Anggaran Biaya Overhead Pabrik adalab biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan proses
produksi sangat kompleks jenisnya. Biaya yang tergolong sebagai biaya overhead pabrik (BOP)
adalah semua biaya-biaya pabrik yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi, kecuali
biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung. BOP ini merupakan biaya produksi
total yang tidak dapat secara langsung diidentifikasikan (ditelusuri) pada produk atau aktivitas
tertentu.
Pelaksanaan anggaran yang komprehensif memerlukan sistem akuntansi pertanggungjawaban
(responsibility accounting system) atau kerap dikenal dengan prinsip biaya departemen langsung
(direct departmental cost). Setiap pusat tanggung jawab memiliki tanggung jawab dan sumber daya
masing-masing. Setiap pusat pertanggungjawaban merupakan suatu sub-unit perusahaan dan
berada di bawah kendali seorang manajer. Dengan membandingkan antara rencana (anggaran)
dengan realisasi, seorang manajer yang memimpin suatu pusat pertanggungjawaban dapat
mengetahui apakah sub unitnya telah mencapai sasaran secara efektif dan telah menggunakan
sumber-sumber secara efisien.
Atas dasar prinsip inilah dikenal dengan adanya pembagian struktur organisasi menjadi
departemen produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang dilakukan di pabrik.
1. Departemen produksi (producing department)
Merupakan departemen (bagian) di dalam pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi
barang jadi/produk akhir, dan menjadi bagian secara langsung memproses barang jadi. BOP
yang terjadi di departemen produksi dikenal sebagai BOP langsung.
pengalokasian biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa ke departemen produksi memiliki tujuan
untuk:
Berdasarkan uraian tersebut dapat diklasifikasikan dua jenis biaya overhead pabrik, sesuai
tanggung jawab masing-masing departemen (bagian) yakni:
1. BOP langsung (direct departmental overhead expenses)
adalah BOP yang terjadi di departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh
departemen tersebut. Contoh biaya ini adalah gaji mandor departemen produksi, biaya
depresiasi mesin dan biaya bahan penolong.
Berikut contoh identifikasi biaya yang termasuk BOP pada sebuah perusahaan furnitur:
Tentukan BOP Dianggarkan setelah alokasi dengan menggunakan metode alokasi langsung!
Jawab:
Menghitung BOP dianggarkan
Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:
a. Jasa X
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 30.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-
masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing
Departemen Proses 1 = 30% x Rp 30.000.000 = Rp 9.000.000,-
Departemen Proses 2 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Departemen Proses 3 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Total = Rp 30.000.000,-
b. Jasa Y
BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 60.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-
masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
X = a1 + b1 Y
Y = a2 + b2 X
Z = a3 + b3 Z
dst.
Keterangan:
X = jumlah BOP bagian jasa X setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa Y
Y = jumlah BOP bagian jasa Y setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa X
a1 = BOP bagian jasa X sebelum alokasi
a2 = BOP bagian jasa Y sebelum alokasi
b1 = Persentase penggunaan jasa bagian jasa Y oleh bagian X
b2 = Persentase penggunaan jasa bagian jasa X oleh bagian Y
2. Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar
departemen pembantu. Metode alokasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah
"metode urutan alokasi yang diatur" (specified order of closing).
Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa selain digunakan
oleh bagian produksi (departemen proses 1 & 2), juga dipakai oleh bagian jasa sendiri. Dalam
hal ini terjadi tukar menukar jasa antara bagian jasa listrik dan bagian jasa pemeliharaan.
Proporsi pemakaian jasanya adalah:
Departemen Departemen Pemakai Jasa
Pemberi Jasa Proses 1 Proses 2 Jasa X Jasa Y
Jasa X 30% 50% - 20%
Jasa Y 40% 35% 25% -
X = a1 + b1 Y .................................. persamaan 1
Y = a2 + b2 X .................................. persamaan 2
X = 28.000.000 + 25% Y
Y = 2.000.000 + 20% X
Jadi
X = 28.000.000 + 0,25 (2.000.000 + 0,2 X)
X = 28.500.000 + 500.000 + 0,05 X
X – 0,05 X = 28.500.000
X = 30.000.000
Y = 2.000.000 + 20% X
Y = 2.000.000 + 0,2 (X)
Y = 2.000.000 + 0,2 (30.000.000)
Y = 8.000.000
Jadi
- BOP bagian jasa listrik setelah mendapat alokasi BOP dari bagian jasa pemeliharaan
adalah sebesar Rp 30.000.000,-
- BOP bagian jasa pemeliharaan setelah mendapatkan alokasi BOP dari bagian jasa
listrik adalah sebesar Rp 8.000.000,-
Dengan demikian maka jumlah BOP Neto untuk masing-masing departemen jasa adalah:
Keterangan Mula-mula Tambahan (+) Kurangi (-) BOP Neto
Bagian Listrik (X) 28.000.000 2.000.000 6.000.000 24.000.000
Bagian Pemeliharaan (Y) 2.000.000 6.000.000 2.000.000 6.000.000
Jumlah 30.000.000 30.000.000
Kedua BOP Neto dari bagian jasa listrik dan pemeliharaan ini, kemudian dibebankan
kepala masing-masing departemen produksi sesuai proporsi masing-masing:
b. Menghitung BOP Neto masing-masing Departemen Produksi setelah alokasi
Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:
1) Jasa X (departemen listrik)
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 24.000.000 seluruhnya dialokasikan ke
masing-masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing: