6 6 3 PB
6 6 3 PB
ABSTRACT
105 years’ rainfall data have been used to study the effect or correlation between
solar cycle and occurrence of rainfall in Indonesia. For different cycles correlation
coefficient and significance correlation coefficient for December, January, February
(DJF), March, April, May (MAM), June, July, August (JJA), September, October,
November (SON), and monthly have seen obtained. It can be concluded that: (i) Solar
cycle area affects quarterly rainfall in Indonesia, where the smaller the area of cycle, the
higher its correlation with rainfall, except monthly rainfall, and ii) Influence of solar
activity for long-range rainfall (per cycle) is better than the short-range rainfall (monthly).
This, besides caused by the sun as the biggest contributor of energy to the earth also
accumulate with other energy including those stored in cloud, as source of rain. All the
things require time, and gathered energy during one cycle, yielded enough energy to
influence rainfall in Indonesia. This research can be used to study a possibility of
physical relation between the solar activity and rainfall (number of sunspot), and
variation particle of galactic rays cosmic to the earth.
ABSTRAK
Data curah hujan selama 105 tahun telah digunakan untuk mempelajari efek
korelatif antara siklus matahari dengan kejadian curah hujan di Indonesia. Untuk
siklus yang berbeda, diperoleh koefisien korelasi dan signifikasi koefisien korelasi pada
data bulan Desember, Januari, Februari (DJF), Maret, April, Mei (MAM), Juni, Juli,
Agustus (JJA), September, Oktober, November (SON), dan bulanan. Dapat diketahui
bahwa: (i) Luas siklus matahari mempengaruhi curah hujan 3 bulanan di Indonesia, di
mana makin sempit luas siklus, korelasinya dengan curah hujan semakin tinggi, kecuali
curah hujan bulanan dan, (ii) Pengaruh aktivitas matahari untuk curah hujan jangka
panjang (per siklus) adalah lebih baik dibandingkan dengan curah hujan jangka pendek
(bulanan). Hal ini, selain disebabkan oleh matahari sebagai penyumbang energi terbesar
bagi bumi, juga terakumulasi dengan energi lain, termasuk energi yang tersimpan
dalam awan sebagai sumber hujan. Semua itu membutuhkan waktu, dan dengan
terkumpulnya energi tersebut selama satu siklus, maka energi yang dihasilkan dapat
mempengaruhi curah hujan di Indonesia. Penelitian ini dapat digunakan untuk
mengetahui suatu kemungkinan adanya hubungan fisis antara kejadian curah hujan
dan aktivitas matahari (bilangan sunspot), dan perubahan partikel ”galactic cosmic rays”
ke bumi.
Kata kunci : Aktivitas matahari,Curah hujan
1
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 1 Maret 2008:1-9
3
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 1 Maret 2008:1-9
0.5
R
0
-0.5
CH
-1
1900 1910 1920 1930 1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000
Tahun
Data curah hujan (CH) bulanan curah hujan bulanan hampir memiliki
Indonesia yang dikumpulkan tahun kesamaan dengan korelasi sebesar 0,68.
1900-2005 akan dihubungkan dengan Dengan menghitung luas di
data aktivitas matahari yang diwakili bawah kurva bilangan sunspot, secara
bilangan sunspot (R), kemudian dilakukan kuantitatif menandakan adanya energi
normalisasi dengan rumus: yang terkandung yang dapat terukur oleh
Normalisasi = CHi - minimum CHi bilangannya. Hal ini terbukti pada saat
(dalam satu tahun)/Maksimum CHi – bilangannya maksimum sering dianalogi-
minimum CHi dengan CHi adalah data kan sebagai matahari aktif, dengan
anomali curah hujan bulanan ke-i. perkataan lain energi matahari yang
Normalisasi = Ri - minimum Ri terkandung saat itu memicu munculnya
(dalam satu tahun)/Maksimum Ri – flare, CME, dan lain-lain yang dapat
minimum Ri dengan Ri adalah bilangan mempengaruhi cuaca antariksa sekeli-
sunspot ke-i. lingnya, termasuk bumi. Bilangan
Pada tahun ganjil hasil normalisasi sunspot yang terangkum dalam satu
data curah hujan dikalikan dengan -1 siklus menandakan energi yang tersimpan
disesuaikan dengan data bilangan sunspot dalam siklus tersebut. Setiap data
yang dikalikan dengan -1 yang disebut bilangan sunspot bulanan diplot untuk
double sunspot. Hasilnya seperti terlihat setiap siklus dari siklus 14 hingga 23
pada Gambar 3-2. (Gambar 3-3), kemudian dihitung luas di
Dari Gambar 3-2, tampak bahwa bawah kurva untuk masing-masing siklus.
pola yang dibentuk oleh plot sunspot dan
4
Pengaruh Aktivitas Matahari pada Curah Hujan ..... (Iyus Edi Rusnadi et al.)
300
250
200
150
100
50
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
0
1900 1920 1940 1960 1980 2000
Tahun
5
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 1 Maret 2008:1-9
0.5
Normalisasi
0
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
-0.5
-1
-1.5
Siklus
3.76
10 4.35 40
2.23
PE R IO D A (T AH U N)
8
30
WWZ
9.80 13.89 20
4
25
2 10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0
1900 1910 1920 1930 1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000
PERIODA (TAHUN0
TAHUN
(a) (b)
Gambar 3-5: Analisa spektrum rata-rata bulanan anomali curah hujan di atas Indonesia
dari 1900 - 2005 a. menunjukkan puncak (periode) dan b. Kontur evolusi
periode dominan curah hujan dengan periode, ~ 25 tahun diduga berkaitan
dengan aktivitas matahari antar dekadean (interdecadal) (30-70 tahun),
periode 9.80-13.89 tahun berkaitan dengan siklus aktivitas matahari (11 th),
periode ~3.76-4.35 tahun (kuat) berkaitan dengan siklus ENSO, 2.23 tahun
diduga berkaitan dengan QBO (22-34 bulan)
6
Pengaruh Aktivitas Matahari pada Curah Hujan ..... (Iyus Edi Rusnadi et al.)
K o e fi s ie n k o r e la s i
dasarkan distribusi t(N-2). 0.6
Dari anomali bulanan dan rata- 0.4
K o e fi s i e n k o re l a s i
BULANAN CURAH HUJAN DI 0.60
INDONESIA 0.40
0.20
0.00
Siklus DJF MAM JJA SON Bln 0 2 4 6 8 10 12 14
-0.20
-0.40
14 -0.09 0.41 0.47 0.62 -0.52
Luas siklus/1000
15 0.59 0.75 0.55 0.68 -0.26