Anda di halaman 1dari 22

Diagnosis dan Penatalaksanaan Glaukoma Sudut Tertutup Primer Oculo

Dextra Sinistra
Destin Marseli (102014051)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Jakarta Barat 11510
DESTIN.2014fk051@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Indra penglihatan merupakan salah satu dari panca indra dalam diri manusia yang sangat penting
dalam kehidupan, dimana indra ini digunakan untuk melihat.
Indra penglihatan terletak pada mata terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan
okulus (bola mata), saraf indra penglihatan saraf optikus (urat saraf kranial kedua) saraf optikus.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak ditemukan gangguan-gangguan yan menyerang
sistem peglihatan yang dapat merusak/membutakan mata manusia. namun dalam pembahasan
kali ini kami hanya membahas gangguan sistem penglihatan “Glaukoma”. Dimana Glaukoma itu
sendiri adalah penyakit mata yang ditandai oleh peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dan
terjadinya ekskavasi atropi pupil saraf optikus serta kerusakan lapangan penglihatan. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai diagnosis dan penatalaksaan glaukoma sudut tertuto okulo
dekstra sinistra.
Kata kunci: Glaukoma sudut tertutup, tekanan intraokuler, gangguan penglihatan, penyakit mata.
Abstract
The sense of sight is one of the five senses in human beings is very important in life, where the
senses are used to seeing.
The sense of sight lies in the eyes consist of organ oculi Assesoria (tools of the eye) and okulus
(eyeball), the sense of sight nerve optic nerve (cranial nerve second) optic nerve. Along with the
times, many found disturbances yan peglihatan system attacks that can damage / blind man. but
in the discussion this time we only discuss the visual system disorder "Glaucoma". Where
Glaucoma itself is an eye disease that is characterized by increased intraocular pressure (IOP)
and the excavation of the optic nerve atrophy pupil and visual field damage. In this paper will
discuss the diagnosis and containment procedures closure angle glaucoma okulo dekstra the left.
Keywords: Closure-angle glaucoma, intraocular pressure, vision problems, eye diseases

1
Pendahuluan

Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberi
kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan ini ditandai oleh meningkatnya
tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan
pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang
pandang dan kerusakan anatomi berupa ekstravasasi (penggaungan/cupping) serta degenerasi
papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.1
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak.
Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan
karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan
kasus glaukoma dapat dikendalikan. 1
Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya
penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia diatas 40 tahun, tingkat resiko menderita
glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa
mereka menderita penyakit tersebut. 1
Glaukoma tidak hanya disebabkan oleh tekanan yang tinggi di dalam mata.
Sembilan puluh persen (90%) penderita dengan tekanan yang tinggi tidak menderita glaukoma,
sedangkan sepertiga dari penderita glaukoma memiliki tekanan normal. Glaukoma dibagi
menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis), Glaukoma primer sudut tertutup
(sempit / akut), Glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (Glaukoma pada bayi). 1
Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan intraorbita secara mendadak
dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman trabekulum. Glaukoma akut ini
merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan
dapat menyebabkan kebutaan tetapi resiko kebutaan dapat dicegah dengan diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat.1

2
Pembahasan

Anatomi dan Fisiologi


 Sudut Camera Oculi Anterior (COA)
Bilik mata depan (COA) merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan
pengaturan tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan aquos harus
melalui bilik mata depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal Schlemm.Bilik mata
depan dibentuk oleh persambungan antara kornea perifer dan iris. Ciri-ciri anatomi
utama sudut ini adalah garis Schwalbe (sudut filtrasi), trabekula meshwork(yang terletak
di atas kanalis Schlemm) dan taji-taji sclera. Garis Schwalbe menandai berakhirnya
endotel kornea. Jalinan trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang yang
dasarnya mengarah ke korpus siliare (berfungsi sebagai pembentuk akuos humor). Garis
ini tersusun dari jaringan kolagenelastik berlubang yang membentuk suatu filter dengan
memperkecil ukuran pori ketika mendekati kanalis Schlemm.2

Gambar 1.Anatomi bilik mata depan (COA), kanalis Schlemm dan trabekula Meshwork. 2
 Akuos Humor
Akuos humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posterior mata.Akuos Humor diproduksi oleh korpus siliare. Setelah masuk ke kamera
posterior, humor akuos mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan
trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini, terjadi pertukaran diferensial
komponen-komponen dengan darah di iris.2
Organ yang berperan pada outflow akuos humor pada sudut COA disebut
trabekulum (trabecular meshwork). Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan
kolagen dan elastis yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu
saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis schlemm.

3
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran
pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase akuoshumor juga meningkat. 2

Gambar 2. Sirkulasi dari Aquous Humor2

Anamnesis
Dalam setiap pemeriksaan anamnesis harus selalu dilakukan dengan benar, karena
hal ini sangat membantu dalam membuat suatu diagnosis dan juga langkah terapi yang
akan dilakukan. Beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis adalah:
1. Identitas pasien
Dalam kasus ini identitas yang didapat wanita usia 40 tahun.
2. Keluhan utama
Pada kelainan penglihatan bisa menimbulkan berbagai macam gejala,
diantaranya:
 Penurunan penglihatan / Penglihatan kabur
 Mata nyeri saat memakai laptop
 Penglihatan terasa berat
Dalam kasus ini keluhan utama yang dinyatakan adalah kedua mata
pandangan kabur dan terkadang terasa berat dan nyeri bila memakai laptop sejak
6 bulan yang lalu. Stadium akhir sehingga sering menyebabkan terlambat
diagnosis dan penatalaksaan, sehingga biasanya pasien datang sewaktu pasien
menyadari ada pengecilan lapangan pandang.2
3. Keluhan penyerta
Ditanyakan apakah ada keluhan lain selain keluhan yang diderita saat itu.

4
4. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci
dan jelas keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhatan utama sampai
pasien datang berobat. awalnya pasien mengeluh hanya terjadi pada mata kanan
sama kemudian mata kiri menglami hal yang sama. Keluhan sering disertai
tersandung bila berjalan atau turun tangga. Terkadang menderita sakit kepala
dan terkadang tampak lingkaran – lingkaran sekitar lampu.
5. Riwayat penyakit dahulu
 Adakah keluhan yang sama seperti sebelumnya ?
 Adakah riwayat hipertensi sebelumnya?
 Adakah riwayat penyakit Diabetes Mellitus?
6. Obat-obatan
7. Riwayat keluarga
 Adakah riwayat hipertensi dalam keluarga?
 Adakah riwayat penyakit Diabetes Mellitus pada keluarga?
Dalam kasus ini, nenek pasien memiliki keluhan yanag sama namun tidak
terdiagnosis dan akhirnya menderita kebutaan kedua mata.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan oleh dokter perlu dilakukan untuk menegakan diagnosa glaukoma.
Dokter akan melihat ke dalam bola mata melalui pupil yang telah dilebarkan.
Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometri) belum bisa digunakan patokan pasti
diagnosa glaukoma sebab 25% penderita glaukoma memiliki tekanan bola mata yang
normal. Berikut beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk mendiagnosa
glaukoma: 3
 Tes Ketajaman Penglihatan
Tes ketajaman penglihatan atau visual acuity ialah tes untuk
menilai kekuatan resolusi mata. Tes standar yang dilakukan ialah dengan
menggunakan Snellen chart, yang terdiri dari baris-baris huruf yang

5
ukurannya semakin kecil. Tiap baris diberi nomor dengan jarak dalam
meter. Pada pasien penderita glaukoma ketajaman penglihatan dapat
berkisar antara 20/400 hingga hanya persepsi cahaya. 3
 Pemeriksaan Mata Eksternal
1. Palpebra
Biasanya kelopak mata letaknya sejajar, tepi kelopak terletak dekat
bola mata pada mata yang sehat. Jika tepi kelopak mengarah keluar
dari bola mata maka terdapat ektropion, jika tepi ini mengarah ke
dalam dan bulu mata bergesekan dengan bola mata maka terdapat
entropion. Kelopak mata yang jatuh atau ptosis dapat menunjukkan
kelainan anatomis dan masalah organik misalnya kelemahan otot
levator pada mystenia gravis.3
2. Konjungtiva
Periksa fornix bawah dan eversi kelopak mata atas dengan cotton
buds dilihat apakah mengalami injeksi (inflamasi), apakah terdapat
sekret, bagaimana distribusi kemerahan, apakah terdapat perdarahan
konjungtiva. 3
3. Penlight/senter
- Pupil
Gunakan penlight untuk melihat bagian depan mata dan
amati baik-baik bentuk pupil dan responnya terhadap cahaya. Pupil
dengan bentuk ireguler dan respon cahaya yang menurun dapat
mengindikasikan adanya sinekia posterior dari uveitis atau bekas
trauma yang pernah dialami, yang keduanya dapat mengarah
kepada glaukoma. Jika pasien mengalami penurunan ketajaman
penglihatan dan pupil terlihat masih hitam, katarak bukan
penyebabnya. 3
- Kornea dan Lensa
Pemeriksaan kornea dan lensa menggunakan
penlight/senter pada orang normal akan terlihat jernih dan bening

6
tidak terlihat adanya benda asing, akan tetapi pada pasien penderita
glaukoma kornea dan lensa akan tampak keruh. 3

- Camera Oculi Anterior


Pemeriksaan COA dengan menggunakan penlight
ditujukan untuk melihat kedalaman dari COA. Apabila penlight
disenter dari temporal dan sinar tembus ke bagian nasal maka
hasilnya normal dan dalam, akan tetapi apabila sinar tidak tembus
dan dangkal maka pasien tersebut menderita glaukoma. 3
4. Lapang Pandang
o Tes Konfrontasi
Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa duduk di
seberangnya, menutup matanya pada sisi yang sama. Satu
objek, biasanya kepala jarum berukuran besar, kemudian
digerakkan dalam lapang pandang mulai dari perifer menuju ke
pusat. Pasien diminta mengatakan kapan ia pertama kali
melihat objek tersebut. Tiap kuadran diperiksa dan lokasi
bintik buta ditentukan. Selanjutnya, lapang pandang pasien
dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa.3

5. Funduskopi
Funduskopi dilakukan untuk pemeriksaan retina dengan
menggunakan (1) oftalmoskopi direk dan (2) oftalmoskopi indirek
yang mampu melihat retina sampai ke area yang sangat perifer. Teknik
yang harus dikuasai oleh nonspesialis adalah oftalmoskopi direk.
Oftalmoskop direk memberikan (1) suatu bayangan refleks fundus (2)
pandangan yang diperbesar dari papil saraf optik, makula, pembuluh
darah retina, dan retina hingga ekuator. Oftalmoskopi direk terdiri dari
(1) sumber cahaya, yang ukuran dan warnanya dapat diubah (2) sistem
lensa yang memungkinkan kelainan refraksi pemeriksa dan pasien
dikoreksi. Beberapa hal yang perlu dinilai dalam oftalmoskopi direk,

7
antara lain: Temukan lempeng optik, nilailah batasnya (apakah jelas),
nilailah warna lempeng (apakah pucat), nilailah mangkuk optik.
Periksa daerah makula. Apakah refleks fovea normal (pada orang
muda lekukan fovea tampak sebagai cahaya pinpoint terang di tengah
retina). Apakah terdapat lesi abnormal seperti perdarahan, eksudat atau
cotton wool spot. Kembalilah ke lempeng optik dan ikuti tiap cabang
pembuluh darah utama hingga ke perifer. Apakah diameter pembuluh
darah normal, apakah arteri menekan vena di tempat mereka
bersilangan (A/V Nipping), apakah terdapat emboli di arteriol.Pada
glaukoma dapat terlihat: 3
a. Kelainan papil saraf optik (papil glaukomatous)
pembesaran cup yang konsententrik, saraf optik pucat atau
atropi, saraf optik tergaung
b. Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atropi akan
berwarna hijau
c. Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar

Gambar 3. Normal funduskopi (kiri) dan funduskopi pada pasien Glaukoma (kanan) 3
6. Tonometri untuk mengukur tekanan bola mata
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Rentang
tekanan intra okuler normal adalah 10-21 mmHg. Yang paling sering
digunakan adalah tonometer aplanasi Goldman. Ada tiga bentuk
3
tonometri atau pengukur tekanan bola mata :

 Tonometri Digital (palpasi)

8
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling
tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari
telunjuk. Dapat digunakan dalam keadaan terpaksa (bila tonometer
tidak dapat dipakai atau sulit dinilai, dan tidak ada alat lain).
Caranya adalah dengan kedua jari telunjuk diletakkan diatas bola
mata sambil penderita disuruh melihat ke bawah. Mata tidak boleh
ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata
yang keras pindah ke depan bola mata. Dilakukan dengan palpasi,
dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.
3

 Tonometri Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau
menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak
bebas pada sumbunya. Benda yang ditaruh pada kornea akan
menekan bola mata kedalam dan mendapat perlawanan tekanan
dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung pada
beban tonometer.Penderita diminta berbaring dan matanya ditetesi
pantokain 0,5% 1 kali. Penderita diminta melihat lurus ke satu titik
di langit-langit. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita.
Dengan ibu jari tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa
menekan bola mata, jari kelingking tangan kanan yang memegang
tonometer, menyuai kelopak inferior. Dengan demikian celah mata
terbuka lebar. Perlahan-lahan tonometer diletakkan di atas
kornea.Pembacaan skala dikonfersi pada tabel untuk mengetahui
bola mata dalam mmHg. Tekanan bola mata normal 15-20 mmHg.
3

9
Gambar 4. Tonometri Schiotz
 Tonometri Aplanasi
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan
tekanan intra okuler dengan menghilangkan pengaruh kekakuan
sklera dengan mendatarkan permukaan kornea. Untuk mengukur
tekanan mata harus diketahui luas penampang yang ditekan alat
sampai kornea rata dan jumlah tenaga yang diberikan. Alat yang di
gunakan untuk pemeriksaan ini adalah slitlamp dengan sinar biru,
tonometer aplanasi, flouresein strip/tetes , obat tetes anestesi lokal
(tetrakai/pantokain). 4

Gambar 5. Pemeriksaan tonometri Aplanasi3

Teknik pemeriksaannya adalahmata yang akan diperiksa


diberi anestesi topikal lalu pada mata tersebut ditempelkan kertas
fluoresein. Sinar oblik warna biru dari slitlamp disinarkan pada
dasar telapak prisma tonometer aplanasi Goldmann.4
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: visus 20/200 OD, 20/80 OS. OD: palpebra
normal, konjungtiva nornal, kornea dan lensa sedikit keruh, COA dalam, TIO 29mmHg OU. Test
konfrontasi dan sentral. Funduskopi papil warna kuning pucat dengan batas tegas, CD ratio 0,8
dan A:V ratio 2:3.

10
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bersifat tidak definitif, namun ada
beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data tambahan. Pada pasien
glaukoma dapat dilakukan:4

 Gonioscopy
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma, gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Gonioskopi
dapat membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup. Begitu pula dapat diperiksa
apakah ada perlengketan iris di bagian perifer dan kelainan lainnya.. Apabila
keseluruhan jalinan trabekula, taji sklera, dan prosessus iris dapat dilihat, sudut
dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis schwalbe atau sebagian kecil dari jalinan
trabekula yang dapat terlihat, sudut dikatakan sempit. Apabila garis schwalbe tidak
terlihat dinyatakan sudut tertutup.4

Gambar 6. Pemeriksaan Gonioskopy4


 Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada suatu keadaan yang meragukan. Pada glaukoma
primer sudut tertutup dapat dilakukan beberapa tes provakasi sebagai berikut : 4
- Tes kamar gelap
- Tes membaca
- Tes midriasis
- Tes bersujud

11
Perbedaan tekanan 8 mmHg antara sebelum test dan sesudah test dianggap menderita glaukoma,
harus mulai diberi terapi.Pada pemeriksaan glaukoma sudut tertutup didapatkan palpebra
sapsme, konjungtiva bulbi hiperemis, kornea keruh dan edema, KOA dangkal pada pemeriksaan
gonioskopi, pupil melebar (midriasis), refleks cahaya (-), lensa keruh (katarak fleckten). TIO
meningkat lebih dari 21mmHg, serta kehilangan lapang pandang yang dimulai dari perifer ke
sentral, sehingga penderita tersebut seolah olah melihat melalui teropong (tunnel vision). 4

Diagnosis Kerja

Glaukoma Sudut Tertutup Primer


Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis tanpa
disertai kelainan lain. Peningkatan tekanan intraocular terjadi karena sumbatan aliran keluar
aqueous akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris perifer. Keadaan ini dapat
bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan oftalmologik atau dapat tetap asimptomatik sampai
timbul penurunan penglihatan. Diagnosis ditegakan dengan melakukan pemeriksaan segmen
anterior dan gonioskopi yang cermat. Istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya
digunakan bila penutupan sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus optikus dan
kehilangan lapangan pandang.5

Gambar 5 : Glaukoma Sudut Tertutup

Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah :6


 Bulbus okuli yang pendek
 Tumbuhnya lensa
 Kornea yang kecil
 Iris tebal

12
Faktor fisiologis yang menyebabkan COA sempit :6
 Akomodasi
 Dilatasi pupil
 Letak lensa lebih kedepan
 Kongesti badan cilier

Gejala Subjektif :6
 - Nyeri hebat
 - Kemerahan ( injeksi siliaris )
 - Pengelihatan kabur
 - Melihat halo
 - Mual – muntah

Gejala objektif : 6
 - Palpebra : Bengkak
 - Konjungtiva bulbi : Hiperemia kongestif, kemosis dengan injeksi silier,
injeksikonjungtiva, injeksi episklera
 - Kornea : keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea
 - Bilik mata depan : Dangkal
 - Iris : gambaran coklat bergaris tak nyata karena edema, berwarna kelabu.
 - Pupil : Melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang-kadang didapatkan midriasis
yang total, warnanya kehijauan, refleks cahaya lamban atau tidak ada samasekali.¹

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi pada 1-40 per 1000 orang,
hal ini juga dipengaruhi oleh ras. Penyakit ini terjadi pada 1 per 1000 orang Kaukasian,
sedangkan pada ras Asia lebih sering yaitu 1 per 100 orang dan pada ras Eskimo 1 per 100
orang. Glaukoma jenis ini lebih banyak terjadi pada perempuan. Pada usia 60-70 tahun,
risiko untuk menderita glaukoma jenis ini meningkat.7

13
Etiologi
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi :7
1. Glaukoma Primer
Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui penyebab yang jelas atau
idiopatik. Galukoma primer dibagi menjadi :
a. Glaucoma sudut terbuka
 Glaucoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma sederhana
kronik)
 Glaucoma tekanan normal (galukoma tekanan rendah)
b. Glaucoma sudut tertutup
 Akut
 Subakut
 Kronik
 Iris plateu

Patofisiologi Glaukoma
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksiaquoeus humor oleh badan
siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus humor melalui sudut bilik
mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan
trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan vena episklera. 7

Gambar 4. Aliran Aqueous Humor7

14
Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang daripada 20 mmHg pada pemeriksaan
dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga disebut
hipertensi oculi dapat dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien
menderita glaukoma (tonometer Schiotz).3,7
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus,
yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus
siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.7
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga disebabkan oleh
gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut saraf pada
papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-Haller), diduga
gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler. Tekanan intraokuler yang
tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan
paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian
tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf optik3,7
Diagnosis Banding
SUDUT TERBUKA SUDUT TERTUTUP
Frekuensi kejadian Sering, 90% dari kasus Jarang

Onset Perlahan Cepat , bertahap pada kronis

Penyebab Umumnya genetik, resiko Aposisi iris tanpa proses patologis. Misalnya: berdiam lama
>40 tahun ditempat kurang terang atau gelap. Obat pelebar pupil
(simpatomimetik, antikolinergik)

15
Tanda dan Gejala Tanpa gejala, mata lelah, Akut : nyeri hebat pada mata, sakit kepala, muntah, mata
fluktuasi tajam penglihatan. merah, berair, penglihatan kabur.
Lanjut : penyempitan Kronik: hampir sama dengan akut, tetapi rasa sakit, muntah
lapang pandang, buta. dan penglihatan kabur hilang dengan sendirinya dan terjadi
berulang kali.

Pemeriksaaan Visus baik kecuali stadium Akut: visus turun hingga 1/300, konjungtiva hiperemi,
lanjut, bilik mata depan kornea keruh/udem, bilik mata depan dangkal, pupil
dalam, oftalmoskopik: lebar/lonjong dengan diameter 6-7 mm , oftalmoskopik:
tampak penggaungan yang papil mungkin masih normal , tonometrik : TIO bisa capai
melebar (CD ratio >0,5), 60 -80mmHg, gonioskopik: sudut tertutup- COA
gonioskopik: sudut terbuka menyempit, lapang pandang menyempit, mungkin normal.
dan normal tonometrik:
tekanan >21mmHg
gangguan lapang pandang.

Gambaran Patologi Degeneratif trabekular Oklusi trabekular meshwork


meshwork

Tabel.1: Perbandingan glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup 7

Penatalaksanaan
Pada dasarnya terapi glaucoma dibagi menjadi terapi medikamentosa dan operatif.
Tujuannya untuk menurunkan TIO sehingga aman bagi penderita. Masing-masing individu
mempunyai ambang toleransi TIO yang berbeda-beda. Target penurunan TIO pada
glaucoma sudut tertutup dan glaucoma sekunder adalah dibawah 22 mmHg. Suatu tekanan
sebesar ‘x’ mmHg, dapat disebut sudah aman bagi suatu individu jika tidak terjadi
progresivitas kerusakan saraf optic. Cara penurunan TIO ialah dengan menurunkan produksi
humor akuous oleh badan siliar atau menambah pembuangan cairan akuous melalui
trabekulum meshwork dan uveosklera. Pasien dengan glaucoma sudut tertutup perlu dirawat
inap dan diturunkan TIO dengan segera. Apabila TIO sudah menurun, diberi obat miotikum

16
untuk membuka sudut iridokorneal. Setelah itu dievaluasi sudut iridokorneal terbuka atau
tidak dan direncanakan operasi.1

Medika Mentosa
a) Menurunkan Produksi Humor Akuos
1. Beta blocker
 Timolol Maleat
Obat ini tergolong dalam penyekat reseptor β-2 yang menurunkan TIO dengan cara
mengurangi produksi cairan akuos oleh badan siliaris. Timolol merupakan penyekat β-2
yang tidak selektif, bekerja juga pada resepor di jantung sehingga memperlambat denyut
jantung dan menurunkan tekanan darah serta menyebabkan konstriksi bronkus.Efek samping
pada mata dapat berupa conjungtivitis, blefaritis, keratititism sensitifitas kornea yang
menurun, gangguan penglihatan, keratopati pungtata superfisial, gejala sindroma mata
kering, diplopia, dan ptosis.Obat ini tidak boleh diberikan jika telah diketahui alergi atau
mempunyai kelainan yang merupakan kontraindikasi penyekat β pada umumnya. Obat yang
tersedia dengan konsentrasi 0.1% (bentuk gel) diberikan sekali sehari dan dengan
konsentrasi 0.25%-0.5% (bentuk tetes mata), diberikan 2 kali sehari.7
 Betaxolol
Betaxolol merupakan penyekat reseptor β-1 selektif sehingga tidak menimbulkan efek
samping terhaap bronkus dan tidak menyebabkan bronkokonstriksi.Obat ini aman digunakan
pada penderita asma. Obat yang tersedia dalam benuk betaxolol hidroklorid tetes mata
dengan konsenrasi 0.25% dan 0.5% yang diberikan satu tetes, dua kali sehari.7
Efek samping penghambat beta antara lain hipotensi, bradikardi, brokokonstriksi sehingga
tidak boleh diberikan pada orang dengan riwayat asma.7

2. Penghambat Anhidrase Carbonat (CAI)


 Dorzolamide
Merupakan golongan carbonik anhidrase inhibitor topikal yang bersifat hidrofilik dan dapat
menembus kornea dan menuju badan siliar untuk menekan produksi cairan akuous. Obat ini
merupakan derivat sulfonamid non-bakteriostatik yang akan menghambat kerja anhidrase
karbonat pada badan siliar, memperlambat produksi bikarbonat, menurunkan kadar sodium

17
dan transport cairan sehingga produksi cairan aquous akan berkurang. Dapat digunakan pada
pasien dengan glaukoma sudut tertutup dan terbuka. Dapat ditambahkan juga pada pasien
yang tidak respon pada timolol maleat. Dosis yang tersedia adalah Dorzolamide
Hydrocloride 2% dalam bentuk tetes mata yang diberikan sampai 3 kali sehari. Sediaan
kombinasi dengan timolol maleat 0.5% dan bentuk tetes mata dan diberikan dua kali sehari.
Efek samping obat ini yang tercatat antara lain gangguan pada indra pengecap, rasa terbakar
dan gatal pada mata, hiperemis kongjungtiva, mata kabur, keratitis pungtata superficial, rasa
melayang, pusing, insomnia, perubahan tingkah laku, vertigo, nyeri abdomen, nausea,
alopesia, nyeri dada, diare dan infeksi saluran kemih.7
 Brinzolamid
Obat ini juga tergolong dalam penghambat anhidrase karbonat yang bersifat sama dengan
dorsolamide, tetapi efek samping baik yang local maupun sistemik yang timbul lebih ringan
dibandingkan dengan dorsolamid. Dosis yang tersedia adalah brinzolamid 1% tetes mata
yang diberikan tiga kali sehari, dan obat ini tidak dapat diberikan bila pasien ternyata
hipersensitif terhadap brinzolamid atau zat pembawanya. 7
 Acetazolamide
Cara kerja obat ini menurunkan produksi cairan aquous. Digunakan sebagai monoterapi atau
terapi tambahan pada pasien glaukoma sudut terbuka primer, glaukoma sekunder, glaukoma
sudut tertutup akut atau sebagai pre-medikasi operasi intraokular. Obat tidak dapat diberikan
kepada pasien yang hipersensitif dan kadar kalium dan natrium serum yang rendah, kelainan
ginjal dan hati, juga pada ganguan pada sistem pernapasan yang berat. Dosis yang tersedia;
125mg, 250mg dalam bentuk tablet, 500mg dalam bentuk kapsul dan diberikan setiap 6 jam
pada orang dewasa, pada anak diberikan 10-15mg per KgBB/hari dengan dosis terbahagi 3-4
kali sehari juga dapat diberikan secara IV. Efek samping antaranya; malaise, lelah yang
berlebihan, depresi, anoreksia, mual dan muntah, seringkencing, asidosis metabolik,
kesemutan pada ujung extremitas, diskrasia darah, turunnya berat badan serta penurunan
libido pada pasien pria muda dan reaksi hipersensitivitas. 7
 Metazolamide
Cara kerja sama seperti Asetazolamid tetapi lebih poten dan dapat menembus barier darah
50 kali dibanding asetazolamid. Dapat digunakan juga sebagai terapi tambahan obat anti

18
glaukoma lain. Dosis yang tersedia 25mg, 50mg dalam bentuk tablet diberikan 3 kali sehari.
Efek samping : rasa melayang, lelah yang berlebihan, gangguan GIT. 7

3. Agonis Adrenergik
 Brimonidin
Obat ini menurunkan TIO dengan jalan mengurangi produksi humor akuos dan menaikkan
outflow uveusklera, sediaan yang tersedia adalah brimonidine 0,2% diberikan 2 kali setetes
sehari. Obat ini kadang-kadang memberikan efek samping mulut kering, hiperemi
konjungtiva dan rasa panas dimata, sering digunakan sebagai pencegah kenaikan TIO
setelah tindakan laser trabekuloplasty, obat ini dapat diberikan bersama timolol atau sebagai
pengganti timolol, efek samping terhadap system kardiopulmonar lebih kecil dibandingkan
penghambat beta sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kelainan paru atau
kelainan jantung. 7

b) Menambah Pembuangan Humor Akuos


1. Pilokarpin
Pilokarpin merupakan obat golongan kolinergik yang menurunkan TIO dengan cara
menaikkan kemampuan aliran keluar cairan akuos melalui trabekulum meshwork. Obat
ini merangsang saraf parasimpatik sehingga menyebabkan kontraksi m.longitudinalis
ciliaris yang menarik taji sklera. Hal ini akan membuka anyaman trabekulum sehingga
meningkatkan aliran keluar. Selain itu, agen ini juga menyebabkan kontraksi m.sfingter
pupil sehingga terjadi miosis. Efek miosis ini akan meyebabkan terbukanya sudut
iridokornea pada glaukoma sudut tertutup. Pilokarpin tidak boleh diberikan pada
galukoma yang disebabkan oleh uveitis, glaukoma maligna dan kasus alergi terhadap
obat terebut. Efek samping penggunaan obat ini adalah keratitis superfisialis pungtata,
spasme otot siliaris yang menyebabkan rasa sakit pada daerah alis, miopisasi, ablasio
retina, katarak, toksik terhadap endotel kornea. Pilokarpin tersedia dalam bentuk
pilokarpin hidrokloride 0.25%-10% dan pilokarpin nitrat 1%-4%.Pemberian dengan
diteteskan 1-2 tetes, 3-4 kali sehari. Durasi obat ini selama 4-6 jam. 7

19
2. Prostaglandin
Obat ini merupakan obat yang paling baru dengan titik tangkap pada aliran uveasklera
dengan menyebabkan relaksasi otot siliaris dan melebarkan celah antar fibril otot
sehingga aliran keluar humor akuos melalui jalur ini lebih banyak yang berakibat TIO
turun, obat ini sekarang merupakan terapi first line karena tidak mempunyai efek
samping sistemik dan mempunyai efektivitas tinggi dalam menurunkan TIO, hanya
masalah harga masih cukup tinggi. Pemakaian obat ini cukup satu kali tetes per hari, efek
samping terhadap mata yang sering adalah hiperemi konjungtiva, pemanjangan bulu
mata, pigmentasi iris dan warna kulit kelopak menjadi lebih gelap, obat yang termasuk
golongan ini adalah : Latanaprost 0,005%. Travaprost 0,004%, Bimatoprost 0,03% dan
Unoprostone isopropyl 0,15%.7

c) Mengurangi Volume Vitreus : Zat Hiperosmotik


1. Gliserol
Merupakan obat hiperosmotik yang dapat menurunkan TIO dengan cepat dnegan cara
mengurangi volume vitreous, penting untuk tekanan akut karena tekanan tinggi sehingga
TIO harus segera diturunkan. Obat ini akan membuat tekanan osmotik darah menjadi
tinggi sehingga air di viterous diserap kedarah. Obat tidak boleh diberikan kepada
penderita DM dan kelainan fungsi ginjal. Dosis yang tersedia cairan gliserol 50% dan
75% yang diberikan dengan dosis standard 2-3ml/KgBB atau peroral 3-4 kali per hari.
Sabagai medikasi pre-operasi intraokular diberikan dosis 1-1.5g/kgBB diminum sekitar
1-1.5 jam sebelum operasi. Obat mulai bekerja setelah 10 menit dan mencapai efek
maksimal setelah 30menit dan akan bekerja selama 5 jam. Efek samping : peningkatan
tekanan darah sistemik yang berat, dehidrasi, mual muntah, diuresi, retensi urin, rasa
bingung, pusing, demam, diare, CHF,asidosis dan edema paru. 7
2. Manitol
Golongan hiperosmotik yang dapat diberikan IV. Cara kerja sama seperti zat
hiperosmotik yang lain. Dosis ; 1-2g/KgBB atau 5ml/KgBB IV dalam masa 1 jam. 7

20
Komplikasi
Sinekia anterior perifer; apabila glaucoma akut tidak cepat diobati, terjadilah perlekatan
antara iris bagian tepid an jaringan trabekulum. Akibatnya adalah bahwa penyaluran keluar
akuous humor terhambat. Bisa terjadi katarak. Di atas permukaan kapsul depan lensa
acapkali terlihat bercak putih sesudah suatu serangan akut. Tampaknya seperti susu yang
tertumpah di atas meja. Gambaran ini dinamakan Glaukomflecke yang menandakan pernah
terjadi serangan akut pada mata tersebut. Atrofi papil saraf optic karena serangan yang
mendadak dan hebat, papil saraf optic mengalami pukulan yang berat hingga menjadi atrofi.
Kalau glaukomanya tidak diobati dan berlangsung terus, dapat terjadi ekskavasi dan atrofi.
Glaukoma absolute adalah istilah untuk suatu glaucoma yang sudah terbengkalai sampai
buta total. Bola mata nyeri karena TIO tinggi dan kornea mengalami degenerasi hingga
menggelupas (keratopati bulosa). 7

Prognosis
Prognosis tergantung deteksi dini dan pengobatan. Tanpa pengobatan, glaukoma dapat
mengakibatkan kebutaan total. Apabila obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan
intraokular pada mata yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan
baik. Apabila proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat
ditangani dengan baik.

Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
intraokuler yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.Glaukoma
dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis), glaukoma primer sudut
tertutup (sempit / akut), glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (glaukoma pada
bayi).Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan
sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran humor akueus dan
tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyerihebat, kemerahan dan
kekaburan penglihatan.Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi akut glaukoma
sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif. Tetapi bila
terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta permanen.

21
Daftar Pustaka
1. Suhardjo. Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta; Bagian Ilmu Penyakit Mata FK
Universitas Gadjah Mada; 2007; pp 147-68.
2. Hartono. Buku Saku Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata. Bola Mata. Jogjakarta;
Rasmedia Grafika Bagian Ilmu Penyakit Mata FK Universitas Gadjah Mada; 2012. P 3.
3. Riordan-Eva P, Cunningham E. Oftalmologi umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2010; 212-23.
4. Khurana, A.K. Comprehensive Opthalmology. 4th edition. New Age International (P)
limited. New Delhi. 2007. Hal 205-208
5. Barbara C, Marsh, Louis B, Cantor. The speath Gonioscopic Grading System. Last
updated maret 2014. Available from
http://www.glaucomatoday.com/art/0505/clinstrat.pdf.
6. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan dan Asbury Oftalmologi Umum. Glaukoma. Edisi 17.
Jakarta: EGC, 2009; 212-228.
7. Ilyas S., Mailangkay HB., Taim H., Saman RR, Simarmata, Widodo P.S. Ilmu Penyakit
Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi 2. Jakarta; Sagung Seto;
2010; Pp 239-62.

22

Anda mungkin juga menyukai