Anda di halaman 1dari 41

arsip kuliah satria

Jumat, 11 November 2011

ASKEP PASIEN DENGAN GANGGUAN WAHAM
BAB I
PRE PLANNING

1.1. Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam
berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat
pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari, 2000).
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik,
namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian
dengan persoalan yang dihadapi. Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai
dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami
berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif,
tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar
belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan
asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu
proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha
pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses
penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha kesehatan dan
tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan
karena penderita waham dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila
tidak mendapatkan perawatan secara intensif.
Berdasarkan hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di
BPRS. Dadi Makassar pada bulan Januari sampai Maret 2008 sebanyak 2294 orang,
halusinasi 1162 orang (50.65 %), menarik diri 462 orang (20.13 %), waham 130 orang
(5.66 %), harga diri rendah 374 orang (16.30 %), perilaku kekerasan 128 orang (5.58 %),
kerusakan komunikasi verbal 16 orang ( 0.70 %), defisit perawatan diri 21 orang (0.91
%),percobaan bunuh diri 1 orang (0.04 %)
Satuan Acara Pembelajaran
(SAP)
A. Tujuan
1. Tujuan umum
1.1. Mengkaji data yang terkait masalah waham
1.2. Menetapkan diagnosa keperawatan dengan pasien gangguan waham
1.3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan gangguan waham
1.4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan gangguan waham
1.5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengenal masalah waham
1.6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan waham

2. Tujuan khusus
2.1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2.2. Pasien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran
pasien
2.3. Pasien dapat mengidentifikasi stressor atau pencetus wahamnya
2.4. Pasien dapat mengidentifikasi wahamnya
2.5. Pasien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya
2.6. Pasien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang
terpusat pada wahamnya
2.7. Pasien mendapat dukungan keluarga
2.8. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
2.9. Pasien dapat menggunakan obat dengan sistem 5 benar

B. Manfaat
1.1. Dapat menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang masalah waham
1.2. Dapat mengurangi resiko terjadi waham kembali setelah pasien dibawa pulang
oleh keluarga

C. Pokok bahasan
Waham

D. Sub Pokok bahasan


1. Pengertian waham
2. Jenis – jenis waham
3. Proses terjadinya waham
4. Prinsip tindakan keperawatan pada waham

E. Sasaran
Pasien dan keluarga

F. Metode
1) Ceramah dan tanya jawab
2) Bermain peran, stimulus dan latihan
G. Waktu & Tempat
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Mei 2010
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Rumah Sakit Marzuki Mahdi

H. Media
 Levlet

I. Kegiatan

No Kegiatan Kegiatan Media/Metode Waktu


. penyuluhan Peserta/Keluarga
1. Pembukaan Salam dan perkenalan Ceramah

2. Kegiatan inti 1) SP 1 Pasien :


Membina Mendengarkan
hubungan saling
percaya,
mengidentifikasi
kebutuhan yang
tidak terpenuhi
dan cara
memenuhi
kebutuhan,
mempraktekkan
pemenuhan
kebutuhan yang
tidak terpenuhi.
2) SP 2 Pasien : Mendengarkan,
Mengidentifikasi bercerita dan
kemampuan positif bertanya
pasien dan
membantu
mempraktekkanny
a.
3) SP 3 Pasien Mendengarkan,
: Menganjurkan mempraktekan
dan melatih cara dan bertanya
minum obat yang
benar.
4) SP 1 Keluarga : Mendengarkan,
Membina mendiskusikan
hubungan baik dan bertanya
dengan keluarga.
5) SP 2 Keluarga : Mendengarkan,
Melatih keluarga mendiskusikan
cara merawat dan bertanya
pasien.
6) SP 3 Keluarga : -
Membuat
perencanaan
pulang bersama
keluarga.

3. Penutup Mengevaluasi kegiatan Ceramah,


SP 1,2,3 pada klien diskusi dan
dan keluarga. tanya jawab.
Salam penutup Mengucapkan salam.

J. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
Strategi pelaksanaan dilakukan diruangan rawat klien sesuai dengan kontrak waktu
dan tempat yang sesuai dengan keinginan klien.
2. Evaluasi proses
SP 1 : Pada saat proses Strategi Pelaksanaan 1, respon klien kurang baik. Tampak
pandangan mata yang mencurigakan, memperlihatkan permusuhan dan memberi
kata-kata ancaman.
SP 2 : Pada saat proses Strategi Pelaksanaan 2, respon klien baik. Mulai mampu
mengidentifikasi kemampuan positifnya dan mempraktekannya dengan baik
pula.
SP 3 : Pada saat proses Strategi Pelaksanaan 3, respon klien sedikit bingung dalam hal
meminum obat dengan cara dan waktu yang tepat.
3. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan strategi pelaksanaan I,2,3 pada klien waham, tampak adanya
perubahan di diri klien. Klien mulai mampu berhubungan dengan realita, klien mulai
mampu membina hubungan saling percaya terhadap perawat maupun tim kesehatan
lainnya. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan positifnya dan mempraktekannya
dengan baik. Serta klien mampu mempraktekan cara minum obat dengan cara yang
benar dan waktu yang benar.
K. Referensi
1) Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa oleh Tim MPKP RSMM & FIK UI
2) Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa – I oleh DEPARTEMEN KESEHATAN RI
(2000)
3) Internet situs Google, WAHAM Rona Khatulistiwa

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap obyek dan tidak konsisten dengan
latar belakang intelektual dan budaya (Rawlin, 1993)
Waham adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas (Haber,1982).
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya
penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi
Anna Keliat,1999).

2.2 Rentang Respon Neurobiologis


3.2.1. Pengertian
Respon neurobiologis merupakan berbagai respon perilaku klien yang terkait
dengan fungsi otak. Gangguan neurobiologist ditandai dengan gangguan sensori
persepsi : halusinasi dan gangguan proses pikir : waham atau umumnya dikenal
dengan penyakit psikotik.
3.2.2. Psikodinamika
Gangguan respon neurobiologis atau respon neurobilogis yang maladaptif
terjadi karena adanya :
3.2.2.1. Lesi pada area frontal, temporal dan limbic sehingga mengakibatkan
terjadinya gangguan pada otak dalam memproses informasi.
3.2.2.2. Ketidak mampuan otak untuk menyeleksi stimulus.
3.2.2.3. Ketidak seimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lainnya.
Respon neurobiologis individu dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon
adaptif sampai dengan respon maladaptif.

Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Pikiran logis Proses pikir kadang-kadang Gangguan proses pikir, waham
Persepsi akurat terganggu ilusi Perubahan persepsi, halusinasi
Emosi konsisten Emosi berlebihan atau kurang Kerusakan proses emosi
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Perilaku tidak terorganisir
Hubungan sosial harmonis Menarik diri Isolasi sosial

Rentang Respon Neurobiologis


(Stuart dan Laraia, 1998, hal 407)

Dalam tatanan keperawatan jiwa, respon neurobiologis yang sering muncul


adalah gangguan isi pikir : waham. Pada bab ini akan dibahas secara khusus mengenai
waham.
3.2.3. Isi Pikir
Gangguan isi pikir merupakan ketidak mampuan individu memproses stimulus
internal dan eksternal secara akurat. Gangguan ini diidentifikasi dengan adanya
waham, yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas (Haber, 1982). Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budayanya (Rawlin, 1993) dan tidak dapat
digoyahkan atau diubah denagn alas an yang logis (Cook & Fontaine, 1987) serta
keyakinan tersebut diucapkannya berulang kali.

3.3. Penyebab Waham


Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep
diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan Gejala :
· Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
· Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
· Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
· Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
· Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi setelah bencana baik itu
kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini
merupakan stressor yang menyebabkan stress pada mereka yang mengalaminya. Bila
stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan pasien dapat
mengalami waham.
3.3.1. Factor presipitasi :
Social – Budaya
Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan terjadinya
respon neurologis yang maladaptive, misalnya lingkungan yang penuh dengan
kritik (rasa bermusuhan); kehilangan kemandirian dalam kehidupan atau
kehilangan harga diri; kerusakan dalam interpersonal dan gangguan dalam
hubungan interpersonal; kesepian; tekanan dalam pekerjaan dan kemiskinan.
Teori ini mengatakan bahwa terjadinya gangguan psikotik tetapi tidak diyakini
sebagai penyebab utama gangguan.
3.3.2. Perilaku
Pengkajian pada klien dengan respon neurobiologis yang maladaptive perlu
ditekankan pada fungsi kognitif (proses piker), fungsi persepsi, fungsi emosi,
fungsi motorik dan fungsi social.
a. Fungsi kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan pada daya ingat. Klien mengalami
kesukaran untuk menilai dan menggunakan memorinya atau klien
mengalami gangguan daya ingat jangka pendek atau jangka panjang.
Klien menjadi pelupa dan tidak berminat.
 Cara berfikir magis dan primitive
Klien menganggap bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu yang mustahil
bagi orang lain, misalnya dapat berubah menjadi superman. Cara berfikir
klien seperti anak pada tingkat perkembangan anak prasekolah.
 Perhatian
Klien gangguan respon neurologis tidak mampu memprtahankan
perhatiannya atau mudah teralihkan serta konsentrasinya buruk. Akibatnya
klien mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan berkonsentrasi
terhadap tugas.
 Isi piker
Klien tidak mampu memproses stimulus internal dan eksternaldengan baik
sehingga terjadi apa yang disebut dengan waham (agama, kebesaran,
somatic, curiga, nihilstik, sisip piker, siar piker).
 Bentuk dan pengorganisasian bicara
Klien tidak mampu mengorganisasi pemikiran dan menyusun pembicaraan
yang logis serta koheren. Gejala yang sering ditemukan adalah kehilangan
asosiasi, tangensial, inkoheren atau neologisme, sirkumstansial, tidak masuk
akal. Hal ini dapat diidentifikasi dari pembicaraan klien yang tidak relevan,
tidak logis, bizar dan bicara yang berbelit-belit.
b. Fungsi persepsi
Perubahan atau gangguan yang sering ditemukan pada klien adalah :
 Depersonalisasi
Klien merasa tubuhnya bukanlah miliknya atau klien merasa dirinya
terpisah dengan jati dirinya sendiri.
 Halusinasi
Klien merasakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan lingkungan
atau tidak ada stimulus dari lingkungan. Halusinasi yang sering terjadi
adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan.

c. Fungsi emosi
Emosi digambarkan dalam istilah mood dan afek. Mood adalah suasana emosi
sedangkan afek mengaju kepada expresi emosi, yang dapat diamati dari
expresi wajah, gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika individu
menceritakan perasaannya.
Pada respons neurobiologis yang maladaptif terjadi gangguan emosi yang
dapat dikaji melalui perubahan afek :
 Afek tumpul : kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain
atau pengalaman. Klien tampak apatis.
 Afek datar : tidak tampak expresi aktif, suara monoton dan wajah datar,
tidak ada keterlibatan perasaan.
 Afek tidak sesuai : afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan.
 Reaksi berlebihan : reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadian.
 Ambivalen : timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat yang
bersamaan.
d. Fungsi motorik
Respon neurobiologis maladaptif menimbulkan perilaku yang aneh,
membingungkan dan kadang-kadang tampak tidak kenal dengan orang lain.
Perubahan tersebut adalah :
 Impulsif : cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan.
 Manerisme : dikenal melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik.
 Stereotipik : gerakan yang diulang-ulang tidak bertujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimulus yang jelas.
 Katatonia
e. Fungsi social
Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat dari respon
neurobiologis yang maladaptive adalah sebagai berikut :
 Kesepian
Perasaan terisolasi dan terasing, perasaan kosong dan merasa putus asa
sehingga kllien terpisah dengan orang lain.
 Isolasi social
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dari lingkungan.
Isolasi diri klien tergantung pada tingkat kesedihan dan kecemasan yang
berkaitan dalam berhubungan dengan orang lain. Rasa tidak percaya pada
orang lain merupakan inti masalah pada klien. Pengalaman hubungan yang
tidak menyenangkan menyebabkan klien menganggap hubungan saat ini
membahayakan. Klien merasa terancam setiap ditemani orang lain karena ia
menganggap oran tersebut akan mengontrolnya , mengancam, menuntutnya.
Oleh karena itu klien memilih tetap mengisolasi diri dari pada pengalaman
yang menyedihkan terulang kembali.
3.3.3. Mekanisme koping
Mekanisme koping yamg sering digunakan klien adalah :
a. Regresi, merupakan usaha klien untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, sebagai untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

3.4. Akibat dari Waham


Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
· Memperlihatkan permusuhan
· Mendekati orang lain dengan ancaman
· Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
· Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
· Mempunyai rencana untuk melukai

3.5. Jenis-jenis Waham


Waham dapat diklasifikasikan menjadi delapan macam :
1.2.1. Waham agama :
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan, diungkapakan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.2. Waham kebesaran :
Klien yakin bahwa ia memiliki kebesaran dan kekuasaan khusus, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.3. Waham somatik :
Klien yakin bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.4. Waham curiga :
Klien yakin bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.5. Waham nihilistik :
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi/meninggal, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.6. Waham sisip pikir :
Klien yakin bahwa ad aide atau pikiran orang lain yang disisipkan kedalam
pikirannya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
1.2.7. Waham siar pikir :
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun tidak
dinyatakannya kepada orang tersebut , diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
1.2.8. Waham kontrol pikir :
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, , diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan.
3.6. Proses terjadinya waham:
3.6.1. Perasaan di ancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang
tidak menyenangkan terjadi
2.5.2. Mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek dari realitas dengan
menyalahartikan kesan terhadap kejadian
2.5.3. Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan
sehingga perasaan, pikiran dan keinginan negative/tidak dapat diterima menjadi
bagian eksternal
2.5.4. Individu mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan interprestasi personal
tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
2.6. Tanda dan Gejala Waham
Untuk mendapatkan data waham, Saudara harus melakukan observasi terhadap
perilaku berikut ini :
f. Waham kebesaran :
Contoh “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau
“saya memiliki tambang emas..”
g. Waham curiga :
Contoh “saya tahu seluruh keluarga saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri dengan kesuksesan saya...”
h. Waham agama :
Contoh “kalau saya masuk surge, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari..”
i.Waham somatic :
Contoh “saya sakit kanker..” setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang
kanker
j. Waham nihilistic :
Contoh “inilah alam kubur..dan semua yang ada disini adalah roh-roh..”

Tanda dan Gejala Umum :


· Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,
keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
· Klien tampak tidak mempunyai orang lain
· Curiga
· Bermusuhan
· Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
· Takut, sangat waspada
· Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
· Ekspresi wajah tegang
· Mudah tersinggung
2.7. Prinsip tindakan keperawatan pada waham;
2.6.1. Tetapkan hubungan saling percaya
2.6.2. Identifikasi isi dan jenis waham
2.6.3. Kaji intensitas, frekuensi, dan lamanya waham
2.6.4. Identifikasi stressor waham
2.6.5. Identifikasi stressor terbesar yang dialami baru-baru ini
2.6.6. Hubungan unsure waham dan onset stress
2.6.7. Jika klien bertanya apakah anda percaya pada waham tersebut, katakan bahwa itu
merupakan pengalaman klien
2.6.8. Penuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh waham
2.6.8. Sekali waham dimengerti, hindari dan jangan mendukung pembicaraan berulang
tentang waham

2.7. Rencana tindakan keperawatan perubahan proses pikir: waham


2.7.1. Bina hubungan yang saling percaya
2.7.2. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2.7.3. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak dipenuhi
2.7.4. Bantu klien berhubungan dengan realita
2.7.5. Libatkan keluarga
2.7.6. Ajar klien memanfaatkan obat dengan benar
2.8. Strategi Merawat Pasien Waham
2.8.1. Tempatkan waham dalam kerangka waktu dan identifikasi pemicu
2.8.2. Kaji intensitas, frekuensi, dan lamanya waham
2.8.3. Identifikasi komponen emosional waham
2.8.4. Amati adanya bukti pemikiran konktrit
2.8.5. Amati pembicaraan yang menunjukan gejala gangguan pemikiran
2.8.6. Amati kemampuan pasien untuk menggunakan pertimbangan sebab akibat secara
akurat
2.8.7. Bedakan antara gambaran pengalaman dan kenyataan yang terjadi dan arti dari
kenyataan tersebut
2.8.8. Secara cermat, tanyakan pada pasien tentang kenyataan yang terjadi dan arti
kenyataan tersebut
2.8.9. Diskusikan tentang waham dan konsekuensinya
2.8.10. Tingkatkan distraksi sebagai cara untuk menghentikan focus pada waham

2.9. Penatalaksanaan Keperawatan


2.9.1. Pengkajian
2.9.1.1. Wawancara
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan
wawancara pada pasien dan keluarga, adalah :
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
e. Mempunyai rencana untuk melukai
Berikut ini adalah beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan
sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi piker yang berulang-ulang dan
menetap?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau
apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau
kesehatannya?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda
disekitarnnya aneh dan tidak nyata?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
e. Apakah pasien pernah merasakan diawasi atau dibicarakan oleh
orang lain?
f. Apakah pasien berfikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol
orang lain atau kekuatan dari luar?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca
pikirannya?

2.9.1.2. Observasi
Tanda dan gejala waham yang dapat diobservasi:
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
c. Curiga
d. Bermusuhan
e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
f. Takut, sangat waspada
g. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
h. Ekspresi wajah tegang
i. Mudah tersinggung
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , sumber koping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal masuk rumah sakit , informan, tangggal pengkajian, No rumah
klien dan alamat klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan biasanya sering berbicara diluar kenyataan,komunikasi kurang
atau tidak ada, menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen.
3. Faktor predisposisi
Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan
dicerai suami , putus sekolah , PHK, perasaan malu karena sesuatu yang
terjadi ( korban perkosaan , dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi.

6. Konsep diri
a. citra tubuh :
Menolak dilihat dan disentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang
tubuh. Mendekati orang lain dengan ancaman. Menyentuh orang lain
dengan menakutkan. Mempunyai rencana untuk melukai.
b. Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e. Harga diri
Perasaan marah terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, mencederai diri.
f. Status Mental
Kontak mata klien seperti mencurigai, kurang dapat memulai
pembicaraan, klien kurang mampu berhubungan dengan orang lain.
7. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas
2.9.2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. kerusakan interaksi social, waham.

2.9.3. Tindakan keperawatan


Tindakan keperawatan yang umum untuk gangguan neurobiologist
No Prinsip Rasional Tindakan
.
1. Menciptakan Lingkungan fisik dan Lingkungan fisik :
lingkungan teurapeutik. psikososial yang 1) Tempatkan klien pada
teurapeutik akan ruangan yang tenang
menstimulus dan cukup terang
kemampuan orientasi (siang atau malam).
realitas. 2) Cukup stimulus untuk
waktu (kalender, jam),
tempat (nama-nama
tempat), berita
(Koran, radio, tv,
majalah), kegiatan
berupa jadwal harian,
mingguan atau
bulanan.
Lingkungan psikososial :
1) Sikap perawat, tim
kesehatan dan
keluarga yang
bersahabat, penuh
perhatian, lembut dan
sangat.
Bina hubungan saling
percaya :
1) Tunjuk perawat yang
bertanggung jawab
pada klien.
2) Tingkatkan kontak
klien dengan
lingkungan social
secara bertahap.
3) Beri stimulus untuk
interaksi dengan
lingkungan.

2. Memenuhi kebutuhan 1) Klien yang 1) Perhatikan kebutuhan


biologis. terganggu orientasi fisiologis klien,
realitas dapat cedera makan, tidur dan
dan tidak perduli kegiatan.
terhadap kebutuhan 2) Perhatikan tanda-
biologis. tanda yang
2) Pada awalnya membahayakan klien
perawat harus dan orang lain
memperhatikan dilingkungan.
pemenuhan 3) Latih klien
kebutuhan secara melakukan kegiatan
adekuat. sehari-hari, makan,
mandi, dll.
4) Sertakan keluarga
untuk pemenuhan
kebutuhan fisiologis
dan pelaksanaan ADL.
3. Mengembangkan Klien perlu 1) Bantu klien untuk
orientasi realitas klien. mengembangkan mengenal persepsinya.
kemampuan menilai 2) Beri umpan balik
realitas secara adekuat tentang perilaku klien
agar klien dapat tanpa menyokong atau
beradaptasi dengan membantah
lingkungan. kondisinya.
3) Kontak sering dan
singkat oleh perawat
dan tim kesehatan
lain.
4) Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
persepsi dan daya
orientasi.
5) Bicarakan topik-topik
yang berkaitan dengan
orientasi diri sendiri,
orang lain dan
lingkungan.
6) Bantu dan tingkatkan
konta social secara
bertahap.
4. Meningkatkan harga 1) Peningkatan harga 1) Beri kesempatan
diri klien. diri akan mengungkapkan
meningkatkan perasaan.
percaya diri 2) Beri respon yang
sehingga kecemasan tidak menghakimi dan
klien berkurang. tidak menyalahkan.
Keadaan ini akan 3) Hargai setiap
membantu klien pendapat klien.
berhubungan dengan 4) Bantu klien
lingkngan. mengidentifikasi hal-
2) Mendorong hal positif pada
pengulangan dirinya.
perilaku yang positif. 5) Berikan penghargaan
terhadap aspek positif
yang dimiliki klien.
6) Bimbing klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai dengan
kemampuan dan
kesenangannya.
7) Berikan pujian setiap
kali klien melakukan
kegiatannya dengan
baik.
8) Beri kesempatan klien
untuk sukses dala
kegiatannya.

2.9.4. Strategi Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien Waham


1. SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
a. Orientasi (Perkenalan):
“Assalammu’alaikum”
“Saya S … … …., Saya senang dipanggil Ibu Ser … … …, Saya
perawat di ruang Mawar ini… yang akan merawat Ibu.”
“Siapa nama anda? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan R hari ini? ”Bagaimana kalau kita berbincang-
bincang? Di mana enak nya kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, R? Bagaimana kalau 15
menit.”
b. Kerja :
“Saya mengerti R merasa bahwa R adalah seorang artis, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus R?”
“Tampaknya R gelisah sekali, bisa R ceritakan apa yang R
rasakan?”
“O…jadi R merasa takut nanti di atur-atur oeh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri R sendiri?”
“Siapa menurut R yang sering mengatur-atur diri R?”
“Kalau R sendiri inginnya seperti apa?”
“O…bagus R sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri?”
“Coba tuliskan rencana dan jadwal tersebut?”
“Wah…bagus sekali,jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan
di luar rumah karena bosan kalau ada di rumah terus y?”
c. Terminasi:
“Bagaimana perasaan R setelah kita latihan berkenalan?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan,setuju R”?
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
“Kita berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah R
miliki? Mau di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
disini lagi?”
2. SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
a. Orientasi (Perkenalan)
“Asslammualaikum R,bagaimana perasaan nya saat ini? Bagus!”
“Apakah R sudah mengingat-ingat apa saja hobi R?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobby R tersebut?”
“Dimana enak nya R mau berbincang-bincang tentang hobi R
tersebut?”
“Berapa lama R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit?”
b. Kerja
“Apa saja hobby R? Saya catat ya,terus apa lagi?”
“Wah..,rupany R pandai menyanyi, tidak semua orang bisa
bernyanyi seperti kamu” (atau yang lain sesuai yang di ucapkan
pasien).
“Bisa R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar
bernyanyi,siapa yang mengajarkannya kepada R,di mana?”
“Bisa R bernyanyi di depan saya?”
“Wah..,bagus sekali suara R”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan R ini ya,berapa kali
sehari R bernyanyi?”
“Apa yang R harapkan dari kemampuan bernyanyi R ini?”
“Ada tidak hobby atau kemampuan R yang lain selain
bernyanyi?”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan R setelah kita berbincang-bincang tentang
hobby dan kemampuan R?”
“Setelah ini coba R bernyanyi sesuai jadwal yang telah kita buat
ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya R?”
“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang makan
saja, setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus R
minum,setuju?”
3. SP 3 Pasien : Menganjurkan dan melatih cara minum obat yang
benar
a. Orientasi (Perkenalan)
“Assalammualaikum R”
“Bagaiamana R sudah di coba latihan bernyanyi nya? Bagus
sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana kaau
sekarang kita membicarakan tentang minum obat yang R
minum?”
“Di mana sebaiknya kita berbicara? Di ruang makan?”
“Berapa lama R mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?”
b. Kerja
“Ada berapa macam obat yang R minum / jam berapa saja obat
tersebut di minum?”
“R perlu meminum obat ini agar pikiran R jadi tenang, dan tidur
R juga nyenyak”
“Obat nya ada 3 macam, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar R merasa tenang, yang putih ini namanya THP
gunanya agar R merasa rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran R jadi teratur. Semuanya ini
di minum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut R terasa kering, untuk
membantu mengatasi nya R bisa minum dan mengisap-isap es
batu”.
“Sebelum minum obat ini, R harus mengecek dulu label kotak
obat, apakah benar nama R tertulis disitu, berapa dosis atau butir
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar”.
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan
besar harus diminum dalam jangka waktu yang lama. Agar tidak
kambuh lagi, sebaiknya R tidak menghentikan sendiri obat yang
harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan R setelah kita berbincang-bincang tentang
obat yang R minum? Apa saja nama obat nya? Jam berapa minum
obat?”
“Mari kita masukkan jadwal kegiatan R. Jangan lupa minum obat
nya dan nanti saat makan minta sendiri obat nya pada suster”.
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya R!”
“R, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal yang telah
dilaksanakan.
“Sampai besok.”

2.9.5.Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan :
1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh waham nya.
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
b. Tindakan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah
2. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3. Diskusikan dengan keluarga tentang :
 Cara merawat pasien waham dirumah
 Follow up dan keteraturan pengobatan
 Lingkungan yang tepat untuk pasien
4. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama
obat,dosis,frekuensi,efek samping,akibat penghentian obat).
5. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
6. Latih cara merawat
7. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga,


mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah,
dan obat pasien.
a. Orientasi (perkenalan)
“Assalamualaikum pak / bu,perkenalkan nama saya S, saya
perawat yang dinas di ruang ini. Saya yang merawar R selama ini.
Nama bapak / ibu siapa, senang nya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah R
dan cara merawat R dirumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang
wawancara?”
“Berapa lama waktu bapak / ibu? Bagaimana kalau 30 menit?
b. Kerja
“Pak / bu, apa masalah yang Bpk/ibu rasakan dalam merawat R?
Apa yang sudah dilakukan R dirumah? Dalam menghadapi sikap
anak bapak/ibu yang sudah mengaku-ngaku sebagai artis tetapi
kenyataannya bukan artis merupakan salah satu gangguan proses
berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapi
nya. Setiap kali anak bapak/ibu berkata bahwa ia seorang artis
maka bapak/ibu mengatakan :
“Baoak/ibu mengerti R merasa seorang artis, tapi sulit bagi
bapak/ibu untuk mempercayai nya karena R adalah seorang remaja
yang biasa saja.”
“Kedua, bapak/ibu harus lebih sering memuji R jika ia melakukan
hal-hal yang baik.”
“Ketiga, hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga
yang berinteraksi dengan R.”
“Bapak/ibu dapat berbincang-bincang dengan R tentang kebutuhan
yang diinginkan R, missal nya: “Bapak/ibu percaya R punya
kemampuan ………..” (kemampuan yang pernah dimiliki oleh R)
“Keempat, Bagaimanakalau dicoba lagi sekarang?” (Jika anak mau
mencoba berikan pujian) “Bapak/ibu, R perly minum obat ini agar
pikirannya jadi tenang, tidur nya juga tenang.”
“Obat nya ada tigamacam, yang warna nya oranye nama nya
CPZ, guna nya agar tenang, yang putih ini nama nya THP guna
nya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur
3 kali sehari, jam 7 pagi,jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan
dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan R kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat
memberikan penjelasan tentang obat kepada pasien). R sudah
mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jadwal
jam nya, segera beri pujian.

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berbincang-bincang
tentang cara merawat R di rumah?”
“Setelah ini coba bapak/ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan
tadi setiap kali berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak/ibu datang kembali
kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat R
sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak/ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak/bu.”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien


a. Orientasi (perkenalan)
“Assalammualaikum bapak/ibu, sesuai janji dua hari yamg lalu
kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana bapak/ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang
kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya
bapak/ibu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke
R ya?”
“Berapa lama bapak/ibu punya waktu?”
b. Kerja
“Sekarang anggap saya R yang sedang mengaku-ngaku sebagai
artis, coba bapak/ibu praktekkan cara bicara yang benar bila R
sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus,betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada
kemampuan yang dimiliki R. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi R minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesuai jadwal?”
“Bagus sekali, ternyata bapak/ibu sudah mengerti cara merawat R”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung ke R?”
(Ulangi lagi semua cara di atas langsung kepada pasien).
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berlatih cara merawat
R?”
“Setelah ini coba bapak/ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi
setiap kali bapak/ibu membesuk R”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak/ibu datang kembali
kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat R sampai
bapak/ibu lancar melakukan nya.”
“Jam berapa bapak/ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu,kita ketemu lagi di tempat ini ya baoak/ibu

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


a. Orientasi (perkenalan)
“Assalammualaikum bapak/ibu, karena R sudah boleh pulang,
mari kita bicarakan jadwal R selam dirumah”
“Bagaimana bapak/ibu, selama bapak/ibu besuk apakah sudah
terus dilatih cara merawat R?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal di rumah? Mari
bapak/ibu duduk disini.”
“Berapa lama bapak/ibu punya waktu? Baik 30 menit saja,
sebelum bapak/ibu menyelesaikan administrasi di depan.”
b. Kerja
“Bapak/ibu ,ini jadwal R selama di rumah sakit. Coba
diperhatikan. Apakah kira-kira dapat dilaksanakan semua
dirumah? Jangan lupa memperhatikan R, agar ia tetap
menjalankan dirumah, dan jangan lupa member tanda M
(mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak bapak/ibu selama dirumah. Kalau misalnya
R mengaku sebagai seorang artis terus menerus dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi segera hubungi Suster S di Puskesmas Hangtuah,
puskesmas terdekat dari rumsh bapak/ibu, ini nomor telepon
puskesmasnya: 123456. Selanjutnya suster E yang akan membantu
memantau peerkembangan R selama di rumah.”
c. Terminasi
“Apa yang ingin bapak/ibu tanyakan? Bagaimana perasaan
bapak/ibu? Sudah siap melanjutkan di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukkan untuk Sr E di PKM
Jaya. Kalau ada apa-apa bapak/ibu boleh juga menghubungi kami.
Silahkan menyelesaikan administrasi ke kantor depan.
BAB III
PEMBAHASAN

1.1 Tinjauan Kasus


3.1.1 Pengkajian
I. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Nn. ”M”
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Status Perkawinan : Tidak Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl. Hasanudin No.32
Tanggal Masuk : 22 April 2010
Tanggal Pengkajian : 15 Mei 2010
No. Register : 021041
Diagnosa Medik : Waham
b. Identitas Penanggung
Nama : Ny. “N”
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Hasanudin No.32
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung

II. Alasan Masuk Rumah Sakit


Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzuki Mahdi oleh Ibunya pada tanggal 22 November 2009,
awalnya klien sering mulai sering terlihat bengong dan bicara tidak sesuai dengan kenyataan
serta menuntut minta diperhatikan oleh keluarga.

III. Keluhan Utama


Keadaan klien saat dikaji : Klien tampak menyendiri bersandar ditembok dan
kebanyakan memperlihatkan permusuhan dan tidak rapi, badan bau, rambut kusam,
kuku hitam dan panjang.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
IV. Faktor Predisposisi
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dirawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi dengan kasus depresi.
2. Klien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik dan kekerasan dalam keluarga.
3. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mengatakan mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yaitu klien ditinggalkan oleh Ayahnya yang sudah meninggal sejak 9 tahun yang
lalu. Saat ditanya tentang Almarhumah Ayahnya, klien hanya terdiam
menundukkan kepala dan tampak raut wajahnya sedih.
V. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital : T =120/80 mm Hg
N : 86x/mnt
S : 36,5ºC
P : 24x/mnt
2. Ukuran : TB dan BB tidak dilakukan pengukuran
3. Keluhan fisik : Gatal-gatal pada kulit dibadan
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri ; mandi
VI. Psikososial
a. Konsep Diri
1) Citra tubuh
Klien mengatakan tidak ada yang istimewa pada tubuhnya semuanya biasa-
biasa saja.
2) Identitas diri
Klien menyadari dirinya seorang perempuan, anak ke 3 dari3 bersaudara, klien
belum menikah.

3) Peran
Klien mengatakan sebelum Ayahnya meninggal, klien dapat berperan sebagai
anak yang penurut, tetapi saat Ayahnyasudah meninggal, klien merasa tidak
dapat menjalankan perannya lagi dengan baik. Ideal diri
Klien berharap ingin cepat sembuh dan dijemput oleh keluarganya untuk
pulang dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
4) Harga diri
Klien kecewa karena keluarganya tidak datang membesuknya dan klien juga
merasa tidak berguna dan diharapkan lagi oleh keluarganya.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah
b. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti dalam hidupnya adalah AlmarhumahAyahnya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat : klien mengatakan
kurang terlibat dalam kegiatan kelompok sosial masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain adalah klien mengatakan
malas bergaul dengan orang lain dan lebih banyak mengkhayal berbicara
kacau.
Masalah keperawatan : Halusinasi.
c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Islam dan yakin dengan agama
yang dianutnya dan meyakini Allah yang Selalu memberikan Pertolongan.
2) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan rajin pergi beribadah di Mesjid sebelum
di rumah sakit, namun setelah dirawat di rumah sakit klien lebih tekun dan giat
lagi untuk mengikuti terapi Agama.
VII. Status Mental
a. Penampilan
Klien nampak kotor, bau keringat, gigi kuning, cara berpakaian tidak sesuai,
rambut kusam, kuku hitam dan panjang, gatal-gatal pada kulit badan.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri.
b. Pembicaraan
Klien sering bicara diluar dari kenyataan dan selalu mengucapkan kalimat yang
sama berulang-ulang.
Masalah keperawatan : ketidakmampuan klien mengenal realita.
c. Aktivitas motorik
Klien selalu berteriak-teriak agresif, marah dan merasa dirinya adalah orang
yang terkenal di negri ini.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa sedih jika ditanya tentang keluarganya, apalagi jika
klien menceritakan tentang Ayahnyayang sudah meninggal, ekspresi wajah klien
tampak sedih.
e. Afek
Afek klien tajam, klien bisa berespon dengan stimulus yangsedikit.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
Interaksi selama wawancara
Kontak mata Klien seperti mencurigai dan sering berbicara diluar logis.
Masalah keperawatan : ketidakmampuan klien dalam BHSP dengan orang lain.
Persepsi
Saat Berinteraksi dengan Klien ditemukan Resiko Perubahan Persepsi Sensori ;
Halusinasi.
Masalah keperawatan : Halusinasi.
f. Proses pikir
Klien menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan yang ditanyakan dengan
respon cepat tetapi pembicaraan klienkacau.
g. Isi pikir
Saat berinteraksi dengan klien tidak waham dan obsesi.
Masalah keperawatan : Waham.
h. Tingkat kesadaran
Saat wawancara klien tidak sadar, klien mengalami disorientasi waktu, tempat,
dan orang. Klien tidak mampu mengenal waktu ( hari ini ) saat pagi, siang, sore,
dan malam hari, tempat dimana dia berada sekarang yaitu di rumah sakit
Marzuki Mahdi dan klien tidak mengenal yang merawat dia adalah dokter dan
suster
Masalah keperawatan : ketidakmampuan klien mengenal waktu, tempat dan
orang.
i. Memori
Klien tidak dapat mengingat kejadian masa lalu dan hal yang baru-baru terjadi.
Masalah keperawatan : kehilangan memori
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat berinteraksi klien tidak dapat berkonsentrasi dan klien tidak mampu
berhitung sederhana yaitu misalnya menghitung dari angka 1 sampai 10
Masalah keperawatan : Ketidakmampuan berkonsentrasi dan berhitung
k. Kemampuan penilaian
Klien mampu menentukan pilihan dengan baik ketika diberikan pilihan seperti
duluan mana mandi atau makan, klien menjawab mandi dulu karena kalau mandi
akan terasa segar baru makan
l. Daya tilik diri :
Klien tidak menyadari dirinya sakit dan dirawat di rumah sakit Dadi Makassar
Masalah keperawatan : ketidakmampuan klien mengenal tempat
VIII. Mekanisme Koping
Maladaptif
Klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan tidak mau
mengungkapkannya kepada orang lain
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif

3.1.2. Diagnosa Keperawatan


Adapun diagnosa keperawatan menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2000,
adalah :
1. Perubahan konsep diri, waham.

3.1.3. Klasifikasi Data


Data Subyektif :
1. Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, dan ingin
membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
2. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
3. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa- apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
1. Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan
kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
3. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan,
ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
3.1.3 Analisa data
No Data Masalah Keperawatan
.
1. Data subjektif : Ketidakmampuan klien dalam
1. Klien mengatakan marah dan mengendalikan emosi dan mekanisme
jengkel kepada orang lain, ingin koping yang tidak baik.
membunuh, dan ingin membakar
atau mengacak-acak
lingkungannya
Data objektif :
1. Klien mengamuk, merusak dan
melempar barang-barang,
melakukan tindakan kekerasan
pada orang-orang disekitarnya.

2 Data subjektif : Halusinasi, waham kebesaran


1. Klien mengungkapkan sesuatu
yang diyakininya (tentang
kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya)
berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
Data objektif :
1. Klien bicara tentang kebesaran
yang diyakininya
berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.

3. Data subjektif : Ketidakmampuan klien mengenal diri


1. Klien mengatakan saya tidak sendiri.
mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa- apa, bodoh, mengkritik diri
sendiri, mengungkapkan perasaan
marah terhadap diri sendiri
Data objektif :
1. Klien terlihat sering mengamuk,
bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin
mencedaerai diri/ ingin
mengakhiri hidup

3.1.4. Intervensi Keperawatan


Perencanaan Intervensi

Tujuan Khusus Kriteria


Evaluasi

Klien dapat Klien mampu 1. Bina hubungan saling percaya


membina berkomunikasi dengan klien : beri salam
hubungan saling dengan baik terapeutik (panggil nama klien),
percaya. dengan sebutkan nama perawat, jelaskan
perawat. tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topik yang
akan dibicarakan, waktu dan
tempat).
2. Jangan membantah dan
mendukung waham klien :
 Katakan perawat menerima
keyakinan klien : “saya
menerima keyakinan anda”
disertai ekspresi menerima.
 Katakan perawat tidak
mendukung : “sukar bagi saya untuk
mempercayainya” disertai ekspresi
ragu tapi empati.
 Tidak membicarakan isi
waham klien.
3. Yakinkan klien berada dalam
keadaan aman dan terlindung :
 Anda berada di tempat aman,
kami akan menemani anda.
 Gunakan keterbukaan dan
kejujuran.
 Jangan tinggalkan klien
sendirian.
4. Observasi apakah waham klien
menganggu aktifitas sehari-hari
dan perawatan diri.

Klien dapat Klien mampu 1. Beri pujian pada penampilan dan


mengidentifikasi menyebutkan kemampuan klien yang realistis.
kemampuan keberhasilan 2. Diskusikan dengan klien
yang dimiliki. dan kegagalan kemampuan yang dimiliki pada
yang pernah waktu lalu dan saat ini yang
dialaminya. realistis (hati-hati terlibat diskusi
tentang waham).
3. Tanyakan apa yang biasa
dilakukan (kaitkan dengan aktifitas
sehari-hari dan perawatan diri)
kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini.
4. Jika klien selalu bicara tentang
wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada.
Perawat perlu memperlihatkan
bahwa klien penting.

Klien dapat klien mampu 1. Observasi kebutuhan klien sehari-


mengidentifikasi menyebutkan hari
kebutuhan yang semua 2. Diskusikan kebutuhan klien yang
tidak terpenuhi kebutuhannya tidak terpenuhi baik selama di
sehari-hari. rumah maupun di rumah sakit
(rasa takut, ansietas, marah).
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat
memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga
(aktivitas dapat dipilih bersama
klien, jika mungkin buat jadual).
5. Atur situasi agar klien mempunyai
waktu untuk menggunakan
wahamnya.

Klien dapat Klien dapat 1. Berbicara dengan klien dalam


berhubungan menyebutkan konteks realitas (realitas diri,
dengan cita – cita dan realitas orang lain, realitas tempat
realistis harapan yang dan realitas waktu).
sesuai dengan 2. Sertakan klien dalam terapi
kemampuannya aktifitas kelompok : orientasi
realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan
positif yang dilakukan klien.

Klien dapat Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan keluarga


dukungan menyebutkan tentang :
keluarga cara – cara  Gejala waham
merawat klien  Cara merawatnya
waham.  Lingkungan keluarga
 Follow-up dan obat

Klien dapat Klien dapat 1. Diskusikan dengan klien dan


menggunakan minum obat keluarga tentang obat, dosis,
obat dengan sesuai dengan frekuensi, efek dan efek samping,
benar. resep dokter akibat penghentian.
dan tepat 2. Diskusikan perasaan klien setelah
waktu. makan obat.
3. Berikan obat dengan prinsip 5
(lima) benar.

3.1.5. Roleplay Mahasiswa dengan Pasien Waham Kebesaran


Pemain :
1. Ardia Karsa Ginting sebagai Sutradara dan pasien
2. Indah Marda Berry sebagai Peserta casting dan perawat
3. Precysilla Martania Permata sebagai Ibunda Sara dan wartawan
4. Reno Manja Sara sebagai Sara dan pasien waham kebesaran
5. Siska Widiastuti sebagai Cleaning Service dan perawat

Prolog :
Sebut saja namanya Sara. Ya, begitulah panggilan akrabnya didesa tempat ia dan
keluarganya tinggal. Sara adalah seorang gadis muda berusia 21 tahun yang memilki
banyak talenta. Ia selalu berkecimpung didunia seni sejak ia berusia 5 tahun. Tak heran,
karena kedua orang tuanya pun adalah seorang seniman. Mulai dari dunia tarik suara,
hingga kedunia peran pun ia jalani. Namun sayangnya, ia menjadi seorang wanita yang
sombong karena kesohorannya tersebut..
Latar belakang terjadinya waham
Sara : ”Pokoknya Ibu tenang aja, aku ini adalah seorang wanita yang
cantik dan memiliki banyak keahlian. Kalau diibaratkan artis papan
atas Indonesia, aku ini seperti Agnes Monica. Dan aku yakin, aku
pasti bisa lulus casting dalam seleksi tokoh utama itu.”
Ibu Sara : “Tapi kamu harus ingat nak, diluar sana masih banyak orang-orang
yang lebih hebat dari kamu. Sebaiknya kamu belajar ikhlas kalau
terjadi hal yang tidak kita inginkan. Ibu hanya tidak mau kamu menjadi
sombong karena obsesi mu itu.”
Sara : “Ibu…aku ini adalah yang terbaik. Gak mungkin ada orang yang bisa
menyaingi kelebihanku. Ya udah, aku pergi dulu. Sebagai awal
ketenaranku, aku harus datang lebih awal dan gak boleh terlambat. Ibu
harus mendukung aku supaya aku bisa mewujudkan impianku.”
Tanpa menghiraukan perkataan Ibunya, Sara pun bergegas meninggalkan rumah
menuju tempat casting tokoh utama yang ia maksud. Sesampainya disana..
Siska : (sedang mengepel ruangan tunggu peserta casting)
Sara : “Aaawww…..aduh punya mata gak sih kamu!!! Begok banget sih
jadi orang. Kamu tau gak aku ini siapa??? Aku ini calon artis terkenal
tau!!!”
Siska : “Maaf mbak saya gak sengaja. Sini biar saya bantu membersihkan
baju mbak.”
Sara : “Gak usah!!!”
Indah : “Hai..ikut casting juga ya? Kenalin, aku Indah.”
Sara : (hanya tersenyum dan mengabaikan uluran tangan Indah)
Sutradara : “Selanjutnya..”
Sara : “Yes!! Akhirnya giliranku juga. Duluan ya.. jangan lupa nonton
filmku nanti.”
(Sara pun bergegas masuk keruangan casting)
Indah : “Sombong banget tuh orang. Mudah-mudahan dia gak lulus casting.”
Sutradara : “Sara…usia 21 tahun. Sering jadi juara difestival penyanyi solo.
Prestasi yang cukup membanggakan. Dan silakan tunjukan keahlian
acting kamu. Saya mau kamu beracting dengan salah satu figuran saya.
Anggap saja dia adalah kekasihmu dan kalian sedang bertengkar.”
Sara : “Bapak tenang aja. Saya ini serba bisa lho.”
(Proses casting pun selesai. Sara menunggu hasil casting diruangan tunggu peserta)
Sutradara : “Lanjut…”
(Kemudian giliran Indah yang mengikuti casting. Hingga tepat pukul 13.00 WIB, hasil
casting akan segera diumumkan)
Sutradara : “Oke…sesuai perjanjian kita tadi, sekarang sudah pukul satu siang.
Saatnya saya membacakan hasil casting kalian. Acting kalian cukup
memuaskan. Tapi saya harus memilih salah satu diantara kalian untuk
mengikuti syuting film Ketika Cinta Bertasbih. Sesuai dengan criteria
yang cocok untuk dijadikan tokoh utama, maka saya menyatakan Indah
Marda Berry adalah wanita yang tepat untuk memainkan tokoh
tersebut. Selamat Indah. Kembali lagi kesini besok pagi untuk
persiapan syuting. Dan untuk Sara, kamu jangan putus asa, masih
banyak ajang-ajang yang bisa kamu ikuti selain ajang ini. Oke??
Terima kasih atas partisipasinya.”
Wartawan : “Pemirsa seperti yang telah kita saksikan barusan. Sudah dipastikan
bahwa Indah Marda Berry wanita asal Kepulauan Riau berusia 23
tahun adalah pemenang casting pencarian tokoh utama dalam film layar
lebar Ketika Cinta Bertasbih. Jangan lewatkan berita selanjutnya pada
esok hari pukul 16.00 WIB hanya di AMB, Ajang Mencari Bakat
bersama saya Precysilla.”
(Dengan hati yang sangat kecewa, marah dan putus asa, akhirnya Sara kembali
kerumahnya. Sesampainya dirumah..)
Sara : (Masuk tanpa mengucapkan salam dan terduduk diruang tamu. Sara
terus melamun dan dalam hatinya sangat marah sekali. Tiba2 Sara
menjerit sambil mengamuk.)
“Gak mungkiiiiiinnnnnn…..!!!!”
Ibu Sara : “Ya Allah Sara. Kenapa dia??? (berlari keruang tamu dan mendapati
Sara sedang menangis) Sara kamu kenapa nak??? Kenapa kamu marah-
marah begini??? Ada apa???”
Sara : “(sambil memeluk Ibunya) Ibu…aku gak lulus casting itu. Padahal
Ibu tau kan aku ini yang terbaik, cantik dan serba bisa, tapi kenapa aku
bisa gak lulus??? Aku gak terima Bu..”
Ibu Sara : “Sudahlah nak..mungkin belum saatnya kamu mendapatkan apa yang
menjadi impianmu itu. Ikhlaskan apa yang terjadi. Allah pasti punya
rencana lain untuk kamu.”
(Sejak saat itu Sara terlihat aneh. Sering melamun dan terkadang ia tertawa-tawa
sendiri, kemudian ia menangis. Ia pun sering kali berbicara diluar kenyataan. Ia selalu
menganggap dirinya adalah artis terkenal dinegeri ini. Tak jarang ia juga sering
mengamuk apabila Ibunya mencoba bicara padanya tentang kehidupan dia yang
sebenarnya. Karena tidak tega melihat keadaan anaknya yang semakin hari semakin
memburuk, akhirnya Ibu Sara berinisiatif untuk membawa Sara kerumah sakit jiwa..)
Sara : “(berperan sebagai pasien waham kebesaran)”
Perawat Indah : “(berbicara pada perawat Siska) Aku kasihan deh melihat pasien kita
yang baru itu. Cantik, masih muda, punya banyak talenta. Tapi sayang
kejiwaannya jadi terganggu sejak dia gak lulus casting dalam acara
Ajang Mencari Bakat.”
Perawat Siska : “Oh..jadi dia salah satu finalis AMB yang mencari tokoh utama
untuk film KCB ya??? Ya ampun…gak nyangka ya Ndah. Ya udahlah
mendingan sekarang kita menjalankan tugas kita untuk merawat dia.
Yookkk..”
(berjalan menuju ruangan Sara dirawat)
SP 1 : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Fase Orientasi
Perawat Indah : “Hai Sara…Selamat pagi…perkenalkan nama saya Indah dan ini
teman saya namanya Siska. Kami berdua perawat yang akan merawat
Sara selama Sara berada disini. Sara biasanya dipanggil apa kalau
dirumah? Mmmmm….boleh gak kalau kita ngobrol2 sebentar? Sara
mau?
Sara : “(tidak ada respon terhadap perawat, kemudian marah2 kepada
perawat)”
Perawat Indah : “(berbicara pada perawat Siska) Kayaknya dia belum mau
menanggapi kehadiran kita deh Sis. Gimana kalau kita coba 1 jam
lagi.”
Perawat Siska : “Mmm…boleh deh.”
Perawat Indah : “Oke Sara kalau kamu belum mau kenalan sama kami juga gak apa2.
Nanti kami kembali lagi mengunjungi Sara.”
(perawat Indah dan perawat Siska pun meninggalkan ruangan Sara. Setelah satu jam
berlalu, kedua perawat itu kembali mengunjungi Sara untuk mengulangi fase orientasi
namun Sara belum bisa untuk diajak berkomunikasi. Tiga hari sudah berlalu, kedua
perawat itu pun tidak kunjung menyerah untuk dapat membina hubungan baik dengan
Sara. Hingga pada hari keempat…)
Perawat Indah : “Hai Sara..masih ingat gak sama kita berdua? Saya Indah dan ini
teman saya Siska. Kami adalah perawat yang akan merawat Sara.
Gimana? Udah mau kenalan belum?”
Sara : “(mengulurkan tangannya)”
Perawat Siska : “Sara biasanya dipanggil apa kalau dirumah?”
Sara : “sara..”
Perawat Indah : “Gimana kalau kita ngobrol2 sebentar aja? Mau? 15 menit aja.”
Sara : “(menganggukkan kepala)”
Perawat Siska : “Sara maunya ngobrol dimana? Disini aja apa ditaman?”
Sara : “Disini.”
Fase Kerja
Perawat Indah : “Gimana perasaan Sara hari ini? Apa yang Sara rasakan selama
berada disini?”
Sara : “Biasa aja.”
Perawat Siska : “Keliatannya Sara gelisah ya? Apa ada sesuatu yang mau Sara
ceritakan sama kami?”
Sara : “Aku ini seorang artis terkenal dinegeri ini. Jadwal ku padat. Apalagi
sebentar lagi aku bakal syuting film layar lebar KCB. Dan aku juga
bakal konser diseluruh daerah Indonesia. Kalian tau gak??? Aku ini
artis yang serba bisa. Aku penyanyi, pemain film dan juga cantik.
Kalian pasti iri kan dengan kesuksesan aku???”
Perawat Indah : “Saya mengerti kalau Sara ini adalah artis yang terkenal dan
mempunyai jadwal yang padat. Kalau begitu, Sara pasti sudah bisa
mengatur waktu untuk diri sendiri dan juga untuk menjumpai fans-
fans Sara kan?”
Sara : “Ya iyalah…”
Perawat Siska : “Coba Sara ceritakan apa aja sih jadwal kegiatan Sara sebelum Sara
masuk kerumah sakit?”
Sara : “Ya biasalah! Artis itu kan sibuk banget. Syuting ini, syuting itu.
Apalagi aku ini mau syuting film KCB. Jadi aku pasti sibuk banget
deh pokoknya. Ada lagi yang mau ditanyain?? Aku gak punya waktu
untuk kalian ya!”
Perawat Siska : “Waahh…berarti setiap harinya kamu sibuk sekali ya. Lalu jadwal
apa saja yang ingin kamu lakukan setiap harinya selama dirumah sakit
ini?”
Sara : “Aku mau setiap hari aku latihan nyanyi tapi gak diruangan ini.”

Terminasi
Perawat Indah : “Nah, kita kan sudah berkenalan nih, terus bagaimana perasaan kamu
setelah kita berekenalan?”
Sara : “Biasa aja tuh! Gak ada yang istimewa.”
Perawat Siska : “Mmm...gimana kalau besok kita coba menjalankan jadwal kegiatan
yang Sara ingikan? Kita laksanakan ditaman aja. Sara mau?”
Sara : “Yaya..baiklah kalau begitu.”

SP 2 : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekannya.


(keesokan harinya, sesuai dengan jadwal yang telah disetujui oleh Sara dan kedua
perawat tersebut, mereka melakukan kegiatan SP 2..)
Perawat Indah : “Hai Sara…selamat pagi. Giamana perasaannya hari ini?”
Sara : “Biasa aja.”
Perawat Siska : “Sara ingat gak sama perjanjian kita kemarin? Kegiatan apa ya yang
akan kita lakukan hari ini? Coba Sara ingat-ingat.”
Sara : “Kita kan mau latihan nyanyi hari ini. Katanya kalian mau dengerin
aku nyanyi kan?”

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam BAB ini, penulis akan membahas dan membandingkan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus pada Nn.M dengan diagnosa Waham. Fokus pembahasan penulis
berdasarkan pada setiap tahap dalam proses keperawatan yang dimulai dengan tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
3.1.1 Pengkajian
1. Identitas Klien.
Pada tinjauan teori dan kasus yang perlu dikaji dari identitas klien adalah nama,
jenis kelamin, pendidikan, umur, status, pekerjaan, alamat, agama, tanggal
masuk rumah sakit, ruangan, kamar klien, dan penanggung jawab dalam
perawatan. Hal ini berguna agar Asuhan Keperawatan yang tepat dapat
dilakukan sesuai dengan individu yang bersangkutan.
2. Riwayat Keperawatan
Pada tinjauan kasus ditemukan bahwa sebelumnya klien telah masuk rumah sakit
jiwa dengan diagnosa Depresi.
3. Pada saat melakukan pengkajian pada klien, tanda dan gejala yang ditemukan
sesuai dengan pada tinjauan teoriis yaitu kliensering berbicara kacau dan diluar
realita. Klien juga menganggap dirinya adalah orang yang terkenal di negeri ini
(waham kebesaran). Serta klien cenderung mengamuk dan mengancam akan
melukai dirinya dan orang lain.

3.1.2 Diagnosa Keperawatan


Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut
diinterpretasikan dan dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang
muncul. Kemudian penulis menentukan dan menegakkan diagnosa keperawatan
utama terhadap pasien Nn.M
Pada tinjauan kasus, penulis menemukan dua diagnosa keperawatan yang
muncul, yaitu :
1. Perubahan persepsi, waham
2. Resiko tinggi mencederai diri, orag lain dan lingkungan

3.2 Saran
Dalam kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran – saran sebagai
berikut :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien denganwaham, perawat harus
memahami konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan waham sehingga asuhan
keperawatan dapat terlaksana dengan baik
2. Dalam melakukan tindakan keperawatan harus melibatkan pasien dan keluarganya
serta tim kesehatan lainnya. Sehingga data yang diperoleh sesuai dengan tindakan
yang dilakukan.
3. Dalam melakukan tindakan keperawatan disarankan untuk mengevaluasi tindakan
tersebut secara terus menerus
DAFTAR PUSTAKA

1. Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa oleh Tim MPKP RSMM & FIK UI
2. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa – I oleh DEPARTEMEN
KESEHATAN RI (2000)
3. Internet situs Google, WAHAM Rona Khatulistiwa

Diposkan oleh satria dwi priangga di 06.56


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

2 komentar:
1.

Gusri Wahyudi26 September 2012 08.22

thank info na mass broww . .


rajin2 post yahh heheheh
di tunggu kunjungan na ke http://yuudi.blogspot.com/
w jg nak riau neHH
Balas
2.
Sell Tiket28 Agustus 2016 19.53

Cari TiketPesawat Online Super Cepat dan murah??


http://selltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,….TEPAT,….DAN HARGA TERJANGKAU!!!

Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??


Yang memilikipotensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di http://agenselltiket.com

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI HUBUNGI:


No handphone :085365566333
PIN : 5A298D36

Segera Mendaftar Sebelum Terlambat. !!!

Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
ai Saya

i priangga
aya adalah lulusan prog.s1 dari STIKes Hang Tuah Tanjungpinang dan melanjutkan Prog.Profesi Ners di stikes Alma Ata
ogyakarta, alamat saya jl.pramuka lr. pulau raja 3 no 44 tanjungpinang,kepulauan riau bagi saya kunci hidup adalah tekun,
abar, dan ikhlas
l lengkapku
Laman

 Beranda
Label

 S.O.P KMB (37)


 S.O.P MATERNITAS (15)
Pengikut
Arsip Blog

 ► 2014 (3)
 ► 2013 (1)
 ► 2012 (6)
 ▼ 2011 (104)
o ► Desember (1)
o ▼ November (103)
 Antibiotik (Ceftriaxon)
 askep tonsilitis
 BAYI BARU LAHIR NORMAL(CIRI-CIRI DAN REFLEKS)
 (S.O.P) MEMBERIKAN TERAPI INJEKSI INSULIN ATAU INS...
 (S.O.P) PEMERIKSAAN GULA DARAH KURVA HARIAN (KH)
 (S.O.P) PEMERIKSAAN GULA DARAH NPP
 (S.O.P) PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDA...
 (S.O.P) MENGAMBIL SAMPEL URINE UNTUK PEMERIKASAAN
 (S.O.P) MEMASANG KATETER URINE PADA PRIA
 (S.O.P) PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDA...
 (S.O.P) MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN CT SCAN...
 (S.O.P) MENYIAPKAN KLIEN UNTUK PEMERIKSAAN USG ABD...
 (S.O.P) MELAKUKAN PERAWATAN LUKA : MENGANGKAT JAHI...
 (S.O.P) MERAWAT LUKA DENGAN DRAIN DAN MEMPERPENDEK...
 (S.O.P) MELAKUKAN PERAWATAN LUKA : MENGGANTI BALUT...
 (S.O.P) PERSIAPAN DAN PERAWATAN KLIEN PADA PEMERIK...
 (S.O.P) PERSIAPAN DAN PERAWATAN KLIEN PADA PEMERIK...
 (S.O.P) PERSIAPAN DAN PERAWATAN KLIEN PADA PEMERIK...
 (S.O.P) MELAKUKAN HUKNAH / ENEMA / LAVAMENT
 (S.O.P) PERAWATAN KLIEN DENGAN COLOSTOMY
 (S.O.P) PEMBERIAN MAKANAN MELALUI NASO GASTRIC TUB...
 (S.O.P) PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDA...
 (S.O.P) PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDA...
 (S.O.P) MELAKUKAN ASISTENSI PENGUKURAN TEKANAN VEN...
 (S.O.P) MELAKUKAN ASISTENSI PEMASANGANCVP DAN MERA...
 (S.O.P) MELAKUKAN PEMERIKSAAN EKG
 (S.O.P ) PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN MEDIKAL BED...
 (SOP) Merawat Klien DENGAN TRAKHEOSTOMI
 (SOP) Sampel sputum UNTUK MENGAMBIL PEMERIKSAAN
 (S.O.P) PENGAMBILAN DARAH UNTUK PEMERIKSAAN AGD
 (S.O.P) MELAKUKAN ASISTENSI PADA TINDAKAN TORASENT...
 (S.O.P) MEMBANTU DALAM PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ARTE...
 (S.O.P) MELAKUKAN TES MANTOUX / PPD TEST (TES KULI...
 (S.O.P) MELAKUKAN FISIOTERAPI DADA
 (S.O.P) MEMBANTU KLIEN DENGAN TEKNIK NAFAS DALAM, ...
 (S.O.P) MENGKAJI STATUS OKSIGENASI DENGAN OKSIMETR...
 (S.O.P) MERAWAT KLIEN DENGAN WSD(Water Seal Draina...
 (S.O.P) MELAKUKAN INHALASI DENGAN NEBULIZER
 (S.O.P) suction
 (S.O.P) PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDA...
 askep hernia
 askep katarak
 askep pasien dengan luka bakar (COMBUSTIO)
 (S.O.P) Pemeriksaan fisik prenatal
 (S.O.P) Pengukuran pangul luar
 PERAWATAN TALI PUSAT
 SENAM HAMIL
 PERAWATAN PERINEUM POST PARTUM
 TEKNIK MENYUSUI BAYI
 PERAWATAN PAYUDARA
 PERTOLONGAN PERSALINAN
 OBSERVASI HIS
 PEMERIKSAAN DALAM (TOUCHE)
 PEMERIKSAAN LEOPOLD
 PENILAIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
 PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
 PEMBERIAN SITOSTATIKA
 MEMBERI OBAT SALEP TELINGA
 MEMBERI OBAT TETES TELINGA
 INJEKSI SUBCUTANEUS
 INJEKSI INTRA MUSKULAR
 INJEKSI INTRADERMAL/INTRACUTAN ...
 UJI TORNIQUET (REMPLE LEED)
 TEPID SPONGING
 PERAWATAN TALI PUSAT
 obstruksi laring
 fraktur nasal
 epistaksis
 corpus alienum
 Sindroma Distres Pernafasan Dewasa (SDPD)
 Sindroma Distres Pernafasan Dewasa (SDPD)
 FIBRILASI VENTRIKEL
 ASKEP PASIEN DENGAN GANGGUAN WAHAM
 ASUHAN KEPERAWATAN DAN PRE PLANNING KLIEN DENGAN D...
 masalah-masalah kesehatan jiwa masyarakat
 askep resiko bunuh diri
 ASUHAN KEPERAWATAN DAN PRE PLANNING KLIEN DENGAN D...
 psikofarmaka
 askep aritmia
 askep pasien dengan isolasi sosial
 asuhan keperawatan dan pre planning klien dengan d...
 ASUHAN KEPERAWATAN DAN PRE PLANNING KLIEN DENGAN D...
 asuhan keperawatan gangguan jiwa pada usia lanjut
 Kedaruratan Psikiatrik
 Ventilator mekanis
 Resusitasi jantung paru
 Basic Life Support
 askep HIV
 vibrilasi fentrikel
 perdarahan pencernaan
 askep trauma abdomen
 askep tur syndrom
 askep Sindroma TUR
 kedaruratan endokrin dengan ketoasidosis dan hipog...
 askep Diabetes ketoasidosis
 kedaruratan endokrin dengan ketoasidosis dan hipog...
 askep pangkreatitis
 askep gastritis
 askep Gastritis
 askep gastritis
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai