PENDAHULUAN
Tujuan penulisan referat ini untuk mengetahui definisi, patogenesis , tanda dan gejala,
diagnosis, tatalaksana, komplikasi serta prognosis dari glomerulonefritis akut yang
dapat menyebabkan gagal ginjal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi
glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah
akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain
menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan
3
prognosis.
2. EPIDEMIOLOGI
Di amerika serikat glomerulonefritis merupakan 10-15% dari penyakit glomerular.
Insidensi variabel telah dilaporkan, sebagian karena penyakit ini bersifat subklinis
pada lebih dari setengah penduduk yang terkena. Meskipun wabah sporadis, kejadian
GNAPS telah berkurang selama beberapa dekade terakhir. Faktor yang bertanggung
jawab atas penurunan ini mungkin termasuk perawatan kesehatan yang lebih baik dan
kondisi sosial ekonomi membaik. GN terdiri 25-30% dari semua kasus stadium akhir
penyakit ginjal (End Stage Renal Disease - ESRD). Sekitar seperempat dari pasien
hadir dengan sindrom nefritik akut. Kebanyakan kasus mengalami proses yang relatif
cepat, dan gagal ginjal stadium akhir dapat terjadi dalam beberapa minggu atau bulan
dari onset sindrom nefritik akut. Episode asimtomatik GNAPS melebihi episode
simptomatis dengan rasio 3-4:1.
Di Indonesia, penelitian multisenter selama 12 bulan pada tahun 1988
melaporkan 170 orang pasien penderita GNA yang dirawat di rumah sakit pendidikan,
terbanyak di Surabaya (26,5%) diikuti oleh Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan
Palembang (8,2%). Perbandingan pasien laki-laki dan perempuan 1,3:1 dan terbanyak
menyerang anak usia 6-8 tahun (40,6%).
3. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab yang mendasari GNA dapat dibagi menjadi kelompok infeksi
dan bukan infeksi.
Kelompok Infeksi
Penyebab infeksi yang paling sering GNA adalah infeksi oleh spesies Streptococcus
(yaitu, kelompok A, beta-hemolitik). Dua jenis telah dijelaskan, yang melibatkan
serotipe yang berbeda: Serotipe M1, 2, 4, 12, 18, 25 - nefritis Poststreptococcal
akibat infeksi saluran pernapasan atas, yang terjadi terutama di musim dingin ;
Serotipe 49, 55, 57, 60 - nefritis Poststreptococcal karena infeksi kulit, biasanya
diamati pada musim panas dan gugur dan lebih merata di daerah selatan Amerika
Serikat. GNA pasca infeksi streptokokus (GNAPS) biasanya berkembang 1-3 minggu
setelah infeksi akut dengan strain nephritogenic spesifik grup A streptokokus beta-
hemolitik. Insiden GN adalah sekitar 5-10% pada orang dengan faringitis dan 25%
pada mereka dengan infeksi kulit.
Glomerulonefritis pascainfeksi Nonstreptococcal mungkin juga hasil dari
infeksi oleh bakteri lain, virus, parasit, atau jamur. Bakteri selain streptokokus grup A
yang dapat menyebabkan GNA termasuk diplococci, streptokokus lainnya,
staphylococci, dan mikrobakteri.
Kelompok Non-infeksi
Penyebab Non-infeksi dari GNA dapat dibagi menjadi penyakit ginjal primer,
penyakit sistemik, dan kondisi lain-lain. Penyakit sistemik multisistem yang dapat
menyebabkan GNA meliputi:
o Sindrom Guillain-Barré
o Serum sickness
4. PATOGENESIS
Streptokokus tidak menyebabkan kerusakan pada ginjal tetapi diduga terdapat suatu
antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsusus yang merupakan unsur
membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam
darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis
terperangkap dalam membran basalis. Selanjutnya komplomen akan terfiksasi
mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN)
dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga
merusak endothel dan membran basalis glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap
lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan
selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus
menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang
dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria.
Kompleks komplomen antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-
nodul subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan
berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan cahaya
2
glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai invasi PMN. Menurut
penelitian yang dilakukan penyebab infeksi pada glomerulus akibat dari reaksi
hipersensivitas tipe III. Kompleks imun (antigen-antibodi yang timbul dari infeksi)
mengendap di membran basalis glomerulus. Aktivasi kpmplomen yang menyebabkan
11
destruksi pada membran basalis glomerulus.
Kompleks-kompleks ini mengakibatkan komplemen yang dianggap
merupakan mediator utama pada cedera. Saat sirkulasi melalui glomerulus, kompleks-
kompleks ini dapat tersebar dalam mesangium, dilokalisir pada subendotel membran
basalis glomerulus sendiri, atau menembus membran basalis dan terperangkap pada
sisi epitel. Baik antigen atau antibodi dalam kompleks ini tidak mempunyai hubungan
imunologis dengan komponen glomerulus. Pada pemeriksaan mikroskop elektron
cedera kompleks imun, ditemukan endapan-endapan terpisah atau gumpalan
karateristik paa mesangium, subendotel, dan epimembranosa. Dengan miskroskop
imunofluoresensi terlihat pula pola nodular atau granular serupa, dan molekul
antibodi seperti IgG, IgM atau IgA serta komponen-komponen komplomen seperti
C3,C4 dan C2 sering dapat diidentifikasi dalam endapan-endapan ini Antigen spesifik
12,13
yang dilawan oleh imunoglobulin ini terkadang dapat diidentifikasi. Hipotesis lain
5. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala ringan tetapi tidak
jarang anak datang dengan gejala berat. Kerusakan pada rumbai kapiler gromelurus
mengakibatkan hematuria/kencing berwarna merah daging dan albuminuria, seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya. Urine mungkin tampak kemerah-merahan atau
seperti kopi Kadang-kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata atau
di seluruh tubuh. Umumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal
jantung. Edema yang terjadi berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG/GFR) yang mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin
berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga
berperan pada retensi air dan natrium. Pada pagi hari sering terjadi edema pada wajah
terutama edem periorbita, meskipun edema paling nyata dibagian anggota bawah
tubuh ketika menjelang siang. Derajat edema biasanya tergantung pada berat
peradangan gelmurulus, apakah disertai dnegan payah jantung kongestif, dan seberapa
1,2,7,8
cepat dilakukan pembatasan garam.
Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari pertama,
kemudian pada akhir minggu pertama menjadi normal kembali. Bila terdapat
kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa
minggu dan menjadi permanen bila keadaan penyakitnya menjadi kronis. Gejala
gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, konstipasi dan diare tidak jarang
1,4,7
menyertai penderita GNA.
Laboratorium :
6. DIAGNOSIS
7. DIAGNOSIS BANDING
GNAPS harus dibedakan dengan beberapa penyakit, diantaranya adalah :
Nefritis IgA Periode laten antara infeksi dengan onset nefritis adalah 1-2 hari,
atau ini mungkin berhubungan dengan infeksi saluran pernafasan atas.
MPGN (tipe I dan II) Merupakan penyakit kronik, tetapi pada awalnya dapat
bermanifestasi sama sperti gambaran nefritis akut dengan
hipokomplementemia
8. PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di
glomerulus.
Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlak selama
6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi
penelitian terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4
minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap
perjalanan penyakitnya.
Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah
garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi
dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau
muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita
tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan
bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria,
maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
9. KOMPLIKASI
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria
atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi
maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak.
Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan arah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis
1,3,4,7
eritropoetik yang menurun.
10. PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan sembuh sempurna, tetapi 5% di antaranya mengalami
perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat pembentukan kresen pada epitel
glomerulus. Kasus sporadis nefritis akut sering berkembang menjadi bentuk yang
kronis, perkembangan ini terjadi pada sebanyak 30% dari pasien dewasa dan 10% dari
pasien anak. GN merupakan penyebab paling umum dari gagal ginjal kronis (25%).
Pada umumnya perjalanan penyakit GNAPS ditandai dengan fase akut yang
berlangsung 1-2 minggu, kemudian disusul dengan menghilangnya gejala laboratorik
terutama hematuria mikroskopik dan proteinuria dalam waktu 1-12 bulan. Pada anak
85-95% kasus GNAPS sembuh sempurna, sedangkan pada orang dewasa 50-75%
GNAPS dapat berlangsung kronis, baik secara klinik maupun secara histologik atau
laboratorik. Pada orang dewasa kira-kira 15-30% kasus masuk ke dalam proses
kronik, sedangkan pada anak 5-10% kasus menjadi glomerulonefritis kronik.
Walaupun prognosis GNAPS baik, kematian bisa terjadi terutama dalam fase akut
akibat gangguan ginjal akut (Acute kidney injury), edema paru akut atau ensefalopati
hipertensi.
BAB III
KESIMPULAN
th
8 , 2017.
5. http://www.Findarticles.com/cf0/g2601/0005/2601000596/pi/article.jhtm?term
th
=g lomerunopritis+salt+dialysis. Accessed February 8 , 2017.
9. Kalbe Farma [Internet]. Klarifikasi Histopatologik. [citied 2017 Feb 20].
Available From :
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/08_KlarifikasiHistopatologik.pdf/0
8_KlarifikasiHistopatologik.html .
10. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_HematuriPadaAnak.pdf/11_Hematur
1. IDENTITAS PASIEN :
Nama lengkap : An. Istiqomah
Tempat/Tanggal lahir : Pati, 25 juni 2001
Alamat : Siti luhur 2/4 gembung, Pati, Jawa Tengah
Suku Bangsa : Jawa
Umur : 15 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA Kelas 2
Agama : Islam
2. ANAMNESIS
Data pasien didapatkan dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien d
bangsal cempaka
Tanggal : 11 Januari 2017 Jam : 10.00
Keluhan Utama :
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Soewondo pati dengan keluhan demam, demam
dirasakan selama 5 hari, dirasakan seluruh tubuh , dan hilang timbul. Menggigil
disangkal, kejang disangkal, mimisan disangkal. Pada saat demam, suhu tubuh pasien
ialah 39.5 derajat celcius. Demam dirasakan turun dengan pemberian obat
paracetamol. Pasien juga mengeluhkan nyeri pinggang kanan dan kiri , tidak menjalar
ke perut. Nyeri pinggang dirasakan selama 6 hari dan bersifat hilang timbul.
Nyeri menelan juga dirasakan pasien selama kurang lebih 1 minggu dan dirasakan
terus menerus
Saat ini, keluhan nyeri menelan sedikit membaik. Batuk pilek disangkal, mual muntah
disangkal, sesak juga disangkal.
Keluhan bengkak dibagian sekitar kanan dan kiri dirasakan pasien selama 7 hari.
Riwayat trauma pada kedua mata disangkal, belekan kedua mata disangkal, mata
merah di kedua mata disangkal , penurunan penglihatan disangkal, nyeri pada mata
disangkal
Pasien mengeluhkan bengkak dikedua tungkai bawah yang sudah dirasakan selama 5
hari, riwayat trauma pada kedua tungkai bawah disangkal, merah dan nyeri kedua
tungkai disangkal.
Riwayat BAK kurang lebih 5 kali sehari, warna kuning keruh, nyeri saat BAK
disangkal, darah disangkal, BAK selalu merasa tuntas.
Riwayat BAB 1 kali sehari, konsistensi padat , warna kuning, darah disangkal, lendir
disangkal , 1 hari yang lalu pasien BAB cair 1 kali , darah dan lendir disangkal
Riwayat pengobatan, pasien mengkonsumsi paracetamol untuk menurunkan
demamnya, pasien belum ke dokter untuk keluhan lainnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat dirawat di rs dengan diagnosis demam thypoid 6 bulan lalu (-)
Riwayat nyeri pinggang (-)
Riwayat bengkak pada kedua area mata dan tungkai bawah disangkal (-)
Riwayat infeksi saluran kemih (-)
Riwayat Perinatal :
Pasien merupakan anak ke pertaama dari dua bersaudara, saat hamil ibu rutin
memeriksa kehamilannya dibidan setempat
1. perempuan /cukup bulan /ditolong bidan /2800 gram/PBL lupa
2. laki-laki /cukup bulan /ditolong bidan / 3000 gram/PBL lupa
Riwayat imunisasi:
Hep B : saat lahir
BCG : 1 bulan
DPT/Hep B : 2,3,4 bulan
Polio : 1,2,3,4 bulan
Campak : 9 bulan dan kelas 1 SD
Kesan : Riwayat imunisasi dasar lengkap dan booster campak 1x
Riwayat Perkembangan :
Personal sosial
Tidak pernah tinggal kelas dan pasien memiliki banyak teman
Bahasa
Pasien tidak memiliki kesulitan dalam berbahasa, pasien dapat berbicara lancar.
Bahasa sehari-hari yang digunakan pasien adalah bahasa jawa.
Motorik halus
Pasien dapat mencatat pelajaran disekolah
Motorik kasar
Pasien dapat mengendarai sepeda motor
Kesan: Status perkembangan baik
3. PEMERIKSAAN FISIK
tanggal : 20 Maret 2016
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : sadar , tampak sakit sedang
Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 60x/ menit reguler isi cukup
Pernafasan : 21x/ menit
Suhu : 36.7 c
Data Antropometri :BB = 48 kg ; TB = 160 cm (IMT= 18.75)
Pemeriksaan Sistem
Kepala : Mesocephal, benjolan (-), kelainan kulit kepala (-) muka
simetris,
rambut hitam, lurus, distribusi merata, mudah dicabut (-)
Mata : Bentuk dan letak mata normal, simetris ODS, pupil bulat 3
mm
isokor ODS, reflex cahaya langsung dan tidak langsung +/
+,
CA +/+ , SI -/- , edema periorbita
Mulut : Bibir kering (-), sianosis perioral (-), makroglosi (-),
faring
hiperemis (-), edema (-), tonsil T1-T1, glositis (-)
Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen +/+ sedikit, nyeri
tekan -
tragus (-), nyeri tarik telinga (-), nyeri tekan mastoid (-)
MT: hiperemis (-), edema (-), intak (+), retraksi (-), refleks
cahaya
(+), perforasi (-)
Leher : JVP normal, deviasi trakea (-) pembesaran KGB (-)
Thoraks
PARU
Inspeksi : Dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kiri kanan sama kuat
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, ronki -/, wheezing -/-
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga 5, 1 jari, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, regular, murmur (-)
gallop (-), friction rub (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, buncit (-), hernia umbilikalis (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal 13 x menit
Palpasi : Supel,nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali(-)
Perkusi : Timpani di ke-4 kuadran abdomen , shifting dullnes (-)
nyeri ketok CVA (+) kiri
Ekstremitas : Akral hangat, edema (+) tungkai kaki kanan dan kiri,
sianosis (-), CRT < 2 detik
Kulit : Turgor kulit baik, kulit kering (-),
sianosis (-) ikterik (-) ,
Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal (-)
Reflex fisiologis : biceps +/+
patella +/+
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (09/1/17) Pemeriksaan Laboratorium (
Hematologi Hasil
Hemoglobin 7.6 g/dl
Leukosit 15.3 (10^3/ul)
Eritrosit 3.33 x 106 ul
Hematokrit 23.4 %
Trombosit 321 (10^3/ul)
Limfosit % Pemeriksaan serologi 12/1/17
Monosit %
ASTO MCV 70.3 fL Negatif
MCH 22.8 pg
MCHC 32.5 %
Pemeriksaan Urinalisis 9/1/17
Urinalisis Hasil
Warna Kuning
Kekeruhan Keruh
Sedimen
Epitel Pos +
Lekosit 3-5 / LPB
Eritrosit 35-40 / LPB
Kristal Negatif
Silinder Positif
Carik celup
Darah samar Positif ++
Urobilinogen Normal
Protein Pos +3
Bilirubin Negatif
Nitrit Negatif
Keton Negatif
Glukosa Negatif
pH 6,0
5. RESUME
Pasien datang dengan ke RSUD pati dengan keluhan demam. Demam dirasakan
sejak 5 hari dirasakan seluruh tubuh dan hilang timbul , menggigil (-), kejang (-) ,
mimisan (-). Pasien juga mengeluhkan nyeri pinggang kanan dan kiri, tidak menjalar
kebagian perut . nyeri pinggang dirasakan selama 6 hari dan hilang timbul. Nyeri
menelan juga dirasakan pasien kurang lebih 1 minggu , terus menerus, saat ini
keluhan nyeri menelan sedikit membaik . bengkak disekitar mata (kelopak ) selama 7
hari , bengkak kedua tungkai kaki bawah kanan dan kiri 5 hari , trauma disangkal
7. PENGKAJIAN
Clinical Reasoning :
• Demam 5 hari
8. DIAGNOSIS BANDING
DD DD ISK
1. sindrom nefrotik 1. pielonefritis akut
2. nefritis 2. batu salauran kemih
3. sistitis
9. RENCANA DIAGNOSTIK
pemeriksaan darah tepi
foto polos abdomen
urinalisis lengkap
apusan darah tepi , TIBC , FE
Teori Kasus
Definisi
Glomerulonefritis akut (GNA)
adalah suatu reaksi imunologis
pada ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu.Yang sering terjadi
ialah akibat infeksi kuman
streptococcus
Etiologi
Manifestasi klinis
Faktor predisposisi