BAB 5
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis mencantumkan tentang temuan (data dan fakta)
serta disandingkan dengan teori yang ada, serta sekaligus memberikan opini antara
data dan fakta dalam Asuhan Keperawatan pada pasien Asma Bronkial dengan
1.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang diperoleh didapatkan hasil klien bernama Nn.D
berusia 18 tahun, berjenis kelamin perempuan yang terkena asma dirawat di ruang
asoka RSUD Dr.Harjono Ponorogo. Klien dirawat di rumah sakit selama 4 hari di
batuk berdahak, sulit mengeluarkan dahak, dan tidak bisa tidur malam karena
batuk-batuk. Fakta diatas sesuai dengan teori yang ditemukan oleh soemantri
(2009) asma bronkial dapat menyerang segala umur, tetapi lebih sering dijumpai
pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus
lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Laki-laki dan perempuan di usia dini
sebesar 2 : 1 yang kemudian sama pada usia 30 tahun. Teori lain menurut Francis
(2011) kondisi rumah, pajanan alergen, hewan di dalam rumah, pajanan asap
Menurut Somantri (2009) keluhan utama pada klien dengan asma bronkial
dan wheezing. Faktor pencetus asma yaitu alergen, aktivitas yang berlebih,
78
79
hiperaktifitas bronkus, sehingga akan menghasilkan antigen yang terikat Ige pada
permukaan sel mast atau basofil, IgE yang menempel sel mast akan mengalami
terjadi edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat, hal ini
Sesuai dengan fakta diatas Nn. D mengeluhkan sesak, dan merasakan batuk-
batuk, hal itu sesuai dengan teori bahwa terjadinya asma disebabkan karena edema
mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat, spasme otot polos,
sekresi kelenjar bronkus meningkat dan penyempitan dari bronkus pada tahap
respirasi dan inspirasi sehingga timbul sesak, batuk dan wheezing pada pasien
asma
Nn. D mengatakan pernah dirawat di rumah sakit selama kurang lebih 5 kali,
klien sebelumnya sudah memeliki riwayat penyakit asma sejak berumur 1 tahun,
penyakit tersebut sering kambuh saat cuaca dingin dan kecapekan. Terdapat data
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial jika terpapar dengan
Sesuai dengan teori dan fakta diatas Nn. D mempunyai alergi terhadap udara
dingin sejak berumur 1 tahun. Berdasarkan teori diatas bahwa faktor presipitasi
asma yaitu adanya allergen, infeksi saluran nafas, tekanan jiwa, olahraga atau
keturunan, tetapi pada beberapa pasien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit
yang sama pada anggota keluarganya. Sesuai dengan fakta diatas didapatkan pada
Nn.D sendiri menderita asma sejak umur 1 tahun dan didapati data bahwa
Pada riwayat psikososial presepsi dan harapan Nn. D terhadap masalahnya dan
biasanya kambuh saat terkena udara dingin dan kecapekan dan tentunya penyakit
Nn. D merupakan salah satu ujian dari Allah swt. Persepsi merupakan salah satu
yang dapat menghambat respon kooperatif pada diri pasien (Asmadi, 2008).
Dari data diatas Nn. D sangat kooperatif pada saat ditanya tentang persepsi
dan harapan.
dengan baik pada keluarga, maupun perawat dengan baik, berkomunikasi dengan
biasanya interaksi dengan orang lain berkurang, tetapi berdasarkan fakta diatas
waktu, dan selalu berdoa kepada Allah agar penyakitnya segera sembuh.
penyakit (Asmadi, 2008). Berdasarkan dari data diatas Nn. D selalu mendekatkan
Dari data pola nutrisi klien, Nn. D sebelum sakit makan 3x sehari porsi
sedang, dengan menu nasi, sayur, lauk pauk, kadang makan buah. Minum air
putih kurang lebih 8 gelas /hari, saat sakit makan 3x sehari porsi dari rumah sakit
habis, dengan menu nasi, sayur, lauk pauk dan buah pepaya. Minum air putih
hangat kurang lebih 5 gelas /hari. Menurut Mumpuni & wulandari (2013), perlu
dikaji tentang status nutrisi klien meliuputi, jumlah frekuensi, dan kesulitan-
kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya, serta pada pasien sesak biasanya terjadi
kesenjangan dalam pola nutrisi, didapatkan dalam data nutrisi Nn. D terpenuhi,
Dari data pola eleminasi, sebelum sakit Nn. D BAK 5-6x/hari, warna kuning,
bau khas urin, BAB 1x /hari, warna kuning, lunak, bau khas feses, saat sakit BAK
6-7x/hari, warna kuning, bau khas urin. Nn. D mengatakan selama di rawat di
rumah sakit (2 hari) belum BAB. Menurut teori Mumpuni dan Wulandari (2013),
perlu dikaji tentang kebiasan BAB dan BAK , penderita asma dilarang menahan
buang air kecil dan buang air besar, kebiasaan menahan buang air kecil maupun
besar akan menyebabkan feses menghasilkan radikal bebas yang bersifat meracuni
diatas pola eliminasi BAK dan BAB Nn. D normal, tidak pernah menahan saat
Pola istirahat Nn. D sebelum sakit, tidur siang pukul 13.00-14.00, tidur
malam pukul 21.00-05.00. tidur kurang lebih 8 jam /hari. Selama sakit Klien tidur
siang pukul 11.00-12.00, tidur malam pukul 22.00-04.00, tidur kurang lebih 6
jam/hari (tidur sering terbangun karena batuk dan sesak). Menurut teori Mumpuni
dan Wulandari (2013), perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat pasien
meliputi berapa lama pasien tidur dan istirahat, serta berapa besar akibat kelelahan
yang dialami pasien, adanya wheezing dan sesak dapat mempengaruhi pola tidur
dan istirahat pasien. Sesuai teori diatas terdapat fakta bahwa Nn. D susah tidur,
tidur sering terbangun karena sesak dan batuk, Sehingga terdapat pengaruh pola
Pola personal Hygiene, sebelum sakit Nn. D mandi 2x sehari, gosok gigi saat
mandi, ganti baju setelah mandi, keramas 2x /minggu, Selama sakit hanya disibin
2x /hari, ganti baju setelah sibin, tidak gosok gigi, belum keramas selama sakit.
Perlu dikaji personal hygiene pada pasien yang mengalami asma, terkadang ada
tetap disibin walaupun sakit, dan bisa ganti baju sendiri, hanya Nn. D tidak gosok
Pola aktivitas, sebelum sakit Nn. D beraktivitas membantu orang tua saat di
rumah, kadang volly, dan sekolah setiap harinya. Saat sakit Nn. D hanya berbaring
di tempat tidur, semua aktifitas dibantu oleh keluarganya. Perlu dikaji tentang
Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya asma. Turunnya toleransi
tubuh terhadap kegiatan olahraga ( Mumpuni dan wulandari, 2013). Dari teori
diatas terdapat fakta bahwa jika Nn. D sering beraktifitas,mudah lelah dan
83
membuat asmanya kambuh. Dari hal diatas, bahwa aktifitas fisik dapat menjadi
100/70 mmHg, Nadi : 83x /menit, Respirasi : 25x /menit, Suhu : 36,9 o C, TB/BB :
Terpasang O2 nasal kanul 3liter/mnit, Posisi tidur semi fowler (setengah duduk).
simetris, tidak terdapat lesi. dari hasil data tersebut terdapat kesenjangan pada Nn.
D menurut teori terdapat pernafasan cuping hidung, sedangkan pada Nn. D tidak
ada pernafasan cuping hidung karena tidak semua pasien memiliki tanda serangan
yang sama.
bakteri, jamur, alergen, parasit, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan
sel plasma menghasilkan IgE. IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor
dinding sel mast, kemudian sel mast tersentisasi. Sel mast tersentisasi akan
mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini
pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya
tidak dapat mengembang memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu
menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan
2016)
sianosis (-), pola nafas tidak teratur, tidak ada pernafasan cuping hidung. Palpasi :
focal premitus kanan dan kiri bergetar sama-sama, Perkusi : sonor, Auskultasi :
terdengar wheezing di sebelah paru kiri atas dan tengah, ronchi di paru kiri atas saat
inspirasi dan lebih jelas saat ekspirasi. Pemeriksaan fisik paru biasanya didapatkan
sputum yang kental dan sulit dikeluarkan, bernafas dengan menggunakan otot-otot
penggunaan oksigen, dan sulit bicara karena sesak nafas (Marelli, 2008). Palpasi :
2016). Perkusi : : Lapang paru yang hipersonor pada perkusi (Kowalak, Welsh, &
Mayer, 2012). Auskultasi : Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (Whezzing)
pemeriksaan paru simetris, bentuk dada normallches, sianosis (-), pola nafas tidak
85
ada pernafasan cuping hidung. Menurut marelli (2009), cara bernafas, pernafasan
cuping hidung, simetris, tidak terdapat lesi. dari hasil data tersebut terdapat
sedangkan pada klien tidak ada pernafasan cuping hidung. Pada teori menyatakan
padahal pada pasien sendiri tidak didapatkan data yang sama dengan teori karena
tidak semua pasien asma mempunyai tanda serangan yang sama. Sedangkan pada
pemeriksaan paru, palpasi focal premitus kanan dan kiri bergetar sama-sama, pada
dan takikardi akan timbul di awal serangan, kemudian diikuti sianosis sentral
pasien sendiri, tidak didapatkan data yang sama dengan teori karena tidak semua
pasien asma mempunyai tanda serangan yang sama. Pada saat auskultasi
didapatkan terdengar wheezing di sebelah paru kiri atas dan tengah, ronchi di paru
kiri atas saat inspirasi dan lebih jelas saat ekspirasi, namun pada teori dijelaskan
bahwa respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada kedua fase
1.2 Perencanaan
jalan nafas dengan cara kolaboratif dan mandiri. Sesuai standart intervensi
ada pursed lips, klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal, mampu mengidentifikasi
dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas. Tindakan mandiri
menjadi kebutuhan klien, auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning /
mengetahui perbedaan suara nafas sebelum dan sesudah diberikan suction, minta
klien nafas dalam sebelum suction dimulai / untuk memudahkan saat akan
atau penghisapan lendir pada jalan nafas) / bronkodilator dapat memenuhi saluran
anjurkan klien untuk minum air hangat / air hangat dapat membantu
edukasi pada klien dapat membantu klien mengetahui tentang penyakit asma,
ajarkan klien nafas dalam / nafas dalam dilakukan sebelum mengeluarkan sekret,
keluarkan sekret dengan batuk efektif / batuk efektif dapat memudahkan klien
tanda vital / memantau perubahan fisik pada klien. (Nurarif, H dan Bulechek,
2013).
Sesuai data diatas klien yang menderita asma mampu untuk memperlancar
tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
1.3 Pelaksanaan
dikarenakan klien dan keluarga kooperatif dengan perawat dan sarana prasarana
pada klien, memberikan healt education, menganjurkan klien untuk minum air
hangat, mengajarkan klien untuk nafas dalam dan batuk efektif, melakukan
foktor pencetus timbulnya asma, pemberian cairan, fisioterapi dan batuk efektif
(padila, 2013). Batuk efektif dapat diberikan pada pasien dengan cara diberikan
posisi senyaman mungkin pada pasien, agar pengeluaran dahak dapat encer, batuk
efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien
bronkodilator sangat efektif untuk klien yang menderita asma dikarenakan cara
1.4 Evaluasi
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai
sejauh mana masalah dapat diatas. Menurut Mitayati (2009) hasil dari evaluasi
irama nafas dalam rentang normal, tidak ada suara abnormal, tanda-tanda vital
Evaluasi kasus Nn.D ini dilakukan evaluasi setiap hari untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan atau timbul masalah baru. Jika
tindakan keperawatan baru sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat.
Evaluasi hari pertama klien masih merasa sesak, batuk, sulit mengeluarkan dahak,
pada paru kiri atas dan tengah, ronchi pada paru kiri atas saat inspirasi dan lebih
jelas saat ekspirasi. Evaluasi hari kedua klien mengatakan sesaknya berkurang,
batuk, dahak keluar warna putih kental (sebagian keluar, sebagian tertahan), suara
wheezing pada paru kiri atas dan tengah, ronchi pada paru kiri atas saat inspirasi
dan lebih jelas saat ekspirasi. Evaluasi hari ketiga, klien mengatakan sesak
berkurang, batuk berkurang, dahak bisa keluar sebagian, klien sudah bisa tidur
siang, suara nafas hanya terdengar wheezing pada paru kiri terdengar saat
ekspirasi, pada evaluasi hari terakhir klien mengatakan sudah tidak sesak, batuk
89
berkurang, dahak bisa keluar dengan lancar, klien sudah tidak menggunakan alat
bantu nafas, suara nafas vesikular diseluruh paru, klien sudah bisa tidur nyenyak.
dengan seluruh rencana keperawatan yang dapat terlaksana karena sesuai dengan
mengeluarkan sekret, suara nafas tambahan dan tanda-tanda vital dalam rentang
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada klien teratasi sesuai dengan rencana