Anda di halaman 1dari 7

PUPUK CAIR DARI SLUDGE CAIR HASIL SAMPING BIOGAS KOTORAN SAPI YANG DIPERKAYA

BIOPROTEKTAN
Pseodomonas fluorescens : PEMBUATAN DAN UJI EFEKTIFITASNYA
Nur Chamidah
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Sludge Hasil Samping Instalasi Biogas Kotoran Sapi

Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif berdampak pada

permasalahan limbah, baik yang berupa limbah padat dan cair yang menimbulkan

pencemaran air dan udara. Pengelolaan limbah peternakan sapi yang selama ini

umum dilakukan adalah pemanfaatan langsung sebagai pupuk yang sering disebut

pupuk kandang. Menurut Hardjowigeno (1989) pupuk kandang mempunyai

kandungan hara yang tidak terlalu tinggi akan tetapi memiliki keistimewaan yaitu

dapat memperbaiki sifat-sifat tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, daya

menahan air dan kation-kation tanah. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu

adanya teknologi tepat guna yang dapat memanfaatkan limbah kotoran sapi tidak

hanya sebagai pupuk kandang saja tetapi mempunyai nilai tambah dan sekaligus

dapat mengurangi pencemaran terhadap lingkungan. Salah satu usaha yang dilakukan

untuk meningkatkan nilai tambah dari kotoran sapi adalah dengan memanfaatkannya

sebagai bahan baku pembuatan biogas.

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik

secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian

besar adalah gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida

(Fahri, 2007). Menurut Windyasmara dkk. (2012) biogas yang berasal dari

campuran kotoran sapi 670 g dan air 1330 ml akan menghasilkan 84,01 ml biogas.

Hasil tersebut diambil dari kondisi digester diletakkan pada suhu lingkungan selama

1
PUPUK CAIR DARI SLUDGE CAIR HASIL SAMPING BIOGAS KOTORAN SAPI YANG DIPERKAYA
BIOPROTEKTAN
Pseodomonas fluorescens : PEMBUATAN DAN UJI EFEKTIFITASNYA 2
Nur Chamidah
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10 sampai 40 hari. Selain menghasilkan gas-gas mudah terbakar (combustible

gasses) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan, instalasi biogas

juga menghasilkan limbah padat dan cair berupa sludge.

Sludge yang keluar dari instalasi biogas berupa padatan dan cairan. Sludge

padat dapat diolah menjadi kompos dengan cara dijemur dan dikemas sehingga dapat

disimpan dalam waktu yang lama. Sludge cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk

organik cair. Sludge mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik

yang telah matang sebagaimana halnya kompos. Oleh karena itu sludge dapat

langsung digunakan untuk memupuk tanaman. Menurut Suzuki dkk. (2001)

sludge yang berasal dari biogas sangat baik untuk dijadikan pupuk karena

mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti N, P,

Mg, Ca, K, Cu dan Zn.

Kandungan unsur hara dalam sludge hasil pembuatan biogas terbilang

lengkap tetapi jumlahnya sedikit sehingga perlu ditingkatkan kandungan haranya

dengan penambahan bahan lain. Bahan-bahan yang dapat ditambahakan adalah

bahan yang mengandung unsur hara yang cukup seperti darah sapi. Darah sapi yang

dihasilkan RPH (Rumah Potong Hewan) merupakan limbah yang masih memiliki

nilai ekonomis yang cukup tinggi apabila diolah menjadi pakan ternak atau pupuk

tanaman. Hal tersebut dikarenakan darah sapi limbah RPH mengandung energi,

protein, lemak, fosfor, dan zat besi yang cukup (Kementrian Kesehatan RI, 2012).
PUPUK CAIR DARI SLUDGE CAIR HASIL SAMPING BIOGAS KOTORAN SAPI YANG DIPERKAYA
BIOPROTEKTAN
Pseodomonas fluorescens : PEMBUATAN DAN UJI EFEKTIFITASNYA 3
Nur Chamidah
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Bioprotektan

Kegagalan budidaya tanaman disamping disebabkan tanaman kekurangan

hara juga disebabkan oleh penyakit, salah satunya yang disebabkan oleh jamur.

Penyakit yang disebabkan jamur ini sulit dikendalikan apabila sudah menyerang

tanaman. Langkah pengendalian yang terbaik yaitu dengan pencegahan. Pencegahan

penyakit tanaman menggunakan pestisida sintetik ternyata membawa dampak

negatif terhadap lingkungan berupa residu racun pestisida. Penggunaan pestisida

organik dapat menjadi salah satu solusi. Akan tetapi aplikasi pestisida organik ini

juga mempunyai kendala yaitu:

a. Tidak tersedianya bahan secara berkesinambungan dalam jumlah yang

memadai saat diperlukan.

b. Frekuensi penggunaan yang tinggi karena sifatnya yang mudah terurai di alam

sehingga memerlukan aplikasi yang lebih sering (Suryana, 2008).

Solusi pencegahan (proteksi) penyakit tanaman menggunakan agen

pengendali hayati atau bioprotektan menjadi langkah yang paling bijaksana dalam

pengendalian penyakit tanaman. Pencegahan penyakit menggunakan agen

pengendali hayati atau bioprotektan selain murah dan mudah didapat, penggunakan

yang berlebihan tidak membahayakan manusia. Karena bahannya berupa bahan

hayati maka keberlanjutan bahan ini dapat terjamin.

Agen pengendali hayati yang digunakan salah satu diantaranya adalah

bakteri. Untuk memperbanyak bakteri tersebut diperlukan media biakan. Media

biakan yang paling mudah digunakan adalah Nutrien Broth. Akan tetapi media
PUPUK CAIR DARI SLUDGE CAIR HASIL SAMPING BIOGAS KOTORAN SAPI YANG DIPERKAYA
BIOPROTEKTAN
Pseodomonas fluorescens : PEMBUATAN DAN UJI EFEKTIFITASNYA 4
Nur Chamidah
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Nutrien Broth mahal harganya sehingga perlu dicari media biakan alternatif. Salah

satu media biakan alternatif untuk bakteri adalah sludge cair. Kandungan unsur hara

dalam sludge hasil pembuatan biogas terbilang lengkap tetapi jumlahnya sedikit

sehingga perlu ditingkatkan kandungan dengan penambahan bahan lain. Bahan-

bahan yang dapat ditambahakan adalah bahan yang mengandung nutrisi yang cukup

bagi pertumbuhan bakteri. Bahan tersebut terutama yang mengandung protein

sebagai sumber nitrogen untuk mendukung pertumbuhannya, disamping itu

diharapkan bahan tersebut juga mengandung zat besi (Fe). Zat besi sangat penting

keberadaannya didalam media pengembang karena mempunyai fungsi utama dalam

metabolisme energi mikroorganisme aerobik dan semi aerobik (Sarsito dkk., 2008).

Oleh karena itu zat besi dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk menjaga

virulensinya (Fensionita dkk., 2009). Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai

bahan tambahan sludge cair yang digunakan sebagai media pengembang alternatif

adalah darah sapi. Darah sapi yang dihasilkan RPH merupakan limbah yang masih

memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi apabila diolah menjadi bahan tambahan

sebagai sumber nitrogen pupuk tanaman maupun sebagai bahan pengembang bakteri.

Hal tersebut dikarenakan darah sapi limbah RPH disamping mengandung energi,

lemak, fosfor, juga mengandung protein yang cukup. Disamping itu darah sapi

limbah RPH juga mengandung zat besi yang cukup (Kementrian Kesehatan RI,

2012). Sludge cair yang telah ditambah darah sapi limbah RPH ini disamping dapat

digunakan sebagai pupuk cair juga digunakan sebagai bahan media biakan alternatif

bakteri. Salah satu bakteri yang di gunakan adalah Pseodomonas fluorescens.


PUPUK CAIR DARI SLUDGE CAIR HASIL SAMPING BIOGAS KOTORAN SAPI YANG DIPERKAYA
BIOPROTEKTAN
Pseodomonas fluorescens : PEMBUATAN DAN UJI EFEKTIFITASNYA 5
Nur Chamidah
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Bakteri Pseodomonas fluorescens adalah bakteri yang dimanfaatkan untuk

agen pengendali hayati yang dapat menekan penyakit terutama yang disebabkan oleh

jamur. Menurut Fensionita dkk. (2009) Pseodomonas fluorescens dapat menjadi

agen antagonis terhadap penyakit Fusarium oxysporum. Kemampuan Pseodomonas

fluorescens menekan populasi patogen diartikan dengan kemampuan untuk

melindungi akar dari infeksi pathogen tanah dengan cara mengkolonisasi permukaan

akar, menghasilkan senyawa kimia seperti hydrogen sianida, siderofor dan antibiotik

serta kompetisi ruang dan nutrisi terutama unsur Fe (Sarsito dkk., 2009).

Dari latar belakang yang sudah diuraikan di atas, dilakukan penelitian ini

untuk mendukung studi pemanfaatan sludge cair hasil samping biogas kotoran sapi

yang sebagai pupuk cair sekaligus sebagai bioprotektan Pseodomonas fluorescens.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh konsentrasi darah sapi limbah RPH terhadap

kandungan N, P, dan K pada sludge cairhasil samping instalasi biogas?

2. Apakah terdapat pengaruh konsentrasi darah sapi limbah RPH terhadap

kecepatan pertumbuhan populasi koloni bakteri Pseudomonas fluorescens?

3. Apakah bakteri Pseudomonas fluorescens pada media biakan sludge cair yang

diperkaya darah sapi limbah RPH mempunyai kemampuan mengendalikan

patogen tanaman (jamur Fusarium oxysporum) secara in vitro dan in vivo di

greenhouse?
PUPUK CAIR DARI SLUDGE CAIR HASIL SAMPING BIOGAS KOTORAN SAPI YANG DIPERKAYA
BIOPROTEKTAN
Pseodomonas fluorescens : PEMBUATAN DAN UJI EFEKTIFITASNYA 6
Nur Chamidah
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

C. Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan sludge cair sebagai

pupuk cair dengan penambahan bahan-bahan organik lainnya untuk meningkatkan

konsentrasi kualitas haranya sebagai pupuk cair.

1. Menurut penelitian Oman (2003) menyatakan bahwa cairan sludge yang

ditambah urine sebesar 2, 4, 6 l dalam 20 l sludge dapat meningkatkan

kandungan N total pupuk cair yang dihasilkan secara sangat nyata.

2. Menurut penelitian Capah (2006) dengan penambahan tepung darah sapi

sebesar 2% dan tepung tulang ayam sebesar 4 % menghasilkan kandungan

nitrogen dan pospor yang lebih baik.

Sedangkan media alternatif untuk media biakan bakteri Pseodomonas

fluorescens penelitian-penelitian terdahulu peneliti menggunakan bahan- bahan

seperti:

1. Menurut Kartika (2011) kaldu dari campuran keongmas (Pomacea canaliculata)

dan terasi rebon merupakan media yang baik untuk perbanyakan bakteri

Pseodomonas fluorescens.

2. Menurut Giyanto (2007) limbah air kelapa, limbah tahu dan limbah perikanan

pada berbagai jenis komposisi memberikan hasil yang baik sebagai media

biakan bagi Pseudomonas fluoresens.

Saat ini peneliti menggunakan suldge cair hasil samping biogas kotoran sapi

sebagai bahan pupuk cair yang diperkaya darah sapi limbah RPH sekaligus sebagai
PUPUK CAIR DARI SLUDGE CAIR HASIL SAMPING BIOGAS KOTORAN SAPI YANG DIPERKAYA
BIOPROTEKTAN
Pseodomonas fluorescens : PEMBUATAN DAN UJI EFEKTIFITASNYA 7
Nur Chamidah
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

bahan media biakan bakteri Psedomonas flurescens sehingga didapat hasil pupuk

cair sekaligus sebagai bio protektan.

D. Tujuan Penelitian

1. Mempelajari pengaruh darah sapi limbah RPH terhadap kandungan N, P dan K

sludge cair hasil samping instalasi biogas.

2. Mempelajari pengaruh konsentrasi darah sapi limbah RPH terhadap kecepatan

pertumbuhan populasi koloni bakteri Pseodomonas fluorescens.

3. Mengetahui kemampuan bakteri Pseodomonas fluorescens pada media biakan

sludge cair yang diperkaya darah sapi limbah RPH dalam mengendalikan

patogen tanaman (jamur Fusarium oxysporum) secara in vitro dan in vivo di

greenhouse.

E. Manfaat Penelitian

1. Mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan sludge cair yang tidak

termanfaatkan.

2. Meningkatkan nilai tambah terhadap sludge sebagai pupuk cair dan

bioprotektan yang ramah lingkungan.

3. Membantu melengkapi (komplemen) pupuk dan penyedia bioprotektan yang

praktis untuk petani yang murah, secara berkelanjutan sebagai bagian dari

strategi pertanian ramah lingkungan.

4. Dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik.

Anda mungkin juga menyukai