Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KIMIA FARMASI

“PENGANTAR KIMIA FARMASI MENGENAI STRUKTUR, SIFAT


DAN ANILISIS OBAT SECARA UMUM"
“PENGANTAR KIMIA ANALISIS KULAITATIF”
“ANALISIS UNSUR-UNSUR SEYAWA ORGANIK’’

OLEH
KELOMPOK 1 B : NADA SORAYA MAHMUD (DF.15.03.052)
NENENG RUNDU LUWU (DF.15.03.053)
NIKITA SARI (DF.15.03.054)
NIRA NURMAYANTI (DF.15.03.055)
NOURMALA (DF.15.03.056)
RISDAYANTI (DF.15.03.073)

STIKES BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO


TAHUN 2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita, sehingga tugas makalah KIMIAA FARMASI dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.Makalah ini juga sebagai tugas yang harus dikerjakan untuk sarana pembelajaran
bagi kita.
Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah kami lihat dan juga saya kutib
dari berbagi sumber baik dari buku maupun dari media elektronik.Semoga isi dari makalah
ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
apa saja yang ada dalam kimia farmasi
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam
pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah
ini.Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam isimakalah ini,penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Struktur, Sifat Dan Anilisis Obat Secara Umum .......................................................... 3
2.2 Analisis Kulaitatif ......................................................................................................... 17
2.3 Analisis Unsur-Unsur Seyawa Organik ........................................................................ 22
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 27
B. SARAN................................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat dapat definisikan sebagai suatu zat yang maksudkan untuk dipakai dalam
diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia dan
hewan. Obat juga biasa diartikan sebagai bentuk-bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang
digunakan pada hewan dan manusia. (istilah inggris drug identik dengan obat, jadi tidak
menyangkut istilah Jerman Droge). Salah satu kualitas obat yang paling mengherankan ialah
mempunyai beraneka ragam kerja dan efek pada tubuh.Sebenarnya kelompok unsur – unsur
obat yang mujarab dan luas pemakaiannya yang tersedia pada masa kini merupakan hasil
penyempurnaan ilmiah yang besar. Sungguh menakutkan bila peradaban kita tanpa unsur-
unsur obat yang bermanfaat dan luar biasa ini. Dengan menggunakan obat-obat ini banyak
penyakit-penyakit yang menghantui sejarah kemanusiaan, seperti cacar dan poliomyelitis,
pada masa sekarang ini telah hilang.
Proses penemuan dan pengembangan obat cukup rumit dan melibatkan kerja sama
penuh antara berbagai ahli ilmu pengetahuan termasuk para ahli kimia organik, fisika dan
analisis kimia, biokimia, bakteriologi, fisiologi, toksikologi, hematologi, imunologi,
endokrinologi, patologi, ahli biostatistika, ahli farmasetika, dokter diklinik dan lain-
lainnya.Setelah suatu bahan obat baru ditemukan dan dilakukan identifikasi secara kimia dan
fisikanya yang pasti maka sebagian besar keterangan biologinya harus dikumpulkan.
Farmakologi dasar atau sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh harus ditentukan
termasuk menentukan toksisitasnya. Suatu penyelidikan harus dikerjakan terhadap
kedudukan obat dan laju penyerapan, pola distribusinya dan konsentrasinya dalam tubuh,
jangka waktu kerjanya dan metode serta kecepatan eliminasi atau ekskresinya. Keterangan-
keterangan tentang degradasi metabolit obat harus di dapatkan, demikian juga aktivitas suatu
metabolitnya. Suatu penyidikan yang menyeluruh tentang pengaruh
jangka pendek dan panjang obat ini terhadap macam-macam sel tubuh jaringan-jaringan dan
organ-organ harus dilakukan.
Analisa kualitatif merupakan suatu pemeriksaan atau proses kimia yang menguji
adanya ion atau unsur-unsur dalam suatu senyawa. Senyawa organik merupakan golongan
besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan
oksida karbon. Analisa kualitatif senyawa –senyawa organik, umumnya selalu didasari oleh
reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Karbon selalu dioksidasi menjadi CO2, hidrogen selalu
dioksidasi menjadi H2O, Nitrogen selalu dioksidasi menjadi N2O5 atau direduksi menjadi
NH3, halogen selalu direduksi menjadi halogenida, sulfur di reduksi menjadi H2S dan di
oksidasi sulfat, posfor direduksi menjadi PH3 dan dioksidasi menjadi pospat.
Analisa organik kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang
identifikasi senyawa organik yang tidak diketahui. Keberhasilannya ditentukan oleh banyak
faktor yang berhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing masing senyawa atau
campurannya dan tehnik atau pola kerja analisa yang sistematik.

1
Tahap pertama analisa organik kualitatif adalah menentukan adanya unsur unsur
karbon, hidrogen, oksigen, halogen, belerang dan fosfor. Selain itu, setiap senyawa organik
mempunyai sifat kelarutan yang khas, yang meliputi jenis pelarut dan jumlah kelarutannya.
Sifat kelarutan akan membantu mempersempit ruang gerak analisis secara kimia maupun
spektrokpis.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagamana struktur, sifat dan anilisis obat secara umum?


2. bagaimana analisis kulaitatif?
3. Apa itu analisis unsur-unsur seyawa organik

1.3 Tujuan Makalah


Untuk menngetahui struktur, sifat dan anilisis obat secara umum,analisis kulaitatif, dan
itu analisis unsur-unsur seyawa organik

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 STRUKTUR OBAT SECARA UMUM


Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan yang digunakan dalam menetapkan
diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit,luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok
badan atau bagian badan manusia.
Berdasarkan strukturnya, obat dapat digolongkan menjadi dua
struktur, yaitu : struktur non spesifik dan struktur spesifik.
a) Stuktur Non spesifik
Obat - obat berstruktur non spesifik : Aksi farmakologi yang secara langsung
tidak tergantung struktur kimianya, tapi pada sifatsifat fisika kimianya.
Sifat - sifat fisika kimia :
· absorpsi
· kelarutan
· pka
· potensial oksidasi – reduksi
· depolarisasi membran
· koagulasi protein
· pembentukan kompleks
Di asumsikan bahwa obat-obat berstruktur non spesifik bertindak secara proses fisika
kimia dengan alasan :
1. aksi biologiknya berlangsung dengan aktivitas termodinamik yang biasanya tinggi
(1 – 0,01), ini berarti obat-obat bekerja dalam dosis yang relatif tinggi.
2. walaupun berbeda struktur kimianya, tetapi menyebabkan respon biologik yang
sama.
3. modifikasi sedikit dalam struktur kimianya, tidak menghasilkan perubahan yang
nyata dalam aksi biologiknya.

Ø Mekanisme aksi obat


Mekanisme aksi obat non-spesifik
· Non-spesifik menghasilkan aksi yang tidak diperantarai interaksi obat dengan target
obat spesifik (reseptor).

3
Berdasarkan sifat kimia-fisika sederhana.
· Spesifik menghasilkan aksi yang diperantarai interaksi obat dengan target obat
spesifik (reseptor). Target obat spesifik : reseptor, enzim, molekul pembawa, kanal ion Sifat
fisika :
· massa fisis
· osmosis
· adsorpsi
· rasa
· radioaktivitas / radioopasitas
· pengendapan protein
· barier fisik
· surfaktan

Sifat kimia
· aktivitas asam-basa
· pembentukan khelat
· aktivitas oksidasi-reduksi
Contoh aksi obat berdasarkan sifat fisika :
· Massa fisis laktulosa dan biji psyllium akan mengadsorpsi air jika diberikan secara
peroral -> mengembangkan volumenya -> memacu peristaltik dan purgasi
· Osmosis manitol-> diuresis osmosis magnesium sulfat -> menyerap cairan
sekitarnya-> purgative osmosis
· Adsorpsi
kaolin dan karbon aktif -> pengobatan diare, antidotum pada keracunan
· Rasa gentian (senyawa pahit) ->memacu aliran asam klorida kelambung ->
menambah nafsu makan
· Radioaktivitas / radio-opasitas senyawa 131I pada pengobatan hipertiroidisme
pengendapan protein. fenol -> denaturasi protein mikroorganisme ->desinfektan
· Barier fisik
sukralfat (kompleks Al2OH3 dg sukrosa sulfat) ->melapisi membran mukosa
lambung ->melindungi lambung dari serangan pepsin-asam
· Surfaktan
sabun ->pembersih kulit, antiseptik dan desinfektan
Contoh aksi obat berdasarkan sifat kimia, aktivitas asam dan basa
· Antasida (AlOH2) ->aktivitas basa ->menetralisasi kelebihan asam lambung -
>pengobatan ulser lambung pembentukan khelat ->EDTA (etilen diamin tetra asetat) dan
dimerkaprol -> membentuk komplek kelat dengan logam-logam seperti
timbal atau tembaga ->logam tersebut dapat dikeluarkan dari tubuh -> toksisitas berkurang.
· Aktivitas oksidasi – reduksi kalium permanganat (konsentrasi rendah) -> aktivitas
oksidasi morfin, strychnin, akotinin dan pikrotoksin -> toksisitas berkurang -> Vitamin C ->
reduktor.

4
b) Struktur spesifik
Obat-obat berstruktur spesifik : Obat-obat dalam aksi biologiknya
secara esensial sebagai hasil dari struktur kimianya, yang akan
mengadaptasi diri ke dalam struktur 3 dimensi. Obat ini bergantung
pada :
· reaktivitas kimia
· bentuk, ukuran stereokimia dalam molekul
· distribusi gugus fungsional
· efek resonansi, induksi
· distribusi elektron
· ikatan reseptor dan kemungkinan lain.
Ciri-ciri obat berstruktur spesifik :
1. Aksi biologik tidak hanya tergantung pada aktivitas termodinamik, yang biasanya
rendah (< 0,00 < 1) ini berarti bahwa obat-obat berstruktur spesifik adalah efektif
dalam konsentrasi yang lebih kecil daripada obat-obat yang berstruktur non spesifik.
2. Biasanya punya beberapa struktur karakteristik dan strukturfundamental.
3. Modifikasi akan menghasilkan perubahan aktivitas farmakologi, sehingga senyawa-
senyawa yang diperoleh dapat mempunyai aksi dari antagonis sampai sama dengan
senyawa indukn

Ø Mekanisme aksi spesifik


Aksi yang diperantarai interaksi obat dengan target obat spesifik target aksi spesifik :
· enzim
· kanal ion
· molekul pembawa
· reseptor
a. Enzim
Obat bekerja pada enzim dibagi menjadi 2 berdasarkan mekanisme aksinya :
· inhibitor kompetitif, Menghambat secara kompetitif kerja enzim sebagai substrat
analog
· neostigmin, organofosfat menghambat enzim kolinesterase
· aspirin dan NSAID menghambat enzim siklooksigenase
· substrat palsu
Fluorourasil mengganti urasil sebagai intermediet pada
biosintesis purin ->menghambat sintesis DNA ->pembelahan sel
terhenti.
b. Kanal ion
· Suatu saluran yang menjadi tempat masuk keluarnya ion melalui membran
· Bersifat selektif terhadap ion tertentu obat bekerja pada kanal ion dibagi menjadi 2 :
pengeblok kanal : (efek anti kejang)
· Mengeblok secara fisik
5
· Contoh : Fenitoin mengeblokkanal natrium
· Penurunan eksitabilitas sel Modulator/pembuka kanal : (efek sedatif)
· Memacu pembukaan kanal
· Contoh : Benzodiazepin dan barbiturat
· Memodulasi terbukanya kanal klorida
· Penurunan eksitabilitas sel
c. Molekul Pembawa
· Transport molekul organik kecil dan ion menembus
membran sel – terlalu polar -> membutuhkan protein
pembawa
· protein pembawa mempunyai sisi aktif spesifik
· contoh : hemikolinium beraksi sebagai penghambat pada transporter kolin ujung
syaraf autonom
d. Reseptor
· Suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan dengan
agonis/ligan untuk memicu signaling kimia antara dan dalam sel ->menimbulkan efek
.
Spesifik - Mekanisme kerja :
· Bekerja pada enzim
· Antagonis
· Menekan fungsi gen
· Bekerja pada memban
Contoh : senyawa kolinergik
– R = CH3 = Asetilkolin =kolinergik masa kerja pendek
– R = NH2 = Karbamilkolin =kolinergik masa kerja

SIFAT OBAT SECARA UMUM


Obat merupakan bentuk-bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang diginakan pada
hewan dan manusia. Bahan obat adalah zat aktif yang dapat berfungsi untuk mencegah,
meringankan, menyembuhkan, atau mengenali penyakit. (Dengan demikian bahan obat
mempunyai arti yang Lebih bernilai dibandingkan dengan zat aktif). Selain bersifat sebagai
racun, obat juga mempunyai beberapa sifat, yaitu memiliki potensi kerja, aktivitas intrinsik
dan khasiat.

a. Racun (bahan perusak)


Racun (bahan perusak) ialah zat aktif yang menyebabkan kerja yang merusak.
Apabila pada sejumlah senyawa, terutama obat, dosislah yang menentukan apakah timbul
kerja yang berguna atau yang merusak, maka dalam arti yang sempit, racun hanya merusak.
Suatu zat dinyatakan sebagai racun jika ia dapat menimbulkan kerja yang merusak. Dalam
prakteknya senyawa yang disebut racun hanyalah jika resiko kerusakan yang ditimbulkan
relatif besar. Yang harus dicamkan adalah : Semua zat adalah racun dan tidak ada zat yang

6
bukan racun. Hanya dosislah yang membuat suatu zat buka racun (paracelsus). Ini berarti,
adanya suatu zat racun potensial, di dalam suatu organisme belum tentu menimbulkan
keracunan. Hampir dalam tiap individu dapat terdeteksi adanya sejumlah tertentu timbal, air
raksa dan DDT, akan tetapi zat ini tidak menimbulkan gejala keracunan, selama sejumlah
yang diterima masih dibawah konsentrasi toksik. Jadi barulah pada dosis toksik suatu zat
dapat bertindak sebagai racun. Sebaliknya jika suatu zat digunakan dalam jumlah amat besar,
maka pada umumnya tiap zat beracun, bahkan air sekali pun. Karena itu pembuktian adanya
racun dalam konsentrasi subtoksik mempunyai arti yang penting, karena dengan mengetahui
bahaya yang mungkin timbul secara dini, akan dapat dihindari pendedahan selanjutnya dan
dicegah terjadinya kerusakan toksik, misalnya dengan mengawasi air minum. Disamping
dosis atau konsentrasi zat, yang penting untuk kerja racun adalah frekuensi dan lama
pendedahan. Jadi konsentrasi racun yang rendah pada kontak yang lama dapat menimbulkan
efek toksik yang sama seperti konsetrasi yang tinggi dengan waktu kontak yang singkat.
Konsentrasi atau dosis racun yang juga pada waktu kontak yang lama masih tidak
menimbulkan efek toksik dinamakan nilai ambang (harga batas, no effect level atau no
observed effect level).Antara kerja (atau mekanisme kerja) suatu bahan obat dan suatu racun
tidak terdapat perbedaan mendasar, melainkan hanya secara relatif. Kerja suatu bahan obat
dikatakan tak diingini jika keluhan yang menyebabkan digunakannya obat tidak sembuh.
Semua kerja yang tak diingini ini dapat dikatakan merupakan efek toksik. Karena itu
menyatakan kerja terapeutik dan kerja toksik tidak pernah boleh dinilai secara absolut.
Tergantung tujuan penggunaan suatu senyawa maka dapat kita bedakan apakah suatu
zat memberikan kerja obat atau racun, karena suatu zat yang bekerja secara farmakologis juga
potensial sebagai senyawa toksik. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa dalam beberapa
hal beberapa komponen kerja suatu farmakon merupakan efek samping yang diinginkan dan
pada kasus yang lain berguna secara terapeutik. Sebaliknya kadang-kadang pemeriksaan
toksikologis dapat menelurkan pengembangan obat nabati atau obat sintetik. Sebagai contoh
adalah antikogulasia yang bekerja tak langsung, yang merupakan turunan dari
racun yang terdapat dalam Melilotus albus (semanggi) (Klee) yang rusak. Pada masa yang
lalu keracunan karena kejahatan cukup berarti. Saat ini toksikolgi semacam ini sudah jauh
berkurang dibandingkan dengan risiko yang mungkin timbul akibat senyawa kimia ataupun
lingkungan yang sudah terpengaruh zat-zat kimia. Jika kita mengamati statistik keracunan
yang berlangsung dalam periode yang panjang, dapat diamati dua jenis perkembangan :
1. Jenis keracunan bergeser
2. Jumlah keracunan selalu meningkat terus dinegara industri.Berbeda dengan dulu,
keracunan akut umumnya terjadi karena logam berat (timbal, air raksa, thallium) atau
methaloid (misalnya arsen dan antimon). Secara persentase keracunan yang sering terjadi saat
ini adalah karena penggunaan obat terutama obat tidur dan penenang, umumnya dengan
maksud bunuh diri. Disamping toksisitas kronis yang terjadi karena meningkatnya
pencemaran lingkungan dan penggunaan obat dalam jangka waktu yang panjang dengan
konsentrasi yang kecil. Karena itu pengetahuan yang terinci tentang sifat toksikologik zat
kimia yang dibuat amatlah diperlukan. (Di dunia barat saat ini digunakan sekitar 500.000
senyawa kimia, hanya sebagian kecil diantaraya yang mempunyai data yang toksikologi yang
pasti). Dalam hal ini yang terutama harus diperhatikan adalah logam berat (misalnya timbal
dari asap mobil, raksa dalam buangan limbah), peptisida serta hidrokarbon terhalogenasi
7
dan hidrokarbon polisiklik. Dengan adanya berbagai peraturan dan meningkatkan kesadaran
akan kebersihan lingkungan haruslah diusahakan untuk sedapat mungkin memperkecil
pendedahan dengan zat yang berbahaya yang potensial. Disamping konsentrasi di tempat
kerja, dimasa yang akan datang juga harus lebh diperhatikan beban zat yang berbahaya dalam
ruang tinggal. Untuk risiko toksikologik tidak hanya harus diperhatikan manusia yang juga
terkena risiko tersebut, melainkan juga harus dilihat kerusakan umum pada lingkungan dan
biosfer. Dengan demikian seluruh makhluk hidup di alam, hewan, tumbuhan, organisme
rendah dan sebagainya diperhatikan.
Bersamaan dengan peningkatan yang pesat kebutuhan akan energi terjadi pula
kebutuhan yang besar akan bahan makanan dan produk industri yang dapat memenuhi
standar hidup yang lebih tinggi. Tentu saja dengan meningkatnya produksi dan meningkatnya
penggunaan, akan terjadi produk sisa yang amat banyak, yang merupakan salah satu
masalah masa kini. Perkataan yang sering terdengar ‘Kembali ke alam’ untuk dapat
memecahkan masalah ini hanyalah merupakan fiksi saja, karena yang bersangkutan sama
sekali tidak mengetahui sifat toksikologik bahan alami. Yang saat ini merupakan racun dan
konserogen yang paling kuat berasal dari tanaman. Tidak disadari pula keinginan dan harapan
dari masyarakat modern. Untuk menjaga agar dicapapi standar hidup yang
agak baik dalam masyarakat yang padat ini, tidaklah dapat dihindari untuk menggunakan
segala ksempatan deangan amat baik. Umat manusia haruslah belajar, hidup dengan ilmu
kimia sedemikian sehingga akan didapat keuntungan penuh, sedangkan pengaruh yang
negatif, misal pencemaran lingkungan diperkecil sampai batas yang masih dapat diterima.
Sudalah menjadi tugas para ahli farmakologi, untuk ikut ambil bagian menyelesaikan
persoalan ini.
Titik berat aktivitas harus dilakukan bukan dengan menghilangkan pencemaran ini
melainkan mencegah terjadinya pencemaran. Karena itu amatlah penting untuk mendapatkan
kerja senyawa toksik potensial. Interaksi yang mendasari zat aktif biologik baik obat maupun
racun dengan objek biologik terjadi dalam tingkat molekul. Karena itu untuk mengetahui
apakah risiko yang dimiliki suatu zat kimia, hanya dapat diperoleh dari farmakologi molekul
atau toksikologi molekul. Suatu zat baik obat maupun racun sepwrti juga objek bilogik terdiri
atas molekul-molekul. Suatu efek baik terapeutik maupun efek toksik hanya
dapat terjadi karena interaksi antara molekul berkhasiat dan molekul objek biologiknya.
Karena itu untuk toksikologi, ilmu biokimia makin banyak berperan.

· Bidang toksikologi
Ada beberapa kemungkinan untuk menggolongkan toksikologi antara lain dapat dibedakan
atas
- Efek toksik akut, yang langsung berhubungan denganpengambilan zat toksik
- Efek toksik kronis, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit diterima tubuh
dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terakumulasi mencapai konsentrasi
toksik dan dengan demikian menyebabkan terjadinya gejala
keracunan.Yang mempunyai arti penting yaitu toksisitas jangka panjang atau (kronis).
Yang dimaksud di sini adalah efek toksik yang baru dapat dipastikan setelah periode
laten yang cukup panjang, misalnya kerja mutagenik dan kerja karsinogen.

8
Pada pembagian lain toksikologi dapat dilakukan berdasarkan jenis zat dan keadaan
pada saat kerja toksik terjadi.

Berdasarkan ni toksikologi dibagi atas :


o Toksikologi obat
o Toksikologi bahan makanan
o Toksikologi pestisida
o Toksikologi industri
o Toksikologi lingkungan
o Toksikologi kecelakaan
o Toksikologi perang, dan
o Toksikologi penyinaran

bagian toksikologi obat mencangkup :


- uji obat yang potensial terhadap toksisitas atau keamanannya dalam fase praklinik
- efek samping (yang tak diingini) dari obat, kombinasi obat dan kosmetika .pada penggunaan
sesuai petunjuk serta.
- Keracunan akut dan kronis pada penggunaan obat berlebih.

b. Potensi kerja
potensi kerja suatu senyawa ialah ukuran untuk dosis dan konsentrasi, yang
dibutuhkan untuk mencapai efek tertentu : makin besar potensi kerja, makin rendah dosis
(konsentrasi) yang dibutuhkan. Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak sekali proses
dan kebanyakan proses sangat rumit. Umumnya ini didasari suatu rangkaian reaksi,
yang dibagi dalam tiga fase :
• fase farmaseutik, meliputi hancurnya bentuk sediaan obat dan melarutnya bahan obat,
dimana kebanyakan bentuk sediaan obat padat yang digunakan. Karena itu fase ini terutama
ditentukan oleh sifat-sifat galenik obat.
• fase farmakokinetika, termasuk proses invasi dan proses eliminasi (evasi). Yang dimaksud
dengan invasi ialah prosesproses yang berlangsung pada pengambilan suatu bahan obat
ke dalam organisme (absorpsi, distribusi), sedangkan eliminasi merupakan proses-proses
yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam organisme (biotransformasi, ekskresi).
Prinsip farmakokinetik yaitu bagaimana tubuh menangani obat. Konentrasi obat dalam
plasma dan jaringan tubuh tergantung cara obat diperlakukan oleh tubuh, tubuh menangani
obat melalui 4 tahap :
o absorpsi
o distribusi
o metabolisme (biotransformasi)
o eliminasi
1) Absorpsi
yang dimaksud dengan absorpsi suatu obat ialah pengambilan obat dari permukaan tubuh (di
sini termasuk juga mukosa saluran cerna) atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ
dalaman ke dalam aliran darah atau ke dalam sistem pembuluh limfe. Dari aliran darah atau

9
sistem pembuluh limfe terjadi distribusi obat ke dalam organisme keseluruhan. Karena obat,
baru dapat berkhasiat apabila berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat
kerjanya maka suatu absorpsi yang cukup merupakan syarat untuk suatu efek terapeutik,
sejauh obat tidak digunakansecara intravasal atau tidak langsung dipakai pada tempat
kerjanya. Absorpsi kebanyakan obat terjadi secara pasif melalui difusi. Kecepatan absorpsi
dan kuosien absorpsi (hubungan bagian yang diabsorpsi terhadap jumlah yang diberikan)
bergantung kepada banyak faktor. Diantaranya yang terpenting ialah :
o sifat fisikokimia bahan obat, terutama sifat stereokimia
dan kelarutannya
o besar partikel dan dengan demikian permukaan jenis
o sediaan obat
o dosis
o rute pemberian dan tempat pemberian
o waktu kontak dengan permukaan absorpsi
o besarnya luas permukaan yang mengabsorpsi
o nilai pH dalam darah yang mengabsorpsi
o integritas membran serta
o aliran darah organ yang mengabsorpsi
Untuk dapat diabsorpsi, bahan obat harus berada dalam bentuk terlarut. Umumnya, kecepatan
larut bahan aktif (misalnya dalam saluran cerna atau dalam tempat intamuskular) menentukan
laju absorpsi. Ini tentukan, selain oleh sifat-sifat senyawa (seperti misalnya bentuk kristal,
besarnya partikel, solvatasi), ditentukan juga ooleh sifat sediaan obat (antara lain bahan
pembantu yang digunakan, bahan penyalut).

2) Distribusi
Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditranspor lebih lanjut bersama aliran
darah dalam sistem sirkulasi. Akibat landaian konsentrasi darah terhadap jaringan, bahan obat
mencoba untuk meninggalkan pembuluh darah dan terdistribusi dalam organisme
keseluruhan. Penetrasi pembuluh darah ke dalam jaringan dan dengan demikian distribusinya,
seperti halnya absorpsi, bergantung pada banyak peubah. Khususnya ukuran molekul ikatan
pada protein plasma dan protein jaringan,kelarutan dan sifat kimia. Selanjutnya bergantung
padapasokan darah dari organ dan jaringan masing-masing,ketelapan membran dan
perbedaan pH antara plasma dan jaringan. Berdasarkan fungsinya, organisme dapat dibagi
dalam ruang distribusi yang berbeda (kompartemen).
o ruang intrasel dan
o ruang ekstrasel
Dalam ruang intrasel (sekitar 75 % dari bobot badan) termasuk cairan intrasel dan komponen
sel yang padat. Ruang ekstrasel (sekitar 22 % dari bobot badan) dibagi lagi
atas :
o air plasma
o ruang usus dan
o cairan transsel
air plasma (sekitar 4 % dari bobot badan) meliputi cairan intravasal. Ruang usus (sekitar 16-
20% dari bobot badan) meliputi cairan yang mudah berdifusi dalam intestinum serta
10
cairan yang sukar berdifusi dalam jaringan ikat tebal dari kulit, otot, persendian dan tulang.
Dalam cairan transsel (sekitar 1,5% dari bobot badan) termasuk cairan
serebrospinalis, air humor (Aqueous humor), perilimfe dan endolimfe serta cairan dalam
rongga tubuh dan organ berongga. Bergantung pada sifat fisiko-kimianya, berdasarkan
distribusi kedalam berbagai ruang distribusi, kita membedakan 3 jenis bahan obat :
o obat yang hanya terdistribusi dalam plasma.
o obat yang terdistribusi dalam plasma dan ruang ekstrasel sisa.
o Obat yang terdistribusi dalam ruang ekstrasel dan juga dalam ruang intrasel.

3) Biotransformasi
Karena senyawa lipofil sebagian besar direabsorpsi kembali kedalam tubuli ginjal
setelah filtrasi glomerulus, maka senyawa ini hanya dapat diekskresi dengan lambat melalui
ginjal. Karena itu seandainya senyawa ini tidak diubah secara kimia, mungkin berbahaya
karena bahan-bahan demikian menetap dalam tubuh dan terakumulasi terutama dalam
jaringan lemak. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa organisme memiliki sistem enzim
yang dapat mengubah xenobiotika lipofil menjadi bahan yang lebih hidrofil dan lebih mudah
dapat diekskresi. Laju eliminasi bahan yang larut dalam lemak bergantung, sebagian besar,
kepada berapa cepat senyawa ini dimetabolisme menjadi senyawa-senyawa yang lebih larut
dalam air dalam organisme. Proses perubahan senyawa asing disebut biotransformasi.
Biotrasformasi terjadi terutama dalam hati dan hanya dalam jumlah yang sangat
rendah terjadi dalam organ lain (misalnya dalam usus, ginjal, paru-paru, limpa, otot, kulit
atau dalam darah). Reaksi biotransformasi yang mengubah molekul obat secara oksidasi,
reduksi atau hidrolisis disebut reaksi fase I. Sedangkan pada reaksi fase II terjadi
penggabungan (konjugasi) molekul-molekul obat dan juga metabolit-metabolit yang terjadi
pada reaksi fase I dengan senyawa tubuh sendiri. Reaksi oksidasi yang sangat penting
untuk biotrasformasi ialah reaksi oksidasi yang melibatkan oksidase, monooksigenase dan
dioksigenase.

4) Ekskresi
Seperti halnya biotransformasi, ekskresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan
penurunan konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh. Ekskresi dapat terjadi , brgantung
kepada sifat fisikokimia (bobot molekul, harga pKa, kelarutan, tekanan uap) senyawa yang
diekskresi, melalui :
o ginjal (dengan urin)
o empedu dan usus (dengan feses) atau
o paru-paru (dengan udara ekspirasi).
Ekskresi obat melalui kulit dan turunannya, tidak begitu penting. Sebaliknya pada ibu yang
menyusui, eliminasi obat dan metabolitnya dalam air susu dapat menyebabkan intoksifikasi
yang membahayakan pada bayi.
• fase farmakodinamika, merupakan interaksi obat-reseptor dan juga proses-proses yang
terlibat dimana akhir dari efek farmakologi terjadi. Tujuan pokok percobaan farmakologi
adalah penjelasan terhadap pertanyaan, apakah senyawa yang diuji merupakan obat yang
bekerja spesifik atau tidak spesifik. Senyawa yang bekerja tidak spesifik zat berkhasiat ini
mempunyai ciri :
11
o tidak bereaksi dengan reseptor spesifik,
o karena itu bekerja hanya pada dosis yang relatif besar,
o menimbulkan efek yang mirip walaupun strukturnya berbeda dan
o kerjanya hampir tidak berubah pada modifikasi yang tidak terlalu besar.
Dalam kebanyakan hal, khasiatnya berhubungan dengan sifat lipofilnya. Oleh karena itu
perbedaan kerjanya dapat dijelaskan dengan koefisien distribusi yang berbeda. Kemungkinan
besar kerja senyawa demikian menyangkut interaksi dengan struktur lipofil organisme,
khususnya struktur membran, dalam hal ini fungsi struktur diubah. Yang termasuk dalam
obat yang bekerja tidak spesifik , antara lain, anestetika inhalasi, demikian juga
zat desinfektan.
Senyawa dengan kerja spesifik senyawa golongan ini bekerja melalui interaksi dengan
reseptor-spesifik. Efeknya sangat bergantung kepada bentuknya, besarnya dan pengaturan
stereokimia molekul. Selain iru bergantung juga pada letak gugus fungsinya serta distribusi
elektronnya. Senyawa demikian, berkhasiat dalam konsentrasi yang lebih kecil pada stuktrur
kimianya dapat sangat mempengaruhi khasiat farmakologinya. Senyawa yang berkaitan
dengan reseptor yang sama memiliki banyak unsur struktur yang umum, yang disebut gugus
farmakofor, dalam tata susun ruang yang sesuai.

c. Aktivitas intrinsik (aktivitas kerja)


aktivitas kerja menyatakan efek maksimum dalam suatu sistem biologi yang dapat
dicapai dengan suatu senyawa (yang menstimulasi sistem tersebut).

d. Khasiat
Seperti halnya bahan obat atau obat merupakan istilah (klinik) yang dapat diukur,
menyatakan penyembuhan, penguranagn, peringanan atau profilaksis suatu penyakit yang
dapat dicapai dengan obat.

ANALISIS OBAT
Menurut urutan waktu kerja obat, fase farmakodinamik ini didahului oleh fase
farmakokinetik, yang menyangkut fisikokimia yang memungkinkan obat mencapai sisi
kerjanya. Obat bentuk padat mulamula harus melarut, lalu harus diserap pada tempat
pemberian, kemudian diangkut keseluruh tubuh. Tetapi melalui proses ini, obat mencapai
berbagai sasarannya dengan sangat tidak saksama dan bergantung pada banyak parameter.
Selain berikatan dengan reseptor khas yang menghasilkan efek yang diharapkan, obat juga
terikat secara tidak khas, dan teroerangkap pada sisi depot, bergerak ke sistem lain, dan
menimbulkan efek samping dan toksisitas yang tidak diinginkan. Bersama dengan fase
farmakokinetik dan fase farmakodinamik kerja obat harus diperhatikan metabolisme molekul
obat. Obat terpajan pada banyak sistem enzim yang berperan dalam urusan dalam sel yang
biasa. Sistem ini mengenali molekul asing ‘xenobiotik’, menjadkan sebagai bahan
biotransformasi, sering dengan cara tidak khas dengan maksud untuk menghilangkan zat
xenobiotik itu. Disamping itu, metabolit yang terbentuk dari transformasi mungkin
mempunyai aktivitasfarmakologi sendiri. Metabolisme dapat juga menyebabkan pengaktifan
yang diperlukan untuk mengubah suatu praobat lembam menjadi senyawa aktif.

12
Aktivitas suatu obat berakhir setelah zat tersebut terekskresi, baik sebelum mengalami
biotransformasi ataupun sesudahnya. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, diantaranya
dapat berakibat lebih lanjut bila eliminasi terjadi melalui plasenta atau air susu.
Farmakokinetika dan metabolisme obat sama pentingnya seperti farmakodinamika molekul
dan biokimiawi untuk memahami seluruh aktivitas farmakologi suatu obat. Kemajuan yang
umumnya cepat dalam metodologi serta tuntutan badan pengawas obat telah snagat
meningkatkan kegiatan dalam bidang ini. Disamping itu, telah diketahui bahwa perancangan
obat yang rasional tidak mugkin dilakukan tanpa mempertimbangkan dengan baik
penyebaran dan metabolisme obat, serta berbagai cara yang dapat meperbaiki keseluruhan
kemanjuran kerja obat

1. Penyebaran obat
Obat diberikan secara oral (obat dalam) atau melalui rute bukan oral (parenteral).
Penyerapan obat adalah pristiwa pertama yang mempengaruhi aktivitas obat in vitro. Obat
parenteral biasanya berupa larutan dan dapat diserap dengan cepat. Sebaliknya, obat oral
biasanya dalam bentuk padat, membawa sejumlah peubah yang menentukan pelarutan,
penyerapan, ketersediaan hayati, dan kecepatan obat mencapai sasarannya. Pelarut dan
pembagian dalam biofase merupakan fenomena fisika. Karena semua faktor tersangkut dalam
aktivitas farmakologiakhir suatu obat, maka obat yang struktur kimianya serupa, ketersediaan
hayati serta laju kerjanya tidak selau sepadan. Parameter yang menentukan hasil akhit
pemakaian obat dibicarakan di sejumlah asal berikut.

1.1 Pelarutan obat


Laju pelarutan obat merupakan langkah penentu laju pada kerja obat bila obat ditelan
dalam bentuk padat atau bentuk suspensi. Laju pelarutan ditentukan oleh :
1) kelarutan obat dalam air
2) pH medium
3) pKa obat
4) bentuk, luas spesifik, dan kepadatan kridtal atau butiran obat
5) formulasi obat (jenis pengikat, penambah, serta penyalut tablet atau kapsul)
Laju pelarutan dapat digambarkan dengan persamaan Noyes-Ehitney :
dC / dt = kS (Cs –C) dengan dC / dt adalah laju pelarutan, S luas permukaan zat padat, Cs
kelarutan obat, dan C konsentrasi pada saat t. Tetapan k sebanding dengan kekentalan
medium, karena pelarutan dibatasi oleh difusi dan tergantung pada ketebalan lapisan difusi,
yaitu lapis tipis larutan jenuh yang tidak terduk pada permukaan kristal.
Luas permukaan obat dapat ditingkatkan dengan ‘pemikronan’ yaitu pengecilan
ukuran butiran dengan menggilingnya sampai ukuran dari 10 um. Dengan cara ini laju
pelarutan dapat ditingkatkan beberapa kali lipat, tetapi kadang-kadang diperoleh hasil yang
kebalikan dari efek yang dikehendaki : pemikronan dapat meningkatkan pengerundulan
serbuk atau butiran dapat memadat sewaktu pembuatan tablet. Kadang-kadang pemikronan
lebih memudahkan penguraian obat dalam lambung, seperti halnya pemakaian pada penisilin
oral. Pemakaian bentuk amorf, alih-alih bentuk kristal, dapat sangat meningkatkan kelarutan
secara mencolok karena untuk terjadinya pelarutan tidak ada kisi kristal yang memerlukan

13
masukan energi. Senyawa hidrofob dapat ditangani dengan zat pembasah untuk
mempermudah masuknya fase air ke permukaaan kristal. Pada pelarutan obat, pH pelarut
sangat penting.

1.2 Pemberian obat melalui saluran cerna


Cara pemakain obat yang apling umum dan nyaman adalah rute oral. Setelah
pelarutan, obat harus mengatasi rintangan membran semipermeabel antara lubang saluran
cerna dan peredaran sistemik. Pori berair memungkinkan perjalanan yang bebas untuk air, ion
monovalen dan molekul kecil hidrofil, senyawa hidrofob dapat melintasi fase lipid pada
membran. Banyak molekul penting berupa bahan gizi dan obat melintasi membran dengan
cara difusi pasif – zat tersebut bergerak mengikuti perbedaan konsentrasi (dari konsentrasi
yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah). Laju difusinya sebanding dengan
perbedaan konsentrasi, seperti dijelaskan oleh hukum Fick. Karena zat linarut terhanyut oleh
aliran darah, konsentrasi disini selalu lebih rendah. Banyak senyawa lain, baik bahan
makanan maupun obat, tidak daoat berdifusi secara bebas. Zat tersebut harus dibawa oleh
pengangkut yang bekerja berdasarkan sistem port-antiport, jadi kesetimbangan ‘impor-
ekspor’ harus dipertahankan. Sistem cerna terdiri dari lambung, duodenum, jejunum,
ileum, kolon, dan rektum. Setiap bagian komponen ini berbeda anatomi, histologi, dan
faalnya.

1.3 Pemberian obat secara parenteral


Pemberian obat secara parenteral (bukan oral) sering lebih efisien dan leih cepat
dibandingkan dengan pemberian secara oral, tetapi mungkin saja kurang nyaman. Masalah
dalan penyerapan obatnya lebih sedikit dibandingkan dengan masalah pada obat oral, dan
pemakaian secara topikal dapat dilakukan.
Metode yang paling umum dan cepat adalah suntikan intavena kedalam Vena parifer.
Cara ini menghasilkan respon ynag hampir segera, dan kadar obat dalam serum dapat
diramalkan dan diandalkan. Penyuntikan tidak boleh terlalu cepat, untuk mencegah kadar
obat yang tinggi di tempat penyuntikan (bolus) atau terjadi pengendapan bahan yang tidak
larut yang menyebabkan embolisme. Suntikan intramuskular kurang dapat diandalkan
dibandingkan dengan cara intravena dalam hal ketersediaan hayati, laju penyerapan, dan efek
lokalnya. Pengendapan obat di tempat penyuntikan, rasa nyeri, dan penyerapan yang tertunda
sering terjadi. Suntikan subkutan mempunyai kekurangan seperti suntikan intramuskular,
tetapi laju penyerapannya dapat lebih mudah diatur, misalnya efek anestetika lokal dapat
diperlama dengan penambahan vasokonstrikor ke dalam larutannya.

1.4 Ketersediaan hayati obat


Laju dan kesempurnaan penyerapan obat menentukan jumlah efektif yang mencapai
sisi kerja. Banyak faktor yang mempengaruhi penyerapan : kepermeabelan, kelarutan, pKa,
cara pemberian obat, formulasi sediaan, metabolisme obat sebelum dan sesudaah mencapai
sisi kerja dan bahkan posisi tubuh penderita (pengosongan lambung berlangsung lebih cepat
bila penderita berbaring pada sisi kanan). Penentuan ketersediaan hayati merupakan
persyaratan untuk mendapatkan izin membuat obat, tetapi pabrik sakunder tidak diwajibkan
menunjukkan kesetaraan terapi pada sediaan asli.
14
1.5 Penyebaran obat
Penyebaran obat merupakan proses yang dialami obat, mulai dari penyerapan sampai
ia mencapai jaringan yang terletak jauh dari tempat penyerapan itu. Obat dapat mencapai
peredaran darah secara langsung atau tidak langsung, dan dalam beberapa menit terencerkan
ke dalam seluruh volume darah. Karena kapiler perifer mempunyai pori-pori yang
besar (fenestrae), obat yang berbobot molekul kurang dari 600.000 berdifusi dengan cepat ke
dalam cairan interstisial yang mengisi ruang antarsel. Gabungan volume darah dan cairan
interstisial disebut kompartemen pusat, yang besarnya kira-kira 140-190ml/kg bobot badan.

1.6 Keragaman farmakokinetik


Pada dosis per kilogram bobot badan yang sama, keragaman respon tubuh terhadap
obat pada orang yang berbeda dapat sampai 10 kali lipat. Banyak penyebab terjadinya hal ini,
tetapi beberapa obat menunjukkan keragaman efek yang lebih besar dibandingkan dengan
obat lain. Obat yang menunjukkan pengosongan hati (laju eliminasi/konsentrasi dalam
arteri) yang tinggi serta metabolisme prasistemik (zat perintang, timoleptika) juga
menunjukkan keragaman perorangan yang besar. Keragaman ini dapat diperkecil dengan
pemberian parenteral.

1.7 Eliminasi obat


Efek obat berkurang melalui beberapa cara : penyebaran ulang diantara kompartemen,
penggudangan, ekskresi obat utuh, dan ekskresi metabolit. Kedua faktor yang disebutkan
pertama dibicarakan pada beberapa bagian terdahulu. Obat utuh dapat dieliminasi melalui
berbagai organ, tetapi rute eliminasi yang paling penting, baik untuk obat utuh maupun untuk
metabolit, adalah ginjal dan hati. Tiga proses yang menentukan jumlah obat yang dieliminasi
adalah penyaringan glomerullus, sekresi tubulus, dan penyerapan ulang. Glomeruli
menyaring kira-kira 10 % dari 1,2-1,4 liter darah yang diterima setiap menit, menahan sel dan
banyak protein, tetapi melewatkan air dan molekul obat kecil. Jadi, hanya obat yang tidak
terikat pada protein plasma yang dibuang. Sekresi tubulus merupakan proses yang melibatkan
transpor aktif, jadi tidak dipengaruhi oleh pengikatan protein, baik obat bebas maupun yang
terikat diangkut.
Penyerapan ulang di tubulus mengembalikan sejumlah besar zat (termasuk obat)
dalam ultrafiltrat ke dalam peredaran darah, terutama linarut yang penting untuk faal dan
untuk gizi seperti glukosa, garam, asam amino, dan senyawa larut lemak. Penyerapan ulang
asam atau basa lemah tergantung pada pH kemih, pengasaman pembasaan kemih dengan
NH4Cl atau NaHCO3 dapat meningkatkan atau memperlambat eliminasi obat, jadi
mempengaruhi waktu paro serta efek farmakologi. Ekskresi lewat empedu merupakan akibat
sekresi obat oleh sel hati, yang sangat mirip dengan ekskresi lewat ginjal. Pengosongan
empedu dapat mencapai 500 ml/menit. Senyawa yang mempunyai berat molekul kkurang
dari 400 diekskresikan lewat kemih, molekul yang lebih besar dikeluarkan oleh hati.

15
Sekresi kedalam air susu tidak menonjol, tetapi mengingat fungsi hati dan ginjal yang
belum matang pada anak-anak, dianjurkan agar ibu yang menyusui tidak memakan obat, atau
hanya memakan segera setelah menyusui untuk menghindari konsentrasi obat yang tinggi
dalam serum dan air susu pada waktu menyusui. Dalam beberapa hal, menyusui harus betul-
betul di larang.
Antaraksi obat merupakan bagian penting pada farmakologi dan farmakokinetika.

2. Metabolisme obat
Perlu dipahami bahwa metabolisme tidak selalu menyebabkan senyawa menjadi tidak
aktif. Sering justru metablit obat adalah yang merupakan obat , seangkan prazatnya
merupakan praobat yang tidak aktif, atau metabolit tersebut dapat membentuk ikatan
kovalen, dan dalam keadaan terikat pada ADN, dapat bertindak sebagai mutagen atau
karsinogen.

2.1 Oksidasi
Berbagai reaksi oksidasi berlangsung pada organ metabolisme utama, yaitu hati, dan
dikatalisis oleh enzim tidak khas. Enzim ini terikat pada retikulum endoplasma yang halus,
yang pada waktu penyeragaman menghasilkan serpihan mikrosoma yang terdiri dari butiran
sangat kecil yang mengendap hanya pada kecepatan 100.000 x g.

2.2 Reduksi dan hidrolisis


Gugus nitro, azo, dan karbonil dapat mengalami reduksi, dengan akibat terbentuk
gugus yang lebih polar, yaitu amino dan hidroksi. Ada beberapa enzim reduktase dalam hati,
yang tergantung pada NADH atau NADPH, yang mengkatalisis reaksi ii. Mungkin reduksi
yang paling terkenal adalah reduksi pemutusan prontosil menjadi sulfanilamida. Senyawa
berhalogen seperti anestetika umum halotan mengalami deklorinasi redukttif, ikatan C-P
bersifat mantap. Halogennya juga dihilangkan oleh reaksi oksidasi, menghasilkan
trifluoroasetat. Proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar adalah hidrolisis
enzimatik senyawa ester dan amida.
Banyak enzim yang melakukan reaksi demikian, beberapa diantaranya tidak begitu
khas, misalnya pseudokolinesterase dalam serum. Laju hidrolisis ester atau amida biasanya
sangat berbeda, dan ini dimanfaatkan oleh para ahli kimia medisinal dalam merancang analog
amida senyawa prokain.

2.3 Reaksi konyugasi


Konyugasi yang dikenal sebagai reaksi fasi II, menyempurnakan ksi penguraian obat
yang mengalami metabolisme oksidatif atau reduktif. Reaksi konyugasi tidak selalu
menghasilkan senyawa yang cukup hidrofil atau tidak aktif untuk diekskresikan dengan
segera. Yang terpenting adalah glukuronidasi, yaitu pembentukan obat bentuk glikosida asam
glukuronat melalui UDP-glukosa dalam mikrosoma hati. Senyawa fenol, alkohol, amina, dan
amida, semuanya membentuk senyawa O – atau N – glukuronida, baik gugus fungsi tersebut
melalui metabolisme atau tidak. Banyaknya zat endogen, seperti steroid, juga diekskresikan
dengan cara
ini. Senyawa glukuronida biasanya tidak toksis, sangat larut air dan diekskresikan dalam
kemih atau cairan empedu, konyugasi sulfat kurang lazim pada manusia, tetapi terjadi pada
senyawa steroid dan fenol.
Konyugasi glutation terjadi dalam sitoplasma. Konyugasi ini penting dalam

16
eliminasi halid dan fenol polisiklik. Zat hasil akhirnya dapat berupa asam merkapturat.
Asetilasi terlihat dalam metabolisme senyawa amina aromatik (misalnya golongan
sulfanilamida), senyawa hidrasida, dan histamina.

2.4 Efek toksik metabolisme obat


Biotoksifikasi dapat terpulihkan, dapat juga tidak. Fotosensitisasi dan reaksi alergi
biasanya terpulihkan, tetapi reksi kovalen antara suatu metabolit dengan biomolekul dapat
menjurus ke karsinogenesis, mutagenesis, atau efek teratogenik (perkembangan janin tidak
sempurna). Semua ini harus dihindari, bila mungkin dengan pengubahan struktur obat yang
sesuai. Ada dua jalur yang terutama berbahaya karena menghasilkan zat – antara yang dapat
menyebabkan kerusakan sel yang abadi. Yang pertama adalah pembentukan senyawa oksida
arena dari hidrokarbon polisiklik, yang merupakan penyebab dekarsinogen senyawa tersebut
dan sangat dikenal sebagai pencemar lingkungan yang berbahaya. Karsinogen
‘generasi ketiga’ dapat juga terbentuk dari senyawa aromatik lain, salah satu cara untuk
menghambat pembentukannya adalah dengan memasukkan p-fluoro ke dalam cincin senyawa
obat.
Metabolisme obat dan aktivitas obat dipengaruhi oleh banyak faktor lain. Keragaman
perorangan dapat sebesar 10 kali lipat, cacad yang dibawa lahir (misalnya sindrom down)
atau faktor kesukusn dapat mempengaruhi ketersediaan enzim.

II.2 Anallisa kualitatiff


Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur
kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi
golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion /
kation suatu larutan.
Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah
asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan
membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak
sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion
termasuk dalam lebih dari satu golongan.

Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya :
1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion
golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.

2. Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah
Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn.

3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk
endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation golongan ini
Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.

4. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini
membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam

17
suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.

5. Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia


golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini
meliputi : Mg, K, NH4+.

Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :


1. Anion sederhana seperti : O2-, F-, atau CN- .

2. Anion okso diskret seperti : NO3-, atau SO42-.

3. Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat terkondensasi

4. Anion kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yang berbasis bangat seperti
oksalat.
Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi dari
asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama. Hal ini meliputi asetat, formiat,
oksalat, sitrat, salisilat dan benzoat.

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah.
Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.
Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya
modifikasi kecil.
Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah :
1. Reaksi nyala dengan kawat nikrom : Sedikit zat dilarutkan kedalam HCL P. Diatas kaca
arloji kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih
kemudian dibakar diatas nyala oksidasi .

2. Reaksi nyala beilstein : Kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida
sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.

3. Reaksi nyala untuk borat : Dengan cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan asam
sulfat pekat dan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada
borat akan timbul warna hijau.

Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan
untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena
beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
REAKSI – REAKSI :
Reaksi kation
Golongan I
Ag+
1. Ag+ + HCL → AgCL ↓ putih + H-
2. 2Ag+ + 2 NaOH → 2AgOH + 2Na+ ↓ coklat
3. 2Ag+ + 2NH4 OH → 2 AgOH → NH+
Pb2+
1. Pb2+ + 2NaOH → Pb(OH)2 ↓ putih + 2 Na+
Pb(OH)2 + 2NaOH → Na2Pb(OH)4
2. Pb2+ +2 NH4OH → Pb(OH)2 ↓ putih + 2 NH4+

18
3. Pb2+ + 2KI → PbI2

Golongan II
Hg2+
1. Hg2+ + 2KI → HgI2 ↓ merah + 2k+
HgI2 +2 KI → K2 HgI2
2. Hg2+ + 2 NaOH → Hg(OH)2 ↓ kuning +2 Na+
3. Hg2+ +2 NH4OH →Hg(OH)2 ↓ putih + 2NH4+
4. Hg2+ + 2CUSO4 → Hg(SO4 )2 + 2 CU2+
CU2+
1. CU2+ + 2KI → CUI2 + 2K+
2. CU2+ + 2 NaOH → CU(OH)2 ↓ biru + 2nA+
3. CU2+ + 2NH4 OH → CU (OH)2 ↓biru + 2NH
Cd2+
1. Cd2+ + KI →
2. Cd2+ + 2NaOH → Cd(OH)2 + 2 Na+
Cd(OH)2 + NaOH → Cd(OH04 ↓ putih
3. Cd2+ + 2 NH4OH → Cd(OH)2 + 2 NH+

Golongan III A
Fe2+
1. Fe2+ + 2NaOH → Fe(OH)2 ↓ hijau kotor + 2Na+
2. Fe2+ + 2NH4OH → Fe(OH)2 ↓ hijau kotor + 2NH4+
3. Fe2+ + 2K4Fe(CN)6 → K4 {Fe(CN)6} ↓ biru + 4k+
4. Fe2+ + KSCN → Fe(SCN)2 + 2K+
Fe3+
1. Fe3+ + 3 NaOH → Fe(OH)3 ↓ kuning + 3Na+
2. Fe3+ + 3 NH4 OH → Fe(OH)3 ↓ Kuning + 3NH4+
3. Fe3+ + 3K4Fe(CN)6}2 → K4{Fe(CN)6}2 ↓ biru +3k+
4. Fe3+ + 3KCNS → Fe(SCN)3 + 3K+
Al3+
1. Al3+ + 3NaOH → Al(OH)3 ↓ putih + 3Na+
2. Al3+ + 3NH4OH → Al(OH)3 ↓ putih + 3NH4+
3. Al3+ + KSCN →

Golongan III B
Zn2-
1. Zn2- + NaOH → Zn(OH)2 ↓ putih + 2Na+
2. Zn2- + Na2CO3 → ZN(CO3)2 ↓ putih + 2Na+
3. Zn2- + K4Fe(CN )6 → Zn4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k+
Ni2+
1. Ni2+ + 2NaOH → Ni(OH)2 ↓ hijau + 2Na+
2. Ni2+ + NH4OH → Ni(OH)2 ↓ hijau + 2NH4+
3. Ni2+ + 2Na2CO3 → Ni(CO3)2 ↓ hijau muda + 2Na
4. Ni2+ + K4Fe(CN)6 → Ni4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k+
CO2-

19
1. CO2- + NH4OH → CO(OH)2 ↓ hijau + 2NH4
2. CO2- + 2NaOH → CO9OH)2 ↓ biru + 2Na+
3. CO2- + K4Fe(CN)6 → CO4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k+
4. CO2- + 2Na2CO3 → CO(CO3)2 ↓ hijau muda + 2Na

Golongan IV
Ba2-
1. Ba2- + k2 CrO4 → BaCrO4 ↓ kuning
2. Ba2- + Na2CO3 → BaCO3 ↓ putih
Uji nyala
Ba → kuning kehijaun
Ca2+
1. Ca2+ + K2CrO4 → CaCrO4 Lart. Kuning +2K+
2. Ca2+ + Na2 CO3 → CaCO3 + 2Na+
Untuk uji nyala
Ca → merah kekuningan.
Sr2+
1. Sr2+ + K2CrO4 → SrCrO4 Lart. Kuning + 2K
2. Sr2+ + Na2CO3 → SrCO3 + 2Na+
Untuk uji nyala
Sr → merah karmin

Golongan V
Mg2+
1. Mg2+ + 2 NaOH → Mg(OH)2 putih + 2Na+
2. Mg2+ + 2 NH4OH → Mg(OH)2 tetap + 2NH4+
3. Mg2+ + Na3CO(NO2)6 → Mg3{CO(NO2)6} Lart. Merah darah + 3Na

Reaksi Anion
Anion golongan A
Cl-
1. Cl- + AgNO3 → AgCl ↓ putih + NO3-
AgCl + 2NH3 → Ag(NH3)2 + Cl-
2. Cl- + Pb(CH3COO)2 → PbCl2 putih + 2 CH3COO-
3. Cl- + CuSO4 →
I-
1. I- + AgNO3 → AgI putih + NO3-
2. I- + Ba(NO3)2 →
3. 2I- + Pb(CH3COO)2 → PbI2 + 2 CH3COO-
SCN-
1. SCN- + AgNO3 → AgSCN putih + NO3
2. SCN- + Pb(CH3 COO)2 → Pb(SCN)2 putih + 2CH3COO-
3. SCN- + Pb(CH3 COO)2 → Pb(SCN)2 putih + 2CH3COO-

Golongan B
S2-
1. S2- + AgNO3 → Ag2S ↓ hitam + 2NO3
Ag2S + HNO3
2. S2- + FeCl3 → FeS hitam + HNO3

20
3. S2- + Pb(CH3COO)2 → PbSO4 hitam + 2CH3COO-

Golongan C
CH3 COO-
1. CH3COO- + H2SO4 → CH3 COOH + SO4
2. CH3COO- + Ba(NO3)2
3. CH3COO- + 3FeCl3 + 2H2O→ (CH3COO)6 + 2HCL + 4H2O
→ 3Fe(OH)2
CH3COO- merah + 3CH3COOH +HCL

Golongan D
SO32-
1. SO32- + AgNO3 → Ag2SO3 putih + 2 NO3
Ag2SO3 + 2HNO3 → 2AgNO3 + H2SO4
2. SO32- + Ba(NO3 )2 → BaSO3 putih + 2NO3
BaSO3 + 2HNO3 → Ba(NO3)2 + H2SO3
3. SO32- + Pb(CH3COO)2 → PbSO3 putih + 2CH3 COO-
PbSO3 + 2HNO3 → Pb(NO3) 2 + H2SO3
CO32-
1. CO32- + AgNO3 → Ag2CO3 putih + 2NO3-
Ag2CO3 + 2NO3- → 2AgNO3 + H2CO3
2. CO32- + Mg(SO4)2 → MgCO3 putih + 2SO42-

Golongan E
S2O3
1. S2O32- + FeCl3 → Fe(S2O3 )3 Cl + 2Cl-
2. Pb(CH3COO)2 → PbS2O3 putih + 2CH3COO-

Golongan F
PO43-
1. PO43- + Ba(NO3 )2 → Ba3(PO4 )2 putih + 2NO3-
2. PO43- + FeCl3 → FePO4 putih kuning + 3 Cl-

Golongan G
1. Anion NO32- → ↓ coklat tipis + FeSO4 + H2SO4 P.
2. NO32- + 4H2SO4 + 6FeSO4 → 6Fe + 2NO + 4SO4 + 4H2O

21
III.3 Analisa Unsur Senyawa Organik
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai struktur,
sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun terutama
oleh karbon dan hidrogen dan dapat mengandung unsur unsur lain seperti
nitrogen,oksigen,fosfor,halogen,dan belerang.definisi lain dari kimia organik ini berasal dari
kesalahpahaman bahwa semua senyawa organik pasti berasal dari organisme hidup, namun
telah dibuktikan bahwa ada perkecualian.bahkan sebenarnya,kehidupan juga sangat
bergantung pada kimia anorganik sebagai contoh: banyak enzim yang berdasarkan kerjanya
pada logam transisi seperti besi dan tembaga juga gigi dan tulang yang komposisinya
merupakan campuran dari senyawa organik maupun anorganik.

Pembeda antara kimia organik adalah ada atau tidaknya ikatan karbo hidrogen.
Sehingga asam karbonat termasuk anorganik,sedangkan asam format, asam lemak pertama
organik.

Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari susunan
persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Umumnya suatu reaksi
kimia merupakan suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau
molekul lain. Sebagai contoh, untuk pengujian nitrogen, larutan direaksikan dengan besi (II)
dan besi (III) jika terdapat sianida, akan terbentuk endapan biru gelap yang ditunjukkan
dengan persamaan reaksi :

18 CN + 3 Fe+2 + 4 Fe+3 Fe4 [ Fe(CN)6]3

Struktur organik ditandai dengan adanya ikatan kovalen antara atom


atom molekulnya. Oleh karena itu, reaksi kimia pada seyawa organik ditandai dengan
adanya pemutusan ikatan kovalen dan pembentukkan ikatan kovalen yang baru. Proses ini
membutuhkan waktu yang sangat bergantung pada kondisi saat berlangsung reaksi.

Perkembangan Pengelompokan Unsur

Pada awalnya, unsur hanya digolongkan menjadi logam dan nonlogam. Dua
puluh unsu yang dikenal pada masa itu mempunyai sifat yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Setelah John Dalton mengemukakan teori atom maka
terdapat perkembangan yang cukup berarti dalam pengelompokan unsur-unsur. Penelitian
Dalton tentang atom menjelaskan bahwa setiap unsur mempunyai atom-atom dengan
sifat tertentu yang berbeda dari atom unsur lain. Hal yang membedakan diantara unsur
adalah massanya.

Pada awalnya massa atom individu belum bisa ditentukan karena atom
mempunyai massa yang amat kecil sehingga digunakan massa atom relatif yaitu
perbandingan massa antar-atom. Berzelius pada tahun 1814 dan P.
Dulong dan A. Petit pada tahun 1819 melakukan penentuan massa atom
22
relatif berdasarkan kalor jenis unsur. Massa atom relatif termasuk sifat
khas atom karena setiap unsur mempunyai massa atom relatif tertentu yang berbeda dari
unsur lainnya. Penelitian selanjutnya melibatkan Dobereiner, Newlands, mendeleev dan
Lothar Meyer yang mengelompokkan unsur berdasarkan massa atom relatif.

Johann Wolfgang Dobereiner pada tahun 1829 menjelaskan hasil


penelitiannya yang menemukan kenyataan bahwa massa atom relatif stronsium
berdekatan dengan massa rata-rata dua unsur lain yang mirip dengan
stronsium yaitu kalsium dan barium. Hasil penelitiannya juga menunjukkan
bahwa beberapa unsur yang lain menunjukkan kecenderungan yang sama.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Dobereiner selanjutnya mengelompokkan unsur-unsur
dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang lebih dikenal sebagai triad. Triad yang
ditunjukkan oleh Dobereiner tidak begitu banyak sehingga berpengaruh terhadap
penggunaannya.

Analisa unsur senyawa organik dilakukan dengan cara sebagai berikut sejumlah
massa tertentu sampel dibakar dan karbon dioksida dan air yang dihasilkan dijebak dengan
absorben kemudian ditentukan.

Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat bias berupa
padat,cair,dan zat gas.zat berdasatkan kemurniannya dapat dibagi lagi menjadi tiga yaitu :
1. Unsur
Unsur adalah suatu zat yang sudah tidak bisa dibagi bagi lagi menjadi bagian yang lebih
kecil.

Contoh : Au, N, Pt, C.

1. Senyawa
Senyawa adalah zat tunggal yang terdiri atas beberapa unsur yang saling kait mengikat

Contoh : O2, H2O, C2H5OH, NaCl.

1. Campuran
Campuran adalah zat yang tersusun dari beberapa zat yang lain jenis dan tidak tetap
susunannya dari unsur dan senyawa.Contoh : udara, air, tanah.

Tulisan yang diberikan di bagian selingan berikut menyarankan bahwa sukar untuk
mendefinisikan “bahan yang murni sempurna”. Cara yang lebih praktis adalah
mendefinisikan selisih dari murni sempurna. Harus ditambahkan bahwa, tanpa metoda yang
tepat untuk memperkirakan kemurnian, kita tidak dapat memutuskan keefektifan metoda
pemurnian tertentu. Singkatnya, tanpa itu tidak mungkin diputuskan apakah senyawa tertentu
murni atau tidak.

23
Ambil contoh senyawa organik. Sampai pertengahan abad 20, kriteria kemurnian
senyawa organik didasarkan atas beberapa percobaan: analisis unsur dan pengukuran sifat
fisik seperti titik leleh dan titik didih. Hasil analisis unsur harus sama dengan nilai hasil
perhitungan berdasarkan rumus molekul, dan konstanta fisik harus juaga sama dengan nilai
yang dilaporkan di literatur (kriteria ini hanya dapat digunakan untuk senyawa yang telah
diketahui).

Analisis unsur senyawa organik dilakukan dengan cara sebagai berikut. Sejumlah massa
tertentu sampel dibakar dan karbon dioksida dan air yang dihasilkan dijebak dengan absorben
yang tepat, dan peningkatan massa absorben kemudian ditentukan. Peningkatan massa
absorben diakibatkan oleh karbon dioksida dan air yang diserap. Dari nilai ini jumlah karbon
dan hidrogen dalam sampel dapat ditentukan. Metoda pembakaran telah dikenal sejak dulu.
Metoda ini telah digunakan oleh Lavoisieur dan secara signifikan disempurnakan oleh Liebig.
Metoda modern untuk menentukan jumlah karbon dioksida dan air adalah dengan
kromatografi gas bukan dengan metoda penimbangan. Namun, prinsipnya tidak berubah
sama sekali.

Harus dinyatakan bahwa kemungkinan percobaan mempengaruhi hasil tidak


terhindarkan. Pekerjaan menimbang tidak dapat bebas kesalahan (termasuk ketidakakuratan
neracanya).

Analisis unsur senyawa organik dilakukan dengan cara sebagai berikut. Sejumlah massa
tertentu sampel dibakar dan karbon dioksida dan air yang dihasilkan dijebak dengan absorben
yang tepat, dan peningkatan massa absorben kemudian ditentukan. Peningkatan massa
absorben diakibatkan oleh karbon dioksida dan air yang diserap. Dari nilai ini jumlah karbon
dan hidrogen dalam sampel dapat ditentukan. Metoda pembakaran telah dikenal sejak dulu.
Metoda ini telah digunakan oleh Lavoisieur dan secara signifikan disempurnakan oleh Liebig.
Metoda modern untuk menentukan jumlah karbon dioksida dan air adalah dengan
kromatografi gas bukan dengan metoda penimbangan. Namun, prinsipnya tidak berubah
sama sekali.

Kriteria kemurnian empiris yang lain adalah uji titik-leleh-campuran. Metoda ini
didasarkan atas fakta berikut. Bila titik leleh campuran dua padatan dengan titik leleh yang
sama ditentukan, titik lelehnya akan menurun bila dua senyawa itu tidak identik. Uji ini
dulunya merupan fondasi logis kimia organik dalam perkembangan bidang ini terutama saat
menambahkan anggota baru dalam keluarga senyawa. Bila satu dari dua senyawa itu tidak
murni, akan diamati penurunan titik leleh. (Anonim, id.wikipedia.org)
Unsur kimia, atau hanya disebut unsur, adalah zat kimia yang tidak dapat dibagi lagi menjadi
zat yang lebih kecil, atau tidak dapat diubah menjadi zat kimia lain dengan menggunakan
metode kimia biasa.

24
Partikel terkecil dari unsur adalah atom. Sebuah atom terdiri atas inti atom (nukleus)
dan dikelilingi oleh elektron. Inti atom terdiri atas sejumlah proton dan neutron. Hingga saat
ini diketahui terdapat kurang lebih 117 unsur di dunia Hal yang membedakan unsur satu
dengan lainnya adalah “jumlah proton” dan jumah elektron suatu unsur atau ikatan dalam inti
atom tersebut. Misalnya, seluruh atom karbon memiliki proton sebanyak 6 buah, sedangkan
atom oksigen memiliki proton sebanyak 8 buah. Jumlah proton pada sebuah atom dikenal
dengan istilah nomor atom (dilambangkan dengan Z).

Namun demikian, atom-atom pada unsur yang sama tersebut dapat memiliki jumlah
netron yang berbeda; hal ini dikenal dengan sebutan isotop. Massa atom sebuah unsur
(dilambangkan dengan “A”) adalah massa rata-rata atom suatu unsur pada alam. Karena
massa elektron sangatlah kecil, dan massa neutron hampir sama dengan massa proton, maka
massa atom biasanya dinyatakan dengan jumlah proton dan neutron pada inti atom, pada
isotop yang memiliki kelimpahan terbanyak di alam. Ukuran massa atom adalah satuan
massa atom (smu). Beberapa isotop bersifat radioaktif, dan mengalami penguraian
(peluruhan) terhadap radiasi partikel alfa atau beta.

Unsur paling ringan adalah hidrogen dan helium. Hidrogen dipercaya sebagai unsur
yang ada pertama kali di jagad raya setelah terjadinya Big Bang. Seluruh unsur-unsur berat
secara alami terbentuk (baik secara alami ataupun buatan) melalui berbagai metode
nukleosintesis. Hingga tahun 2005, dikenal 118 unsur yang diketahui, 93 unsur diantaranya
terdapat di alam, dan 23 unsur merupakan unsur buatan. Unsur buatan pertama kali diduga
adalah teknetium pada tahun 1937. Seluruh unsur buatan merupakan radioaktif dengan waktu
paruh yang pendek, sehingga atom-atom tersebut yang terbentuk secara alami sepertinya
telah terurai.

Daftar unsur dapat dinyatakan berdasarkan nama, simbol, atau nomor atom. Dalam tabel
periodik, disajikan pula pengelompokan unsur-unsur yang memiliki sifat-sifat kimia yang
sama.

Tata nama

Penamaan unsur telah jauh sebelum adanya teori atom suatu zat, meski pada waktu itu
belum diketahui mana yang merupakan unsur, dan mana yang merupakan senyawa. Ketika
teori atom berkembang, nama-nama unsur yang telah digunakan pada masa lampau tetap
dipakai. Misalnya, unsur “cuprum” dalam Bahasa Inggris dikenal dengan copper, dan dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah tembaga. Contoh lain, dalam Bahasa Jerman
“Wasserstoff” berarti “hidrogen”, dan “Sauerstoff” berarti “oksigen”.
Nama resmi dari unsur kimia ditentukan oleh organisasi IUPAC. Menurut IUPAC,
nama unsur tidak diawali dengan huruf kapital, kecuali berada di awal kalimat. Dalam paruh
akhir abad ke-20, banyak laboratorium mampu menciptakan unsur baru yang memiliki
tingkat peluruhan cukup tinggi untuk dijual atau disimpan. Nama-nama unsur baru ini
ditetapkan pula oleh IUPAC, dan umumnya mengadopsi nama yang dipilih oleh penemu

25
unsur tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kontroversi grup riset mana yang asli menemukan
unsur tersebut, dan penundaan penamaan unsur dalam waktu yang lama.

Lambang kimia

Sebelum kimia menjadi bidang ilmu, ahli alkemi telah menentukan simbol-simbol
baik untuk logam maupun senyawa umum lainnya. Mereka menggunakan singkatan dalam
diagram atau prosedur; dan tanpa konsep mengenai suatu atom bergabung untuk membentuk
molekul. Dengan perkembangan teori zat, John Dalton memperkenalkan simbol-simbol yang
lebih sederhana, didasarkan oleh lingkaran, yang digunakan untuk menggambarkan molekul.

Sistem yang saat ini digunakan diperkenalkan oleh Berzelius. Dalam sistem tipografi
tersebut, simbol kimia yang digunakan adalah singkatan dari nama Latin (karena waktu itu
Bahasa Latin merupakan bahasa sains); misalnya Fe adalah simbol untuk unsur ferrum (besi),
Cu adalah simbol untuk unsur Cuprum (tembaga).
Simbol kimia digunakan secara internasional, meski nama-nama unsur diterjemahkan
antarbahasa. Huruf pertama simbol kimia ditulis dalam huruf kapital, sedangkan huruf
selanjutnya (jika ada) ditulis dalam huruf kecil.

Simbol non-unsur

Non unsur, khususnya dalam kimia organik dan organometalik, seringkali


menggunakan simbol yang terinspirasi oleh simbol-simbol unsur kimia. Berikut adalah
contohnya: Cy – sikloheksil; Ph – fenil; Bz – benzoil; Bn – benzil; Cp – Siklopentadiena; Pr
– propil; Me – metil; Et – etil; Tf – triflat; Ts – tosil; Hb – hemoglobin.
(Anonim, klikbelajar.com)

26
BAB VI

KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan

Proses penemuan dan pengembangan obat cukup rumit dan melibatkan kerja
sama penuh antara berbagai ahli ilmu pengetahuan termasuk para ahli kimia organik, fisika
dan analisis kimia, biokimia, bakteriologi, fisiologi, toksikologi, hematologi, imunologi,
endokrinologi, patologi, ahli biostatistika, ahli farmasetika, dokter diklinik dan lain-
lainnya.Setelah suatu bahan obat baru ditemukan dan dilakukan identifikasi secara kimia dan
fisikanya yang pasti maka sebagian besar keterangan biologinya harus dikumpulkan.
Farmakologi dasar atau sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh harus ditentukan
termasuk menentukan toksisitasnya. Suatu penyelidikan harus dikerjakan terhadap
kedudukan obat dan laju penyerapan, pola distribusinya dan konsentrasinya dalam tubuh,
jangka waktu kerjanya dan metode serta kecepatan eliminasi atau ekskresinya. Keterangan-
keterangan tentang degradasi metabolit obat harus di dapatkan, demikian juga aktivitas suatu
metabolitnya. Suatu penyidikan yang menyeluruh tentang pengaruh
jangka pendek dan panjang obat ini terhadap macam-macam sel tubuh jaringan-jaringan dan
organ-organ harus dilakukan.
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur
kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah.
Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.
Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya
modifikasi kecil.
Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah
asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Reaksi dalam
anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi dari asam-asam
organik tertentu dikelompokkan bersama-sama. Hal ini meliputi asetat, formiat, oksalat,
sitrat, salisilat dan benzoat.

III.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini adalah :
1. Diharapkan mahasiswa memahami isi yang akan diterangkan dalam
makalah,agar makalah dapat tersusun dengan baik.
2. Diharapkan mahasiswa dapat mengkonsultasikan isi makalah terhadap dosen
pembimbing agar makalah sesuai.

27
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Suminar,1987, Kimia Dasar, terjemahan dari General Chemistry, oleh


Petrucci, Erlangga, Jakarta.
Day, R.A. and Underwood A.L, 1994, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Empat,
Erlangga, Surabaya.
Ibnu, Sodiq. 2005. Kimia Analitik I. Malang: UM Press.
Khopkar, S.M. 1990, Konsep Dasar Kimia Anal itik, UI-Press, Jakarta.
Nugroho, Rachmad. 2008. Diktat Analisis Kualitatif. Malang: FMIPA UM
Nugroho, Rachmad. 2008. Teori Penunjang Analisis Kuantitatif. Malang: FMIPA UM
Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta.
Pudjaatmaka, 1982, Kimia Organik, terjemahan dari Organic Chemistry,
oleh Fessenden, Erlangga, Jakarta.
Parlan, 2003, Kimia Organik jilid 1, JICA, Bandung.
Shvehla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Makro dan Semimikro I. PT. Kalman Media
Pustaka: Jakarta.
Vogel A.I. 1958, A Texk Book of Quantitative Inorganic Analysis, Second Edition,
Longmans, New York.
Vogel. 1990. Buku teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman Media Pustaka.
Widarti, Hayuni Retno, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Malang:
FMIPA UM.

28

Anda mungkin juga menyukai