Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

ANALISIS DAN STANDARISASI OBAT BAHAN ALAM

“SKRINNING FITOKIMIA”

Dosen Pengampu :
Mamik Ponco Rahayu, M.Si., Apt.

Disusun Oleh :

Nendika Tyas Wandani

21154566A

Kelompok 6F

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
I. JUDUL : SKRINNING FITOKIMIA
II. TUJUAN :
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan skrining fitokimia serta
mengidentifikasi kandungan kimia simplisia.
III. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolaan lain, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan simplisia tidak lebih dari 60oC (Kemenkes Rim 2013)
Metode yang digunakan atau dipilih untuk melakukan skrining harus sesuai
dengan persayaratan, yaitu ;
a. Sederhana
b. Cepat
c. Dapat dilakukan dengan peralatan minimal
d. Selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari’
e. Bersifat semikuantitatif
f. Dapat memberikan informasi tambahan ada/tidaknya senyawa tertentu dari
golongan senyawa yang dipelajari.

Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit


sekunder yang terdapat dalam tumbuh – tumbuhan karena sifatnya yang dapat
bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui
serangkaian pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu. Beberapa jenis
senyawa yang dapat dideteksi secara skrining fitokimia antara lain :

a. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada


umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik.
Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk
kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan.

Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi


Mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid
akan memberikan endapan berwarna putih. Pereaksi Dragendorff mengandung
bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair. Senyawa positif
mengandung alkaloid jika setelah penyemprotan dengan pereaksi Dragendorff
membentuk warna jingga.

b. Antrakinon
Antrakinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari reaksi
oksidasi antrasena. Golongan ini memiliki aglikon yang sekerabat dengan antrasena
yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan
C10), larut dalam air panas atau alkohol encer. Antrakinon yang mengandung gugus
karboksilat dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium
bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron denantranol terdapat bebas di alam
atau sebagai glikosida.
c. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut
polar.
d. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara
kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia
tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam paku – pakuan dan
gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan
berkayu. Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan
berkeping dua .
e. Steroid dan Triterpenoid
Triterpenoid senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu
skualena. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang – kurangnya empat golongan
senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana
perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai
hormone kelamine, asam empedu, dll), tetapi pada tahun – tahun terakhir ini banyak
senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan.
Manfaat Tanaman Kumis Kucing
Masyarakat lebih sering menggunakan tanaman kumis kucing untuk menjalani
terapi pengobatan herbal. Jenis daun yang dipakai kadang basah ada juga yang kering,
tergantung bagaimana resep yang diberikan oleh pakar pengobatan tradisional.
Keampuhan tanaman kumis kucing sebagai tumbuhan obat tak lepas dari
kandungan senyawa seperti glikosida orthosiphonin, zat samak, saponin, mineral
seperti kalium, mionositol, sapofonin, dan sinensetin. Banyaknya kandungan tersebut
membuat masyarakat tidak ragu dalam mengonsumsi buah ini sebagai obat dalam.
Tanaman kumis kucing (Orthosiphon sramineus Benth) adalah termasuk
familia Libiatae, tempat pertumbuhannya di beberapa daerah di tanah air. Suka sekali
akan keadaan yang agak basah. Daun-daunnya berkhasiat obat, pengumpulan daun
biasanya dilakukan ketika tanaman ini berbunga, daun-daun ini berbau aromatik,
lemah, rasanya kalau diperhatikan benar agak asin, agak pahit dan sepet .
Klasifikasi dari daun kumis kucing (Orthosiphon sramineus Benth) adalah
sebagai berikut:
Sinonim : Orthosiphon stamineus Benth
Klasifikasi : Spermathophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Orthosipon
Jenis : Orthosipon spicatus B.B.S.

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Botol
 Timbangan Analitik
 Alat-alat gelas
 Oven
 Eksikator
 Serangkaian Alat Reflux
 Chamber KLT dan lempeng
 Kertas saring
 Corong kaca
 Batang pengaduk
 Waterbath
 Spektro UV-VIS
 pH meter
b. Bahan
 Serbuk daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
 N-heksan
 Etanol 70%
 Kloroform
 Natrium Sulfat anhidrat
 Silika gel GF-254
 Toluena
 Etil Asetat
 Timol
 HCl pekat
 Asam asetat anhidrat
 Asam Sulfat
 Pereaksi Lieberman-Bouchard,Mayer,Dragendrof
 Metanol
 Stigmasterol
 N-butanol
 Dietilamin
 N-propanol
 Aquadest

V. CARA KERJA
1. Penyiapan Sari atau Ekstrak

Ektraksi serbuk simplisia daun kumis kucing 300 gram dengan 200 ml
pelarut non polar ( N – Heksan ) dengan cara refluks. Jika pelarut tidak
merendam semua serbuk, tambahkan pelarut lagi hingga tercelup semua
Saring dihasilkan ampas dan ektrak. Ekstraknya ditambah natrium sulfat
anhidrat diamkan selama 20 menit disaring dan dipekatkan. Ampas nya di
kering anginkan.

Ekstraksi ampas lagi dengan pelarut semi polar ( kloroform ). Selanjutnya


disaring dihasilkan ampas dan ekstrak. Ekstraknya di tambah natrium
sulfat anhidrat diamkan 20 menit, disaring kemudian dipekatkan.
Ampasnya dikering anginkan.

Ekstraksi ampas lagi dengan pelarut polar ( etanol 70% ). Selanjutnya


disaring dihasilkan ampas dan ektrak. Ekstraknya ditambah natrium sulfat
anhidrat kemudian dipekatkan.

2. Identifikasi Kandungan Kimia


a. Ekstrak n– Heksan
1. Minyak

Siapkan dan jenuhkan Siapkan fase diam Totolkan ekstrak dan


fase gerak toluena - Silika gel GF254 dan baku pembanding
etil asetat (93:7) beri batas atas dan timol/ eugenol/
dalam chamber bawah (1cm) sinamaldehid

Semprot dengan Kering anginkan fase


Masukkan dalam fase
anisaldehid asam diam, amati noda
diam dalam chamber,
sulfat, dan keringkan secara visual, pada
tunggu hingga terelusi
dalam oven, amati UV 254nm, dan UV
sampai batas atas
warna noda 366nm
2. Lemak

Lakukan penyulingan
Panaskan dalam
Uapkan 10ml ekstrak untuk menghilangkan
tangas air hingga tidak
heksana, + 10ml KOH etanol, sisanya
ada tetes minyak pada
0,5N dalam etanol larutkan dalam 20ml
permukaan cairan
air panas

Sari air dalam alkalis


Sari eter digunakan Ekstraksi cair" dengan
+ HCL pekat (pH 3-4)
untuk identifikasi 2x10ml eter (terbentuk
dan sedikit eter
steroid, triterpenoid, sari eter dan sari air
(terbentuk sari air
dan karotenoid alkalis)
keruh dan eter)

Uapkan sari eter, jika


hasil berminyak maka
+ mengandung asam
lemak

3. Steroid dan Triterpenoid

Uapkan sari eter


+ 1-2ml asam sulfat Lakukan analisiis KLT
(identifikasi poin b) +
(reaksi Liberman dengan menjenuhkan
0,5ml asam asetat
Burchard), amati heksan : etil asetat
anhidrat + 0,5ml
larutan yang terbentuk (1:1) dalam chamber
kloroform

Semprotkan pereaksi Totolkan sari eter dan


Kering anginkan,
Liberman Burchard pembandung (α-
amati noda secara
dan keringkan dalam amirin) dalam fase
visual, UV 254nm,
oven, amati warna diam silika gel GF 254,
UV 366nm
noda elusi dalam fase gerak
b. Ekstrak dalam Kloroform
1. Alkaloid

I. pembanding, II. + 2-
Uapkan 10ml ekstrak Jenuhkan fase gerak
3 tetes Dragendrof, III.
eter, sisanya dilarutkan toluena : etil asetat :
+ 2-4 tetes Mayer,
1,5ml HCl 2%, bagi ke dietilamin (7:2:1)
amati perubahan yang
dlm 3 tabung reaksi dalam chamber
terjadi

Elusi dengan fase Totolkan sari eter dan


Semprot dengan
gerak, kering pembanding (efedrin/
pereaksi Dragendorf
anginkan, dan amati atropin/ nikotin) pada
dan amati warna noda
noda yang terbentuk silika gel GF254

2. Senyawa fenolik

Uapkan 1ml sari eter, Jenuhkan n-butanol-


asam asetat-air Amati noda secara
sisa + larutan besi (III)
(4:1:5), totolkan sari visual, UV 254nm dan
klorida, amati warna
eter dan pembanding UV 366nm
yang terbentuk
pada silika gel GF254

3. Senyawa flavonoid

Uapkan 3ml sari eter, Jenuhkan fase gerak n-


+ logam Mg dan 4-5
sisa + 1-2ml metanol butanol-asam asetat-
tetes HCl pekat, amati
50% dgn bantuan air (4:1:5) dlm
perubahan
pemanasan chamber

Beri uap amonia, Totolkan sari eter dan


semprot dgn Amati noda secara pembanding
sitroborat, panaskan, visual, UV 254nm, (kuersetin) pada fase
dan amati perubahan dan UV 366nm diam. elusi, dan kering
warnanya anginkan
4. Antrakuinon

Jenuhkan n-
Sebanyak 3ml sari eter
Amati perubahan yang propanolol-etil asetat-
+ 1ml amonia 25%/
terjadi ari (40:40:30) dlm
NaOH 10%
chamber

Totolkan sari eter dan


Amati noda secara
pembanding (aloin/
visual, UV 254nm,
emodin) pada fase
dan UV 366nm
diam

c. Ekstrak dalam etanol 70%


1. Garam alkaloid

Uapkan 10ml ekstrak


i. Uji garam alkaloid ii.
etanol, sisa + 10ml HCl Bagi larutan menjadi 2
Basa kuarterner dan
10%, panaskan sambil dlm tabung reaksi
amina teroksidasi
diaduk

1.1.Uji garam alkaloid

Tabung i + amonia I. pembanding, II. +2-3


Uapkan dan sisanya +
encer (pH 8-9), lalu sari tetes Dragendrof, III.
1,5ml HCl 2%, bagi
dgn pelarut semipolar +2-4 tetes Mayer, amati
kedlm 3 tabung reaksi
(kloroform) perubahan warna

1.2. Basa kuartener dan amina teroksidasi


Cuci kertas saring dgn
3ml HCl 10% Amati perubahan pada
Tabung ii + 0,5 gram
kertas saring dan
NaOH sambil diaduk, + pereaksi larutan^ (ada
lalu saring Mayer/Dragendrof endapan/tidak)
dlm 0,5ml larutan

Sisa larutan^ masuk


Filtrat diuji dengan Lapisan air alkalis +
corong pisah + amonia
pereaksi Mayer dan HCl 10% (pH 3), lalu
pekat dan
Dregendrof saring
eter/kloroform
2. Glikosida
Sebanyak 10ml Lapiran eter disaring
Ekstraksi cair-cair
ekstrak etanol + 10ml dgn natrium sulfat
dgn eter 3x10ml,
HCl 10%, lalu anhidrat, dan lapisan
akan terbentuk 2
dipanaskan sambil air asam + reagen
lapisan
diaduk Molisch

Jenuhkan asam asetat


Amati noda secara 15% dlm chamber,
Amati perubahan
visual, UV 254nm, dan totolkan ekstrak
UV 366nm yang terjadi
etanol dan
pembanding (rutin)

Beri uap amonia,


semprot dgn sitroborat,
panaskan, dan amati
perubahan warnanya

3. Saponin

Uapkan 2ml ekstrak


Diamkan ± 30menit, + Jenuhkan kloroform-
etanol, sisa + air,
HCl 2N, amati apakah metanol-air (60:30:10)
gojog dlm tabung
buih hilang atau tidak dlm chamber
reaksi ± 15menit

Semprot dgn
Totolkan ekstrak
anisaldehid/
Amati noda secara etanol dan
Lieberman Burchard
visual, UV 254nm, pembanding
dan keringkan dlm
dan UV 366nm (glisirisin), elusi dlm
oven, amati warna
chamber
noda
4. Tannin

i. 1ml ekstrak etanol + ii. 2ml ekstrak etanol Filtrat + natrium asetat
2ml air + 3tetes besi + 3ml air + 1ml dan besi (III) klorida,
(III) klorida, amati Stiassny, dipanaskan, amati perubahan
warna larutan lalu disaring warna

Amati noda secara Jenuhkan n-butanol-


visual, UV 254nm, asam asetat-air (4:1:5), iii. 1ml ekstrak etanol
dan UV 366nm, totolkan larutan dan + 3tetes gelatin-garam,
semprot dgn pereaksi pembanding (asam lalu analisis KLT
FeCl3 galat)

VI. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


1. IDENTITAS TANAMAN
Nama latin tanaman : Orthosiphon aristatus
Nama daerah : Kumis kucing
Bagian tanaman : Daun
Sistematika tanaman
- Kingdom : Plantae
- Sub Kingdom : Vindiplantae
- Divisi : Tracheophyta
- Kelas : Magnoliopsida
- Ordo : Lamiales
- Famili : Lamiaceae
2. SKRINNING FITOKIMIA MENURUT DEPKES RI ( 1987 )
a. Sari dalam N – Heksan

Kandungan senyawa Uji Hasil Interpretasi

Lemak dan asam Tidak ada lemak


- larut
lemak
Liebermann (+) steroid atau
Steroid/triterpenoid Cincin kecoklatan triterpenoid
bourchard
b. Sari dalam kloroform

Kandungan
Uji Hasil Interpretesi
senyawa

Dragendorf Terjadi kekeruhan +


Alkaloid Larutan warna
Mayer +
kuning

Senyawa fenol FeCl3 Terjadi perubahan +


warna menjadi hijau
Flavonoid Shianidin Terjadi larutan warna +
merah/jingga
Antrakuinon Larutan basa Tidak terjadi warna -
merah

c. Sari Etanol 70%

Kandungan senyawa Uji Hasil Interpretasi

Glikosida flavonoid Sianidin/sibata Ada cincin +


Liebermann +
Glikosida saponin Hijau
burchard
Terjadi
Senyawa fenol FeCl3 perubahan warna +
menjadi hijau
Dragendroff Ada endapan (+) alkaloid
Alkaloid bentuk Mayer Ada endapan (+) alkaloid
garam
Tidak ada
Uji lapisan eter
endapan
Uji lapisan air Tidak terjadi -
Basa kuarterner
alkalis endapan
Tidak terjadi
Antrakuinon
ednapan
(+) saponin
Ada buih hijau (+) tanin tak
Tanin Uji buih fecl3 terhidrolisis
kehitaman
katekol

3. IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA SECARA KLT


a. Minyak atsiri
Nama Sari : Sari Heksane dilakukan uji KLT
Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : toluen – etil asetat (93:7)
Penampakan noda : uv 254 nm , uv 366 nm
Pereaksi pendeteksi : anisaldehid asam sulfat (dipanaskan 1000c selama 5-10
menit)
Baku pembanding : tymol/eugenol/sinamaldehid
Penampakan : biru, violet, merah, cokelat (mengandung minyak
atsiri) & berfluoresensi dibawah UV 366nm

Warna Noda
Gambar Kromatogram Kode Bercak Rf UV UV
Visual Pereaksi
254 366
A1 = Baku 254 coklat
B1 = Sampel A2 = 0.14
254
A2 = 0.24
A2 = 0,34

A2 = baku 366
B1 = 0,06
B2 = sampel 366
B2 = 0,58

b. Saponin

Nama Sari : Sari Etanol


Fase diam : silika gel GF 254 nm
Fase gerak : kloroform – metanol – air ( 60 : 30 : 10 )
Penampakan noda : uv 254 nm , uv 366 nm
Pereaksi pendeteksi : anisaldehid
Warna Noda
Gambar
Kode Bercak Rf
Kromatogram UV
Visual UV 366 Pereaksi
254
A1 = Baku 254 A1 = 0.96 -
B1 = sampel 254 B1 = 0.96 merah

A2 = baku 366 A2 = 0.04 Biru


B2 = sampel 366 A2 = 0.2

c. Steroid / Triterpenoid
Nama Sari : Sari N-Heksane
Fase diam : silika gel GF 254 nm
Fase gerak : heksane – etil asetat
Penampakan noda : uv 254 nm , uv 366 nm
Pereaksi pendeteksi : liberman burchard

Warna Noda
Gambar
Kode Bercak Rf UV 254 UV 366
Kromatogram Visual Pereaksi
nm nm
A1 = Baku 254 A1 = 0.9
B1 = sampel 254 A1 = 0.18

A2 = baku 366 A2 = 0.84 merah


B2 = sampel 366 A2 = 0.94
A2 = 0.98
4. SKRINING FITOKIMIA MENURUT DEPKES RI (1980) DAN JURNAL
PENELITIAN

Kandungan
Uji Hasil Interpretasi
senyawa

Triterpen Triterpenoid Ungu +

Flavonoid Shibata Merah +


Tanpa pereaksi Tidak membentuk
-
endapan

Bouchardat Tidak ada endapan -


Alkaloid
Alkaloid golongan
Dragendrof Endapan
iii
Hager Tidak ada endapan -
Tanin tak
Tanin Fecl3 Hijau kehitaman
terhidrolisis

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengujian tentang skrinning
fitokimia tanaman atau bagian tanaman dengan menggunakan uji tabung dan
identifikasi golongan senyawa secara KLT. Metode skrining fitokimia dilakukan
dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan adalah daun kumis kucing
(Orthosiphon aristatus), tujuan melakukan skrining fitokimia pada daun kumis kucing
yaitu untuk mengetahui apakah daun kumis kucing mengandung senyawa golongan
seperti flavanoid, antrakuinon, lemak dan asam lemak, saponin (steroid dan
triterpenoid), alkaloid, fenolik dan polifenolik.
Langkah pertama sebelum dilakukan identifikasi dilakukan ekstraksi dengan
metode refluk dengan menggunakan 3 pelarut yang berbeda yaitu n-heksan,
kloroform, dan etanol. Digunakan beberapa pelarut karena senyawa kandungan yang
ada didalam kumis kucing mempunyai polaristas yang berbeda yang akan tertarik
dalam masing-masing pelarut berdasasarkan polaritasnya.
Pada pengujian yang dilakukan pada sari dalam N-Heksana yang bersifat non
polar diharapkan kandungan senyawa yang bersifat non polar akan tertarik pada
pelarut ini, dilakukan identifikasi senyawa steroid/triterpenoid dengan menggunakan
larutan uji Lieberman bouchardard dan menimbulkan cincin yang kecoklatan karena
proses hidrolisis air yang kemudian bereaksi dengan turunan asetil oleh pereaksi
liberman tersebut sehingga dapat diinterpretasikan sari dalam N-Heksana positif
mengandung senyawa steroid/triterpenoid, hal tersebut sesuai dengan teoritis yang
ada.
Selanjutnya pengujian dilakukan terhadap sari dalam kloroform yang bersifat
semipolar diharapkan senyawa yang bersifat semipolar akan tertarik pada pelarut ini,
dilakukan identifikasi senyawa alkaloid, senyawa fenol, flavanoid, dan antrakuinon.
Dimana pada pengujian tersebut menunjukkan hasil yang positif pada senyawa
alkaloid, senyawa fenol dan flavanoid sedangkan untuk senyawa antrakuinon
menujukkan hasil yang negatif karena tidak menujukkan reaksi terjadinya warna
merah ketika diuji menggunakan larutan basa hal ini kemungkinan karena ada
kesalahan dalam proses praktek yang dapat menimbulkan kontaminan filtrat sehingga
menganggu proses reaksi kimianya atau memang daun kumis kucing memang tidak
memiliki atau hanya mengandung sedikit senyawa antrakuinon.
Pengujian selanjutnya dilakukan pada sari etanol 70% yang bersifat polar
diharapkan kandungan senyawa yang bersifat polar tertarik dalam pelarut ini, pada
pengujian ini dilakukan banyak identifikasi senyawa karena pelarut etanol merupakan
pelarut yang bersifat universal atau dapat mengangkut berbagai sifat senyawa dalam
tanaman sehingga dilakukan berbagai identifikasi diantaranya glikosida
flavanoid,glikosida saponin, senyawa fenol, alkaloid bentuk garam, basa kuarterner,
dan tanin. Pada pengujian glikosida saponin menujukkan hasil yang positif dibuktkan
dengan terbentuknya cincin setelah diberikan pereaksi sianidin/sibata, kemudian pada
glikosida saponin juga menujukkan hasil yang positif dibuktikan dengan adanya
warna hijau setelah diberikan pereaksi lieberman, dan untuk penguian senyawa fenol
menggunakan pereaksi uji FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau hal ini
dikarenakan adanya gugus aromatis pada fenol sehingga senyawa tersebut dapat
melakukan resonansi, kemampuan resonansi inilah yang menyebabkan fenol dapat
memancarkan warna tertentu pada pengujian identifikasi. Dan pada identifikasi
alkaloid bentuk garam juga menunjukkan hasil yang positif dengan adanya endapan
yang terbentuk, hal tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada. Dan yang terakhir
pengujian senyawa tanin, pada pengujian ini dilakukan uji buih FeCl 3 dimana juga
menujukkan hasil yang positif terhadap senyawa saponin dan tanin tak terhidrolisis
dengan dibuktikan adanya buih hijau kehitaman.
Pengujian berikutnya dilanjutkan dengan identifikasi golongan senyawa
menggunakan kroatografi lapis tipis (KLT), dimana pada pengujian ini dilakukan
identifikasi 3 golongan senyawa yaitu minyak atsiri, saponin, dan steroid/triterpenoid.
Pada pengujian KLT minyak atsiri digunakan pereaksi pendeteksi anisaldehid asam
sulfat yang dipanaskan 100°C selama 5-10 menit dan hasil yang ditunjukkan
berwarna biru,violet, merah, dan coklat dimana dapat diinterpretasikan bahwa sari
heksana tersebut mengandung minyak atsiri, dan menghasilkan fluorosensi pada UV
366 nm.
Pada pengujian saponin, digunakan sari etanol dan pereaksi yang digunakan
anisaldehid menghasilkan noda berwarna merah pada sampel 254 dengan nilai Rf
0,96. Dan pada baku 366 menghasilkan warna biru pada UV 254 dengan nilai Rf 0,04.
Dan yang terakhir pada pengujian steroid/triterpenoid secara KLT dengan
menggunakan pendeteksi lieberman menghasilkan bercak merah pada baku 366
dengan nilai Rf 0,84 pada UV 254.

VIII. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil praktikum skrining fitokimia pada kumis kucing didapatkan
hasil positif mengandung senyawa steroid/triterpenoid, tidak memiliki atau hanya
mengandung sedikit senyawa antrakuinon, positif terhadap senyawa saponin dan
tannin, minyak atsiri, saponin, steroid/triterpenoid.
2. Pada pengujian saponin, digunakan sari etanol dan pereaksi yang digunakan
anisaldehid menghasilkan noda berwarna merah pada sampel 254 dengan nilai Rf
0,96. Dan pada baku 366 menghasilkan warna biru pada UV 254 dengan nilai Rf
0,04.
3. Pada pengujian steroid/triterpenoid secara KLT dengan menggunakan pendeteksi
lieberman menghasilkan bercak merah pada baku 366 dengan nilai Rf 0,84 pada
UV 254.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Indonesia. Indonesia.

Anonim. 1989. Vademakum Bahan Obat Alam. Dirjen POM Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. hal 84-86.

BPOM RI (Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia). 2011. Acuan Sediaan Herbal.
Jakarta: BPOM RI

Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Harborne, 1987. Metode Fitokimia. Penuntun cara modern menganalisi tumbuhan.


Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB.
Bandung. hal 123-129.

Stanitsky, Conrad L. 2003. Chemistry in Context. New York: Mc Graw-Hill.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai