Anda di halaman 1dari 10

Menurut Purwanto (1999), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa

remaja dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang

dilakukan oleh Stolz adalah sebagai berikut:

a. Masa prapuber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang

sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan

terhambat sementara.

b. Masa puber atau masa remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan

cepat. Dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada

pria. Masa ini lamanya berkisar antara 2,5 – 3,5 tahun.

c. Masa postpuber: pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih

nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa

bagian badan.

d. Masa akhir puber: melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-

tanda kedewasaan.

Sedangkan menurut Purwanto (1999), periode remaja adalah periode

yang dianggap sebagai masa yang amat penting dalam kehidupan

seseorang khususnya dalam perkembangan kepribadian individu. Secara

psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,

sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1998).

Sebelum memahami remaja dan permasalahannya, kita harus

terlebih dahulu memahami karakteristik psikososial yang dialami oleh

remaja. Menurut Depkes RI (1999) dalam Purwanto (1999) dijelaskan

bahwa perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

perkembangan psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan

(15-16 tahun), dan remaja akhir (17-19 tahun).

1. Remaja Awal (10 -14 tahun)

Masa remaja awal merupakan masa transisi dari masa anak-anak yang

biasanya tidak menyenangkan, dimana dengan meningkatnya kesadaran


diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, psikis

maupun sosial pada remaja sehingga remaja mengalami perubahan emosi

ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif.

Selain hal tersebut, remaja juga menjadi sulit bertoleransi dan

berkompromi dengan lingkungan sekitar sehingga cenderung

memberontak dan terjadi konflik.

Masa remaja awal ini juga remaja senang bereksperimen dalam pakaian,

gaya yang dianggap tidak ketinggalan zaman dan senang membentuk

kelompok sebaya yang sesuai dengan mereka. Rasa keterikatan dengan

kelompoknya ini sangat penting bagi remaja, sehingga cenderung

mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya karena keinginan untuk

tampak sama dan dianggap dalam kelompok pergaulan. Konsumsi obat

(narkoba) juga dapat berkaitan dengan alasan sosial, yang membantu

remaja merasa lebih nyaman dan menikmati kebersamaan dengan orang

lain (Ksir, Hart, & Ray dalam Santrock, 2007).

2. Remaja Pertengahan (15 – 16 tahun)

Remaja pertengahan terjadi pada usia 15-16 tahun, pada tahap ini

biasanya remaja lebih mudah untuk diajak bekerjasama karena mampu

berkompromi, tenang, sabar, lebih toleran untuk menerima pendapat

orang lain. Saat ini remaja lebih belajar untuk berfikir independen dan

menolak campur tangan orang lain termasuk orang tua. Remaja juga

mulai terfokus pada diri sendiri, mudah bersosialisasi, tidak lagi pemalu

dan mulai membutuhkan lebih banyak teman bersifat solidaritas bahkan

mulai membina hubungan dengan lawan jenis sehingga lebih memilih

untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman dibandingkan keluarga.

Remaja mulai memiliki minat yang besar dalam seni, olah raga,

organisasi, dan sebagainya seiring dengan berkembangnya intelektualitas

mereka. Pada masa ini remaja mampu berfikir abstrak, berhipotesa dan

peduli untuk mendiskusikan atau berdebat terhadap permasalahannya

sehingga remaja sering bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang

dirasakan nyaman bagi mereka walaupun berisiko. Beberapa remaja


menyalahgunakan narkoba karena tertarik dengan keterangan yang diberikan oleh media mengenai
sensasi yang dihasilkan, mereka

bertanya-tanya seandainya obat yang dideskripsikan dapat memberikan

pengalaman yang sangat unik (Santrock, 2007).

3. Remaja Akhir (17 – 19 tahun)

Masa remaja akhir ini, remaja lebih berkembang dalam intelektualitasnya

sehingga mulai menggeluti masalah sosial, politik, agama. Remaja yang

tumbuh dengan baik dan tanpa masalah akan mulai belajar mandiri baik

secara finansial maupun emosional dengan lebih baik mengatasi stress

sehingga pada tahap ini remaja ingin diakui sudah menjadi seseorang

yang dewasa dan dapat menentukan keputusan hidupnya sendiri.

Remaja juga mulai menjalin hubungan yang serius dengan teman-

temannya, khususnya lawan jenis sehingga semakin sulit untuk diajak

dalam acara keluarga. Keluarga diharapkan terus memantau

perkembangan remaja di tahap ini tanpa memberikan banyak peraturan

karena mereka sudah ingin dianggap dewasa.

2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja

Menurut Hurlock (1998), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu

yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri

tersebut antara lain:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Peroide remaja dianggap sangat penting dari pada beberapa periode

lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku.

Akibat fisik dan psikologis mempunyai persepsi yang sangat penting.

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya

perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal pada masa remaja.

Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan

perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 1998).

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi

sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap


perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya

akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan akandatang. Bila anak beralih dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak

harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekakak-kanakan dan

juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan

perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock, 1998).

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika

perubahan fisik terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap

juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun maka perubahan

sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang sama dan

hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang

intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis.

Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh

kelompok. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka

nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap

ambivalen terhadap setiap perubahan (Hurlock, 1998).

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik

oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi

kesulitan itu, yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak

sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga

kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, serta

para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi

masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru.

Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka

memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirmya

menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan

mereka (Hurlock, 1998).

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas


Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa

dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau

dewasa, apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atauagama atau nasionalnya
membuat beberapa orang merendahkannya.

Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal (Hurlock,

1998).

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak

rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan

berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung

jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal

(Hurlock, 1998).

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah

jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana adanya,

terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya

bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya,

menyebabkan meningkatnya emosi yang merupakan ciri dari awal masa

remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah.

Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya

atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri

(Hurlock, 1998).

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan

bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu,

remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan

status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan

obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap


bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan

(Hurlock, 1998). 2.2.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja

a. Menerima citra tubuh

Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila

sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka

tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan

waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-

cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan

apa yang dicita-citakan (Hurlock, 1998).

b. Menerima identitas seksual

Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah

mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah

didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi

berbeda bagi anak perempuan, mereka didorong untuk

memainkan peran sederajat sehingga usaha untuk mempelajari

peran feminim dewasa memerlukan penyesuaian diri selama

bertahun-tahun (Hurlock, 1998).

c. Mengembangkan sisitem nilai personal

Remaja megembangkan sistem nilai yang baru misalnya remaja

mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus

mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana harus

bergaul dengan mereka (Hurlock, 1998).

d. Membuat persiapan untuk hidup mandiri

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk

mandiri harus didukung oleh orang terdekat (Hurlock, 1998).

e. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua

Kemandirian emosi berbeda dengan kemandirian perilaku. Banyak

remaja yang ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan rasa aman

yang diperoleh dari orang tua atau orang dewasa lain. Hal ini

menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya

yang mempunyai hubungan akrab dengan anggota kelompok


dapat mengurangi ketergantungan remaja pada orang tua

(Hurlock, 1998).

f. Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan

Ketrampilan mengambil keputusan dipengaruhi oleh

perkembangan ketrampilan intelektual remaja itu sendiri, misal

dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia remaja

(Hurlock, 1998).

g. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa

Remaja erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilai-

nilai yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki,

adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang

bertanggung jawab (Hurlock, 1998).

2.2.4 Perubahan pada Remaja

a. Perubahan fisik pada remaja

Menurut Tim Pembina UKS Propinsi Jawa Barat (2004) terjadi

pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk

pertumbuhan organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai

kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.

Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda yaitu:

1. Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung

dengan organ seks. Terjadinya haid pada remaja putri

(menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki.

2. Tanda-tanda seks sekunder yaitu: pada remaja laki-laki terjadi

perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar

bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih

lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut

disekitar kemaluan dan ketiak. Dan pada remaja putri terjadi

perubahan pinggul lebar, pertumbuhan rahim dan vagina,

payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar

kemaluan (pubis).
2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja

Sejalan dengan model fungsi keluarga McMaster, the procces of family

functioning, dikembangkan dari teori sistem yang menjelaskan bahwa fungsi

keluarga merupakan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar

seperti makan dan rumah, tugas krisis seperti cara keluarga dalam menangani

masalah, dan tugas perkembangan yang terjadi selama tahap perkembangan hidup

keluarga. Model proses keberfungsian keluarga mengidentifikasi tujuh objek yang

dapat menunjukkan berhasilnya keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar, krisis,

dan perkembangan. Tujuh objek tersebut adalah penyelesaian tugas, peran yang

jelas, komunikasi, interkasi langsung dalam keluarga, keterlibatan, pengawasan,

serta nilai dan norma (Setiadi, 2008).

Duvall (1971) menyebutkan model siklus hidup keluarga merupakan cetak

biru peran dan tugas keluarga yang senantiasa mengalami pergerakan melewati

tiap tahap perkembangan keluarga, hal ini berarti transisi keluarga dari tahap ke

tahap terdapat tanda-tanda yang dapat diprediksi secara normal. Keluarga dengan

anak usia remaja dimulai ketika anak pertama berumur 13 tahun hingga 18 tahun

dan berakhir sampai anak tersebut menikah, bekerja atau wajib militer, sebagai

seorang dewasa muda(Olson & DeFrain, dalam Walcheski & Bredehoft, 2003;

Duvall, 1971).

Masa remaja adalah masa penuh tekanan untuk individu maupun keluarga

dimana keduanya dituntut menyesuaikan diri terhadap perubahan besar individu

dan sistem keluarga. Fase ini keluarga dengan anak remaja menghadapi kesulitan masalah finansial,
masalah intra-family, work-family, dan transisi serta pergerakan

anggota keluarga yang masuk-keluar dalam unit keluarga yang sudah dapat di

prediksi. Ini merupakan tahap paling menegangkan dari sikus hidup keluarga.

(Duvall, 1971;Mc Cubbin et al, 1988). Pernyataan ini didukung hasil penelitian

yang menyebutkan bahwa ketika anak memasuki masa remaja, mayoritas (60%)

keluarga merasa renggang dan terpisah. Hal ini bukan hanya ekspektasi melainkan

kenyataan karena remaja mulai mengembangkan autonominya (Day et al, 1995).

Duvall (1971) menjabarkan tahapan kritis tugas perkembangan keluarga-

anak usia remaja yakni: 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan


betanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda yang mulai

memiliki otonomi; 2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga; 3)

Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua; 4)

Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan bagi anggota keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang keluarga. Hal ini berarti keempat

tugas tersebut merupakan tugas penting yang perlu dipenuhi oleh keluarga dengan

anak usia remaja. Sementara itu, tugas perkembangan keluarga dalam Duvall

Miller (1985) dibagi menjadi beberapa kategori yakni: tugas perkembangan secara

umum, tugas perkembangan terkait perannya sebagai orang tua, suami-istri,

pengelola rumah tangga dan individu dewasa.

Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja secara umum

meliputi: 1) Menyediakan fasilitas untuk individu yang berbeda dan kebutuhan

anggota keluarga; 2) Bertanggung jawab terhadap sistem keuangan keluarga; 3)

Menetapkan pembagian tanggung jawab dalam keluarga; 4) Membangun

kembali hubungan pernikahan yang saling memuaskan; 5) Mempererat jarak

komunikasi dalam keluarga; 6) memperbaiki hubungan dengan saudara, teman

dan kerabat; 7) Memperluas cakrawala dari remaja dan orang tua; 8) Merumuskan

filsafat hidup yang bisa diterapkan dalam keluarga (Duvall & Miller 1985).

Sementara itu, Gunarsa dan Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa orangtua

memiliki peran penting untuk mempersiapkan anak memasuki usia remaja dalam

hal:

1. Pertumbuhan fisik anak


2. Memberikan perlakuan pengasuhan yang baik, lingkungan sehat, pengetahuan
3. praktis mengenai kadar gizi, pengetahuan kebutuhan dasar dan minimal
4. (istirahat, bermain, belajar) sesuai kebutuhan pribadi patokan umum dan masa
5. perkembangan anak serta memberikan aturan sesuai dengan kondisi anak.
6. 2. Perkembangan sosial anak
7. Orang tua harus mengerti bahwa pergaulan sebagai kebutuhan, tak terkecuali
8. bagi remaja. Bergaul dengan teman sebaya yang secara langsung maupun
9. tidak langsung mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu orang tua
10. perlu memperhatikan siapa atau dengan kelompok mana anak boleh,
11. dianjurkan atau menghindari.
12. 3. Perkembangan mental
13. Memperbaiki proses komunikasi verbal orang tua dengan anak, berbicara
14. sambil membimbing, penyediaan sarana dan fasilitas sesuai kebutuhan anak.
15. 4. Perkembangan spiritual
16. Membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan ajaran
17. agama, mengikutsertakan dalam kegiatan keagamaan serta menciptakan
18. suasana keluarga yang harmonis. Kemudian, memberikan pengertian nilai
19. dan norma hukum seperti pelanggaran, tata tertib, penyesuaian diri,
20. 5. Mengembangkan minat dan bakat anak
21. Memberi kesempatan untuk berkembang, kerjasama orang tua - keluarga
22. besar - sekolah dengan mendorong anak memiliki kegiatan lain yang
23. produktif selain belajar. Ali dan Asrori (2010) berpendapat bahwa amat
24. penting bagi remaja diberikan bimbingan agar keingintahuan yang tingg

Anda mungkin juga menyukai