Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI SEKS, SEKSUALITAS, GENDER

DESKRIMINASI GENDER DAN ANALISIS GENDER

A. PENGERTIAN SEKS
Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian
diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa
Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. “Seks” secara
leksikal bisa berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), maupun
kata kerja transitif (verb of transitive)
Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong
hidup yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap manusia,
baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna
meneruskan kelanjutan keturunan manusia.
Ada tiga istilah berkaitan dengan seks yang penggunaannya hampir sama dan
bahkan kadang tumpang tindih, yakni seks, gender dan “seksualitas”. Ketiga istilah
ini memang memiliki beberapa kesamaan. Kesamaan yang paling menonjol adalah
bahwa ketiganya membicarakan mengenai "jenis kelamin".
Michel Foucault memberikan pengertian seks keluar dari jalur wacana
seksualitas pada umumnya, melainkan pada persoalan metodologis di mana penulis
harus memahami bahasa pemikir yang sedang dikaji, sehingga tidak kehilangan
makna; dengan demikian orientasi penelitian ini nantinya mengarah kepada
pengertian seks dan seksualitas menurut Michel Foucault.
Seks (sexe) menurut Michel Foucault, tidak sebagaimana adanya, bukan wujud
real dan tunggal sesuai dengan definisi yang diberikan kepadanya dalam wacana.
Seks bukanlah realitas awal dan seksualitas bukanlah hanya dampak sekunder,
melainkan sebaliknya, seks dibawahi secara historis oleh seksualitas. Jangan
menempatkan seks di sisi realitas dan seksualitas di sisi gagasan kabur dan ilusi.

B. DEFINISI SEKSUALITAS
seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi
biologis, sosial, psikologis, dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan
dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan
dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana
menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis, serta
bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku)
terhadap seksualitas itu sendiri.
Dari dimensi sosial, seksualitas dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam
hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk
pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual. Dimensi
kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di
masyarakat.
Seksualitas merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan
dengan seks. Dalam pengertian ini, ada 2 aspek (segi) dari seksualitas, yaitu seks
dalam arti sempit dan seks dalam arti luas. Seks dalam arti yang sempit berarti
kelamin, yang mana dalam pengertian kelamin ini, antara lain:

1. Alat kelamin itu sendiri


2. Anggota tubuh dan ciri badaniyah lainnya yang membedakan antara laki-laki
dan perempuan
3. Kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi
bekerjanya lat-alat kelamin
4. Hubungan kelamin (sengggama, percumbuan).

Segi lain dari seksualitas adalah seks dalam arti yang luas, yaitu segala hal yang terjadi sebagai
akibat (konsekwensi) dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain:

1. Pembedaan tingkah laku; kasar, genit, lembut dan lain-lain.


2. Perbedaan atribut; pakaian, nama.
3. Perbedaan peran dan pekerjaan.
4. Hubungan antara pria dan wanita; tata krama pergaulan, percintaan, pacaran,
perkawinan dan lain-lain.

Seksualitas lebih luas lagi maknanya mencakup tidak hanya seks, tapi bahkan kadang juga
gender. Jika seks mendefinisikan jenis kelamin fisik hanya pada "jenis" laki-laki dan perempuan
dengan pendekatan anatomis, maka seksualitas berbicara lebih jauh lagi, yakni adanya bentuk-
bentuk lain di luar itu, termasuk masalah norma. Jika seks berorientasi fisik-anatomis dan gender
berorientasi sosial, maka seksualitas adalah kompleksitas dari dua jenis orientasi sebelumnya,
mulai dari fisik, emosi, sikap, bahkan moral dan norma-norma sosial. Dalam seksualitas dikenal
juga istilah dorongan seksual dan prilaku seksual.
1. Dorongan seksual
Dorongan seksual adalah keinginan untuk mendapatkan kepuasan secara
seksual yang diperoleh dengan perilaku seksual. Hal yang wajar pada remaja
muncul dorongan seksual karena ketika memasuki usia pubertas, dorongan
seksual akan muncul dalam diri seseorang.
Saat puber, organ-organ reproduksi sudah mulai berfungsi, hormon-
hormon seksualnya juga mulai berfungsi. Hormon-hormon inilah yang
menyebabkan munculnya dorongan seksual, yaitu hormon esterogen dan
progesteron pada perempuan, serta hormon testosteron pada laki-laki. Hal
yang perlu diperhatikan adalah ketika dorongan seksual muncul tidak
diimbangi dengan pemahaman terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
perilaku seksual.
2. Perilaku seksual
. Perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual
atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai
perilaku. Perilaku seksual tersebut sangat luas sifatnya, mulai dari berdandan,
mejeng, ngerling, merayu, menggoda hingga aktifitas dan hubungan seksual.
Hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan
lawan jenis atau sesama jenis. Contohnya: pegangan tangan, cium kering,
cium basah, petting, intercourse dan lain-lain.
Perilaku seksual merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan
lingkungan di sekitarnya. Berikut beberapa faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi perilaku seksual:
a) Perspektif Biologis, perubahan biologis yang terjadi pada masa
pubertas dan pengaktifan hormon dapat menimbulkan perilaku
seksual.
b) Pengaruh Orang Tua, kurangnya komunikasi secara terbuka antara
orang tua dengan remaja dalam masalah seputar seksual dapat
memperkuat munculnya penimpangan perilaku seksual
c) Pengaruh Teman Sebaya, pada masa remaja, pengaruh teman
sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku
seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya
d) Perspektif Akademik, remaja dengan prestasi rendah dan tahap
aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan
aktivitas seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di
sekolahnya
e) Perspektif Sosial Kognitif, kemampuan sosial kognitif
diasosiasikan dengan pengambilan keputusan yang menyediakan
pemahaman perilaku seksual di kalangan remaja. Remaja yang
mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan nilai-nilai
yang dianutnya dapat lebih menampilkan perilaku seksual yang
lebih sehat.

C. DEFINISI GENDER

Gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction)
dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan
yang berkembang dalam masyarakat. Mengacu pada pendapat Mansour Faqih, Gender adalah
suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial
maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu lemah lembut, cantik, emosional, dan
sebagainya. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa, dan tidak boleh
menangis. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Perubahan
ciri dan sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ketempat yang lain, juga
perubahan tersebut bisa terjadi dari kelas ke kelas masyarakat yang berbeda. Semua hal yang
dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa bisa berubah, baik itu waktu
maupun kelas
Istilah gender menurut Oakley (1972) berarti perbedaan atau jenis kelamin yang bukan biologis
dan bukan kodrat Tuhan. Sedangkan menurut Caplan (1987) menegaskan bahwa
gendermerupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan selain dari struktur
biologis, sebagian besar justru terbentuk melalui proses social dan cultural. Gender dalam ilmu
sosial diartikan sebagai pola relasi lelaki dan perempuan yang didasarkanpada ciri sosial masing-
masing .
Dari pengertian gender menurut para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa gender
adalah seperangkat sikap, peran, tanggung jawab, fungsi, hak, dan perilaku yang melekat pada
diri laki-laki dan perempuan akibat bentukan budaya atau lingkungan masyarakat tempat
manusia itu tumbuh dan dibesarkan. Artinya perbedaan sifat, sikap dan perilaku yang dianggap
khas perempuan atau khas laki-laki atau yang lebih populer dengan istilah feminitas dan
maskulinitas, terutama merupakan hasil belajar seseorang melalui suatu proses sosialisasi yang
panjang di lingkungan masyarakat, tempat ia tumbuh dan dibesarkan.

D. DESKRIMINASI GENDER
Deskriminasi gender adalah suatu perbedaan, pembatasan, atau pengecualian yang dibuat
berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksikan secara social yang bertujuan untuk
mencegah seseorang menikmati hak asasi manusia secara penuh.

E. Analisis Gender
Kajian terhadap perbedaan dan kesenjangan peran laki-laki dan perempuan,
ketidakseimbangan kekuasaan dalam hubungan mereka, hambatan dan kesempatan serta dampak
perbedaan tersebut terhadap kehidupan mereka. Analisis Gender adalah proses menganalisis data
dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasikan dan
mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis Gender ini dapat digunakan untuk menganalisis
dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan program dan kegiatan
dalam berbagai aspek pembangunan .
Menurut Vitayala (2010), gender adalah suatu konsep yang menunjuk pada suatu sistem
peranan dan hubungannya antara perempuan dan lelaki yang tidak ditentukan oleh perbedaan
biologi, akan tetapi ditentukan oleh lingkungansosial, politik, dan ekonomi. WHO (2012)
mendefinisikan gender adalah seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap
layak bagi laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksikan secara sosial dalam suatumasyarakat.
Kebijakan, program, kegiatan strategis yang ternyata bias dan netral gender direformulasikan
menjadi kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender. Tujuan kebijakan, program,
kegiatan baru yang responsif gender harus dituliskan dan bandingkan dengan tujuan yang lama.
Program, kegiatan pokok yang responsif gender, tuliskan dan pilih program dan kegiatan pokok
yang responsif gender berdasarkan tujuan baru yang akan dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Oxford University Press, Oxford Coincise English Dictionary entry “sex”, (Oxford University
Press Software, 1993. Ali Akbar, Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam,(Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1986). Sarlito Wirawan Sarwono dan Ami Syamsidar, Peranan Orang Tua dalam
Pendidikan Seks, (Rajawali, Jakarta, 1986).

(Helen Tierney (ed), Women’s Studies Encyclopedia, Vol 1, New York: Green Wood Press,
h.153)

(Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),
h. 8-9)

Nurrobikha dan asmawati burhan: 20118

Anda mungkin juga menyukai