Anda di halaman 1dari 29

Nurse Aya

Senin, 22 April 2013


ASKEP HARGA DIRI RENDAH
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1).
Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat
kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat
2010. (http//www.pikiranrakyat.com)
Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari
jumlah penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan
ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut
diperparah dengan beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam,
diantaranya tsunami di Aceh dan Pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di
Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya
tingkat persaingan antar individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi.
Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar untuk
meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah sembuh
dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih untuk tinggal
lagi di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya.
Keluarga mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya
tidak sedikit yang memilih kabur.

B. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri
rendah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian
prilaku dengan ideal diri
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.individu
yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya
lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan
diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C, 1998)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai
diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

B. RENTANG RESPON
Respon adaptif

Respon maladaptif

Depersonalisasi

positif

Kerancuan
identitas

Harga diri
rendah

Konsep diri
positif

Aktuallisasi
diri

(suliswati dkk,2005:91)
a. Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa
yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)
c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi
tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2. Faktor predisposisi gangguan harga diri
a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu
dituntut dan tidak konsisten
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3. Faktor predisposisi gangguan peran
a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi
dan keadaan sehat sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan
secara terus menerus yang tidak terpenuhi
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran
yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
d. Peran yang terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a. Ketidak percayaan orang tua pada anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur sosial
D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal maupun
eksternal klien, yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
d. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
e. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan
bentuk, ukuran, panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Prosedur medis keperawatan.
E. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri:

Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh


F. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah meliputi
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar matahari.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi bila saya segera
ke rumah sakit.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa menulis, tulisan saya jelek, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain dan lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
ingin mengakhiri kehidupan.
7. SUMBER KOPING
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekpresif
d. Kesehatan dan kerawatan diri
e. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
f. Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imaginasi dan kreativitas
i. Hubungan interpersonal
G. MEKANISME KOPING
1. Jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal
: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut
serta dalam aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c. Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang
kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ).

2. Jangka panjang
a. Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri
individu tersebut.
b. Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai dan harapan masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego:
1. Penggunaan fantasi
2. Disosiasi
3. Isolasi
4. Projeksi
5. Pergeseran ( displasement )
6. Peretakan ( splitting )
7. Berbalik marah pada diri sendiri
8. Amuk
H. PERILAKU
1. Mengkritik diri sendiri
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup pesimis
12. Penolakan tewrhadap kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri sendiri
14. Pengurangan diri
15. Menarik diri secara social
16. Penyalahgunaan zat
17. Menarik diri dari realitas
18. Khawatir
( Stuart, Gail Wiscarz, 2007)
C. Konsep Psikofarmaka
1) Chlorpromazine ( CPZ ) : 3 x100 mg
a) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dam
melakukan kegiatan rutin.
b) Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya
sistem ekstra piramidal.
c) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS
Depresi.
d) Efek samping
(1) Sedasi
(2) Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut kering,
kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).
(3) Gangguan ekstra piramidal ( distonia akut, akatshia, sindrom
parkinsontremor, bradikinesia rigiditas ).
(4) Gangguan endokrin ( amenorhoe, ginekomasti ).
(5) Metabolik ( Jaundice )
(6) Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka pan
(7)

2) Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia,
pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai
antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif,
skizofrenia dan sindrom paranoid. Di samping itu halloperidol juga mempunyai
daya anti emetik yaitu dengan menghambat sistem dopamine dan hipotalamus.
Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%, kadar puncak
dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol
ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar
diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui empedu.
c) Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang
hipersensitif terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi
ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi
gangguan percernaan dan perubahan hematologik ringan, akatsia, dystosia,
takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik, gangguan fungsi hati,
reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine, hiperpireksia,
gangguan akomodasi.

3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal berkaitan
dengan obat-obatan antipsikotik.
b) Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua
neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat
asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan kelebihan
asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps
untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain, glaukoma,
ulkus peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak
di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur,
disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia,
sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, hipertensi,
takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada
gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi,
dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan seperti retensi
urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi.
Pada psikologis seperti depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian
dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah
sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal.
Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa,
menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien
terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki
sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien
terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan,
fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien
terhadap pandangan / penghargaan orang lain.

h. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain.
i. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
j. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis
klien.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
a. Lesu, tegang, gelisah.
b. Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c. Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d. Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol
klien
e. Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan
merentangkan jari-jari
f. Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4. Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan
spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak
ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f. Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara
atau orang lain.
g. Persepsi
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada
saat klien berhalusinasi.
7. Proses pikir
a. Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya
d. Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang
lainnya.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali
f. Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
g. Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8. Isi fikir
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi
tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang
sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi
dilingkungan yang bermakna yang terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-
hal yang mustahil atau diluar kemampuannya.
g. Waham :
1. Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan keyakinan
3. Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya
dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
4. Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha
merugikan, mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
5. Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia /
meninggal yang dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan
6. Waham yang bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan
didalam pikirannya, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan
b. Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang
klien pikirkan walaupun klien tidak pernah menceritakannya kepada
orang, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai
kenyataan
c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari
luar, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
6. Tingkat kesadaran
a. Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh
klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang
terjadi dilingkungannya
d. Orientasi : waktu, tempat dan orang
e. Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f. Memori
1. Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1
bulan.
2. Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam
minggu terakhir.
3. Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja
terjadi.
4. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan
cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5. Tingkat konsentrasi
a. Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang
karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan
kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat
melakukan penambahan ataupengurangan pada benda-benda yang nyata
d. Daya tilik diri
1. Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
minta pertolongan / klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak
mau bercerita tentang penyakitnya
2. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang
lain ataulingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah
sekarang
3. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi
kemampuan klien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang
Air Kecil (BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi,
cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan
klien.
d. Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian, observasi penampilan dandanan klien.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam,
persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara
pemberian.
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut,
siapa saja sistem pendukung yang dimiliki.
h. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan,
merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya
sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari,
aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah.
j. Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
4. Aspek medis
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan
klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
5. Masalah Keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan
pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional
3. Gangguan citra tubuh
6. Pohon masalah
Bagan 1
Pohon masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

(Keliat, Budi Anna. 2002)


i. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang
mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang.
(Stuart & Sundeen, 1998 : 41)
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko
tinggi. (Marilyn E. Doenges, 1999 : 8 )
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah
suatu cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien
serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif
maupun maladaptif serta stresor yang menunjang.
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri :
harga diri rendah adalah :
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Definisi
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif
mengalami perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.

2) Batasan karakteristik
a) Mayor
(1) Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon
terhadap kejadian kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi
diri positif sebelumnya.
(2) Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan,
kegunaan )
b) Minor
(1) Pengungkapan diri yang negatif
(2) Ekpresi malu
(3) Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi /
kejadian
(4) Kesukaran mengambil keputusan Gelisah
(5) Pengabaian diri
(6) Isolasi sosial
(Carpenito. L.J, 1998 : 353 )
b. Isolasi sosial : menarik diri
1) Definisi
Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang
memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon
terhadap peristiwa ( kehilangan, perubahan ).
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang
negatif dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara
positif menyatakan perasaan negatif tentang dirinya (putus asa, tidak
berguna).
b) Minor
(1) Pernyataan negatif atas dirinya
(2) Mengekspresikan rasa malu, bersalah.
(3) Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
(4) Kesulitan membuat keputusan
(5) Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)
(6) Mengisolasi diri
( Carpenito .L.J, 1998 : 853)
c. Gangguan citra tubuh
1) Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami
gangguan dalam cara penerapan citra diri seseorang.
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau
dalam struktur dan / atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan,
bersalah, reaksi mendadak)
b) Minor
(1) Tidak terlihat pada bagian tubuh
(2) Tidak menyentuh bgian tubuh
(3) Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan
(4) Perubahan dalam keterlibatan sosial
(5) Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan,
keputusasaan, tidak ada kekuatan, kerentanan
(6) Larut dalam perubahan atau kehilangan
(7) Penolakan untuk membuktikan perubahan aktual
(8) Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan
(9) Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri,
makan berlebihan, kurang makan)
( Carpenito. L.J, 2001:348)
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
DX keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1.
I TUM :
Isolasi sosial :
menarik diri Klien dapat berhubungan Setelah ... kali pertemuan / lebih a. Beri salam
berhubungan dengan orang lain secara hubungan saling percaya dapat dibina sebutkan nama
dengan (b.d)
harga diri optimal : tangan
rendah
TUK 1 : a. Ekspresi wajah yang bersahabat b. Jelaskan mak
Klien dapat membina
hubungan saling percaya b. Hubungan terapeutik dapat c. Jelaskan kon
terealisasi dengan menunjukan d. Beri rasa am
rasa senang e. Lakukan ko
c. Ada kontak mata
d. klien mau berjabat tangan
e. Klien mau menjawab salam
f. Klien mau mengungkapkan
perasaannya.
g. Klien mau bercerita mengenai
masalah yang dihadapinya.

TUK 2 :
Klien dapat Setelah ... kali pertemuan, klien dapat
mengidentifikasi mengidentifikasikan aspek positif a. Diskusikan
kemampuan dan aspek klien, keluarga dan kemampuan yang positif yang d
positif yang dimiliki dimiliki klien b. Hindari me
utamakan mem

TUK 3 :
Klien dapat menilai Setelah ... kali pertemuan, klien
kemampuan yang menilai kemampuan yang digunakan a. Diskusikan
digunakan minimal 3 kemampuan / kegiatan. yang digunaka
b. Diskusikan
dilanjutkan.

TUK 4 :
Klien dapat menetapkan Setelah ... kali pertemuan, klien
(merencanakan) kegiatan membuat rencana kegiatan a. Rencana ber
sesuai dengan dapat dilakuk
kemampuan yang dimiliki
kemampuan
b. Tingkatkan
toleransi
c. Beri cont
kegiatan yang
kemampuan

TUK 5 :
Klien dapat melaku-kan Setelah 1 kali pertemuan, klien
kegiatan sesuai dengan melakukan sesuai kondisi sakit dan a. Beri kesem
kondisi sakit dan kemampuanya kegiatan sesua
kemampuannya
b. Beri pujian
melakukan tind
c. Diskusikan
kegiatan di rum

TUK 6
Klien dapat Setelah dua kali interaksi klien a. Beri pendid
memanfaatkan sistem memanfaatkan sistem pendukung yang keluarga tanta
pendukung yang ada. ada di keluarga dengan harga di
b. Bantu keluarg
selama klien di
2
II TUM :
Kurang
motivasi Klien dapat mearawat Setelah ... kali interaksi klien Bina hubungan
perawatan diri dirinya sendiri menunjukkan tanda-tanda percaya menggunakan prin
b.d defisit
perawtan diri TUK 1 : kepada perawat : :
Klien dapat membina a. Ekspresi wajah bersahabat a. Sapa klien d
hubungan saling b. Ada kontak mata maupun non v
percaya. c. Mau menyebutkan nama b. Perkenalkan
d. Mau menjawab salam dan tujuan per
e. Mau duduk berdampingan dengan c. Tanyakan n
perawat panggilan yang
f. Bersedia mengungkapkan masalah
yang dihadapi d. Buat kontrak
e. Tunjukkan s
janji setiap kal
f. Tunjukkan si
apa adanya
g. Beri perhat
perhatikan keb

h. Tanyakan pe
yang dihadapi
i. Dengarkan
ekspresi perasa

TUK 2 : Dalam tiga kali pertemuan klien dapat Diskusikan dengan


Klien mengetahui menyebutkan: a. Penyebab klie
a. Penyebab tidak merawat diri b. Manfaat menj
pentingnya perawatan b. Manfaat menjaga pearawatan diri keadaan fisik,
c. Tanda-tanda bersih dan rapih c. Tanda-tanda p
diri d. Gangguan yang dialami jika d. Penyait atau g
perawatan diri tidak diperhatikan dialami oleh kl
tidak adekuat
3. Klien mengetahui cara-
cara melakukan a. Dalam tiga kali pertemuan klien a. Diskusiakan
perawatan diri menyebutkan frekuensi menjaga perawatan diri s
perawatan diri: 1) Mandi
1) Frekunsi mandi 2) Gosok gig
2) Frekunsi gosok gigi 3) Keramas
3) Frekunsi keramas 4) Ganti pak
4) Frekunsi ganti pakaian 5) Berhias
5) Frekunsi berhias 6) Gunting k
6) Frekunsi gunting kuku b. Diskusiakan
b. Dalam tiga kali interaksi klien diri yang baik d
menjelaskancara menjaga 1) Mandi
kebersihan diri: 2) Gosok gig
1) Cara mandi 3) Keramas
2) Cara gosok gigi 4) Ganti pak
3) Cara keramas 5) Berhias
4) Cara ganti pakaian 6) Gunting k
c. Berikan puji
5) Cara berhias klien yang posit
6) Cara gunting kuku
4. Klien dapat
melaksanakan Dalam dua kali interaksai klien a. Bantu lien saa
perawatan dengan mempraktekn keperawatan diri dengan 1) Mandi
bantuan perawat
dibantu oleh perawat 2) Gosok gig
a. Mandi 3) Keramas
b. Gosok gigi 4) Ganti pak
c. Keramas 5) Berhias
d. Ganti pakaian 6) Gunting k
b. Beri pujian se
e. Berhias perawatan diri
f. Gunting kuku
5. Klien dapat
melaksanakan Dalam tiga kali interaksi klien a. Pantau klien
perawatan diri secara melaksanakan praktek perawatan diri perawatan diri:
mandiri
yang mandiri: 1) Mandi
a. Mandi dua kali sehari 2) Gosok gig
b. Gosok gigi setelah makan 3) Keramas
c. Keramas dua kali seminggu 4) Ganti pak
d. Ganti pakaian satu kali sehari 5) Berhias
e. Berhias sehabis mandi 6) Gunting k
f. Gunting kuku setelah mulai b. Beri pujian se
panjang perawatan diri s
6. Klien mendapatkan
dukungan keluarga a. Dalam tiga kali interaksi kelurga a. Diskusikan de
untuk meningkatkan menjelasakan cara membantu klien 1) Penyebab
perawatan diri
dalam memenuhi kebutuhan meaksanak
perawatan diri 2) Tindakan
b. Dalam dua kali interaksi keluarga klien selam
menyiapkan sarana perawatan diri menjaga
klien: sabun mandi, shampo, pasta kemajuan y
gigi, sikat gigi, handuk, pakaian 3) Dukungan
bersih, sandal dan alat berhias. keluarga
c. Keluarga mempraktekan
perawatan diri pada klien kemampuan
diri
b. Diskusikan de
1) Sarana ya
menjaga per
2) Anjurkan
menyiapkan
c. Diskusikan d
yang perlu di
perawatan diri:
1) Anjurkan
mempraktek
(mandi, gos
baju, dan gu
2) Ingatkan k
gigi, kerama
kuku
3) Bantu j
hambatan da
4) Berikan p
klien
Tim Keperawatan (2006) Standar Rencana Keperawatan RSMM Bogor, Bogor : Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik, Depkes RI.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan
klien. Petunjuk dalam implementasi :
a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan
efisien dalam situasi yang tepat.
c. Dokumentasi intrvensi dan respon klien.
(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi
terapeutik yang terdiri dari :
1) Fase Pra Interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan
kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung
jawabkan.
2) Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji
adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa
percaya antara perawat dengan klien.

3) Fase Orientasi
a) Memberi salam terapeutik
b) Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung
diagnosa keperawatan.
c) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta
mengingatkan kontrak sebelumnya.
4) Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan
pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Pada fase ini perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan
dan perbuatan klien.
5) Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim
terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi
terbagi menjadi :
a) Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
b) Terminasi Akhir
(1) Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.
(2) Merencanakan tindak lanjut.
(3) Mengeksplorasi perasaan klien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari
perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui
hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai
hasil tindakan yang telah dilakukan.
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan
yang dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
pola pikir :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
masalah tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif
dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon
klien.
Rencana tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan
tetapi hasil tidak memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan
adalah memelihara dan mempertahankan kondisi baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan
yang positif. Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-
reinforsement.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif
adalah klien akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari
potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri
rendah :
Pada akhir keperawatan diharapkan :
a) Klien mampu :
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan
kemampuan yang dimiliki klien.
2) Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3) Klien membuat rencana kegiatan
4) Klien membuat rencana kegiatan
5) Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6) Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7) Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
8) Meminta bantuan keluarga
9) Melakukan follow up secara teratur
b) Keluarga mampu :
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah
kronis
2) Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3) Menolong klien menggunakan obat dan follow up.

Anda mungkin juga menyukai