Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.


Semakin banyak jama’ah yang melakukan thawaf maka semakin banyak waktu yang
dibutuhkan. Hal ini mengharuskan jama’ah untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang
dapat membatalkan wudhu, salah satunya adalah flatus. Jika terjadi flatus maka
jama’ah diwajibkan untuk kembali berwudhu sebelum melanjutkan thawaf. Berwudhu
menjadi sesuatu yang agak sulit ketika jumlah jama’ah sangat banyak. Hal ini dapat
menyebabkan tingginya resiko kesasar dan terpisah dari rombongan.
Terapi terhadap flatus berlebih dibutuhkan selain untuk mencegah batalnya
wudhu saat melaksanakan umrah, juga dapat digunakan oleh subjek yang merasa
terganggu dengan flatus berlebih. Pada kondisi tertentu flatus berlebih dianggap
sangat mengganggu, misalnya berada di dalam pesawat dalam jangka waktu yang
lama. Hal ini melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian efek pemberian
domperidon tablet 10mg terhadap kejadian flatus pada jama’ah umrah. Domperidon
merupakan antagonis dopamin yang memiliki sifat antiemetik dan gastroprokinetik.
Mekanisme kerja domperidon mirip dengan metoklopramid namun tidak menembus
sawar darah otak (Champion dkk., 1986). Obat ini meningkatkan tekanan basal
spinkter esofagus bawah, mencegah relaksasi bagian fundus, meningkatkan
kontraktilitas antral dan relaksasi spinkter pilorus, serta menstimulasi motilitas
gastroduodenal (Champion dkk., 1986). Percepatan transit usus besar dapat
menyebabkan perbaikan absorbsi bahan makanan yang encer dan difusi gas. Semakin
banyak gas dari bakteri yang diserap tetapi semakin banyak gas yang berasal dari
darah masuk ke gelembung dan mengencerkan gas bakteri di dalamnya. Sehingga
diperkirakan akan terbentuk flatus dengan volume yang lebih besar dengan
kandungan gas bakteri yang lebih sedikit (Kurbel dkk., 2006).
Penelitian tentang penggunaan domperidon tablet dalam mencegah flatus
telah dilakukan sebelumnya antara lain studi yang disitasi oleh Fardy (1988):
1. Sebuah penelitian double blind placebo controlled trial pada 20 orang pasien
(16 orang dengan irritable bowel syndrom (IBS), 4 orang dengan gastritis.

1
Delapan orang dari kelompok perlakuan dan 1 orang dari kelompok plasebo
menunjukkan hasil yang memuaskan.
Penelitian randomized double blind tentang efek domperidon pada 66 pasien
IBS. Sebanyak 34 pasien diterapi dengan domperidon dan 32 pasien menggunakan
plasebo selama 4 minggu. Domperidon secara signifikan menurunkan kejadian
flatulens postprandial (p < 0,01) (Fardy dan Sullivan, 1988

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami gangguan pada eliminasi alvi yaitu pada flatus
dan tindakan dalam flatulence
b. Tujuan khusus
Untuk Mengetahui pengertian flatus,beserta penyebab dan gejalanya
Untuk mengetahui Etiologi flatus
Untuk mengetahui patofisiologi flatus
Untuk mengetahui manifestasi klinis flatus
Untuk mengetahui penatalaksanaan flatus untuk mengetahui komplikasi flatus

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Flatus adalah gas atau udara dalam saluran cerna yang dikeluarkan lewat anus. Gas dapat
ditemukan di lambung, usus kecil, maupun usus besar. Kebanyakan gas di lambung akan
dikeluarkan lewat sendawa. Jumlah gas yang masuk atau dibentuk di usus besar setiap
harinya ratarata 7 sampai 10 liter. Sedangkan jumlah rata-rata gas yang dikeluarkan
biasanya hanya sekitar 0,6 liter. Sisanya diabsorbsi melalui mukosa usus (Budiyanto,
2010).

B. Etiologi
Penyebab kentut selain faktor kandungan dalam makanan yaitu udara yang tertelan,
makan terburu-buru (apalagi tanpa dikunyah), meminum soft drink, naik pesawat udara
(karena tekanan udara lebih rendah), sehingga gas di dalam usus mengalami ekspansi &
muncul sebagai kentut.
Kacang-kacangan mengandung zat gula yang tidak bisa dicerna tubuh. Gula tersebut
(raffinose, stachiose, verbascose) jika mencapai usus, bakteri di usus langsung membuat
banyak gas. Jagung, paprika, kubis, kembang kol, dan susu juga merupakan penyebab
banyaknya frekuensi kentut (tetapi bukan baunya)
a. Peristaltik usus
Gerakan peristaltik usus juga menjadikan ruang menjadi bertekanan, sehingga
memaksa isi usus, termasuk gasnya untuk bergerak ke bagian yg bertekanan lebih
rendah, yaitu sekitar anus (Sherwood, 2001)
b. Kontraksi otot-otot abdomen
Pada saat kontraksi otot-otot abdomen meningkatkan tekanan intra abdomen
sehingga terjadi perbedaan tekanan antara intra abdomen dengan anus yang
mendorong udara keluar dengan kecepatan tinggi melalui lubang anus (Sherwood,
2001)
c. Makanan yang mengandung jenis-jenis karbohidrat
Karbohidrat-karbohidrat ini difermentasi oleh bakteri penghasil gas di kolon.
Sebagian besar gas yang terbentuk diusus besar diserap melalui mukosa usus.
Sisanya dikeluarkan melalui anus (Sherwood, 2001).

3
d. Kompres hangat atau dengan penyinaran inra merah Suhu hangat dapat
mengembangkan gas dan merangsang peristaltik usus (Long, 2002) sehingga
mengakibatkan perbedaan tekanan antara ruang intra abdomen dengan anus

C. PATOFISIOLOGI (Perjalanan Penyakit) Flatus

Kentut keluar melalui lubang dubur karena kepadatannya lebih ringan. Gerak peristaltik
usus mendorong isinya ke arah bawah. Tekanan di sekitar anus lebih rendah. Gerak
peristaltik usus menjadikan ruang menjadi bertekanan, sehingga memaksa isi usus,
termasuk gasnya untuk bergerak ke kawasan yang bertekanan lebih rendah, yaitu sekitar
anus. Dalam perjalanan ke arah anus, gelembung-gelembung kecil bergabung jadi
gelembung besar. Kalau tidak ada gerak peristaltik, gelembung gas akan menerobos ke
atas lagi, tetapi tidak terlalu jauh, karena bentuk usus yang rumit & berbelit-belit. Itulah
kenapa gas kentut tidak melakukan perjalanan ke tubuh bagian atas.[2]

Banyak kentut yang diproduksi dalam sehari rata-rata setengah liter dalam setiap 14 kali
kentut. Rata-rata, seseorang yang kentut 10 hingga 20 kali sehari masih dianggap normal.
Dalam frekuensi normal, kentut merupakan hal yang sehat karena menandakan sistem
pencernaan khususnya gerakan peristaltik usus hingga anus berjalan dengan normal.

Gas ini terutama berisi: nitrogen, oksigen, metan (diproduksi bakteri atau kuman dan
mudah terbakar), karbondioksida, hidrogen dan lain-lain. Gas yang keluar dapat berbau
menyengat akibat kandungan gas bergugus indol atau hidrosulfida (S-H) yang tercampur.
Indra penciuman manusia cukup reaktif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung
gugus ini. Bisa saja kentut terbakar, karena kentut mengandung metana dan hidrogen
yang bersifat mudah terbakar. Kalau terbakar, nyala apinya berwarna biru karena
kandungan unsur hidrogen. Tetapi gas kentut tidak akan terbakar dalam kondisi normal
karena konsistensinya lain.

D. Manifestasi klinis
Secara umum, ada empat jenis keluhan yang berhubungan dengan gas usus, yang dapat
muncul secara individual atau kombinasi.
a. Kembung dan sakit
Pasien mungkin mengeluh kembung karena perut kembung, tidak nyaman dan
sakit karena "angin terperangkap". Di masa lalu, gangguan usus fungsional

4
seperti sindrom iritasi usus yang menghasilkan gejala kembung dikaitkan dengan
peningkatan produksi gas usus. Namun, tiga bukti signifikan membantah teori
ini. Pertama, pada subjek normal, bahkan laju infus gas yang sangat tinggi ke dalam
usus kecil (30 ml / menit) ditoleransi tanpa keluhan nyeri atau kembung dan tidak
berbahaya sebagai flatus per rektum. Kedua, penelitian yang bertujuan untuk
mengukur volume total gas yang diproduksi oleh pasien dengan sindrom iritasi usus
besar (beberapa termasuk gas yang dikeluarkan dari mulut melalui erosi) secara
konsisten gagal menunjukkan peningkatan volume dibandingkan dengan subyek
sehat. Proporsi hidrogen yang dihasilkan dapat meningkat pada beberapa pasien
dengan sindrom iritasi usus besar, tetapi ini tidak mempengaruhi volume
total. [10] Ketiga, volume flatus yang diproduksi oleh pasien sindrom iritasi usus
yang mengalami nyeri dan distensi perut akan ditoleransi pada subjek normal tanpa
keluhan rasa sakit.
Pasien yang sering mengeluh kembung dapat ditunjukkan memiliki
peningkatan obyektif dalam lingkar perut, sering meningkat sepanjang hari dan
kemudian sembuh saat tidur. Peningkatan lingkar dikombinasikan dengan fakta
bahwa total volume flatus tidak meningkat menyebabkan penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan distribusi gas usus pada pasien dengan kembung. Mereka
menemukan bahwa gas tidak didistribusikan secara normal pada pasien ini: ada
pooling gas segmental dan distensi fokus. Kesimpulannya, distensi perut, nyeri, dan
gejala kembung adalah hasil dari dinamika gas usus abnormal daripada peningkatan
produksi flatus.

E. Pemeriksaan penunjang

Untuk menentukan diagnosis perut kembung dapat dimulai dengan wawancara medis.
Pada wawancara medis, dokter akan menanyakan apakah Anda merasakan gejala mual,
begah atau sakit perut. Anak yang menangis juga dapat menghirup udara yang berlebih
sehingga terjadipeningkatan kandungan udara pada usus. Pada pemeriksaan fisik dapat
dijumpai adanya pembesaran perut, nyeri tekan pada perut, dan gangguan suara usus.
Setelah wawancara medis dan pemeriksaan fisik dilakukan, pemeriksaan dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium untuk melihat apakah terdapat gangguan
elektrolit darah. Pemeriksaan USG perut, foto polos abdomen tiga posisi ,dan CT scan
juga dapat dilakukan.

5
Pada kasus sindrom dispepsia yang tidak membaik dengan obat penekan asam,
pemeriksaan teropong saluran cerna atas dapat dipertimbangkan.

F. Penatalaksanaan
a. Minum teh herbal
Minum teh herbal setelah makan dapat mencegah terbentuknya gas di usus.
Teh chamomile atau peppermint, yang dapat membantu tubuh mencerna makanan
dengan benar sehingga mencegah kentut berbau.
b. Batasi makanan yang memicu gas di perut
Terlalu banyak makan makanan yang tinggi serat seperti kacang-kacangan dan
umbi-umbian dapat memicu gas di perut. Batasi sayuran seperti brokoli,
kubis, kecambah dan kembang kol bila sedang mengalami perut
kembung. Alkohol dan minuman bersoda juga dapat membuat seseorang lebih sering
kentut dan berbau.
c. Perhatikan asupan produk susu
Perhatikan apakah gas dalam perut meningkat saat mengonsumsi produk susu
seperti susu, keju dan yogurt, karena bisa jadi sistem pencernaan tidak toleran
terhadap laktosa, yang bisa menyababkan lebih sering kentut dengan bau yang busuk.
d. Rutin olahraga
Berolahraga secara teraturdapat membantu meringankan kentut yang berlebihan
yang menyebabkan kentut berbau busuk. Pilih latihan yang ringan
seperti jalan kaki (jogging) dan yoga, yang dapat membantu kerja sistem pencernaan
yang sehat sehingga tidak menghasilkan gas yang berlebihan.
e. Ubah kebiasaan makan
Ubah kebiasaan makan untuk membantu tubuh mencerna makanan dengan benar
dan mengurangi udara yang masuk ke perut saat makan. Kunyahlah makanan dengan
perlahan, mulut tertutup, tidak dengan gigitan besar dan tidak bicara saat makan.
Jangan gunakan sedotan saat minum dan hindari permen karet untuk mencegah lebih
banyak udara masuk ke perut.

6
G.Komplikasi

Jika diet Anda tidak mengandung banyak karbohidrat atau gula, dan Anda tidak
menelan udara berlebih, Flatus yang berlebihan mungkin disebabkan oleh
kondisi medis. Mayo Clinic mendefinisikan Flatusyang berlebihan adalah buang
angin yang terjadi lebih dari 20 kali per hari. Kondisi yang mungkin mendasari
terjadinya Flatus berlebih berkisar dari kondisi ringan yang sementara hingga
masalah pencernaan yang serius.

Beberapa kondisi ini meliputi:

 sembelit

 gastroenteritis

 intoleransi makanan, seperti intoleransi laktosa

 irritable bowel syndrome (IBS)

 Penyakit Crohn

 Penyakit celiac

 diabetes

 gangguan Makan

 kolitis ulserativa

 sindrom dumping

 penyakit refluks gastroesofagus (GERD)

 pankreatitis autoimun

 tukak lambung

Ada beberapa cara untuk mengobati Flatulence, tergantung pada penyebab

masalahnya.

Jika mengandung karbohidrat dalam jumlah besar yang sulit dicerna, cobalah untuk

menggantinya dengan sumber karbohidrat yang lebih mudah dicerna. Karbohidrat

yang lebih mudah dicerna, seperti kentang, nasi, dan pisang, adalah pengganti yang
baik.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasien yang sering mengeluh kembung dapat ditunjukkan memiliki
peningkatan obyektif dalam lingkar perut, sering meningkat sepanjang hari dan
kemudian sembuh saat tidur. Peningkatan lingkar dikombinasikan dengan fakta
bahwa total volume flatus tidak meningkat menyebabkan penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan distribusi gas usus pada pasien dengan kembung. Mereka
menemukan bahwa gas tidak didistribusikan secara normal pada pasien ini: ada
pooling gas segmental dan distensi fokus. Kesimpulannya, distensi perut, nyeri, dan
gejala kembung adalah hasil dari dinamika gas usus abnormal daripada peningkatan
produksi flatus.

B. Saran
Dengan adanya makalah yang berjudul flatus penulis mengharapkan pembaca dapat
mengetahui tentang flatus serta komplikasi yang disebabkan oleh flatus

8
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan
Baradero, M 2008, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Budiyanto, C 2010, Rahasia dibalik Kentut, viewed 25 September 2012,


<http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/rahasia -di-balik-kentut/>.

Dahlan,MS 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta.

Dharma, KK 2011, Metodologi Penelitian Keperawatan, CV. Trans Info Media, Jakarta.

Gunawan, SG 2007, Farmokologi dan Terapi, 5th edn, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Alwi, H 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 3rd edn, Balai Pustaka, Jakarta.

Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC


Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC
http://www.siklus_alami_tubuh_dalam_proses_pencernaan_makanan.html
http://www.proses_pencernaan_makanan.html
Fraser, DM & Cooper, MA 2009, Buku Ajar Bidan, EGC, Jakarta.

9
10

Anda mungkin juga menyukai