Anda di halaman 1dari 3

Pentingnya Gizi Pada Seribu Hari Pertama Kehidupan Untuk Mengatasi Anak Stunting

EARLY LIFE NUTRITION

Mengapa harus seribu hari? Seribu hari ini adalah seribu hari pertama kehidupan, yaitu
270 selama masa didalam kandungan dan 730 hari selama masa 2 tahun pertama pasca lahir. Ini
penting karena pada saat itu masa pertumbuhan dan perkembangan seluruh organ dan sistem
tubuh pada janin sangat cepat. Pertumbuhan dan perkembangan ini memerlukan asupan gizi dari
ibu, baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal dari mobilisasi simpanan ibu. Bila pasokan
gizi dari ibu ke janin kurang, maka janin akan melakukan penyesuaian, karena janin bersifat
plastis (mudah menyesuaikan diri). Penyesuaian tersebut bisa melalui pengurangan jumlah sel
dan pengecilan ukuran organ dan tubuh yang lebih kecil, agar sesuai dengan terbatasnya asupan
gizi. Namun setiap perubahan yang terjadi, bersifat permanen, artinya bila perbaikan gizi
dilakukan setelah melewati kurun waktu Seribu Hari Pertama Kehidupan, maka efek
perbaikannya sangat kecil sekali, sebaliknya bila dilakukan pada masa Seribu Hari Pertama
Kehidupan, terutama didalam kandungan, maka efek perbaikannya lebih efektif.

Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang. Mereka yang
mengalami kekurangan gizi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan, mempunyai tiga resiko, yaitu
resiko pertama terjadinya penyakit tidak menular atau khronis, tergantung organ yang terkena.
Resiko kedua bila otak yang terkena maka akan mengalami hambatan pertumbuhan kognitif,
sehingga kurang cerdas dan kompetitif, dan resiko ketiga gangguan pertumbuhan tinggi badan,
sehingga beresiko pendek/stunting. Keadaan ini ternyata tidak hanya bersifat antar-generasi (dari
ibu ke anak) tetapi bersifat trans-generasi (dari nenek ke cucunya). Sehingga diperkirakan
dampaknya mempunyai kurun waktu 100 tahun, artinya resiko tersebut berasal dari masalah
yang terjadi sekitar 100 tahun yang lalu, dan dampaknya akan berkelanjutan pada 100 tahun
berikutnya.
Info terkini di Indonesia, yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (the
Organisation for Economic Co-operation and Development - Programme for International
Student Assessment), sepertiga anak Indonesia usia dibawah lima tahun mempunyai status gizi
stunting atau pendek, lebih dari seperlima anak sudah mengalami stunting pada usia 0-5 bulan,
mencapai puncaknya pada usia antara 2-3 tahun, yaitu lebih dari 40%. Prevalensi stunting pada
balita dari kelompok masyarakat kurang mampu lebih tinggi dibandingkan kelompok masyarakat
yang mampu, tetapi prevalensi pada kelompok mampu juga sangat tinggi yaitu 30%. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia pernah mengalami kekurangan
gizi khronis dan berulang, dan mulai pada usia sangat dini.

Data yang didapatkan di Indonesia khususnya Nusa Tenggara Timur pada tahun 2011-
2012, NTT merupakan provinsi dengan angka stunting tertinggi yaitu 58,4 persen dari angka
nasional 35,6 persen. Dan menurut Komnas Perlindungan Anak yang menyebutkan hingga akhir
2012 ada 8 juta anak atau sekitar 35 persen dari 23 juta anak balita di Indonesia mengalami gizi
buruk kategori stunting yaitu tinggi badan lebih rendah dari pertumbuhan bayi normal.

Pada tahun 2010, telah diluncurkan kerangka kerja Scaling Up Nutrition, didukung oleh
Sekjen PBB, dengan dikeluarkannya Road Map Scaling Up Nutrition yang pertama, pada bulan
September, di Gedung PBB New York. Inisiatif ini kemudian berkembang menjadi gerakan
global, yang disebut Scaling Up Nutrition movement atau SUN Movement. SUN movement
merupakan dorongan global untuk memperbaiki gizi bagi semua, terutama untuk perempuan dan
anak-anak, yang dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap situasi gizi di dunia yang masih
diwarnai oleh tingginya angka kurang gizi pada anak-anak, serta implikasinya terhadap kualitas
sumber daya manusia.

Mengapa Gizi? Kurang gizi merupakan salah satu masalah paling serius di dunia, tetapi
paling sedikit mendapatkan perhatian. Padahal biaya kemanusiaan dan ekonomi untuk kurang
gizi sangat besar, karena kurang gizi terutama menimpa kelompok masyarakat kurang mampu,
perempuan dan anak-anak.
Mengapa Stunting? Karena stunting merupakan indikasi dari kejadian yang lebih serius,
yaitu kemampuan kognitif dan resiko terjadinya penyakit tidak menular. Banyaknya anak pendek
atau stunting menunjukkan besarnya kasus kurang gizi di Indonesia. Anak stunting tidak
disebabkan oleh keturunan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan
penyakit berulang yang didasari oleh lingkungan yang tidak sehat. Apabila janin dalam
kandungan mendapatkan gizi yang cukup, maka ketika lahir berat dan panjang badannya akan
normal. Anak stunting selain mengalami gangguan pertumbuhan, umumnya memiliki kecerdasan
yang lebih rendah dari anak normal. Selain itu, anak stunting ketika dewasa lebih mudah
menderita penyakit tidak menular dan produktifitas kerja yang lebih rendah. Dengan demikian
menanggulangi stunting pada anak berarti meningkatkan sumber daya manusia. Sumer daya
yang baik akan menciptakan generasi yang baik pula.

Maka dikenal dengan istilah Periode Emas karena pada masa ini sangat sensitive untuk
menentukan masa depan janin. Perode Emas atau Golden Period dimana pada umur kandungan
0-20 minggu dibutuhkan zat gizi mikro dan protein untuk membangun tinggi badan potensial dan
pertumbuhan otak bayi. Kemudian dari umur kandungan 20-lahir dibutuhkan kalori untuk
menunjang tumbuh kembang bayi. Setelah bayi lahir diberikan ASI saja (ASI Eklusif) sampai
bayi berumur 6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian MP-ASI sampai bayi berumur 2 tahun.
MP-ASI yang padat gizi diberikan bersama dengan ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
dan balita. Untuk calon ibu, ibu hamil dan ibu menyusui terapkan pola hidup bergizi dan
seimbang yaitu ada empat pilar gizi. Empat pilar gizi seimbang dalam Tumpeng Gizi Seimbang
yaitu pertama makan makanan beragam (dalam jumlah yang cukup dan proposional), kedua
menerapkan pola hidup bersih, ketiga melakukan aktivitas fisik, dan yang keempat memantau
berat badan ideal. Dengan pelayanan kesehatan dan gizi paripurna diharapkan mencapai tumbuh
kembang yang optimal serta mengatasi bayi stunting pada Seribu Hari Pertama Kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai