Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

EKSTRAKSI SIMPLISIA KUNYIT DENGAN CARA


MASERASI

Kelompok 2 Siang :

Nauval Azhari Salim (P23139017073)


Ni Made Budiarthi Astini (P23139017074)
Novi Eka Setia Ningsih (P23139017076)
Novita Dian Pertiwi (P23139017078)
Nur Hasanah (P23139017080)
Nurulhuda Triyaningsih (P23139017084)
Prilina Eka Karima (P23139017086)

Lokal 3B

JurusanFarmasi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama tanaman obat.
Tanaman obat penggunaannya dalam bentuk segar, tunggal, campuran, serta dapat berupa
ramuan yang dikenal sebagai obat tradisional. Berdasarkan pengalaman nenek moyang, obat
tradisional cukup aman dikonsumsi manusia. Meskipun demikian, penelitian ilmiah tetap
dibutuhkan. (Suharmiati dan Handayani, 2006.)
Perkembangan teknologi industri obat dan obat-obatan tradisional berkembang pesat.
Bahan baku berupa simplisia banyak diminati oleh industry, salahsatunya rimpang kunyit.
(Rukmana, 1994.) Kebutuhan industry terhadap kunyit cukup tinggi, yaitu 1.355 ton/tahun
berat segar. (Kemala et al, 2000)
Rimpang kunyit mengandung senyawa aktif Kurkuminoid. (Oomah, 2000) dan minyak atsiri
(Rukmana, 1994) Kurkumin merupakan senyawa fenol yang memiliki dua cincin fenol
simetris dan dihubungkan oleh satu rantai heptadiena (Sihombing 2007)
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Anonim, 1986.) Metode
ekstraksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu cara dingin dan cara panas. Metode cara dingin yaitu
: Maserasi dan perkolasi. Sedangkan cara panas, yaitu : Refluks, Digesti, Infus. (Anonim,
2000.)
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana (Anonim, 1986.) bila dibandingkan
dengan metode ekstraksi lainnya. Hal ini karena pengerjaannya sederhana dan alat yang
digunakan mudah diperoleh, sederhana, dan tidak memerlukan alat khusus. (Indraswari, 2008
; Runadi, 2007.)
Pembuatan ekstrak dengan maserasi merupakan proses paling cepat dimana digunakan
untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam hingga meresap dan
melunakkan sel-sel, sehingga zatnya akan larut. (Ansel, 1985 ; Voigt, 1971) dan digunakan
untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari
(Anonim, 1986.)

1.2. Tujuan Praktikum


a. Menjelaskan prosedur pembuatan ekstrak dengan cara maserasi
b. Mampu memahami penyarian simplisia dengan cara maserasi serta hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menyari simplisia dengan cara maserasi
c. Mampu memasang alat maserasi
d. Mengetahui pengaruh perbedaan pelarut dan konsentrerasi etanol terhadap rendemen
ekstrak secara maserasi
e. Mengetahui perbedaan nilai rendemen ekstrak kunyit antara maserasi dengan perkolasi

1.3.Manfaat Praktikum
a. Mahasiswa mengetahui tatacara menyari kunyit dengan teknik maserasi
b. Mahasiswa mampu membuat ekstraksi kunyit dengan teknik maserasi
c. Masiswa mampu mengetahui rendemen dari ekstrak yang dihasilkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi
baku yang telah ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan
tekanan (Ditjen POM, 1995).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan
dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman
dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan
pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
2.2 Metode Maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya (Ditjen POM : 1986).
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks
dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun, contohnya pada
penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarutnon-polar. Teorinya, ketika
simplisia yang akan dimaserasi direndam dalam pelarut yang dipilih,
maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang penuh dengan zat aktif. Karena adanya pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadilah
proses pelarutan (zat aktif larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut
akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luarsel belum
terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif didalam dan di luar sel ini akan
muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai
keseimbangan konsentrasi antara zataktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan
berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini, proses
ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif didalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang
sama, yaitu masing-masing 50%. (Anonim, 2007).
Adapun kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah dicari, biaya lebih murah. Sedangkan kekurangannya adalah
proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mamputerekstraksi sebesar 50%
saja dan prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
Cara maserasi ini digunakan untuk pembuatan tingtur, jika ingin dibuat ekstrak, pengerjaannya
dilanjutkan dengan memekatkan hasil penyarian tadi. Pemekatan dilakukan dengan cara penyulingan
atau penguapan dengan tekanan rendah pada suhu 50° C sampai konsentrasi yang dikehendaki.
Dalam buku monografi ekstrak, pembuatan ekstrak kental umumnya dilakukan dengan cara maserasi
menggunakan etanol. Satu bagian serbuk bagian etanol, direndam selama 6 jam sambil sesekali
diaduk, kemudian didiamkan simplisia dimasukkan ke dalam maserator, ditambah 10 bagian etanol
direndam selama 6 jam sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat
dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat
dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang
diperoleh ditimbang dan dicatat.
Pada penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan dengan tujuan untuk
meratakan konsentrasi larutan diluar serbuk simplisia sehingga dengan pengadukan tersebat tetap
terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil kecilnya antara larutan di dalam sel
dengan larutan diluar sel.
Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama 2 hari untuk mengendapkan zat zat
yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi, misalnya:
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40"-50"
C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, waktu proses maserasi dapat
dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2, seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama,
sesudah diendap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan
menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui
serbuk simplisia dan aktifnya melarutkan zat.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena
pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi
dengan maserasi melingkar bertingkat.

2.3 Kunyit
2.3.1 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica val
2.3.2 Deskripsi Tanaman
Tanaman kunyit ( Curcuma domestica val ) merupakan salah satu tanaman obat
tradisional yang banyak dikenal banyak orang. Tanaman ini memiliki nama yang sangat
banyak di daerah masing-masingnya seperti kunir, kuning, cahang, janar dan lainnya. Tanaman
ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1300-1600 mdpl, dan curah hujan yang sangat baik.
Tanaman kunyit merupakan tanaman jangka panjang atau tahunan dengan daun besar
berbentuk elips, 3-8 buah, panjang hingga mencapai 85 cm, lebar sampai 25 cm, pangkal daun
meruncing, dan berwarna hijau muda atau tua. Batang tanaman kunyit adalah semu yang
berwarna hijau dan keunguan, tingga batang mencapai 1,60 meter. Perbungaan tanaman ini
muncul dari rimpang, terletak di batang, ibu tangkai bunga berambut kasar dan rapat. Saat
kering memiliki ketebalan mencapai 2-5 mm, panjang 16-40 cm, daun kelopak berambut
berbentuk lanset dengan panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm, berwarna hijau, berbentuk bulat telur,
daun memiliki bagian ujung terbelah-belah. Bentuk bunga tanaman ini majemuk, mahkota
berwarna putih. Bagian dalam berupa rimpang. Bagian dalam rimpang berwarna kuning jingga
atau pusatnya lebih pucat atau warna tidak jelas.

2.3.3 Kandungan Kimia


Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin serta zat-zat bermanfaat
lainnya. Sisanya minyal atsiri/volatile oil (keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
zingiberen 25%, felandren, sabinen,borneol dan sineil), lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein
30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, garam-garam mineral (zat vesi, fosfor, dan kalsium).
2.3.4 Khasiat
Kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri berfungsi untuk pengobatan hepatitis,
antioksidan, gangguan pencernaan, antimikroba (broad spectrum), antikolesterol, anti-HIV,
antitumor, menghambat perkembangan sel tumor payudara, menghambat proliferasi sel tumor
pada usus besar, antiinvasi, antirematik, diabetes mellitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit
keputihan, haid tidak lancer, perut mulas saat haid, memperlancar ASI, amandel, berak lender,
morbili, cangkrang.
Umbi akar yang berumur lebih dari satu tahun bersifat membersihkan, mendinginkan,
mempengaruhi bagian perut khususnya lambung, merangsang, melepaskan kelebihan gas di
usus, menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan darah. Selain itu juga digunakan
sebagai bahan dalam masakan. Kunyit juga digunakan sebagai obat antigatal, antikejang, serta
mengurangi pembengkakan selapun lender mulut. Kunyit dikonsumsi dalam bentuk perasan
yang disebut filtrate, juga diminum sebagai ekstrak atau digunakan sebagai salep untuk
mengobati bengkak. Kunyit juga berkhasiat untuk menyembuhkan hidung yang tersumbat,
caranya dengan membakar kunyit dan menghirupnya.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
- Bejana maserasi - Aquadest, etanol
- Wadah penampung maserat - 10 gram simplisia kunyit
- Timbangan simplisia
- Rotary evaporator
- Waterbath dan Cawan
- Batang pengaduk
- Kain flannel
- Wadah ekstrak
- Alat-alat gelas lainnya
- Alumunium foil

3.2 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang cawan kosong yang akan digunakan sebagai wadah maserat untuk diuapkan.
3. Timbang serbuk simplisia kunyit sebanyak 10 gram, lalu masukan ke dalam cawan.
4. Basahi serbuk simplisia tersebut dengan etanol 96% secukupnya.
5. Pindahkan serbuk yang sudah dibasahi ke dalam gelas kaca, tambahkan etanol 100 ml, lalu
tutup. Tunggu hingga 30 menit sambil diaduk setiap 5 menit sekali.
6. Setelah selesai, saring maserat dengan kain flannel, tamping maserat ke wadah penampung
maserat sambil ditutup dengan alumunium foil.
7. Kemudian ampas simplisia tadi, ditambahkan kembali dengan etanol 96% 100 ml. Proses
tersebut diulangi 2 kali dengan waktu yang sama pula. (Total perendaman yaitu 3 kali)
8. Setelah selesai, kumpulkan maserat 1, 2, 3. Masukan ke dalam cawan dan uapkan di
waterbath dengan suhu 60oC hingga mengental.
9. Lalu timbang berat dari hasil ekstrak kental tersebut.
10. Dan masukan ekstrak ke wadah, beri identitas meliputi; nama, esktrak, cara pembuatan,
tanggal pembuatan, pemerian, rendemen, dan nama kelompok. Simpan dalam lemari es.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Hasil penyarian dengan pelarut Etanol 96%

Parameter Hasil

Bobot simplisia 10 gram

Bobot cawan uap (a) (a) 175,7 gr


Bobot cawan uap + ekstrak (b) (b) 179,8 gr
Bobot ekstrak (c) (c) b-a = 4,1 gr.

Pemerian ekstrak Bentuk = kental


Aroma = bau khas kunyit
Rasa = sedikit kecut khas kunyit
Warna = Coklat kemerahan.

% Rendemen Ekstrak = berat ekstrak / 4,1 gr / 10 gr x 100% = 41%


berat simplisia x 100%

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan ekstraksi dengan cara maserasi. Pada
pembuatan perkolasi kunyit ini, kita menggunakan 10 gram kunyit yang sudah dihaluskan dan
sudah dibasahi dengan menggunakan pelarut etanol 96 % di cawan. Prinsip maserasi yaitu
menempatkan serbuk simplisia yang telah dibasahi dalam suatu wadah tabung, kemudian cairan
penyari Etanol 96% ditambahkan. Jangan lupa menutup wadah, agar etanol tak menguap.
Diamkan selama 30 menit, dengan diaduk tiap 5 menitnya. Cairan penyari akan melarutkan zat
aktif sel-sel sampai mencapai keadaan jenuh. Namun kali ini hanya sebagai simulasi maserasi
mengingat proses maserasi yang sesungguhnya membutuhkan waktu yang lama. Maka, waktu
yang diperlakukan selama 30 menit dengan pengadukan tiap 5 menitnya.
BAB V
KESIMPULAN

Hasil rendemen yang diperoleh yaitu 41%.

Hal yang harus diperhatikan dalam maserasi, antara lain :

1. Wadah yang digunakan pastikan dapat tertutup rapat, untuk mencegah penguapan etanol.
2. Waktu pengadukan harus diperhatikan demi dihasilkannya ekstrak yang baik.
3. Pemerasan harus dilakukan dengan baik agar hasil akhir yang diperoleh baik.

Pada maserasi dengan etanol 96 % perlu ketelitian saat penguapan karena penguapan terjadi lebih cepat
agar ekstrak yang didapat tidak kering.

Anda mungkin juga menyukai