Anda di halaman 1dari 1

Antivaksin Measles Rubella

Vaksin MR atau singkatan dari Measles (M) and Rubella (R) adalah pengganti vaksin MMR
yang sudah menghilang dari pasaran. Vaksin ini merupakan program wajib yang diberikan untuk
mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh virus campak dan rubella (campak Jerman).

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan akan tetap melakukan
vaksinasi Measles Rubella atau vaksin MR bagi masyarakat yang tidak mempersoalkan kehalalan
vaksin tersebut. "Kami tetap melakukan imunisasi, tentu bagi yang tidak terkait dengan isu halal ini.
Tetap dilakukan sebagai kesehatan kami tetap harus melindungi masyarakat dari penyakit," kata Nila di
kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Jumat, 3 Agustus 2018.

Adapun bagi masyarakat yang menolak vaksin MR karena belum jelas kehalalannya, Nila
menyampaikan bahwa mereka boleh menunggu sampai dikeluarkannya fatwa oleh MUI. Ia pun
berharap sertifikasi halal bisa segera dikeluarkan. Sebab, Kementerian Kesehatan akan melakukan
imunisasi dengan vaksin MR serentak mulai 1 Agustus 2018 sampai September 2018, dengan
menyasar 31.963.154 juta di 28 provinsi di luar Jawa.

Sebagai langkah awal, Nila mengatakan akan menyurati Serum Institute of India untuk
menanyakan bahan-bahan yang terkandung dalam vaksin MR. Sebab, vaksin untuk program vaksinasi
MR nasional tersebut diimpor dari India oleh PT Bio Farma. Selanjutnya, kata Nila, PT Bio Farma
akan mengurus dokumen pengajuan sertifikasi halal kepada Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan,
dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Walaupun hingga Agustus 2017 belum
mendapat sertifikat halal, namun Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa vaksin MR tidak haram.
Sertifikat vaksinasi sedang diurus dan dalam proses. Berdasarkan fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016,
pemberian vaksin dengan alasan kesehatan adalah mubah.

Ada tiga alasan yang membuat penggunakan vaksin MR dibolehkan, yakni karena kondisi
keterpaksaan (darurat syar’iyyah), belum ditemukan vaksin MR yang halal dan suci, serta ada
keterangan dari ahli yang kompeten yang dipecaya tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak
diimunisasi.

Terkait hal itu, MUI mengeluarkan empat rekomendasi, antara lain bahwa pemerintah wajib
menjamin ketersediaan vaksin halal untuk kepentingan imunisasi bagi masyarakat. Pihak produsen juga
wajib mengupayakan produksi vaksin yang halal dan mensertifikasi halal produk vaksin sesuai
ketentuan perundang – undangan. Pemerintah harus menjadikan pertimbangan keagamaan sebagai
panduan dalam imunisasi dan pengobatan. Terakhir, pemerintah hendaknya mengupayakan secara
maksimal, serta melalui WHO dan Negara – Negara berpenduduk muslim, agar memperhatikan
kepentingan umat islam dalam hal kebutuhan akan obat – obatan dan vaksin yang suci dan halal.

Menurut pengamat sosial UNTAN, Sabran Ahyar, meminta pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat melalui Dinas Kesehatan menegaskan perlu keterlibatan semua pihak untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap imunisasi MR yang bertujuan untuk memutus transmisi penularan
campak dan rubella.

Anda mungkin juga menyukai