yang terdapat di desa ini. Hasil wawancara yang diperoleh kemudian
dianalisis untuk mengetahui keadaan, permasalahan, dan potensi kehidupan berbudaya yang
terjadi di desa.

19
18
BAB III
HASIL PELAKSANAAN KKNM

3.1 Gambaran Desa Jatiwangi


Desa Jatiwangi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Jatiwangi
Kabupaten Majalengka. Desa Jatiwangi ini memiliki jumlah penduduk yang cukup padat
yaitu 5.147 yang terdiri dari jumlah laki-lakinya 2.518 dan jumlah perempuannya 2.629
berdasarkan data terakhir yang didapatkan. Selain itu, Desa Jatiwangi memiliki total luas
wilayah 226,5 hektar yang terdiri dari lima dusun yang biasa disebut blok, yaitu Blok Ahad
yang terdiri dari 1 RW 4 RT, Blok Selasa yang terdiri dari 1 RW 4 RT, Blok Rabu yang
terdiri dari 2 RW dan 6 RT, Blok Jumat yang teridiri dari 2 RW 6 RT dan yang terakhir Blok
Sabtu yang terdiri dari 1 RW 4 RT. Sehingga ada 24 RT dan 7 RW yang terdapat di Desa
Jatiwangi ini. Adapun batas Desa Jatiwangi disebelah utara dengan Desa Surawangi,
disebelah Selatan dengan desa Mekarsari, disebelah timur dengan Desa Jatisura dan
disebelah barat berbatasan dengan Desa Mandapa + Salawana.

Gambar 1. Kantor Desa Jatiwang

20
21

3.1.1 Pembagian Wilayah Desa Jatiwangi


Desa Jatiwangi terdiri dari 5 Dusun didalamnya terdapat 7 RW dan 24 RT
Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga per Dusun Desa Jatiwangi
No. Dusun Jumlah Jumlah KK Jumlah Jiwa Jumlah
RW/RT Jiwa
L P

1. Dusun Ahad 1 RW/ 4 RT 322 490 497 987

2. Dusun Selasa 1 RW/ 4 RT 319 473 487 960

3. Dusun Rabu 2 RW/ 6 RT 426 636 671 1.307

4. Dusun Jum’at 2 RW/ 6 RT 372 550 604 1.154

5. Dusun Sabtu 1 RW/ 4 RT 246 367 368 735

Jumlah 7 RW/24 RT 1.685 2.516 2.627 5.143

Fasilitas yang terdapat pada Desa Jatiwangi yaitu sebagai berikut :


Fasilitas Ibadah : Masjid Al-Hidayah, Mushola
Fasilitas Pendidikan : Sekolah Dasar, Madrasah, TPA, Kelompok Bermain
Fasilitas Umum : Balai Desa (Balai Pertemuan)
Fasilitas Kesehatan : Posyandu

Akses menuju desa terbilang mudah karena letak desa yang berada di pinggir jalan,
namun transportasi yang tersedia setiap hari hanya berupa becak. Bahkan di jalan utama
tidak ada angkot. Hal ini sesuai dengan keadaan masyarakat dimana masing-masing
keluarga pada umumnya sudah memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda dan sepeda
motor. Adapun mobil angkutan khusus yang digunakan untuk mengantarkan murid-murid
sekolah dasar namun, bukan angkutan umum seperti yang biasanya dapat ditumpangi oleh
masyarakat dengan berbagai tujuan.
Pemerintahan dalam suatu Desa Jatiwangi dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau
dikenal juga dengan istilah “Kuwu”. Kepala Desa Jatiwangi adalah seseorang yang
dipercaya oleh warga desa untuk memimpin dan membangun Desa Jatiwangi menjadi lebih
baik. Kepala desa dipilih melalui pemilihan umum. Seorang kepala desa memiliki visi dan
misi yang merupakan tujuan yang akan diwujudkan selama masa pemerintahannya, dimana
untuk mencapai tujuan tersebut, kepala desa dibantu oleh aparatur desa beserta masyarakat
desa.
22

Permasalahan yang ada pada desa cukup banyak. Kami meninjau permasalahan
tersebut melalui beberapa aspek, yaitu aspek politik / pemerintahan, ekonomi, pendidikan,
kesehatan, keagamaan, dan budaya. Garis besar permasalahan aspek politik adalah
mengenai kehidupan politik yang kurang sehat karena kurangnya koordinasi serta
komunikasi antara perangkat desa dengan masyarakat. Dari aspek ekonomi, permasalahan
yang sangat terlihat adalah lahan pertanian yang diambil alih untuk pembuatan tol cipali.
Jika dilihat aspek pendidikannya, masyarakat hanya mengikuti pendidikan hingga ke
jenjang SMP atau SMA setelah itu langsung bekerja tanpa memikirkan pendidikan yang
lebih tinggi untuk mencapai kesejahteraan yang lebih. Permasalahan-permasalahan yang
ada akan dibahas lebih lanjut dalam bab selanjutnya pada laporan ini.

3.1.2 Sejarah Singkat Desa Jatiwangi

Pada jaman dahulu tersebutlah suatu kisah yang menceriterakan Negeri Jatiwangi
yang dulunya masih dinamakan Kerajaan Wanayasa yang di pimpin oleh ARYA JITENG
JATISAWARA, permaisurinya bernama DEWI BASRINI ,dikarunia 2 (dua) orang putra :
Rd. Anggana Suta dan Rd. Solihin
Setelah hancurnya Kerajaan Wanayasa Pangeran Lontang Jaya yang berasal dari
keturunan Daeng Mataram mendirikan sebuah pertapaan Tarikolot (Bekas pertapaan
Tarikolot kini dinamakan Buyut Subang) yang sekarang berada di wilayah Desa Surawangi.
Kurun waktu beberapa tahun, terjadilah peperangan antara Kerajaan Sindangkasih yang
Bupatinya Pangeran Muhamad dengan Sumedang yang di pimpin oleh Pangeran Suryadilaga
(Pangeran Cornel), kemudian Pangeran Suryadilaga menyerah dan berjanji akan
menyerahkan tanah Sah Bandar yang tadinya diakui sebagai wilayah Sumedang.
Setelah usai peperangan, para pemimpin kembali ke daerahnya masing-masing,
namun Rd. Anggana Suta berangkat ke pertapaan Tarikolot, di mana Pangeran Lontang Jaya
pada waktu itu sedang menanam pohon jati, tapi yang hidup hanya 1 (satu) yang sampai
sekarang berada di pinggir Buyut (Makam Keramat) Subang Surawangi. Setelah mendengar
berita kemenangan peperangan dengan Sumedang. Pangeran Lontang Jaya berjanji akan
mengangkat Rd. Anggana Suta untuk dijadikan penguasa di daerah Wanayasa.
Dalem Sumedang mengirimkan sepucuk surat kepada Pertapaan Tarikolot untuk
disampaikan kepada Rd. Anggana Suta bahwa daerah Wanayasa yang telah beberapa tahun
dikuasai akan dikembalikan. Berkenan itu pula Dalem Bantarjati yang dipimpin oleh Ki
Bagus Rangin memberi gelar Rd. Anggana Suta menjadi KI BAGUS MANUK, pemberian
23

gelar tersebut dikarenakan pada waktu peperangan Rd. Anggana Suta bisa berjalan di Air
Sungai Cimanuk waktu peperangan melawan Pasukan Sumedang.Pangeran Lontang Jaya
setelah menerima surat yang dikirim oleh Pangeran Suryadilaga tergugah hatinya untuk
merubah nama Wanayasa menjadi JATIWANGI. Perubahan itu diambil dari Gada Pusaka
peninggalan Kerajaan Wanayasa yang terbuat dari pohon jati yang mempunyai keharuman
tersendiri :
JATI diambil dari pohon jati, sedangkan WANGI karena keharumannya maka sampai
sekarang daerah ini dinamakan JATIWANGI.
Konon menurut ceritera, setiap orang yang menjadi Kuwu/Kepala Desa di Desa
Jatiwangi harus merawat dan membungkus book ( buku pusaka ) tersebut dengan kain putih
sepanjang 2 (dua) meter, menyelipkan nama dan tahun mulai diangkat menjadi Kuwu/Kepala
Desa serta setiap tanggal 1, 15, dan 30 setiap bulannya diharuskan membuat sesajen untuk
disuguhkan dimana book itu disimpan, namun sesajen tersebut tidak dituliskan dalam naskah
ini.

Tabel 3. Daftar Nama Kuwu Desa Jatiwangi


1 KI AGENG RANGGA MALAKINILA KUWU 1512 - 1549
KOSIM
2 KI BAGUS SASTRA KUWU 1549 - 1571

3 KI BAGUS PARILASA KUWU 1571 - 1589

4 SOEWARDI KUWU 1589 - 1599

5 TJASKAMI KUWU 1599 - 1611

6 DASKAM KUWU 1611 - 1622

7 ROESDJAM KUWU 1622 - 1635

8 DJAHINAN KUWU 1635 - 1644

9 ROESTANI KUWU 1644 – 1658

10 MADI KUWU 1658 - 1677

11 ROHIM KUWU 1677 – 1684

12 MARJAM KUWU 1684 – 1704

13 TASMAD KUWU 1704 – 1716

14 NY. TOERINAH KUWU 1716 – 1719

15 NY. RASMINAH KUWU 1719 – 1727


24

16 SAMSA KUWU 1727 – 1732

17 TASBA KUWU 1732 – 1738

18 KARWAMI KUWU 1738 – 1749

19 MOERTAM KUWU 1749 – 1759

20 ROESMA KUWU 1759 – 1763

21 KASMANAH KUWU 1763 – 1771

22 SOMA KUWU 1771 – 1779

23 MARIM KUWU 1779 – 1782

24 KASMARI KUWU 1782 – 1790

25 MARKAM KUWU 1790 – 1794

26 ASMADI KUWU 1794 – 1796

27 MARIBAN KUWU 1796 – 1809

28 DJANI KUWU 1809 – 1820

29 KADJI KUWU 1820 – 1833

30 BADJURI KUWU 1833 – 1842

31 ISTAM KUWU 1842 – 1855

32 DJASIEM KUWU 1855 – 1866

33 RANIEM KUWU 1866 – 1876

34 WADJEM KUWU 1876 – 1890

35 SOEANELA KUWU 1890 – 1897

36 RASTAM KUWU 1897 – 1900

37 NARTA KUWU 1900 – 1904

38 KAMSOE KUWU 1904 - 1913

39 SAWANG KUWU 1913 – 1924

40 SARDAWI KUWU 1924 – 1947

41 SOERA KUWU 1947 – 1949

42 NATA KUWU 1949 – 1954

43 MADRAWI KUWU 1954 – 1974

44 WASDJAN KUWU 1974 – 1985

45 TJASAM KUWU 1985 – 1989


25

46 HM.TJARTIM MIHARDJA KUWU 1989 – 1992

47 H. ACHMAD WARTIM PEJABAT 1992 – 1993

48 TARSAWIJAYA ATMAJA KUWU 1993 – 1999

49 SAKILAM PEJABAT 1999 - 2000

50 E. RIZKI .G.D.L KEPALA DESA 2000 - 2010

51 HENI SUHARTINY KEPALA DESA 2010 - 2016

3.2 Deskripsi Hasil Sosial per Aspek

3.2.1 Aspek Politik dan Pemerintahan


Seperti yang telah dibahas sebelumnya, fungsi dari pemerintahan desa itu sendiri
yaitu untuk melayani masyarakatnya. Pada periode KKNM bulan Juli-Agustus 2016 ini
bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan dari Kepala Desa Jatiwangi tepat di tanggal 08
Agustus 2016 namun hingga KKNM kami berakhir tidak ada informasi lebih lanjut
mengenai pemilihan Kepala Desa dan masyarakatnya pun tidak mengetahui mengenai
berakhirnya jabatan dari Kepala Desa Jatiwangi. Sehingga sampai saat ini belum ada
persiapan untuk melakukan pemilihan Kepala Desa yang baru.
Lembaga desa di Jatiwangi ada yang tidak aktif seperti koperasi. Selain itu ada
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang sama-sama belum berbadan hukum. Seharusnya
lembaga-lembaga di desa aktif secara merata dan dapat dirasakan oleh masyarakat secara
langsung keberadaannya, namun kenyataannya banyak yang tidak berjalan secara optimal.
Bahkan bumdes yang tau hanya aparat Desa Jatiwangi saja tidak ke masyarakat secara
umum.
Adapula organisasi masyarakat Desa Jatiwangi yaitu Karang Taruna Desa Jatiwangi.
Karang taruna di Desa Jatiwangi seakan hilang dan tidak terlihat walaupun, nyatanya
karang taruna telah jelas ada dalam struktur organisasi desa, hal tersebut diakibatkan
Karang taruna ini hanya aktif pada beberapa acara besar saja seperti acara HUT
Kemerdekaan RI yang biasanya ada satu tahun sekali untuk diperingati. Penyebab ketidak
aktifan karang taruna karena kurangnya program-program yang dilaksanakan oleh karang
taruna serta minimnya kreativitas dari karang taruna Desa Jatiwangi tersebut sedangkan
ketua dan juga dari anggotanya itu kebanyakan bukan dari kalangan pemuda, tetapi laki-
laki yang sudah menikah dan mempunyai anak, sedangkan pemuda yang masih sekolah
tidak banyak ikut serta dalam organisasi ini karena kesibukan dan mungkin ketidak
26

peduliannya terhadap organisasi ini. Hal tersebut menyebabkan lemahnya sektor


kepemudaan yang berdampak negatif terhadap perkembangan dan pelayanan Desa kepada
masyarakat..
Keaktifan masyarakat desa dalam mengikuti kegiatan kelembagaan pun dapat
dikatakan tidak begitu besar dan tidak merata, kegiatan yang diikuti secara rutin dan aktif
adalah kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh DKM seperti pengajian rutin bulanan.
Pada PKK pun kegiatan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan kegiatan DKM. Selain
dari DKM, lembaga lainnya jarang melakukan aktivitas secara rutin bahkan dapat dikatakan
tidak pernah dan hanya pada momen-momen tertentu saja seperti Karang Taruna.

3.2.2 Aspek Ekonomi dan Mata Pencaharian


Menurut pemetaan aspek ekonomi yang telah kami lakukan, kami mendapat fakta
bahwa di Kabupaten Majalengka khusunya di Kecamatan Jatiwangi, Desa Jatiwangi dalam
hal perekonomiannya masih di dominasi oleh lahan pertanian. Banyaknya lahan pertanian di
Desa tersebut menyebabkan pendapatan terbesar dihasilkan dari kegiatan bertani. Masyarakat
setempat masih mengandalkan lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Kualitas pertanian yang dihasilkannya pun terbilang cukup baik. Luas lahan yang ada adalah
223,000 ha. panen padi biasa dilakukan setahun atau satu periode dua kali dan dari hasil
panen tersebut yang membuat Desa Jatiwangi ini unggul dalam bidang perekonomian.
Namun seiring berjalannya waktu terdapat program nasional pemerintah untuk
pembuatan jalan tol yakni tol cipali. Dalam hal pembuatan jalan tol Cipali ini berdasarkan
data dan informasi dari kantor Desa Jatiwangi Kecamatan Jatiwangi, Kab. Majalengka lahan
yang paling banyak terpakai dalam mewujudkan pembuatan jalan tol Cikopo-Palimanan
(Cipali) adalah lahan di Desa Jatiwangi. Terdapat hampir 35 Hektar lahan di desa Jatiwangi
yang di gunakan untuk pembebasan lahan untuk digunakan menjadi jalan tol. Kebanyakan
lahan-lahan tersebut sebelumnya adalah lahan-lahan pertanian produktif yang digunakan
masyarakat untuk bertani. Dengan adanya pembuatan jalan tol cipali ini menimbulkan pro
dan kontra terutama masalah perekonomian di Desa Jatiwangi.
27

Gambar 2. Kegiatan Panen Petani Desa Jatiwangi


Dengan adanya hal tersebut terdapat dampak yang ditimbulkan baik-buruknya yang
dirasakan oleh masyarakat. Permasalahan di antaranya adalah dampak lingkungan seperti
berkurangnya lahan-lahan pertanian produktif yang pada mulanya menghasilkan nilai
ekonomi untuk perekonomian masyarakat menjadi berkurang, dengan adanya jalan tol yang
dibangun mengakibatkan adanya pembatas diantara lahan persawahan di Desa Jatiwangi yang
awalnya berdekatan menjadi berjauhan karena terhalang oleh badan jalan. Selain itu dengan
kondisi tanah marjinal menambah permasalahan bagi petani. Tanah marjinal atau
“suboptimal” merupakan tanah yang potensial untuk pertanian, baik untuk tanaman pangan,
tanaman perkebunan, maupun tanaman hutan. Secara alami, kesuburan tanah marginal
tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh reaksi tanah yang masam, cadangan hara rendah,
basa-basa dapat tukar dan kejenuhan basa rendah, sedangkan kejenuhan aluminium tinggi
sampai sangat tinggi. Oleh karena tanah marginal ini membutuhkan air untuk menambah
kesuburan tanah. Namun pengairan untuk lahan sawah di Desa Jatiwangi tidak selamanya
tersedia akibat musim kemarau dan aliran air yang mengaliri sawah. Ada yang meluap serta
ada pula yang kekeringan karena aliran airnya terputus oleh badan jalan. Maka dari itu perlu
disediakan bak penampung air untuk mengatasi kekurangan air saat kemarau nanti. Apabila
saat kemarau terjadi kekeringan pada lahan pertanian maka akan sangat beresiko terhadap
rantai aktivitas pertanian yang panjang nantinya akan terjadi kurangnya hasil panen bahkan
bisa saja menyebabkan gagal panen yang akan merugikan para petani di Desa Jatiwangi.
Namun disamping dampak negatif yang disebutkan diatas terdapat beberapa dampak
positif dengan dibangunnya tol Cipali tersebut. Diantaranya adalah dengan adanya jalan tol
menjadi jalan umum nasional sebenarnya, dapat dimanfaatkan untuk membentuk UMKM
(Usaha Mikro Kecil dan Menengah) serta memberdayakan ekonomi masyarakat lokal dengan
cara melakukan inovasi yang dapat menghasilkan nilai ekonomi, seperti membuka usaha-
usaha dibidang kuliner atau berjualan hasil bumi, serta memperlancar kegiatan arus distribusi
baik kegiatan perdagangan barang maupun jasa dan SDM (Sumber Daya Manusia) dari
Majalengka ke daerah lain yang cakupannya menjadi lebih luas serta jarak tempuh waktunya
menjadi lebih efisien dengan adanya jalan tol tersebut. Namun, hal ini membutuhkan
28

keterampilan khusus untuk membentuk UMKM. Selain pertanian, mata pencaharian di Desa
Jatiwangi juga terdapat beberapa kegiatan usaha seperti pedagang kelontong, berjualan
makanan seperti warteg, membuka usaha warnet, pembuatan rengginang, pembuatan baso,
menjadi buruh pabrik, dll.
Dari hasil analisis yang telah kami lakukan terdapat beberapa permasalahan di Desa
Jatiwangi contohnya seperti masyarakat belum dapat memaksimalkan proses pemasaran atas
produk yang mereka produksi sehingga usahanya tidak terlalu berkembang pesat, selain itu
terdapat kesenjangan yang cukup mencolok yang dapat dilihat dengan mudah dari kondisi
rumah yang salah satunya dapat mencerminkan kondisi ekonomi seseorang. Hasil proses
screening ini memperlihatkan bahwa distribusi pendapatan masyarakat khususnya di Desa
Jatiwangi masih kurang baik dan terdapat ketimpangan. Rata-rata masyarakat di Desa
Jatiwangi adalah tamatan SMP dan SMA dan tidak melanjutkan kejenjang perkuliahan,
kebanyakan dari mereka memilih untuk bekerja. Hal ini menyebabkan SDM di Desa
Jatiwangi menjadi kurang baik karena tidak didampingi dengan pengetahuan yang mencukupi
untuk mendapatkan sesuatu, yang dapat menghasilkan dari segi ekonomi dan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di Desa Jatiwangi Kecamatan Jatiwangi, Majalengka sebagian besar mata
pencahariannya adalah di sektor pertanian, selain mata pencaharian di sektor pertanian, desa
Jatiwangi mmempunyai mata pencaharian di sektor lain diantaranya adalah peternakan dan
perdagangan. Berbagai sektor tersebut juga dapat mengoptimalkan pemberdayaan KUD
karena dipacu agar mampu menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Desa Jatiwangi sendiri memiliki koperasi, BUMDES, UPPK, dan Gapoktan

Di Desa Jatiwangi terdapat sebuah koperasi bernama Koperasi Wanita Lestari,


koperasi tersebut didirikan sekitar tahun 2013 dan dikelola oleh salah satu ibu PKK yang
bernama Ibu Hj. Iin. Namun koperasi ini tidak dimanfaatkan secara optimal karena yang
memberdayakan koperasi tersebut hanya ibu-ibu PKK tidak wanita atau ibu-ibu desa
Jatiwangi secara menyeluruh. Kendala lainnya yaitu koperasi tersebut belum berbadan
hukum. Sistem pengelolaannya yaitu berupa simpan pinjam yang awalnya mendapatkan
modal berupa hibah atau dana dari pemerintah. Biasanya ibu-ibu yang meminjam dana dari
koperasi tersebut digunakan untuk kebutuhan modal usaha mandirinya.
29

Gambar 2 (BUMDES Desa Jatiwangi)

Desa Jatiwangi memiliki BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang terletak tepat
dipusat balai desa. BUMDES tersebut didirikan tahun 2010 dan dikelola oleh salah satu
aparat desa yang bernama Ibu Eti. Awalnya koperasi mendapatkan dana hibah dari
pemerintah sebagai bentuk program wajib pemerintah yang diberikan untuk setiap desa. Desa
memanfaatkan dana tersbut dengan baik dan tepat sehingga keberadaan Bumdes tetap ada
sampai sekarang. Namun Bumdes tersebut belum dikelola secara optimal dikarenakan yang
memanfaatkan keberadaan Bumdes tersebut hanya pamong-pamong atau anak-anak Tk yang
letaknya disebelah Bumdes tidak warga secara menyeluruh. Berdasarkan target seharusnya
warga desa Jatiwangi secara menyelurulah yang harus memanfaatkan Bumdes guna
meningatkan perekonomian desa. Kendala lainnya yaitu Bumdes belum berbadan hukum.

Selain itu, pada bidang ekonomi terdapat potensi yang besar yang belum diketahui
oleh masyarakat luas. Adapun profesor dari Universitas Padjadjaran yang menemukan
potensi yang bisa dikembangkan di Desa Jatiwangi ini dengan pengetahuan yang beliau
punya dalam program pengabdian kepada masyarakat sehingga diadakanlah program
penyuluhan mengenai tanaman hanjeli sebagai potensi tanaman alternatif pangan yang sangat
cocok ditanam dengan berbagai kriteria yang ada di Desa Jatiwangi. Prof. Dr. Ir. Hj. Tati
Nurmala, MS. merupakan salah satu guru besar dari fakultas pertanian Unpad yang dapat
melihat mengenai potensi tanaman pangan Hanjeli sebagai tanaman pangan eksklusif yang
30

memiliki nilai ekonomis di Desa Jatiwangi. Banyak sekali lahan bekas bertani setelah selesai
panen dibiarkan saja beberapa lama sehingga tanah dapat melakukan recovery agar dapat
ditanami lagi oleh padi disaat jeda itulah lahan kosong ini dapat ditanami oleh tanaman
hanjeli yang ternyata di pasaran biji dari tanaman ini terhitung memiliki nilai jual tinggi.
Akibat jarangnya petani memanen biji dari tanaman ini sehingga masyarakat sedikit kesulitan
mendapatkan biji dari tanaman hanjeli.

Masyarakat masih belum mengetahui berbagai manfaat serta nilai ekonomi yang
tinggi yang ada pada tanaman hanjeli ini. Tanaman hanjeli ini merupakan salah satu tanaman
yang mudah tumbuh dengan kondisi cuaca yang ekstrim pun masih dapat bertahan hidup.
Lahan yang tidak harus selalu berair, tanaman ini dapat terus tumbuh dan dalam hal hama
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman ini sangat sedikit. Selain itu karena tanaman
ini memiliki zat alelopati sehingga rumput yang menjadi gulma tidak mampu tumbuh
disekitar tanaman hanjeli ini karena zat alelopati tersebut berupa zat racun bagi tanaman lain
yang mengganggu pertumbuhan dari tanaman tersebut. Adapun tanaman hanjeli mempunyai
peluang yang cukup besar untuk dikembangkan karena nilai gizi yang setara dengan beras,
mempunyai kandungan lemak yang cukup tinggi, pasar internasional sudah ada, juga sebagai
bahan dasar untuk tanaman herbal.

Tabel Nilai Gizi Tanaman Hanjeli dibandingkan dengan bahan pangan lainnya

Komponen gizi Beras Jagung Millet Sorghum Hanjeli

Energi (kkal) 1711 1690 1573 1628 1506

KH (%) 87,7 83,0 78,9 82,0 76,4

Protein (%) 8,8 10,5 12,8 11,4 14,10

Lemak (%) 2,1 4,9 5,6 4,2 7,9

Serat (%) 0,8 2,7 1,7 2,5 0,9

Abu (g) 1,3 1,6 2,7 1,7 1,6

Ca (mg) 18,0 16,0 56,0 25,0 54,0

Fe (mg) 3,2 3,2 10,10 4,3 0,8

Vit B1 (mg) 0,39 0,34 0,35 0,37 0,48

Vit B2 (mg) 0,08 0,13 0,16 0,20 0,10


31

3.2.3 Aspek Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan di
masyarakat. Dilihat dari ada tidaknya tempat untuk proses belajar mengajar, tingkat
pendidikan masyarakat dan juga bagaimana pemahaman mengenai pendidikan untuk masa
depan yang lebih baik. Di Desa Jatiwangi terdapat dua Sekolah Dasar yaitu, SDN Jatiwangi 1
dan SDN Jatiwangi 2. Selain itu ada pula TK, madrasah, dan tiga Kelompok Bermain
(KOBER). Fasilitas yang terdapat di Sekolah Dasar di Desa Jatiwangi adanya ruang kelas,
ruang guru, kantin, wc dan perpustakaan.
Setelah melakukan kegiatan selama tiga minggu kebelakang, berdasarkan data yang
ditemukan saat observasi di masyarakat tingkat pendidikan yang ada di Desa Jatiwangi
ternyata masih rendah. Salah satu contohnya dari sebanyak 545 orang penduduk usia 7-15
tahun terdapat 61 orang yang tidak bersekolah. Selain itu, dilihat dari data pendidikan
orangtua dari murid-murid kelompok belajar rata-rata pendidikan terakhirnya adalah SD,
SMP dan SMA untuk lulusan D3 maupun Sarjana masih terbilang sedikit bahkan bisa
terhitung oleh jari saja. Masyarakat di Desa Jatiwangi sedikit banyak sebenarnya mengetahui
pentingnya pendidikan untuk masa depan anak anaknya sebagai penerus keluarga sekaligus
penerus bangsa.

Gambar. 3a Gambar. 3b
(a). Kegiatan penyuluhun gigi. (b). Kegiatan Pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris di
SD desa Jatiwangi

Namun, karena satu dan beberapa hal lain yang mengakibatkan pendidikan di Desa
Jatiwangi ini masih kurang yaitu karena perekonomian keluarga yang terbilang masih rendah
dengan mata pencaharian di Desa Jatiwangi sebagian besar sangat mengandalkan pada
kegiatan bertani dan untuk sekolah ke tingkat yang lebih tinggi dirasa sangat berat. Sehingga
biasanya setelah selesai menempuh sekolah dasar atau sekolah menengah pertama seorang
anak akan langsung mencari pekerjaan baik menjadi petani atau menjadi buruh pabrik untuk
32

membantu keluarganya. Padahal sebaiknya dengan mencari ilmu hingga mencapai tingkat
perguruan tinggilah yang dibutuhkan saat ini.
Dilihat dari sudut pandang lain, di Desa Jatiwangi ini terdapat yang namanya
Kelompok Bermain (KOBER) atau bisa disebut dengan sekolah play group. Kober di Desa
Jatiwangi ada tiga yaitu, kober Amalia, kober Rizki Al-Barokah dan kober Tanjung 2 yang
letaknya tersebar di berbagai dusun. Murid yang tercatat di Kober Amalia ada sekitar 60
murid, sedangkan murid di kober Rizki ada 22 murid, dan yang terakhir murid di kober
Tanjung 2 ada 28 murid. Berdasarkan data yang ada dapat dikatakan bahwa pendidikan usia
dini di Desa Jatiwangi sangatlah maju dan masyarakat sangat antusias untuk memasukkan
anaknya dalam kegitan di kober. Adanya KOBER di Desa Jatiwangi yang jumlahnya lebih
dari satu merupakan sebuah potensi karena Pendidikan dini sangatlah penting untuk
memperkenalkan pendidikan yang mendasar lewat bermain dan bernyanyi. Dengan hal
tersebut melatih pula kecerdasan otak dari anak yang masih dibawah umur tujuh tahun agar
semakin cerdas nantinya.
Selain itu, permasalahan ditemukan saat kami membantu mengajar matematika dan B.
Inggris di SDN Jatiwangi I dan SDN Jatiwangi II yaitu murid kelas 4,5 dan 6 masih sangat
kurang pengetahuannya dalam mengetahui berbagai benda yang ada disekitar dalam bahasa
inggris dan juga percakapan ringan yang sudah biasa diajarkan terlihat masih sangat kurang.
Menurut pihak sekolah, pelajaran B. Inggris baru diajarkan di kelas 4, tidak diajarkan dari
kelas 1 oleh karena itu masih sangat jauh kemampuan murid dalam berbahasa inggris. Begitu
halnya dengan pelajaran matematika yang dari sejak kelas 1 diajarkan masih ada beberapa
murid yang belum paham. Sangat disayangkan karena sebentar lagi kelas 6 akan menghadapi
ujian nasional.
Sepulang sekolah biasanya murid sekolah dasar ada yang mengikuti madrasah atau
sekolah agama hingga pukul 15.00 WIB. Setelah itu baru murid murid sekolah dasar bisa
bermain dan berkunjung ke rumah KKNM. Selain meembantu guru-guru SD untuk mengajar
murid di Sekolah Dasar, murid setelah pulang sekolah biasa mengunjungi rumah KKNM
kami untuk sekedar berkenalan lebih dekat dan juga bermain, disanalah kami mempunyai ide
sambil bermain bersama murid SD kami memberikan materi materi tambahan. Khususnya
dalam mengajarkan nama hewan dan buah-buahan dalam bahasa inggris. Murid-murid
terlihat begitu antusias dan senang dengan menyebutkan benda dan juga hewan dalam bahasa
inggris. Tambahan diluar sekolah inilah yang sangat diperlukan bagi murid sekolah dasar.
Akibat kurangnya minat membaca murid-murid Sekolah Dasar di Desa Jatiwangi menjadi
penyebab kurangnya pengetahuan lebih yang tidak diajarkan saat di sekolah.
33

Dari uraian diatas pada aspek pendidikan dapat dilihat bahwa Desa Jatiwangi
memang memiliki potensi dan permasalahan yang saling berhubungan satu sama lain.
Berdasarkan observasi yang kami lakukan beserta kegiatan yang kami jalani terdapat
beberapa permasalahan yang paling utama diantaranya:
SDN 1 Jatiwangi :
1. Letak SD yang di pinggir jalan utama membuat mobilitas siswa-siswi SD menjadi
kurang aman
2. Sarana dan Prasarana yang Perpustakaan yang ada tidak terpakai dan malah dijadikan
gudang
3. Jumlah siswa yang belum fix karena banyak yang keluar masuk menghambat pendataan
siswa
4. Letak yang dipinggir jalan yang cenderung berisik karena kendaraan yang lalu lalang
terkadang menganggu konsentrasi belajar para siswa
SDN 2 Jatiwangi :
1. SDN Jatiwangi 2 mempunyai murid yang banyak namun ruangannya masih kurang
hanya terdapat 6 ruangan yaitu untuk kelas 1,3,4,5,6 dan ruang guru sedangkan untuk
kelas 2 bergantian dengan kelas 1
2. SDN Jatiwangi 2 bersatu menyatu dengan Madrasah dan Kober Rizki Al-barokah
3. Menurut salah satu guru sarana dan prasarana yang ada di SDN Jatiwangi 2 kurang
memadai kami melihat toilet yang ada di SDN Jatiwangi 2 kurang dari cukup karena
SDN Jatiwangi 2 memang SD yang terbilang baru jika dibandingkan dengan SD
Jatiwangi 1.
4. Murid yang banyak dengan jumlah tenaga pengajar yang kurang juga menjadi
permasalahan di SD Jatiwangi 2
KOBER (Kelompok Bermain) :
Dari ketiga Kober yang telah kami datangi, permaslahan yang kami lihat terdapat
pada kober Amalia karena Kober tersebut yang paling padat dengan kelas yang kurang
memadai.
Sedangkan untuk potensinya sendiri diantaranya yaitu :
1. Murid-murid SD baik itu Jatiwangi 1 ataupun Jatiwangi 2 yang cukup aktif dan
interaktif. Merupakan tanda bahwa mereka bersikap terbuka pada hal baru dan itu
menjadi sebuah potensi yang akan membantu perkembangan mereka.
34

2. Guru-guru SD yang sudah hampir semua lulusan dari perguruan tinggi bahkan yang
lebih khusus lagi yaitu PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) membuat kualitas
guru-guru di SDN Jatiwangi 1 ataupun 2 tidak diragukan lagi.
3. Akses ke sekolah SD maupunn ke Kober yang mudah untuk dijangkau.

3.2.4 Aspek Kesehatan


Dalam segi kesehatan Desa Jatiwangi memiliki fasilitas berupa posyandu dan kantor
bidan desa. Desa Jatiwangi tidak ada dokter umum maupun dokter gigi. Jumlah tenaga
kesehatan yang ada di Desa Jatiwangi berjumlah tiga orang bidan dan lima orang perawat.
Dilihat dari tenaga kesehatan yang ada dirasa kurang dalam menangani warga dengan jumlah
5147. Tidak adanya dokter umum dalam menangani permasalahan penyakit di desa dirasa
sangatlah memperhatinkan. Hal ini dikarenakan seorang perawat merupakan seseorang yang
mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam tindakan keperawatan berdasarkan ilmu
yang dimilikinya yang didapatkan dari pendidikan keperawatan. Sedangkan seorang dokter
dianggap sebagai tenaga kesehatan yang berwenang dalam mendiagnosis penyakit, yang
merupakan salah satu tahapan dalam penyelesaian masalah kesehatan. Definisi tersebut
tercantum dalam UU RI No. 23 tahun 1992. Dalam hasil wawancara dengan Bidan Desa
diketahui bahwa beberapa penyakit yang sering dikeluhkan oleh warga diantaranya adalah
pegal-pegal, flu, batuk, pilek, dan pusing. Jika terjadi penyakit yang lebih serius biasanya
warga akan langsung pergi berobat ke puskesmas yang jaraknya kurang lebih sekitar 500
sampai 800 meter dari Desa Jatiwangi. Sementara fungsi posyandu yang ada di Desa
Jatiwangi dirasa masih belum dapat berkembang dengan baik, posyandu hanya dibuka satu
bulan satu kali dalam pelaksanaan penimbangan, pemberian vitamin, dan imunisasi pada bayi
dan balita. Sementara praktik kantor bidan desa hanya berlaku setiap hari Senin, Rabu, dan
Jumat dari jam 7 sampai 10 pagi.
Beberapa masalah lainnya dalam aspek kesehatan di Desa Jatiwangi adalah masalah
tempat pembuangan akhir. Desa Jatiwangi hanya memiliki tiga lokasi Tempat Pembuangan
Sementara dan hanya ada satu Tempat Pembuangan Akhir. Selain itu tempat pembuangan
tersebut ada yang berlokasi di sungai. Area sungai yang ada di Desa Jatiwangi cukup
memperhatinkan, airnya sangatlah keruh dan banyak sekali tumpukan sampah yang ada di
sekelilingnya. Dari hasil observasi melalui wawancara kepada masyarakat diketahui bahwa
banyak warga yang memilih membuang sampah ke sungai atau dibakar di halaman
rumahnya. Menurut warga perilaku yang menyebabkan warga membuang sampah ke area
sungai karena memang tempat pembuangan sampahnya pun berada di area sekitar sungai.
35

Hal ini tentunya akan menimbulkan beberapa permasalahan kesehatan yang dapat
diakibatkan oleh adanya sampah yang menempuk. Masih banyak warga yang belum dapat
memberdayakan sampah dengan metode daur ulang ataupun menjadi pengepul sampah.
Pasalnya hanya ada dua orang pemulung yang ada di Desa Jatiwangi.
Konsep sepuluh Perilaku Bersih dan Sehat beberapa sudah terpenuhi dengan cukup
baik di Desa Jatiwangi. Permasalahn tersebut diantaranya: 1. Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, rata-rata warga Desa Jatiwangi sudah menggunakan bantuan bidan untuk
melahirkan;2. Memberi bayi ASI (Air Susu Ibu) eksklusif, 3. Menimbang bayi dan balita, hal
ini dilakukan dari program posyandu setiap bulannya; 4. Menggunakan jamban sehat.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hampir seluruh warga yang ada di Desa
Jatiwangi memiliki jamban masing-masing. Namun terdapat 433 keluarga yang memiliki WC
dibawah standar kesehatan dan masih ada sembilan keluarga yang biasa buang air besar di
sungai. Selain itu bekerjasama dengan aspek pendidikan dengan melakukan observasi ke
sekolah dasar dan kelompok bermain yang ada di Desa Jatiwangi didapatkan bahwa masih
banyak siswa yang belum mengetahui cara menggosok gigi dan mencuci tangan yang baik.
Hal ini tentunya akan menjadi salah satu faktor penurunan kualitas kesehatan warga. Ketika
kriteria perilaku bersih dan sehat ini tidak terpenuhi dengan baik artinya nilai kualitas
kesehatan yang ada di lingkungan tersebut kurang baik.
Dari data yang didapatkan dari desa, diketahui bahwa jumlah kematian warga Desa
Jatiwangi pada tahun 2015 lebih besar dari jumlah kematian yaitu jumlah kematian mencapai
lima puluh orang dan jumlah kelahiran mencapai tiga pluh delapan orang. Sementara jumlah
penduduk Desa Jatiwangi ada 5147 orang. Sedangkan pada tahun 2016 sampai dengan bulan
Juli terdapat tiga puluh tujuh orang dalam angka kematian yang disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya sakit, dan lanjut usia.
Melihat dari berbagai permasalahan yang ada di Desa Jatiwangi, mahasiswa KKNM
PPMD Unpad melakukan beberapa program dengan tujuan untuk mengurangi atau mungkin
dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di Desa Jatiwangi. Beberapa program
tersebut diantaranya :
1. Jumat Bersih
Jumat bersih merupakan kegiatan bersih-bersih lingkungan yang dilakukan oleh
mahasiswa KKNM Unpad bersama aparat Desa Jatiwangi yang dilaksanakan pada Hari
Jumat tanggal 22 Juli 2016. Kegiatan ini dilakukan dengan membagi empat kelompok yang
bertugas membersihkan area desa diantaranya membersihkan rumput-rumput liar yang ada di
36

sekeliling jalan, mengambil sampah yang menggenang di area selokan, dan mengambil
sampah-sampah yang dibuang sembarangan di area jalan Desa Jatiwangi.
Dalam kegiatan ini juga kita bisa melihat area sekeliling lingkungan Desa Jatiwangi.
Kondisi kebersihan Desa Jatiwangi cukup memperhatinkan. Banyaknya sampah yang
berserakan di area selokan dan sungai. Aliran air yang mengalir sudah tidak jernih lagi. Tidak
tersedianya tempat pembuangan sampah yang layak baik dalam bentuk tong, karung, ataupun
TPA. Masih banyak warga yang membakar sampah. Padahal hal ini dapat berdampak
terhadap kesehatan saluran pernafasan.
Kegiatan Jumat bersih ini diharapkan dapat meningkatkan antusiasme warga dalam
menjaga lingkungan tetap bersih, sehat, dan indah. Sayangnya dalam kegiatan ini hanya
beberapa warga saja yang ikut serta. Namun secara keseluruhan kegiatan jumat bersih ini
sudah dikatakan cukup baik. Lingkungan terlihat lebih indah dan bersih. Untuk meningkatkan
minat warga dalam kegiatan ini memang diperlukan usaha lebih. Kebanyakan warga di Desa
Jatiwangi pada hari kerja kebanyakan sudah tidak ada di rumah dari sejak pukul 6 pagi
karena bekerja di pabrik ataupun pergi ke sawah. Mungkin akan lebih baik jika kegiatan
bersih-bersih lingkungan dapat dilakukan di Hari Libur dan mewajibkan warga
membersihkan area halaman rumah dan sekeliling rumah terlebih dahulu. Selain itu
diperlukan kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran warga
tentang pentingnya menjaga kesehatan karena dalam meningkatakan kualitas dari suatu
kegiatan diperlukan kesadaran sumber daya manusia untuk mengikutinya yang didasari
dengan tujuan yang sama yaitu menciptkan Desa Jatiwangi yang rapih, besih, indah, dan asri.

2. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan ini diberikan kepada siwa-siswi sekolah dasar dan kelompok
bermain yang ada di Desa Jatiwangi. Hal ini diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran kesehatan gigi, pola makan, dan meningkatkan kesehatan kepada anak-anak yang
masih rentan dalam terserang penyakit. Kegiatan ini dilakukan dalam rentang dua minggu.
Dengan metode pemberian poster, praktik langsung, dan bernyanyi bersama. Metode ini
dilakukan dengan tujuan agar anak-anak lebih mudah menerima materi dan mudah dalam
menghapalkannya. Sehingga anak diharapkan dapat mempraktikannya di rumah masing-
masing. Materi yang diberikan dalam penyuluhan ini diantaranya cara menggosok gigi yang
baik dan benar, ciri-ciri gusi dan gigi sehat, alasan pentingnya menambal gigi, makanan dan
minuman yang baik untuk gigi, gizi seimbang, dan cara mencuci tangan yang baik dan benar.
37

Dari kegiatan ini terlihat antusiasme anak-anak yang begitu tinggi dan memperhatikan
dengan seksama. Anak-anak diberikan dua lagu dalam mempraktikkan cara mencuci tangan
yang baik dan benar, serta cara menggosok gigi yang baik dan benar. Selain itu dalam
kegiatan ini juga dilakukan kegiatan gosok gigi bersama. Anak-anak diminta untuk membawa
sikat gigi kemudian dipraktikan di teras kelas. Seluruh materi disampaikan dengan metode
yang cukup menyenangkan sehingga anak-anak tidak terlihat mengantuk dan merasa bosan.
Kemudian di akhir kegiatan anak-anak diberikan sebuah tantangan untuk mengulang seluruh
materi yang telah diajarkan. Anak-anak terlihat sangat bersemangat dalam menjawab
tantangan tersebut.
Setelah seluruh materi disampaikan, poster yang digunakan dalam menyampaikan
materi disimpan di dalam kelas. Hal ini bertujuan agar anak-anak dapat mebacanya lagi dan
senantiasa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari seluruh kegiatan
penyuluhan yang diberikan diharapkan anak-anak dapat meningkatkan kualitas kesehatan
mereka dengan melakukan beberapa hal kecil yang dimulai dari kesehatan gigi dan tangan.
Dimana kedua hal tersebut merupakan salah satu sumber masuknya kuman kedalam tubuh
jika tidak dijaga kebersihannya dengan baik.

3. Menimbang dan Imunisasi Balita


Setiap bulannya kegiatan menimbang bayi merupakan salah satu program pemerintah
yang wajib dilaksanaan oleh seluruh posyandu yang ada di Indonesia. Kegiatan penimbangan
bayi ini dilakukan setiap awal bulan di Desa Jatiwangi. Pada Bulan Agustus ini dilaksanakan
pada tanggal 9 sampai 13 Agutsus yang dilakukan di lima Blok yaitu Blok Jumat, Sabtu,
Ahad, Selasa, dan Rabu. Dalam kegiatan ini, pertama bayi atau balita dilakukan penimbangan
terlebih dahulu, kemudian diukur tinggi atau panjang badannya, setelah mendaftar ke
administrasi dan menyebutkan tinggi dan berat badannya tadi. Kemudian bayi atau balita
tersebut diberikan vitamin A. Lalu untuk bayi atau balita dengan usia yang memenuhi kriteria
untuk dilakukan imunisasi pada bulan tersebut akan diberikan imuniasi oleh Bidan Desa.
Dalam kegiatan ini peserta KKNM Unpad dikelompokkan menjadi lima kelompok
yang kemudian ikut serta dalam kegiatan ini setiap harinya. Tingkat kesadaran masyarakat
untuk melakukan kegiatan penimbangan ini sudah cukup baik, rata-rata hampir 80-85% target
jumlah anak yang diharuskan mengikuti kegiatan penimbangan ini sudah tercapai.
Diharapkan dari kegiatan penimbangan ini warga semakin sadar untuk membawa anaknya ke
posyandu, karena dalam kegiatan ini orang tua dapat melihat apakah anaknya tumbuh sesuai
dengan usianya atau tidak.
38

4. Door to Door ke Masyarakat


Melihat kondisi lingkungan masyarakat yang cukup memperhatinkan, peserta KKNM
Unpad melakukan kegiatan kunjungan ke lingkungan masyarakat dengan tujuan untuk
mepererat tali silaturahmi dan memberikan penyuluhan berupa informasi kesehatan. Materi
kesehatan disampaikan dengan menggunakan flyer yang didapatkan dari website Kemenkes
dan PMI. Materi tersebut diantaranya waspada terhadap jentik nyamuk yang berisi informasi
mengenai DBD, Cara pencegahan, dan ciri-ciri lainnya dari DBD, Perilaku hidup bersih dan
sehat, Pentingnya membawa anak ke posyandu, dan Cara mencuci tangan yang baik dan
benar. Kegiatan ini dilakukan selama lima hari dengan metode kunjungan ke warga setiap
sore. Alasan dilakukan kegiatan ini pada sore hari karena rata-rata warga Desa Jatiwangi
melakukan kegiatan di luar rumah dari pagi hingga siang hari.
Peserta KKNM dikelompokkan menjadi lima kelompok. Dimana setiap kelompok
bertanggung jawab untuk melakukan penyuluhan ke setiap blok yang ada di Desa Jatiwangi.
Dari kegiatan ini warga terlihat antusias dan dapat menerima materi penyuluhan dengan
seksama. Namun terdapat beberapa warga yang menolak dan tidak mau menerima
kedatangan peserta KKNM Unpad. Pada dasarnya walaupun lingkungan sekitar rumah warga
terdapat banyak sampah yaitu di area sungai dan tempat pembuangan akhir namun, di
lingkungan rumah warganya sendiri sudah terlihat cukup rapih dan bersih. Menurut hasil
wawancara dengan aparat desa, Desa Jatiwangi sendiri merupakan desa dengan angka
penyakit Demam Berdarah yang cukup rendah. Namun tingkat kewaspadaan dalam
pencegahan DBD masih sangat rendah. Rata-rata warga memilih untuk membakar sampah
daripada mengubur sampah yang ada. Selain itu disini tidak ada tong sampah yang ada di
area desa, sehingga kegiatan pencegahan yang kedua yaitu menutup tong sampah tidak dapat
dilakukan.

5. Pemberian Tong Sampah


Hasil observasi yang menunjukkan permasalahan terbesar yang ada Desa Jatiwangi
adalah masalah sampah. Setelah dilakukan diskusi dengan ketua Desa serta aparat Desa
Jatiwangi diketahui bahwa akar permasalahannya adalah dikarenakan tidak adanya tempat
pembuangan sampah yang layak dan tidak diberlakukannya pengangkutan sampah dari
BPLH ke kabupaten Majalengka. Hal ini disebabkan karena hanya ada delapan mobil
pengangkut sampah yang disediakan oleh BPLH untuk mengangkut sampah yang ada di
Kabupaten Majalengka. Tentunya hal ini dirasa sangatlah tidak layak dan jauh dari kata
cukup. Keadaan ini juga berdampak di Desa Jatiwagi sehingga bila dibangun tempat
39

pembuangan sampah yang layak namun, tidak adanya jasa pengangkutan akan menjadi hal
yang percuma. Karena sampah hanya berpindah, tidak diolah atau diberdayakan menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat. Belum lagi jasa pemulung sampah yang ada di Desa Jatiwangi
masih sangat minim. Menurut kepala desa, masalah sampah ini akan mulai diselesaikan pada
Bulan September. Dimana akan diberlakukannya tong sampah tiap blok atau bahkan jika
memadai akan disediakan tong sampah di setiap area rumah warga yang kemudian juga akan
dibantu jasa pengangkutannya oleh roda sampah yang kemudian akan dibawa ke tempat
pembuangan akhir dimana sebelumnya sudah direnovasi menjadi lebih layak. Kemudian akan
dibentuk suatu kelompok yang bertugas untuk mengelola sampah menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat. Dimana sampah anorganik dapat dijadikan suatu kerajinan atau dikumpulkan dan
dijual ke pengepul. Sedangkan sampah organik dapat dijadikan pupuk atau dikubur. Hal ini
juga mengurangi polusi udara dari kegiatan warga yang selalu membakar sampah di depan
rumahnya.
Dalam mendukung kegiatan program desa tersebut, peserta KKNM Unpad membuat
tempat sampah dengan bahan dasar kaleng cat yang cukup besar kemudian dihias menjadi
warna biru dan hijau dengan tujuan untuk memisahkan antara sampah organik dan sampah
anorganik. Diharapkan tempat sampah ini dapat dijadikan sebagai awal mula yang baik untuk
warga membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenis sampahnya. Tentunya jika
program ini sudah berjalan dengan baik, kualitas kesehatan warga perlahan akan meningkat,
dan mendukung lingkungan yang lebih sehat.

3.2.5 Aspek Kehidupan Agama Masyarakat

Untuk mendeskripsikan hasil pemetaan sosial pada aspek keagamaan masyarakat,


kami mengumpulkan informasi secara individu maupun kelompok melalui observasi dan
wawancara. Setelah data yang diperlukan terkumpul, kami mendiskusikannya bersama-sama
untuk mendapatkan gambaran yang sama. Setelah dilakukan pemetaan sosial, didapatkan data
bahwa mayoritas warga Desa Jatiwangi beragama Islam. Untuk fasilitas yang menunjang
kegiatan keagamaan di Desa Jatiwangi, terdapat satu masjid besar yang berlokasi di Blok
Sabtu, yaitu Mesjid Al-Hidayah dan beberapa mushola yang tersebar di tiap blok. Selain itu,
terdapat pula madrasah yang menjadi tempat bagi anak-anak untuk menimba ilmu agama
Islam. Lokasi madrasah ini berada di Blok Rabu bersamaan dengan lokasi SDN Jatiwangi 2.
Adapun TPA untuk anak-anak yang bertepat di Blok Jum’at.
40

Kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan di Desa Jatiwangi salah satunya adalah
kegiatan Ta’lim khusus ibu-ibu yang diselenggarakan setiap hari jum’at pada waktu bada
ashar. Adapun pengajian khusus yang dilakukan oleh bapak-bapak setiap awal bulan. Selain
itu, khusus untuk anak-anak ada kegiatan mengaji di madrasah usai sekolah setiap hari senin,
selasa, rabu, kamis, dan sabtu. Sedangkan kegiatan di TPA setiap hari selasa bada ashar.
Antusias anak-anak di Desa Jatiwangi untuk belajar agama terlihat cukup baik. Keinginan
dan motivasi anak-anak untuk belajar cukup tinggi, hanya saja masih ada kendala seperti
kurangnya tenaga pengajar dan kebersihan mushola yang kurang diperhatikan.
Dalam konteks keagamaan, peran dari remaja di Desa Jatiwangi dirasa kurang. Tidak
ada kegiatan yang khusus dilakukan untuk remaja. Partisipasi remaja dalam menjaga
kebersihan fasilitas seperti masjid tidak terlihat dan kontribusi dalam bentuk pengajaran pun
tidak ada, hal ini dapat dilihat dari kondisi dimana setiap orang adzan adalah orang tua bukan
pemuda. Seharusnya peran para remaja lebih ditingkatkan dalam hal keagamaan, mengingat
bahwa usia remaja merupakan usia paling produktif dan sangat berpotensi untuk
dikembangkan.

3.2.6 Aspek Budaya Masyarakat

Pada bidang Sosial Budaya, Desa Jatiwangi memiliki situs budaya yang sampai saat
ini masih terjaga kelestariannya. Salah satunya ialah Situs Sumur Tampian yang berada di
Blok Selasa Desa Jatiwangi yang menurut cerita dari warga setempat terdapat sebuah jejak
kaki yang berukuran sangat besar di bagian dasar sumur tersebut. Sumur ini akan dikuras dan
di bersihkan dengan rangkaian prosesi upacara adat, sekali dalam satu tahun pada bulan
Maulid. Sumur ini dipercaya dapat memberikan keberkahan bagi siapa saja yang datang
kesana dan mandi dengan menggunakan air Sumur Tampian ini. Selain situs Sumur Tampian,
terdapat pula peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya seperti benda-benda pusaka
peninggalan leluhur Desa Jatiwangi seperti tombak-tombak, keris, dll. yang sampai sekarang
masih tersimpan dan terawat dengan baik dan diletakkan di Kantor Kepala Desa Jatiwangi.
Selain situs dan benda peninggalan berserjarah, Desa Jatiwangi mempunyai
komunitas Pencak Silat yang sering menjuarai kejuaraan-kejuaraan pencak silat di tingkat
kecamatan. Keberadaan Pencak Silat di desa jatiwangi ini sudah berdiri secara turun temurun
sejak sebelum masa kemerdekaan dan sekarang sudah memasuki ke generasi ke-enam.
Walaupun sempat berhenti, namun pada generasi ke-enam ini Pencak Silat kembali bangkit
dan menunjukkan eksistensinya. Mengenai keadaan Sosial di Desa Jatiwangi, sebagian besar
41

mata pencaharian dari warganya adalah menjadi seorang Petani sehingga ketika pagi dan
siang hari yang bisa kita temui di rumah-rumah warga hanyalah ibu-ibunya saja yang
sebagian besar merupakan seorang ibu rumah tangga dan juga anak-anak kecil mulai dari
yang masih bayi hingga yang sudah mulai memasuki tahapan pendidikan Sekolah Dasar.
Tidak banyak pemuda menetap di Desa Jatiwangi dikarenakan banyak dari mereka yang
memilih untuk meninggalkan desa karena mereka mendapatkan pekerjaan di luar desa seperti
bekerja di Pabrik Sepatu, Pabrik Garmen dan lain sebagainya.
Seiring dengan berkurangnya pemuda yang masih berada di desa ini, maka hal ini
berdampak pula pada keadaan Karang Taruna dari Desa Jatiwangi. Karang Taruna di desa
Jatiwangi dapat dikategorikan tidak terlalu aktif mengingat para pemudanya yang sudah
mulai disibukkan dengan kegiatan dan pekerjaan masing-masing. Hal ini pula yang
menyebabkan kurang adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemuda terutama yang
diselenggarakan oleh Karang Taruna desa Jatiwangi.
Menurut hasil dari obeservasi kami selama disini , potensi yang dapat dikembangkan
lebih jauh oleh Masayarakat Desa Jatiwangi ini ialah mengenai Budaya kesenian pencak silat
Gagak Lumayung yang memang sudah ada selama enam keturunan. Namun, dikarenakan
ketidakjelasan kepengurusan, beberapa waktu lalu sempat berhenti dan baru aktif lagi pada
turunan ke-enam pada saat ini .
Dewasa ini paguyuban silat Gagak Lumayung hanya beranggotakan dua puluh lima
orang saja , hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada warga lain yang mungkin belum
mengetahui bahwa paguyuban ini telah aktif lagi. Selain itu , Paguyuban Pencak Silat ini juga
hanya mengadakan latihan ketika akan ada event saja, tidak ada latihan rutin yang dilakukan.
Hal ini juga berpotensi untuk mengurangi minat dari warga untuk bergabung dalam
paguyuban ini karena mungkin warga akan menganggap bahwa paguyuban ini tidak seserius
paguyuban lain. Jika saja, paguyuban Pencak Silat gagak lumayung ini lebih di sosialisasikan
dan di publikasikan lebih jauh lagi tidak hanya kepada warga Desa Jatiwangi. Namun,
mungkin sampai ke luar desa maka Paguyuban Pencak Silat ini kemungkinan besar akan
dapat merekrut anggota yang lebih banyak lagi, lalu kemudian diadakan latihan rutin setiap
minggu nya sehingga terlihat bahwa paguyuban ini sesungguhnya ada dan didirikan bukan
hanya untuk sekedar main-main saja namun, juga warga melihat bahwa paguyuban ini
didirikan memang untuk mencetak dan membentuk warga agar menjadi pendekar-pendekar
silat yang dapat membela diri sendiri atau juga membantu membela orang lain.
Selain itu, Paguyuban gagak lumayung ini baru tampil jika mereka mendapatkan
undangan untuk tampil. Paguyuban ini hanya sebagai sebuah kesenian pencak silat sebagai
42

seni untuk ditampilkan saja . Seharunya sebagai ajang promosi paguyuban ini sendiri, Gagak
Lumayung harus mau mengikuti lomba-lomba Pencak Silat yang diadakan di Jawa Barat
khususnya sehingga nanti nama Paguyuban Gagak Lumayung akan lebih dikenal lagi oleh
khalayak banyak bukan hanya dari warga Jatiwangi sendiri namun juga dari daerah lain,
dengan dikenal nya Paguyuban Gagak Lumayung ini maka tentunya Paguyuban ini akan
lebih banyak mendapatkan tawaran untuk tampil di berbagai event yang diselenggarakan.
Masalah lain yang kita temui di lingkungan Desa Jatiwangi yang menurut kami
merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yaitu Sampah. Sampah adalah
permasalahan yang tak kunjung menemukan titik terang. Meskipun pemerintah kita juga
melaksanakan program re-use dan re-cycle, namun permasalahan lingkungan dan sampah di
negeri kita ini belum juga terselesaikan bahkan menjadi semakin kompleks karena kurangnya
kesadaran dari masyarakat serta sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga
mengakibatkan dampak yang tidak baik bagi lingkungan. Seperti halnya yang terjadi di Desa
Jatiwangi ini, sampah merupakan masalah yang sampai detik ini masih belum dapat
terselesaikan secara optimal. Warga bahkan cenderung menjadikan sungai yang ada di tiap
dusun mereka menjadi sebuah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hal ini disebabkan karena
kurangnya kesadaran mereka akan lingkungannya dan juga dikarenakan memang mereka
tidak mempunyai TPA. Keadaan ini diperparah dengan tidak adanya petugas kebersihan dari
Dinas Kebersihan yang rutin dan terjadwal untuk datang ke tiap-tiap dusun untuk
mengangkut sampah dan membuang nya ke TPA . Padahal berdasarkan Pasal 5 Undang –
undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang berbunyi “Pemerintah dan
pemerintah daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan”. Dengan tidak adanya petugas kebersihan, itu
artinya Pemerintah tidak menyelenggarakan pengelolaan sampah yang baik, karena yang
terjadi bukan pengelolaan sampah yang berwasasan lingkungan namun dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan. Pihak desa pun sudah mengupayakan dan meminta agar ada petugas
yang mengangkut sampah tersebut, namun, dengan alasan kurangnya personil kebersihan di
dinas kebersihan maka petugas kebersihan pun tidak dapat didatangkan untuk mengurus
mengenai masalah pembuangan akhir sampah rumah tangga tersebut.
Dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c Undang-Undang ini pun menyebutkan bahwa
pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke
tempat pemrosesan akhir . Ini artinya sudah jelas bahwa pengangkutan sampah dari TPS
menuju ke TPA ialah tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah, sedangkan pada kasus di
43

Desa Jatiwangi ini , sungai yang dijadikan sebagai TPS terkesan seperti dibiarkan dan bahkan
malah cenderung disengaja.
Oleh karena itu, warga seolah tidak mempunyai pilihan lain selain membuang sampah
tersebut ke sungai, atau ada sebagian warga yang mau langsung membakar sampah rumah
tangga nya, lokasi terparah terdapat di Dusun Ahad Desa Jatiwangi yang mana sampah yang
dibuang ke sungai sudah menumpuk sangat banyak. Padahal dampak yang dapat ditimbulkan
dengan adanya sampah ini sangatlah berbahaya, selain jika sedang musim hujan rumah warga
akan terkena banjir, dampak lain yang ditimbulkan dari sampah ini juga dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit seperti diare, demam berdarah, dan lain sebagainya yang pada
dasarnya berdampak tidak baik bagi kesehatan warga. Selain itu sampah ini juga dapat
menyebabkan adanya polusi udara dikarenakan bau nya yang tidak sedap dan menyengat.
Namun warga sekitar seolah tidak peduli akan adanya bahaya dari sampah tersebut bahkan
mereka masih tetap saja membuang sampah rumah tangga mereka ke dalam sungai tanpa
disertai rasa bersalah.
Seharusnya ini pula merupakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
menyediakan sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah, sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 6 huruf a UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ini. Disini terlihat
jelas tanpa adanya peran pemerintah, pengelolaan sampah ini tidak dapat berjalan dengan
baik, namun kesadaran masyarakat juga merupakan faktor utama karena seharusnya
walaupun tidak memiliki TPA, warga tidak seharusnya menjadikan sungai mereka sebagai
TPA, melainkan dapat mengolahnya sendiri agar tidak merusak lingkungan mereka dengan
membuang sampah ke sungai.

3.3 Temuan Kondisi Masyarakat

3.3.1 Potensi Masyarakat


Masyarakat yang ada di Desa Jatiwangi memiliki potensi yang sangat mungkin untuk
digali atau bahkan dikembangkan. Berikut beberapa aspek yang dapat dikembangkan dalam
masyarakat Jatiwangi.

1. Pemuda Desa Jatiwangi


Pemuda di Desa Jatiwangi kurang aktif dan partisipatif terhadap kegiatan di
lingkungan Desa Jatiwangi. Hal ini terlihat dalam beberapa kegiatan yang seharusnya
dilakukan oleh pemuda. Namun, dilakukan oleh bapak-bapak yang sudah berkeluarga. Salah
44

satu contoh kegiatan karang taruna yang ada hanya di saat memperingati hari Kemerdekaan
Republik Indonesia saja. Setelah itu tidak ada lagi kegiatan yang dilakukan oleh karang
taruna. Selain itu, kegiatan pengajian pun tidak terlihat pemudi yang masih belum
berkeluarga yang menghadiri acara pengajian tersebut.
Kebetulan karena kegiatan KKNM periode ini bertepatan dengan hari kemerdekaan
Republik Indonesia jadi ada pertandingan bola voli antar desa sekecamatan Jatiwangi namun,
masih kurangnya keikutsertaan dari pemuda di Desa Jatiwangi untuk mewakili Desa
Jatiwangi dalam pertandingan tersebut. Sehingga pihak Desa meminta peserta KKNM ikut
dalam kegiatan tersebut. Terlihat pula saat rapat pembentukan karang taruna para pemuda
yang sebenarnya bisa saling berinteraksi sangat akrab dan dapat memunculkan ide-ide
namun, kurangnya kegiatan yang dilakukan bersama akan sulit untuk menimbulkan
kesadaran untuk memajukan karang taruna serta kegiatan-kegiatan yang lebih banyak dapat
dirasakan oleh masyarakat di Desa Jatiwangi.

2. Pemanaman Tanaman Hanjeli Sebagai Alternatif Pangan


Di wilayah Desa Jatiwangi, masih terdapat banyak sekali lahan yang tidak terpakai
baik itu lahan yang habis digunakan setelah panen atau lahan yang memang kosong. Baik itu
halaman dekat pemukiman atau bahkan lahan kosong yang sengaja dibiarkan. Lahan yang
kosong tersebut akan ditumbuhi oleh gulma atau rumput karena tidak dimanfaatkan dengan
optimal. Padahal jika dimanfaatkan dengan baik, lahan kosong itu dapat digunakan oleh
masyarakat untuk menanam tanaman hanjeli sebagai alternatif pengganti tanaman padi.
Tanaman Hanjeli memiliki kesamaan dengan tanaman padi dalam berbagai aspek gizi yang
dikandungnya. Selain itu tak selamanya hasil dari panen padi mampu menunjang kebutuhan
hidup para petani di sebabkan berbagai faktor diantaranya adalah cuaca dan kondisi tanah di
Desa Jatiwangi. Status tanah marginal di desa Jatiwangi menyebabkan hasil panen tidak
selalu memuaskan maka dari itu diperlukan solusi untuk menjawab permasalahan para petani
di Desa Jatiwangi.
Solusi dari kami adalah dengan melakukan kegiatan menanam hanjeli bersama untuk
mengisi lahan-lahan yang tidak terpakai karena tanaman hanjeli (Coix lacryma-jabi L.)
merupakan salah satu tanaman serelia potensial dan memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan di masyarakat. Selain untuk pangan (bijinya) dan pakan ternak (hijauan serta
dedaknya), tanaman hanjeli dikenal sebagai tanaman herbal dan pangan fusngsional untuk
mengobati penyakit diabetes, osteoporosis, dan saluran pencernaan. Hanjeli merupakan
tanaman indeterminat, mempunyai beberapa keunggulan yaitu, toleran terhadap kekeringan,
45

kondisi tanah sub-optimal, mengandung kalsium, karbohidrat, lemak dan protein yang cukup
tinggi, teknik budidaya yang relatif mudah, hama dan penyakit sedikit (tidak disenangi oleh
burung), dan dapat diratoon.

3. Pemanfaatan Koperasi
Koperasi merupakan salah satu potensi dari kegiatan perekonomian di Desa
Jatiwangi. Di Desa Jatiwangi terdapat sebuah koperasi bernama Koperasi Wanita Lestari,
koperasi tersebut didirikan sekitar tahun 2013 dan dikelola oleh salah satu ibu PKK yang
bernama Ibu Hj. Iin. Namun koperasi ini tidak dimanfaatkan secara optimal karena yang
memberdayakan koperasi tersebut hanya ibu-ibu PKK tidak wanita atau ibu-ibu desa
Jatiwangi secara menyeluruh. Kendala lainnya yaitu koperasi tersebut belum berbadan
hukum. Sistem pengelolaannya yaitu berupa simpan pinjam yang awalnya mendapatkan
modal berupa hibah atau dana dari pemerintah. Biasanya ibu-ibu yang meminjam dana dari
koperasi tersebut digunakan utuk kebutuhan modal usaha mandirinya.
Jika dilihat dari mata pencaharian di Desa Jatiwangi sebagian besar adalah bertani
namun sangat disayangkan pemberdayaan Gapoktan belum sepenuhnya optimal dikarenakan
terdapat beberapa petani yang belum memberdayakan. Untuk mengatasi hal ini, perananan
KUD sangat penting yang menjadi wadah bagi kelompok tani tak dapat dipungkiri bahwa
KUD memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan desa khususnya dibidang
ekonomi. Sektor pertanian terus didorong agar lebih produktif begitupun dengan sektor
lainnya. Peran pemerintah dalam perkembangan KUD adalah dengan mengucurkan dana atau
bantuan berupa hibah, kredit, dan bantuan lainnya seperti pelatihan. Guna mendorong peran
KUD agar lebih optimal, maka perlu ditumbuhkan dan dikembangkan pola pikir
kewirausahaan. Upaya lainnya yaitu peningkatan modal dan peningkatan kualitas SDM
(Sumber Daya Manusia), serta kesadaran warga akan pentingnya peranan KUD.

4. Membuat Taman Bacaan Untuk Meningkatkan Minat Membaca


Selama kami melaksanakan kegiatan KKNM di Desa Jatiwangi, kami mendapatkan
respon yang baik dari anak-anak desa. Mereka sangat senang dan antusias dengan maksud
dan kedatangan kami ke desa Jatiwangi. Setelah kami melakukan survey, jumlah anak-anak
di Desa Jatiwangi terhitung banyak, mulai dari anak-anak yang bersekolah di Kober
(Kelompok Bermain), TK, SD ataupun SMP. Dengan jumlah anak sekolah yang banyak
namun kurangnya minat membaca maka sangat disayangkan. Selain di Desa Jatiwangi lahan
46

untuk bermain anak-anak tidak ada. Sehingga dengan adanya taman bacaan sedikitnya akan
membantu anak-anak untuk menambah pengetahuan dan ilmu yang tidak di dapat di sekolah.
Kami pun sempat berdiskusi dengan beberapa pemuda Desa Jatiwangi yang saat ini
sedang mencari ilmu diluar Kabupaten Majalengka. Mereka mempunyai rencana untuk
membangun perpustakaan di Desa Jatiwangi agar bisa membantu anak-anak di Desa
Jatiwangi menjadi gemar membaca. Kami pun menyetujui untuk membantu dalam pendirian
perpustakaan ini, baik dalam pengumpulan buku bacaan baik juga saat merapihkan
perpustakaan. Potensi ini merupakan potensi yang sangat luar biasa apabila dapat
dikembangkan karena sangat menyangkut dengan kecerdasaan dari anak-anak yang menjadi
rajin membaca.

3.2.1 Permasalahan Masyarakat


Masalah merupakan suatu hal yang pasti timbul di dalam suatu kelompok masyarakat
Umumnya masalah disadari “ada” saat seorang individu menyadari keadaan yang ia hadapi
tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Dalam beberapa literatur riset, masalah
seringkali didefinisikan sebagai sesuatu yang membutuhkan alternatif jawaban, artinya
jawaban masalah atau pemecahan masalah bisa saja lebih dari satu. Selanjutnya dengan
kriteria tertentu akan dipilih salah satu jawaban yang paling kecil risikonya. Yang dimaksud
dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang terlahir dari sebuah keadaan masyarakat
yang tidak ideal, atau definisi masalah sosial yaitu ketidaksesuaian unsur-unsur masyarakat
yang dapat membahayakan kehidupan kelompok sosial. Masalah sosial merupakan suatu
kondisi yang dapat muncul dari keadaan masyakarat yang kurang atau tidak ideal, maksudnya
selama terdapat kebutuhan dalam masyarakat yang tidak terpenuhi secara merata maka
masalah sosial akan tetap selalu ada didalam kehidupan. Selama kami melaksanakan kegiatan
KKNM di Desa Jatiwangi, kami menemukan beberapa permasalahan yang kami anggap
kompleks dan membutuhkan penyelesaian dengan segera. Permasalahan tersebut yaitu :

1. Kesadaran Kebersihan
Dalam aspek kebersihan lingkungan masyarakat Desa Jatiwangi dirasa masih sangat
kurang. Masyarakat Desa Jatiwangi masih banyak yang membuang sampah ke sungai atau
membakarnya langsung di pekarangan rumah. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap kualitas
kesehatan masyarakat Desa Jatiwangi itu sendiri. Di Desa Jatiwangi sendiri sebelumnya
pernah dilaksanakan kegiatan Jumat Bersih bersama kegiatan KKNM PPMD Periode Januari-
Februari 2016. Namun ternyata kegiatan ini tidak berlanjut. Kemudian dalam periode KKNM
47

kali ini dilaksanakan kembali kegiatan Jumat Bersih. Tidak terlihat antusiasiasme dari
warganya sendiri. Kegiatan ini hanya diikuti oleh peserta KKNM PPMD Integratif Unpad
bersama beberapa aparat desa. Sayangnya hasil sampah yang terkumpul dalam kegiatan ini
dibuang ke tempat pembuangan akhir yang ada di Sungai.
Di sekeliling area sungai di Desa Jatiwangi sebetulnya sudah ada papan pengumuman
yang melarang masyarakat untuk membuang sampah ke sungai. Namun, hal ini hanya sebatas
pajangan saja. Masyarakat masih banyak sekali yang membuang sampah ke Sungai. Keadaan
ini diperparah dengan tidak adanya petugas kebersihan dari Dinas Kebersihan yang rutin dan
terjadwal untuk datang ke tiap-tiap dusun untuk mengangkut sampah dan membuang nya ke
TPA. Padahal berdasarkan Pasal 5 Undang – undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, yang berbunyi “Pemerintah dan pemerintah daerah bertugas menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan
tujuan”.

Dengan tidak adanya petugas kebersihan, itu artinya Pemerintah tidak


menyelenggarakan pengelolaan sampah yang baik, karena yang terjadi bukan pengelolaan
sampah yang berwasasan lingkungan namun dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.
Pihak desa sudah mengupayakan dan meminta agar ada petugas yang mengangkut sampah
tersebut namun, dengan alasan kurangnya personil kebersihan di dinas kebersihan, maka
petugas kebersihan pun tidak dapat didatangkan untuk mengurus mengenai masalah
pembuangan akhir sampah rumah tangga tersebut.

Dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c Undang-Undang ini pun menyebutkan bahwa
pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke
tempat pemrosesan akhir. Ini artinya sudah jelas bahwa pengangkutan sampah dari TPS
menuju ke TPA ialah tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah, sedangkan pada kasus di
Desa Jatiwangi ini, sungai yang dijadikan sebagai TPS terkesan seberti dibiarkan dan bahkan
malah cenderung disengaja.

Tidak adanya tempat pembuangan akhir yang layak di Desa Jatiwangi membuat
warga tidak tahu harus membuang kemana lagi sampah tersebut. Keadaan lingkungan sungai
yang sangat tidak indah karena banyak sekali tumpukan sampah, air yang mengalir pun sama
sekali tidak terlihat jernih, dan selokan-selokan kecil yang ada di depan rumah warga
sangatlah keruh.
48

Oleh karena itu, warga seolah tidak mempunyai pilihan lain selain membuang sampah
tersebut ke sungai, atau ada sebagian warga yang mau langsung membakar sampah rumah
tangga nya, lokasi terparah terdapat di Dusun Ahad Desa Jatiwangi yang mana sampah yang
dibuang ke sungai sudah menumpuk sangat banyak. Padahal dampak yang dapat ditimbulkan
dengan adanya sampah ini sangatlah berbahaya, selain jika sedang musim hujan rumah warga
akan terkena banjir, dampak lain yang ditimbulkan dari sampah ini juga dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit seperti diare, demam berdarah, dan lain sebagainya yang pada
dasarnya berdampak tidak baik bagi kesehatan warga. Selain itu sampah ini juga dapat
menyebabkan adanya polusi udara dikarenakan bau nya yang tidak sedap dan menyengat.
Namun, warga sekitar seolah tidak peduli akan adanya bahaya dari sampah tersebut bahkan
mereka masih tetap saja membuang sampah rumah tangga mereka ke dalam sungai tanpa
disertai rasa bersalah.

Seharusnya ini merupakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
menyediakan sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah, sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 6 huruf a UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Disini terlihat
jelas tanpa adanya peran pemerintah, pengelolaan sampah ini tidak dapat berjalan dengan
baik, namun kesadaran masyarakat juga merupakan faktor utama karena walaupun tidak
memiliki TPA, warga tidak seharusnya menjadikan sungai mereka sebagai TPA, melainkan
dapat mengolahnya sendiri agar tidak merusak lingkungan mereka dengan membuang
sampah ke sungai.

2. Kegiatan Masyarakat

Pada dasarnya masyarakat Desa Jatiwangi sebenarnya sudah memiliki banyak sekali
kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap minggunya. Namun kegiatan tersebut dirasa masih
belum berjalan sesuai harapan. Kebanyakan kegiatan-kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu
PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga). Kegiatan tersebut diantaranya pengajian
setiap Jumat Sore dan Arisan Ibu-Ibu PKK. Dalam kegiatan tersebut peserta KKNM
diundang untuk hadir dan mengikuti kegiatan tersebut. Kebanyakan yang hadir dalam
kegiatan tersebut adalah ibu-ibu dengan usia kurang lebih lima puluh lima tahun ke atas.
Antusiasme warga masih dirasa kurang dalam mengikuti kegiatan tersebut. Ibu-ibu PKK pun
berharap dengan kedatangan peserta KKNM dapat menarik minat remaja putri yang ada di
Desa Jatiwangi dalam aktif di kegiatan desa.
49

3. Masyarakat Pasif

Dalam menciptakan suatu gerakan inovasi, masyarakat Desa Jatiwangi terbilang pasif.
Masyarakat Desa Jatiwangi lebih banyak bergantung kepada gerakan pemerintah Desa.
Hampir kebanyakan segala macam bentuk program Desa lebih banyak berasal dari arahan
Kepala Desa yang kemudian dilaksanakan oleh seluruh aparat pemerintahan Desa Jatiwangi.
Sebagai contohnya adalah masalah tempat pembuangan akhir, hampir seluruh warga
mengetahui bahwa Desa Jatiwangi tidak memiliki tempat pembuangan akhir yang layak.
Namun, tidak ada satu warga yang berinisiatif untuk melakukan pembenahan terhadap tempat
pembuangan akhir tersebut ke kepala desa.

4. Perkumpulan Remaja

Setelah dilakukan observasi oleh peserta KKNM Unpad dalam kegiatan orientasi desa
hampir di sepanjang jalan kami hanya melihat warga dengan usia Dewasa Tua sampai dengan
lansia. Tidak terlihat adanya perkumpulan remaja ataupun segerombolan remaja yang lalu
lalang di Desa Jatiwangi. Jumlah remaja yang ada di Desa Jatiwangi memang tidak terlalu
banyak. Hampir sebagian besar remaja Desa Jatiwangi lebih memilih merantau untuk bekerja
dan melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Hal ini juga terlihat dari kegiatan karang
taruna yang didominasi oleh orang tua. Sehingga kegiatan karang taruna yang ada di Desa
Jatiwangi terlihat kurang aktif. Selain itu di Desa Jatiwangi sendiri tidak ada fasilitas yang
dapat digunakan remaja Desa Jatiwangi untuk berkumpul ataupun untuk mengaspirasikan
bakat mereka seperti olahraga, ataupun hanya sekedar untuk berkumpul bersama membuat
kegiatan untuk Desa Jatiwangi. Remaja di Desa Jatiwangi juga membentuk blok-blok
sehingga tidak dapat berbaur satu sama lain. Sebagian remaja yang memilih untuk bekerja
juga kebanyakan pulang selepas adzan maghrib. Sehingga tidak adanya waktu berkumpul
untuk para remaja Desa Jatiwangi.

5. Kesadaran Informasi

Kebanyakan informasi yang masuk ke Desa Jatiwangi tidak terlalu ditanggapi warga
dengan seksama. Sebagai contoh informasi mengenai kegiatan perayaan 17 Agustus 2016.
Pengumuman perlombaan dan cara pendaftaran sudah sangat jelas disebar melalui poster
yang ditempel di lingkungan rumah warga. Namun, setelah ditanya secara langsung oleh
peserta KKNM Unpad apakah warga mengetahui kegiatan tersebut atau tidak, kebanyakan
warga menjawab tidak mengetahui hal tersebut. Padahal informasi sudah sangat jelas
50

diberikan melalui poster. Selain itu ketika peserta KKNM Unpad menanyakan apakah tahun
tahun sebelumnya perayaan 17 Agustus juga dirayakan di setiap blok di Desa Jartiwangi,
kebanyakan warga menjawab tidak tahu dan menyuruh peserta KKNM Unpad untuk
menanyakan kepada Ketua Dusun.

3.4 Blog Desa


3.2.2 Identitas Blog Desa
Nama : Desa Jatiwangi
Alamat : kknm.unpad.ac.id/jatiwangi/
Username : jatiwangi20162
Password : C9N3SX4

3.2.3 Gambaran Isi Blog Desa


Blog desa yang dibuat merupakan sarana publikasi kegiatan KKNM di Desa
Jatiwangi periode Juli-Agustus 2016. Dalam blog ini kami mencantumkan beberapa
kegiatan yang kami lakukan di Desa Jatiwangi yang sekiranya layak untuk dipublikasikan
yaitu ada pada kegiatan dibeberapa aspek diantaranya adalah pada aspek pendidikan,
ekonomi, kesehatan, sosial dan kebudayaan, serta keagamaan. Blog desa ini dibuat untuk
mempublikasikan desa agar semakin banyak orang yang bisa mengetahui hal-hal tentang
Desa Jatiwangi. Desa Jatiwangi dapat dikenal oleh orang lain yang belum mengetahui
potensi serta keragaman berbagi aspek.

(a). Gambar isi blog Desa Jatiwangi


3.4 Respon Masyarakat Terhadap KKNM-PPMD Integratif
Kegiatan KKNM UNPAD di Desa Jatiwangi berlangsung selama kurang lebih
satu bulan. Selama satu bulan tersebut, interaksi dengan masyarakat sekitar adalah
suatu hal yang wajib dilakukan. Sebagai pendatang yang sedang melakukan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat, tentu interaksi dan komunikasi adalah salah satu cara
untuk memperkenalkan diri, menggali informasi baik potensi maupun permasalahan
dan mempelajari keadaan sekitar Desa Jatiwangi. Komunikasi merupakan cara untuk
menjalin silaturahmi dan sarana bagi masyarakat desa untuk memberikan kesan dan
tanggapan akan kegiatan KKNM UNPAD ini. Adapun beberapa tanggapan
masyarakat Desa Jatiwangi diantaranya:

1. Ibu Hj. Iin (Ibu PKK dan Ketua Yayasan Kober Tanjung 2)

Mengenai KKNM UNPAD periode Juli-Agustus 2016


ini yang saya tau tentang kebersamaan dan membantu dalam
mengerjakan tugas sangat bagus dan sangat positif menurut
saya, kalau dinilai mungkin dapat nilai A. Untuk kedepannya
dapat merealisasikan kegiatan lebih baik dan bermanfaat bagi
masyarakat Desa Jatiwangi. Pesannya semoga seluruh kakak
dari KKNM UNPAD bisa sukses dunia dan akhirat dan jangan
lupa berkunjung kembali ke Desa Jatiwangi.

2. Bapak Kusrita (Guru Kelas 6 SDN Jatiwangi 2)

Saya berterimakasih untuk adek-adek.


Mohon maaf atas pelayanannya yang sedikit
kurang memuaskan untuk kakak-kakak dari
KKNM UNPAD. Terimakasih banyak kepada
mahasiswa UNPAD yang telah sangat membantu
dan berpartisipasi aktif di kegiatan SDN Jatiwangi
2 dimulai dari membantu dalam memberikan

50
materi pelajaran serta memotivasi adik-adik agar lebih giat belajar . Pesan kedepannya nanti
apabila ada mahasiswa yang KKN lagi akan diperbaiki pelayanan KBM nya dan pelayanan
kesehatan bagi murid SDN Jatiwangi 2.

3. Ede (Ketua Kelas 6 SDN Jatiwangi 2)

Terimakasih untuk kakak-kakak dari UNPAD


yang telah mengajarkan kami dalam belajar B. Inggris,
matematika dan juga mengajarkan kami untuk bermimpi
dan punya cita-cita. Kami sangat senang ada kakak-
kakak. Semoga harapannya kakak lulus kuliah dan jangan
lupa sama kami ya kak di SDN Jatiwangi 2. Sekali lagi terimakasih banyak kak.

4. Bapak Suhiman (Kepla Dusun Blok Sabtu)

Menurut saya kegiatan KKNM ini bagus selama di Desa


Jatiwangi ini. Semoga kedepannya lebih bisa ditingkatkan
seperti kegiatan KKNM kali ini. Untuk kegiatannya
dirasa sangat cukup baik.

5. Bapak Karsa (Kepala Urusan Ekonomi Pembangunan)

Belajar menjadi lebih baik, harapannya sesuai


dengan apa yang diinginkan orangtua masing-masing.
Tidak henti belajar dan berdoa. Karena setiap orang kan
nanti mengambil jurusan dan cita-cita yang berbeda dan
nantinya kalianlah yang akan menjadi penerus kami saat
ini. Kami dari Desa Jatiwangi mengucapkan terimakasih
dan selalu mendoakan yang terbaik untuk adik-adik KKNM UNPAD.

50
6. Ibu Kepala Sekolah SDN Jatiwangi 1

Terimakasih kepada adik-adik dari UNPAD yang telah


berpartisipasi dan membantu di SDN Jatiwangi 1 dan
memberikan pembaharuan kepada anak-anak di SDN
Jatiwangi 1 karena ketika murid SDN Jatiwangi 1
mengetahui akan ada kakak-kakak dari UNPAD yang
akan mengajar mereka sangat senang dan bersemangat
sekali apalagi kakak-kakak mengajarkan cara menyikat gigi yang benar, cara mencuci tangan,
belajar matematika, belajar B. Inggris, dan memotivasi anak-anak untuk mempunyai cita-cita.
Terimakasih kepada kakak-kakak dari UNPAD yang sudah mengajarkan berbagai hal di SDN
Jariwangi 1 dan semoga kakak-kakak cepat lulus dan sukses.

7. Ibu Heni Suhartiny (Kepala Desa Jatiwangi)

Kami disini merasa senang dan bangga dengan adanya mahasiswa


KKNM di Desa Jatiwangi selama satu bulan. Kesannya cukup baik
mahasiswa memberikan penyuluhan kepada masyarakat juga
murid SDN Jatiwangi 1 dan SDN Jatiwangi 2 dari sisi ekonomi,
kesehatan dan pendidikan. Peserta KKNM juga dapat berbaur
bersama masyarakat di Desa Jatiwangi ini, Tak terhingga juga saya
ucapkan terimakasih atas kenang-kenangan berupa tempat sampah,
mudah-mudahan selalu dikenang dan besar juga manfaatnya
karena kebersihan adalah sebagian dari iman. Begitu pula akan sangat bermanfaat untuk
warga Desa Jatiwangi. Mohon maaf apabila dalam penerimaan mahasiswa KKNM banyak
kekurangan.

50
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam pemaparan laporan KKNM Integratif Periode Juli-Agustus 2016 dapat
disimpulkan secara garis besar bahwa Desa Jatiwangi memiliki berbagai potensi dan juga
permasalahan yang ada pada masing-masing aspek seperti aspek ekonomi, aspek pendidikan,
aspek sosial dan budaya, aspek kesehatan, dan juga aspek keagamaan. Setelah dilakukan
orientasi berbagai aspek, ditemukan suatu permasalahan yang sangat signifikan di Desa
Jatiwangi ini, yaitu mengenai sampah. Ketiadaan tempat pembuangan akhir sampah,
menimbulkan masalah yang membuat masyarakat mebuang sampah ke tepi sungai. Hal
tersebut bukanlah sesuatu yang harus diabaikan, mengingat beberapa daerah di desa akan
kebanjiran jika hujan akibat sampah-sampah di sungai.
Selain permasalahan tentu ada banyak potensi yang bisa dikembangkan di Desa
Jatiwangi ini. Potensi lahan pertanian yang luas serta lahan kosong yang belum dimanfaatkan
secara maksimal dapat digunakan untuk menanam tanaman yang bernilai ekonomi tinggi
serta bernilai gizi tinggi pula, yaitu dengan melakukan penanaman tanaman hanjeli.
Penanaman tanaman hanjeli merupakan salah satu program dari profesor pendamping
lapangan setelah melihat potensi lahan yang sesuai dan cocok dengan tanaman hanjeli ini.
Tanaman hanjeli bisa sebagai alternatif tanaman pangan pengganti padi dengan kandungan
gizi yang hampir sama dengan padi dan juga memiliki nilai ekonomi tinggi saat dijual.
Sehingga potensi yang baik ini bisa dikembangkan terus menerus untuk membantu
perekonomian di Desa Jatiwangi.

4.2 Saran
Dalam memajukan potensi yang sudah ada serta penyelesaian masalah yang ada juga
menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak saling yang memiliki keterkaitan baik
dari pemerintah, pihak desa, serta masyarakat Desa Jatiwangi sendiri. Melakukan berbagai
kegiatan hendaknya dilakukan komunikasi serta koordinasi yang nantinya hubungan antar
pemerintah maupun masyarakat dapat berjalan baik pula. Sehingga upaya-upaya yang
dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat di Desa Jatiwangi akan sangat dirasakan
manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat di Desa Jatiwangi. Salah satunya dalam
menghadapi permasalahn sampah yang lama kelamaan apabila tidak dilakukan tindak lanjut
kedepannya akan menjadi masalah yang besar. Selain itu kegiatan perekonomian rumahan

50
lebih dikembangkan, selain menciptakan lapangan pekerjaan juga sebagai identitas atau ciri
khas dari Desa Jatiwangi.

50
51

DAFTAR PUSTAKA

http://kknm.unpad.ac.id/jatiwangi/
www.pustakaindonesia.com
52

LAMPIRAN

Organigram Pengurus Desa Jatiwangi

Peta desa
53

Transek

Legenda transek (zoom in)


54

Data Pengurus LPM


55

Data Pengurus BPD

Data Perkembangan Penduduk

Anda mungkin juga menyukai