Anda di halaman 1dari 4

Nama : Devi Melani

Prodi/ Kelas : Ilmu Ekonomi / B


Mata Kuliah : Ekonomi Islam
Dosen : Dr. Ayif Fathurahman, S.E., M.SI.

RESUME
SEJARAH EKONOMI ISLAM ZAMAN RASULULLAH

Ekonomi Islam muncul sejak islam diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW karena
ekonmi islam sudah ada dalam Al – Quran dan Hadits. Pada masa itu banyak sarjana muslim
yang memberikan kontribusi karya ekonomi yang berbobot sehingga mengalami kejayaan dalam
berbagai bidang.

Pada awal pemerintahan islam kondisi masyarakat madinah tidak menentu dan
memprihatinkan yang mengindikasi bahwa negara tidak dapat dimobilisasikan dalam waktu
dekat. Oleh karena itu Rasulullah memikirkan jalan untuk merubah secara perlahan, maka
Rasulullah mengatasinya dengan beberapa strategi yaitu :

1. Membangun Masjid Utama Sebagai Tempat Untuk Mengadakan Forum Bagi Para
Pengikutnya
2. Merehabilitasi Muhajirin Mekkah di Madinah
3. Membuat Konstitusi Negara
4. Menciptakan Kedamaian dalam Negara
5. Mengeluarkan Hak dan Kewajiban Bagi Warga Negaranya
6. Menyusun Sistem Pertahanan Madinah
7. Meletakkan Dasar-dasar Sistem Keuangan Negara

Pada masa awal pemerintahan islam, misi mulia Rasulullah saw di muka bumi adalah
membangun masyarakat yang beradab. Rasulullah menganjurkan agar manusia saling
menghormati dan menyayangi dalam penyelenggaraan hidup sesuai dengan al-Qur’an dan al-
hadist. Dalam hal perekonomian Rasulullah telah mengajarkan transaksi-transaksi perdagangan
secara jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh dan kecewa. Ia selalu
memperhatikan rasa tanggungjawabnya terhadap setiap transaksi yang dilakukan. Selain itu ada
beberapa larangan yang diberlakukan Rasulullah saw untuk menjaga agar seseorang dapat
berbuat adil dan jujur, yaitu:

1) Larangan Najsy : Najsy dilarang karena menaikkan harga barang-barang yang dibutuhkan
oleh para pembeli.

2) Larangan Bay’ Ba’dh ‘Ala Ba’dh : Rasulullah melarang praktik semacam ini karena hanya
akan menimbulkan kenaikan harga yang tidak diinginkan.

3) Larangan Tallaqi Al-Rukban : Rasulullah melarang praktik semacam ini dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kenaikan harga.
4) Larangan Ihtinaz dan Ihtikar : Ihtinas adalah praktik penimbunan harta seperti emas, perak
dan lain sebagainya. Sedangkan ihtikar adalah penimbunan barang-barang seperti makanan
dan kebutuhan sehari-hari. Penimbunan barang dan pencegahan peredarannya sangat dilarang
dan dicela dalam Islam.

Perkembangan ekonomi islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
sejarah islam. Adapun perkembangan pemikiran pada masa-masa tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Kebijakan fiskal pada Masa Rasulullah SAW

Tantangan Rasulullah saw sangat besar dimana beliau dihadapkan pada kehidupan yang
tidak menentu baik dari kelompok internal maupun eksternal, dalam kelompok internal
Rasulullah saw harus menyelesaikan masalah bagaimana menyatukan antara kaum ansar dan
kaum muhajirin paska hijrah dari mekkah ke madinah. Sementara tantangan dari kelompok
eksternal yaitu bagaimana Rasul bisa mengimbangi ronrongan dari kaum kafir quraisy.

2. Unsur-unsur kebijakan fiskal pada masa pemerintahan Rasulullah SAW

a. Sistem ekonomi : System ekonomi yang diterapkan Rasulullah saw berakar dari prinsip-
prinsip qur’ani. Prinsip-prinsip yang pokok tentang kebijakan ekonomi islam yang dijelaskan Al-
qur’an sebagai berikut :

o Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah swt.


o Manusia hanyalah khlifah Allah swt dimuka bumi.
o Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah atas rahmat Allah swt
o Kekayaan harus diputar dan tidak boleh ditimbun.
o Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba harus dihilangkan.
o Menetapkan system warisan sebagai media redistribusi kekayaan yang dapat melegimitasi
berbagai konflik individu.
o Menghilagkan jurang pemisah antara golongan miskin dan kaya.

b. Keuangan dan pajak : Pada tahun awal sejak dideklarasi sebagai Negara, madinah hampir
tidak memiiki sumber pendapatan ataupun pengeluaran Negara. Seluruh tugas Negara dilkukan
secara gotong royong dan sukarela. Mereka tidak memperoleh gaji tetap tapi diperbolehkan
mendapat harta dari hasil rampasan perang, seperti senjata, kuda, unta, dan barang-barang
bergerak lainya.

3. Sumber - Sumber Pendapatan Negara.

a. Berdasarkan jenisnya

o Pendapatan primer : Ghanimah ( pendapatan dari hasil perang), Fa’i (harta peninggalan
suku bani nadhir), Kharaj (pajak atas tanah yang dipungut kepada non-muslim ketika
khaibar dilakukan pada tahun ke-7 hijriyah, jumlah kharaj dari tanah tetap, yaitu setengah
dari hasil produksi), Waqf, Ushr (zakat dari hasil pertanian termasuk buah-buahan),
Jizyah (pajak perkepala yang dipungut oleh pemerintah islam dari orang-orang yang
bukan islam sebagai imbalan bagi keamanan diri mereka)
o Pendapatan sekunder : Uang tebusan, Pinjaman, Amwal fadhla, Nawaib, Shodaqoh lain
seperti qurban dan kaffarat, Hadiah.

b. Berdasarkan Sumbernya

o Muslim : zakat, ushr, zakat fitrah, waqf, amwal fadhl, nawaib, shodaqoh lain, dan khums.
o Non-muslim : jizyah, kharaj, ushr ( 5% )
o Umum : ghanimah, fa’i, uang tebusan, pinjaman dari muslim atau non-muslim, dan
hadiah dari pemimpin atau pemerintah.

4. Pengeluaran Negara di Masa Rasulullah SAW

o Primer :
- Pembiayaan pertahanan, seperti persenjataan, unta, kuda, dan persediaan.
- Pembiayaan gaji untuk wali, qadi, guru, imam, muadzin, dan pejabat Negara lainya.
- Pembayaran upah kepada para sukarelawan.
- Pembayaran utang Negara.
o Sekunder :
- Bantuan untuk orang belajar agama di madinah.
- Hiburan untuk delegasi keagamaan.
- Hiburan untuk para utusan suku dan Negara serta biaya perjalanan mereka.
- Pembayaran utang untuk orang yang meninggal dalam keadaan miskin.
- Pembayaran tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah saw.

5. Baitul Maal

Baitul mal adalah lembaga ekonomi atau keuangan Syariah non perbankan yang sifatnya
informal. Disebu informal karena lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal
lainnya. Pada masa Rasulullah Saw Baitul mal terletak di masjid Nabawi yang ketika itu
digunakakan sebagai kantor pusat negara serta tempat tinggal. Adapun penulis yang telah
diangkat nabi untuk mencatat harta antara lain:

a. Maiqip Bin Abi Fatimah Ad-Duasyi sebagai penulis harta ghonimah.


b. Az-Zubair Bin Al- Awwam sebagai penulis harta zakat.
c. Hudzaifah Bin Al- Yaman sebagai penulis harga pertanian di daerah Hijas.
d. Abdullah Bin Rowwahah sebagai penulis harga hasil pertanian daerah khaibar.
e. Al-Mughoirah su’bah sebagai penulis hutang- piutang dan iktivitaas muamalah yang
dilakukan oleh negara.
f. Abdullah Bin Arqom sebagai penulis urusan masyarakat kabila- kabilah termasuk kondisi
pengairannya.
Namun semua pendapatan dan pengeluaran negara pada masa Rosulullah tersebut belum ada
pencatatan yang maksimal. Keaadaan ini karena berbagai alasan:

a. Jumlah orang Islam yang bisa membaca dan menulis sedikit.


b. Sebagian besarr bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana.
c. Sebagian besar zakat hanya didistribusikan secara lokal.
d. Bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum digunakan.
e. Pada banyak kasus, ghonimah digunakan dan didistribusikan setelah peperangan tertentu.

Sumber Materi :

Chamih,Nur. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sudarsono,Heri. 2004. Konsep Ekonomi Islam : Suatu Pengantar. Yogyakarta : Ekonisia.

Ekonomi Islam/P3EI.2011.Ekonomi Islam.Jakarta : Rajawali Pers.

http://ilmu-iqtishoduna..blogspot.com/2015/07/sejarah-pemikiran-ekonomi-islam-
massa_27.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai