Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“SKRINNING FITOKIMIA”
Dosen Pengampu :
Mamik Ponco Rahayu, M.Si., Apt.
Disusun Oleh :
21154566A
Kelompok 6F
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
I. JUDUL : SKRINNING FITOKIMIA
II. TUJUAN :
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan skrining fitokimia serta
mengidentifikasi kandungan kimia simplisia.
III. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolaan lain, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan simplisia tidak lebih dari 60oC (Kemenkes Rim 2013)
Metode yang digunakan atau dipilih untuk melakukan skrining harus sesuai
dengan persayaratan, yaitu ;
a. Sederhana
b. Cepat
c. Dapat dilakukan dengan peralatan minimal
d. Selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari’
e. Bersifat semikuantitatif
f. Dapat memberikan informasi tambahan ada/tidaknya senyawa tertentu dari
golongan senyawa yang dipelajari.
a. Alkaloid
b. Antrakinon
Antrakinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari reaksi
oksidasi antrasena. Golongan ini memiliki aglikon yang sekerabat dengan antrasena
yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan
C10), larut dalam air panas atau alkohol encer. Antrakinon yang mengandung gugus
karboksilat dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium
bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron denantranol terdapat bebas di alam
atau sebagai glikosida.
c. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut
polar.
d. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara
kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia
tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam paku – pakuan dan
gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan
berkayu. Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan
berkeping dua .
e. Steroid dan Triterpenoid
Triterpenoid senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu
skualena. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang – kurangnya empat golongan
senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana
perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai
hormone kelamine, asam empedu, dll), tetapi pada tahun – tahun terakhir ini banyak
senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan.
Manfaat Tanaman Kumis Kucing
Masyarakat lebih sering menggunakan tanaman kumis kucing untuk menjalani
terapi pengobatan herbal. Jenis daun yang dipakai kadang basah ada juga yang kering,
tergantung bagaimana resep yang diberikan oleh pakar pengobatan tradisional.
Keampuhan tanaman kumis kucing sebagai tumbuhan obat tak lepas dari
kandungan senyawa seperti glikosida orthosiphonin, zat samak, saponin, mineral
seperti kalium, mionositol, sapofonin, dan sinensetin. Banyaknya kandungan tersebut
membuat masyarakat tidak ragu dalam mengonsumsi buah ini sebagai obat dalam.
Tanaman kumis kucing (Orthosiphon sramineus Benth) adalah termasuk
familia Libiatae, tempat pertumbuhannya di beberapa daerah di tanah air. Suka sekali
akan keadaan yang agak basah. Daun-daunnya berkhasiat obat, pengumpulan daun
biasanya dilakukan ketika tanaman ini berbunga, daun-daun ini berbau aromatik,
lemah, rasanya kalau diperhatikan benar agak asin, agak pahit dan sepet .
Klasifikasi dari daun kumis kucing (Orthosiphon sramineus Benth) adalah
sebagai berikut:
Sinonim : Orthosiphon stamineus Benth
Klasifikasi : Spermathophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Orthosipon
Jenis : Orthosipon spicatus B.B.S.
V. CARA KERJA
1. Penyiapan Sari atau Ekstrak
Ektraksi serbuk simplisia daun kumis kucing 300 gram dengan 200 ml
pelarut non polar ( N – Heksan ) dengan cara refluks. Jika pelarut tidak
merendam semua serbuk, tambahkan pelarut lagi hingga tercelup semua
Saring dihasilkan ampas dan ektrak. Ekstraknya ditambah natrium sulfat
anhidrat diamkan selama 20 menit disaring dan dipekatkan. Ampas nya di
kering anginkan.
Lakukan penyulingan
Panaskan dalam
Uapkan 10ml ekstrak untuk menghilangkan
tangas air hingga tidak
heksana, + 10ml KOH etanol, sisanya
ada tetes minyak pada
0,5N dalam etanol larutkan dalam 20ml
permukaan cairan
air panas
I. pembanding, II. + 2-
Uapkan 10ml ekstrak Jenuhkan fase gerak
3 tetes Dragendrof, III.
eter, sisanya dilarutkan toluena : etil asetat :
+ 2-4 tetes Mayer,
1,5ml HCl 2%, bagi ke dietilamin (7:2:1)
amati perubahan yang
dlm 3 tabung reaksi dalam chamber
terjadi
2. Senyawa fenolik
3. Senyawa flavonoid
Jenuhkan n-
Sebanyak 3ml sari eter
Amati perubahan yang propanolol-etil asetat-
+ 1ml amonia 25%/
terjadi ari (40:40:30) dlm
NaOH 10%
chamber
3. Saponin
Semprot dgn
Totolkan ekstrak
anisaldehid/
Amati noda secara etanol dan
Lieberman Burchard
visual, UV 254nm, pembanding
dan keringkan dlm
dan UV 366nm (glisirisin), elusi dlm
oven, amati warna
chamber
noda
4. Tannin
i. 1ml ekstrak etanol + ii. 2ml ekstrak etanol Filtrat + natrium asetat
2ml air + 3tetes besi + 3ml air + 1ml dan besi (III) klorida,
(III) klorida, amati Stiassny, dipanaskan, amati perubahan
warna larutan lalu disaring warna
Kandungan
Uji Hasil Interpretesi
senyawa
Warna Noda
Gambar Kromatogram Kode Bercak Rf UV UV
Visual Pereaksi
254 366
A1 = Baku 254 coklat
B1 = Sampel A2 = 0.14
254
A2 = 0.24
A2 = 0,34
A2 = baku 366
B1 = 0,06
B2 = sampel 366
B2 = 0,58
b. Saponin
c. Steroid / Triterpenoid
Nama Sari : Sari N-Heksane
Fase diam : silika gel GF 254 nm
Fase gerak : heksane – etil asetat
Penampakan noda : uv 254 nm , uv 366 nm
Pereaksi pendeteksi : liberman burchard
Warna Noda
Gambar
Kode Bercak Rf UV 254 UV 366
Kromatogram Visual Pereaksi
nm nm
A1 = Baku 254 A1 = 0.9
B1 = sampel 254 A1 = 0.18
Kandungan
Uji Hasil Interpretasi
senyawa
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengujian tentang skrinning
fitokimia tanaman atau bagian tanaman dengan menggunakan uji tabung dan
identifikasi golongan senyawa secara KLT. Metode skrining fitokimia dilakukan
dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan adalah daun kumis kucing
(Orthosiphon aristatus), tujuan melakukan skrining fitokimia pada daun kumis kucing
yaitu untuk mengetahui apakah daun kumis kucing mengandung senyawa golongan
seperti flavanoid, antrakuinon, lemak dan asam lemak, saponin (steroid dan
triterpenoid), alkaloid, fenolik dan polifenolik.
Langkah pertama sebelum dilakukan identifikasi dilakukan ekstraksi dengan
metode refluk dengan menggunakan 3 pelarut yang berbeda yaitu n-heksan,
kloroform, dan etanol. Digunakan beberapa pelarut karena senyawa kandungan yang
ada didalam kumis kucing mempunyai polaristas yang berbeda yang akan tertarik
dalam masing-masing pelarut berdasasarkan polaritasnya.
Pada pengujian yang dilakukan pada sari dalam N-Heksana yang bersifat non
polar diharapkan kandungan senyawa yang bersifat non polar akan tertarik pada
pelarut ini, dilakukan identifikasi senyawa steroid/triterpenoid dengan menggunakan
larutan uji Lieberman bouchardard dan menimbulkan cincin yang kecoklatan karena
proses hidrolisis air yang kemudian bereaksi dengan turunan asetil oleh pereaksi
liberman tersebut sehingga dapat diinterpretasikan sari dalam N-Heksana positif
mengandung senyawa steroid/triterpenoid, hal tersebut sesuai dengan teoritis yang
ada.
Selanjutnya pengujian dilakukan terhadap sari dalam kloroform yang bersifat
semipolar diharapkan senyawa yang bersifat semipolar akan tertarik pada pelarut ini,
dilakukan identifikasi senyawa alkaloid, senyawa fenol, flavanoid, dan antrakuinon.
Dimana pada pengujian tersebut menunjukkan hasil yang positif pada senyawa
alkaloid, senyawa fenol dan flavanoid sedangkan untuk senyawa antrakuinon
menujukkan hasil yang negatif karena tidak menujukkan reaksi terjadinya warna
merah ketika diuji menggunakan larutan basa hal ini kemungkinan karena ada
kesalahan dalam proses praktek yang dapat menimbulkan kontaminan filtrat sehingga
menganggu proses reaksi kimianya atau memang daun kumis kucing memang tidak
memiliki atau hanya mengandung sedikit senyawa antrakuinon.
Pengujian selanjutnya dilakukan pada sari etanol 70% yang bersifat polar
diharapkan kandungan senyawa yang bersifat polar tertarik dalam pelarut ini, pada
pengujian ini dilakukan banyak identifikasi senyawa karena pelarut etanol merupakan
pelarut yang bersifat universal atau dapat mengangkut berbagai sifat senyawa dalam
tanaman sehingga dilakukan berbagai identifikasi diantaranya glikosida
flavanoid,glikosida saponin, senyawa fenol, alkaloid bentuk garam, basa kuarterner,
dan tanin. Pada pengujian glikosida saponin menujukkan hasil yang positif dibuktkan
dengan terbentuknya cincin setelah diberikan pereaksi sianidin/sibata, kemudian pada
glikosida saponin juga menujukkan hasil yang positif dibuktikan dengan adanya
warna hijau setelah diberikan pereaksi lieberman, dan untuk penguian senyawa fenol
menggunakan pereaksi uji FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau hal ini
dikarenakan adanya gugus aromatis pada fenol sehingga senyawa tersebut dapat
melakukan resonansi, kemampuan resonansi inilah yang menyebabkan fenol dapat
memancarkan warna tertentu pada pengujian identifikasi. Dan pada identifikasi
alkaloid bentuk garam juga menunjukkan hasil yang positif dengan adanya endapan
yang terbentuk, hal tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada. Dan yang terakhir
pengujian senyawa tanin, pada pengujian ini dilakukan uji buih FeCl 3 dimana juga
menujukkan hasil yang positif terhadap senyawa saponin dan tanin tak terhidrolisis
dengan dibuktikan adanya buih hijau kehitaman.
Pengujian berikutnya dilanjutkan dengan identifikasi golongan senyawa
menggunakan kroatografi lapis tipis (KLT), dimana pada pengujian ini dilakukan
identifikasi 3 golongan senyawa yaitu minyak atsiri, saponin, dan steroid/triterpenoid.
Pada pengujian KLT minyak atsiri digunakan pereaksi pendeteksi anisaldehid asam
sulfat yang dipanaskan 100°C selama 5-10 menit dan hasil yang ditunjukkan
berwarna biru,violet, merah, dan coklat dimana dapat diinterpretasikan bahwa sari
heksana tersebut mengandung minyak atsiri, dan menghasilkan fluorosensi pada UV
366 nm.
Pada pengujian saponin, digunakan sari etanol dan pereaksi yang digunakan
anisaldehid menghasilkan noda berwarna merah pada sampel 254 dengan nilai Rf
0,96. Dan pada baku 366 menghasilkan warna biru pada UV 254 dengan nilai Rf 0,04.
Dan yang terakhir pada pengujian steroid/triterpenoid secara KLT dengan
menggunakan pendeteksi lieberman menghasilkan bercak merah pada baku 366
dengan nilai Rf 0,84 pada UV 254.
VIII. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil praktikum skrining fitokimia pada kumis kucing didapatkan
hasil positif mengandung senyawa steroid/triterpenoid, tidak memiliki atau hanya
mengandung sedikit senyawa antrakuinon, positif terhadap senyawa saponin dan
tannin, minyak atsiri, saponin, steroid/triterpenoid.
2. Pada pengujian saponin, digunakan sari etanol dan pereaksi yang digunakan
anisaldehid menghasilkan noda berwarna merah pada sampel 254 dengan nilai Rf
0,96. Dan pada baku 366 menghasilkan warna biru pada UV 254 dengan nilai Rf
0,04.
3. Pada pengujian steroid/triterpenoid secara KLT dengan menggunakan pendeteksi
lieberman menghasilkan bercak merah pada baku 366 dengan nilai Rf 0,84 pada
UV 254.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI (Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia). 2011. Acuan Sediaan Herbal.
Jakarta: BPOM RI
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta:
Penebar Swadaya.