Anda di halaman 1dari 11

A16 – Seminar Akuntansi Keuangan – Materi V

AKUNTANSI KEPERILAKUAN DAN PENGUKURAN LABA

1. AKUNTANSI KEPERILAKUAN
A. DEFINISI AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Akuntansi keprilakuan menjelaskan bagaimana perilaku manusia
mempengaruhi data akuntansi dan keputusan bisnis serta bagaimana
mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia.

B. PERKEMBANGAN SEJARAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN


Riset akuntansi keprilakuan merupakan suatu bidang baru yang
secara luan berhubungan dengan perilaku individu, kelompok dan organisasi
bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan
audit. Riset akuntansi keprilakuan merupakan suatu fenomena baru yang
sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada awal tahun 1960-an, walaupun
sebetulnya dalam banyak hal riset tersebut dapat dilakukan lebih awal.
Sejarah akuntansi telah dimulai dari tahun 1749 dimana Luca Pacioli
telah membahas mengenai system pembukuan berpasangan. Kemudian pada
tahun 1951, Controllership Foundation of America memsponsori suatu riset
untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Pada tahun 1960,
Steadry menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan
suatu eksperimen analog. Riset-riset ini terus berkembang sampai dengan saat
ini.

C. PENTINGNYA MEMPERTIMBANGKAN KEPERILAKUAN PADA


AKUNTANSI
Akuntasi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan akuntansi serta
kebutuhan organisasi akan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya
Berdasarkan pemikiran tersebut, manusia dan factor sosial secara jelas
didesain dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh system akuntansi.

1
Dan para akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai
bagaimana mereka membuat orang termotivasi, bagaimana mereka
menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, dan bagaimana
system akuntansi merska sesuai dengan kenyataan manusia dan
mempengaruhi organisasi. Penjelasan diatas menunjukan adanya aspek
keprilakuan pada akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun informasi)
maupun dari pihak pemakai infomasi akuntansi.
Pihak pelaksana (penyusun informasi akuntansi) adalah seseorang
atau kumpulan orang yang mengoperasikan system informasi aduntansi dari
awal sampai terwujudnya laporan keuangan. Pengertian ini menjelaskan
bahwa pelaksana memainkan peranan penting dalam menopang kegiatan
organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya dapat memberikan manfaat
bagi kemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi
kerja dalam wujud penetapan standard-standar kerja. Standar-standar kerja
tersebut dapat dihasilkan dari system akuntansi. Dpat diperkirakan apa yang
akan terjadi ketika pelaksana system informasi akuntansi tidak memahami dan
memiliki kerja yang diharapkan. Bukan saja laporan yang dihasilkan tidak
handal dalam pengambilan keputusa, tetapi juga sangat berpotensi untuk
menjadi bias dalam memberikan evaluasi kinerja unit maupun individu dalam
organisasi. Untuk iti motivasi dan perilaku dari pelaksana menjadi aspek
penting dari suatu system informasi akuntansi.
Di sisi lain, pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu :
1. Pihak intern ( manajemen )
2. Pihak ekstern ( pemerintah, investor,/calon investor, keditur/calon
kreditur,dan lain sebagainya )
Bagi pihak intern, informasi akuntansi akan digunakan untuk motivasi dan
penilaian kinrja. Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan untuk
penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
bisnis.Disamping itu pihak ekstern, juga perlu mendiskusikan berbagai hal
terkait dengan informasi yang disediakan sebab mereka mempunyai suatu

2
rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi tindakan pengambilan
keputusan bisnisnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi mulai
mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkan aspek
keprilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang sudah
memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi,
terdapat suatu kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap
bagian akuntansi yang lebih substansial. Perspektif perilaku menurut
pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat system
akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bias diterima oleh para
manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah
sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat
muncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi pertimbangan perilaku dan sosial
tidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai
mengembangkan perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang
mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.

D. PERSYARATAN PELAPORAN DAPAT MEMPENGARUHI


PERILAKU AKUNTANSI
Perkembangan organisasi bisnis saat ini penuh dengan persyaratan
untuk melaporkan informasi kepada pihak lain tentang siapa atau apa,
bagaimana menjalankan organisasi, dan untuk siapa harus bertanggungjawab.
Hal ini pada umumnya disebut sebagai “ persyaratan “ pelaporan, meskipun
beberapa diantaranya mungkin tidak dapat dipaksakan. Intisari dari proses
akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang implikasi keuangan atau
manajemen. Kaena pengumpulan atau pelaporan informasi mengkonsumsi
sumber daya, biasanya hal tersebut tidak dilakukan secara sukarela kecuali
pembuat informasi yakin bahwa hal ini akan mempengaruhi penerima untuk
berperilaku sebagaimana yang diinginkan oleh pelapor/pembuat.
Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku dalam
beberapa cara, diantaranya adalah :

3
1. Antisipasi penggunaan informasi
Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan mempengaruhi perilaku
pembuat ketika informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi mengenai
perilaku pembuat itu sendiri, atau untuk mana pembuat tersebut akan
bertanggung jawab. Semakin informasi yang dilaporkan mencerminkan
sesuatu yang dapat dikendalikan oleh pembuat, maka akan semakin besar
kemungkinan bahwa perilaku pembuat akan dimodivikasi. Pembuat dapat
merasa cukup pasti bahwa perubahan dalam perilaku akan mengarah pada
perubahan yang diinginkan dalam informasi yang dilaporkan.
2. Prediksi pengirim mengenai pengguna informasi
Kadang kala penerima menyatakan secara jelas bagaimana mereka
menginginkan pembuat laporan berperilaku, meskipun sulit untuk dicapai
secara simultan seperti : laba jangka pendek yang tinggi, pertumbuhan
jangka panjang, atau citra public yang baik. Apabila pembuat laporan
bertanggung jawab kepada penerima maka ia akan berperilaku dalam cara-
cara yang menyenangkan mengenai apa yang harus dilaporkan, mengenai
tindakan dan hasil yang manakah yang penting bagi penerima. Namun
ketika orang tidak merasa pasti mengenai bagaimana informasi tersebut
akan digunakan, maka pembuat laporan memiliki pekerjaan sulit untuk
meprediksi kapan dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan.
Kemungkinan besar akan mendasarkan pada prediksi sesuai dalam situasi
yang serupa dalam pengalamannya atau bagaimana mereka akan
menggunakannya jika berada pada penerima informasi tersebut.
3. Insentif/sanksi
Kekuatan dan sifat dari penerima terhadap pembuat laporan adalah
penentu yang penting dalam mengubah perilakunya. Semakin besar
potensi yang ada untuk menberikan penghargaan atau sanksi semakin hati-
hati pembuat laporan akan bertindak dan memastikan bahwa informasi
yang dilaporkan dapat diterima. Misalnya saja, mahasiswa kemungkinan
besar akan mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut dikumpulkan dan

4
diberi nilai dibandingkan jika tidak, meskipun manfaat pembelajaran
dalam kedua kasus tersebut adalah sama.
4. Penentuan waktu
Waktu adalah factor penting dalam menentukan apakah persyaratan
pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilaku pembuat laporan
atau tidak. Supaya persyaratan pelaporan dapat menyebabkan perubahan
perilakunya, ia harus mengetahui persyaratan tersebut sebelum ia
bertindak. Sehingga jika persyaratan pelaporan yang sebelumnya
dikenakan setelah perilaku yang dilaporkan, maka akan dapat diketahui
pada pembuatan laporan berikutnya.
5. Pengarah perhatian
Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pembuat mengubah
perilakunya. Hal itu kemungkinan informasi memiliki suatu cara untuk
mengarahkan perhatian pada bidang-bidang yang berkaitan dengannya,
yang dapat mengarah pada perbahan perilaku.

E. LINGKUP DAN SASARAN HASIL DARI AKUNTANSI


KEPERILAKUAN
Pada masa lau para akuntan semata-mata focus pada pengukuran
pendapatan dan biaya yang mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di
masa lalu guna memprediksi masa depan. Meraka mengabaikan fakta bahwa
kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan kinerja
masa lalu itu sendiri merupakan suatu factor yang akan mempengaruhi
perilaku di masa depan.. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian
secara penuh dari suatu organisasi harus diawali dengan memotivasi dan
mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang saling
berhubungan dalam organisasi.

F. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ILMU KEPERILAKUAN DAN


AKUNTANSI KEPERILAKUAN

5
Ilmu keprilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi
keprilakuan manusia. Akuntansi keprilakuan menghubungkan antara
keprilakuan manusia denagn akuntasi. Ilmu keprilakuan merupakan bagian
dari ilmu social, sedangkan akuntansi keprilakuan merupakan bagian dari ilmu
akuntansi dan pengetahuan keprilakuan. Namun ilmu keprilakuan dan
akuntansi keprilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan
psikologi untuk menilai dan memecahkan permasalahan organisasi.
Prinsip sosiologi dan psikologi menjadi kontribusi utama dari ilmu
keprilakuan dengan melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan
perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki perspektif
yang berbeda mengenai kondisi manusia. Psikologi terutama merasa tertarik
dengan bagaimana cara individu bertindak. Keutamaam psikologi didasarkan
pada seseorang sebagai suatu organisasi. Di pihak lain sosiologi dan psikologi
memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial.Penekanan keduanya
adalah pada interaksi antara orang-orang dan bukan pada rangsangan fisik.

2. PENGUKURAN LABA

A. DEFINISI PENGUKURAN LABA


Pengukuran laba adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengukur dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba
rugi, alasan yang mendasar mengapa pengukuran laba memimbulkan masalah
bagi akuntan adalah karena tidak adanya definisi yang tepat mengenai laba,
faktor penting lainnya adalah karena perlu dibuatnya keputusan-keputusan
diseratai berbagai hal dalam usaha untk mencapai pengukuran tersebut.
Dengan demikian penelitian yang sungguh-sungguh diarahkan kepada
penetapan laba itu, tiga pendekatan yang banyak dikenal pada pengukuran
laba :
a. Pedekatan Tansaksi (Transaction Apporach)
Laba berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
Transaksi ini diikhtisarkan dalam laporan laba rugi. Metode pengukuran
laba ini dikenal ini sebagai pendekatan transaksi karena berfokus pada

6
aktivitas yang berhubungan dengan laba yang terjadi selama periode
akuntansi. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.
a. Pendekatan pemeliharaan Modal (Capital
maintenanceAppoach) Menurut pendapatan ini, laba suatu
periode ditentukan berdasarkan perubahan akuitas setelah
disesuaikan dengan modal (misalnya investasi oleh
pemilik) atau distribusi modal (misalnya deviden)

b. Pendekatan kinerja operasi berjalan (current operating


performance Appoach) Analisis tersebut berpendapat
bahwa ukuran laba yang paling berguna hanya untuk
mencerminkan unsur pedapatan atau beban yang biasa serta
berulang. Pos-pos tidak akan mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dimasa depan.

Pendekatan transaksi untuk pengukuran laba


Laba diukur dengan cara konvensional, yaitu laba diukur dan diakui pada saat
terjadinya transaksi (transaksieksternal) yang diakumulasi pada saat periode.
Beberapa manfaat utama dari pendekatan transaksi :
 Komponen laba dapat diklasifikasikan dlm beberapacara,
untuk mendapatkan informasi yg lebih berguna bagi
manajemen.
 Laba yg berasal dari berbagai sumber seperti operasidan
dari penyebab eksternal.
 Hal itu memberikan dasar untuk menentukan jenis
dankuantitas aktiva dan kewajiban yang ada pada
akhirperiode.
 Efisiensi bisnis mengharuskan pencatatan
transaksieksternal untuk alasan-alasan lain.
 Berbagai laporan dapat dibuat untuk saling berhbungan satu
sama lain.

Pendekatan aktivitas untuk mengukur laba

7
Dalam penerapannya, pendekatan kegiatan merupakan lanjutan dari
pendekatan transaksi karena muncul dari transaksi yang dijadikan dasar
pengukuran. Pendekatan ini didasarkan pada konsep real work mengenai
kegiatan perusahaan dari proses perencanaan sampai produk dijual sehingga dapat
dikatakan penghematan biaya operasional perusahaan dapat meningkatkan
income perusahaan. Jadi, laba diakui selama aktivitas terjadi dari
proses perencanaan sampai produk dijual, tidak menunggu sampai barang itu
terjual.

Pendekatan pasar modal


Studi empiris menyatakan bahwa laba persaham atau proyeksi laba per saham
yangdilaporkan ada mempunyai dampak langsungpada harga pasar saham
biasa. Menurut RayBall dan Phillip Brown harga sekuritas bergerakdalam arah
yang sama dengan laba akuntansi.Korelasi antara harga dan laba tidak
sempurna.Aspek kunci dari research dalam dampak akuntansi pada pasar modal
adalah menentukan kandungan informasi angka laba.

Konsep laba pada tingkat semantik


Laba akuntansi Vs. Laba ekonomi Laba Akuntansi ( Accounting Income),
digunakan dalam menyajikan laporan keuangan secara objektif dan andal.
Laba Ekonomi (Economic Income),digunakan investor untuk menilai suatu
investasi. Laba Ekonomi menggunakan metode bunga Laba multi person.
Hampir semua anlisis laba akuntansi dalam kaitan dengan laba ekonomi
dilakukan dalam konteks kepastian. Dengan kata lain,semua fakta situasi
diasumsikan diketahui semua orang. Pada realita, banyak perbedaan tingkat
bunga yang digunakan.

Konsep laba pada tingkat sintatik

Laba dapat diukur dan diakui atas dasar pendekatan aktivitas atau pendekatan
transaksi. SFAC 1 mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran
yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat
digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.

8
Konsep laba pada tingkat pragmatik
Konsep laba pada tingkat pragmatik berkaitan dengan dampak dan informasi
laba rugi pemakainya. Apakah informasi bermanfaat atau apakah informasi
laba nyatanya digunakan. Kalau memang digunakan, untuk kepentingan apa
informasi laba digunakan sehingga angka laba benar-benar harus disediakan.

Pandangan pendekatan kontaktual dari laba


Kekuatan dari pendekatan kontraktual adalah bahwa hal itu tidak menuntut
interprestasi semantik dari laba akuntansi. Pendukung pendekatan ini
menyatakan bahwa masyarakat setuju untuk bermain dengan aturan apapun
yang dipilih tanpa memperhatikan apakah itu masuk akal atau tidak. Posisi ini
dipandang ekstrim oleh beberapa pihak. Teori laba pragmatik tidak dapat sah
dalam jangka panjang tanpa konsep laba dunia nyata danpembuktian dari
implikasi perilakunya.

B. TUJUAN PELAPORAN LABA


Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya secara akrual.
Pengertian seperti ini akan mempermudah dalam pengukuran dan pelaporan laba
secaa obyektif, dan bermakna sebagai pengukur kembali atas investasi dari pada
sekedar perubahan kas. Berdasarkan pengertian dan cara pengukuran laba
akuntansi diharapkan dapat dapat digunakan sebagai : pengukur efisiensi,
pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentu pajak, sarana alokasi
sumber ekonomi, penentuan tarif jasa publik, optimalisasi kontrak utang piutang,
basis kompensasi, motivator dan dasar pembagian deviden.

C. MENGUKUR LABA BERKUALITAS DARI LABA TAHUN BERJALAN


Kebanyakan investor berpandangan akan “membeli” sebuah perusahaan
dengan pertimbangan laba perusahaan dimasa mendatang (future earnings) yang
ada di dalam laba tahun berjalan yang dilaporkan oleh perusahaan. Kasus-kasus
perusahaan multinasional seperti kasus Enron, World Com, dan Xerox merupakan
contoh kongkrit berkaitan dengan permasalahan kualitas informasi laba.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arfan Ikhsan Lubis. 2009. Akuntansi Keperilakuan Edisi.2. Jakarta: Salemba


Empat
Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat.Yogyakarta:
BPFE

10
11

Anda mungkin juga menyukai