Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga

melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada

hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari

lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,

kantong, dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau

kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh

peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak

setelah appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam

peningkatan status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang

diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat

lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah

operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2% dan 24,1% di

Amerika Serikat.

Hampir 75% dari hernia abdomen merupakan hernia inguinalis.

Untuk memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan

tentang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia

inguinalis lateralis dan hernia inguinalis medialis dimana hernia inguinalis

lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia inguinalis.

Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia lebih


dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia

inguinalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia

femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan jika

ditemukan hernia inguinalis pada pria kemungkinan adanya hernia

inguinalis atau berkembangnya menjadi hernia inguinalis. Prevalensi

hernia inguinalis pada pria dipengaruhi oleh umur. Salah satu penanganan

yang dilakukan pada klien hernia adalah hemiotomi atau herniorafi.

Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada pasien yang dilakukan

herniorafi diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko terjadinya

infeksi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan hernia

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi hernia

b. Untuk mengetahui etiologi hernia

c. Untuk mengetahui manifestasi klinis hernia

d. Untuk mengetahui pathway hernia

e. Untuk mengetahui pemeriksaaan penunjang hernia

f. Untuk mengetahui komplikasi hernia

g. Untuk mengetahui penatalaksanaan hernia

h. Untuk mengetahui proses keperawatan pada klien dengan hernia

dari pengkajian hingga evaluasi


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Hernia meupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus

melalui celah yang abnormal pada selubungnya (Grace & Neil, 2006).

Hernia merupakan protursi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek

atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Jong, 2004).

Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding

rongga dimana rongga tersebut harusnya berada dalam keadaan normal

tertutup (Nanda, 2006).

Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari

suatu ruangan melalui suatu celah atau lubang keluar dibawah kulit atau

menuju rongga lain, dapat konginetal ataupun aquisita.

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis

yaitu hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis

internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian

hernia masuk ke daalam kanalis inguinalis (Jong, 2004).

Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis

yaitu hernia yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa

epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hesselbach (Mansjoer,

2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah

ketidaknormalan tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena

kelemahan pada dinding otot abdomen, dapat congenital maupun aquista.

B. Etiologi

Penyebab dari hernia adalah

1. Kelemahan otot dinding abdomen

a. Kelemahan jaringan

b. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal

c. Trauma

2. Peningkatan tekanan intra abdominal

a. Obesitas

b. Mengangkat benda berat

c. Mengejan saat konstipasi

d. Kehamilan

e. Batuk kronik

f. Hipertrofi prostat

C. Manifestasi Klinis

Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau

kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selangkangannya atau

kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang dan bila menangis

atau mengejan waktu defekasi atau miksi, mengangkat benda berat akan

timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala

mual dan muntah bila telah ada komplikasi.


Tanda dan gejala hernia menurut Oswari, 2000 antara lain:

1. Tampak benjolan di lipat paha

2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat

tersebut dan disertai perasaan mual

3. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah

hebat serta kulit diatasnya akan menjadi merah dan panas

4. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing

sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai

hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha

5. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut

disertai sesak nafas

6. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah

besar.

D. Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami

pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang

berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan

perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang

berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu

kelemahan, mungkin di sebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak

cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau

terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan

abdominal dan kegemukan.


Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding

abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja

melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang

cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan

yang sangat parah, akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam

perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu

maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena

sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur

karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen

dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi

otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur.

Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis

berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis

inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup

sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.

Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena

kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang di

sebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen.


E. Pathway

Peningkatan tekanan intra abdomen Kelemahan otot dinding abdomen


- Batuk - Trauma
- Bersin-bersin - Obesitas
- Mengejan - Kehamilan
- Mengangkat benda berat - Kelainan kongenital

Isi rongga abdomen (usus) melewati dinding Isi rongga abdomen melewati anulus inguinal
inguinal

Masuk ke kanal inguinal


Masuk ke kanal inguinal

Menonjol ke fascia transversalis

Keluar pada cincin kanal

Masuk ke skrotum terjadi


- teraba benjolan penonjolan keluar (hernia) Kurang
- Terdengar bising usus Pengetahuan
- Nyeri pada benjolan
Obstruksi saluran intestinal

Bendungan Vena
Nyeri Akut
Edema

Suplai terhambat

Iskemik

Nekrosos

Cemas Pembedahan

Nyeri Akut Defisit Self Care Resiko Infeksi


F. Pemeriksaan Penunjang

1. Hasil Laboratorium

a. Leukosit > 10.000 – 18.000/mm3

b. Serum elektrolit meningkat

2. Pemeriksaan Radiologis

3. Pemeriksaan Ultrasound

Pemeriksaan ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam

posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsava dilaporkan

memiliki sensitifitas dan spesifitas diagnosis mendekati 90%.

4. Pemeriksaan Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk membedakan hernia

incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain

dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat

jarang dengan nyeri inguinal tetapi tidak ada bukti fisik atau sonografi

yang menunjukkan hernia inguinalis.

5. CT Scan

CT Scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari

adanya hernia obturator.

G. Komplikasi

1. Hernia berulang

2. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki

3. Perdarahan yang berlebihan atau infeksi luka bedah

4. Luka pada usus jika tidak hati-hati


5. Setelah herniografi dapat terjadi hematoma

6. Fostes urin dan feses

7. Residip

8. Komplikasi lama merupakan atropi

9. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,

muntah dan obstipasi

H. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan

1. NON OPERATIF

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan

reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk

mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi (pemakaian sabuk

TRUSS).

Indikasinya adalah:

a. Bila menolak operasi

b. Disertai penyakit berat yang dapat meningkatkan tekanan intra

abdominal (ascites, cirrhosis hepatic, tumor paru)

c. Hernia inguinalis medialis ukuran kecil dan belum mengganggu

2. OPERATIF

a. Hernia inguinalis dengan komplikasi inkarserata ataupun

stangulata

b. Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponbilis

atau irreponbilis)

c. Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dan mengganggu.


Macam Operasi:

a. Herniotomy : membuang kantong hernia seproximal mungkin,

terutama pada anak-anak karena dasarnya adalah congenital

tanpa adanya kelemahan dinding perut.

b. Herniorraphy : herniotomy disertai tindakan bedah untuk

memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis

inguinalis (hernioplasty)

I. Basic Promoting Physiology Of Health (Nutrisi)

1. Pengertian

Nutrisi adalah jumlah semua interaksi antara semua organik dan

makanan yang dikonsumsinya dengan kata lain nutrisi adalah sesuatu yang

dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya (kozier, dkk,

2010).

Nutrisi adalah hasil akhir dari semua interaksi antara organisme

dan makanan yang dikonsumsinya (Berman,dkk.2009).

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses-proses dalam tubuh

manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan

hidupnya dan menggunakan bahan tersebut untuk aktivitas penting dengan

tubuhnya serta mengeluarkan sisanya ( tarwoyo dan wartooah, 2010).

Jadi nutrisi adalah zat gizi yang berhubungan dengan kesehatan

yang digunakan untuk aktivitas tubuh yang penting serta dapat di

keluarkan sisanya.
2. Fisiologi

Nutrisi erat kaitannya dengan saluran pencernaan yang terdiri dari

mulut, tenggorokan , kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,

rectum dan anus.

a. Mulut

Dibagian dalam mulut ada lidah dan gig, lidah berfungsi untuk

menggerakan makanan saat dikunyah atau ditelan dan pengecapan.

Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses

pencernaan. Mengunya dengan baik dapat mencegah terjadinya luka

parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah, lidah

mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan

bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam

lambung.

b. Esofagus

Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas

adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang

licin. Permukaanya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan secret

mukoid yang berguna untuk perlindungan

c. Lambung

Gumpalan makanan memasuki lambung, pergerakan makanan

dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu gerakan kontraksi dan

relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substensi

makanan dalam gerakkan menyerupai gelombang. Pada saat makanan


bergerak arah spinter pyiorus pada ujung distal lambung, gelombang

peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi

sustensi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter

pyiorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk

mengosongkan kembali lambung setelah makan =2-6 jam.

d. Usus halus

Usus halus terdiri dari duodenum, jojenum dan ileum yang

panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus menerima

makanan yang sudah berbentuk chime (setengah padat) dan lambung

untuk mengabsorbsi air, nutrient, potasium, bikarbonat dan enzim.

e. Usus besar (colon)

Kolon orang dewasa, panjangnya kurang lebih 125-150 cm atau

50-60 inch terdiri dari sakum, yang berhubungan langsung ndengan

usus halus. Kolon terdiri dari kolon desenden, transversum, desenden

dan sigmoid.

3. Nilai Normal

Karakteristik status imunisasi ditentukan dengan adanya body mass

index (BMI) dan ideal Body weight (IBW) (Sumanto,2009)

a. Body Mass Index (BMI)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan

tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan

sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan dan obesitas.

Rumus BMI
BB (kg) BB(pon)x704,5

BMI = atau

TB (m)2 Tb (inci)2

Kategori : Kurus : <18,5

Normal : 18,5-22,9

Over Weight : 23-24,9

Obesitas I : 25-29,9

Obesitas II : >/ 30

b. Ideal Body Wiight (IBW)

Merupakan perhitungan beratbadan optimal dalam fungsi tubuh

yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam

centimeter dikurangi 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu. IBW atau

BBI (Berat Badan Ideal) memiliki rumus:

BBI: (TB-100)-100%(TB-100)

Kategori :

Kurus : < 90% dari BBI

BB Normal : 90%-100% BBI

Gemuk: > 110% dari BBI

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Andriani dan Bambang (2009), mengemukakan bahwa faktor yang

mempengaruhi nutrisi:
a. Faktor genetik

Orang yang gemuk cenderung diturunkan sehingga diduga

memiliki penyakit genetik

b. Faktor lingkungan

Lingkungan memegang peranan yang cukup berarti, karena

lingkungan termasuk dalam perilaku dan pola hidup

c. Faktor psikologi

Fikiran manusia dapat mempengaruhi kebiasaan makan

d. Faktor kesehatan

Beberapa penyakit dapat menyebabkan perubahan nutrisi

e. Faktor perkembangan

Penambahan ukuran atau sel-sel lemak yang disimpan dalam tubuh

5. Jenis Gangguan

Secara umum gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan

dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes, hipertensi, jantung

koroner, kanker, anoreksia neurosa

a. Kekurangan nutrisi

Merupakan keadaan yang dijalani seseorang yang mempunyai

resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme

yang berlebihan.

b. Kelebihan nutrisi
Merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang

mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan

metabolisme yang berlebihan

c. Obesitas

Merupakan peningkatan berat badan > 20% berat badan normal

d. Malnutrisi

Masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi yang tidak

sesuai dengan kebutuhan tubuh

e. Diabetes Melitus

Merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan

gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin

f. Hipertensi

Gangguan nutrisi yang disebabkan oleh berbagai masalah

pemenuhan nutrisi

g. Penyakit jantung koroner

Merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan adanya peningkatan

kolesterol dalam darah dan mrokok

h. Kanker

Merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh

pengonsumsian lemak secara berlebihan

6. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan dan diet

b. Anggaran makanan, makanan kesuakaan, waktu makan


c. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus

d. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan

e. Adakah toleransi makan / minum tertentu

f. Faktor yang mempengaruhi diet

g. Status kesehatan

h. Kulutur dan kepercayaan

i. Status sosial ekonomi

j. Faktor psikologis

k. Kaji informasi ynag salah tentang makanan dan cara berdiet

l. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan fisik : apatis, lesu

2. Berat badan : obesitas atau kurus

3. Otot : lemah, tonus otot kurang, tidak mampu bekerja

4. System syaraf : bingung rasa terbakar, reflek menurun

5. Fungsi gastrointestinal : Anorexia, konstipasi, diare, pembesaran

liver/lien

6. Kardiovaskuler : denyut nadi, masa abnormal, tekanan darah

7. Rambut : kusam, kering, rontok

8. Kulit : kering, pucat ada luka

9. Bibir : pucat, kering, stomatitis

m. Pemeriksaan laboratorium

1. Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml)

2. Transferin ( N: 170-250 mg/100 ml)


3. Hb (N : 12 mg%)

4. BUN (N : 10-20 mg/ml)

5. Ekskresi kreatinin (N:0,6-1,3 mg/100 ml laki-laki)

0,5-1,0 mg/100 ml perempuan

7. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

8. Rencana Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

- Kaji adanya alergi makanan

Rasional : mementukan makanan yang tepat buat pasien

- Monitor mual dan muntah

Rasional : untuk mengetahui intake dan output makanan yang

masuk

- Monitor intake nutrisi

Rasional : menghitung pemasukan nutrisi yang masuk ke dalam

tubuh

- Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

Rasional : untuk mengetahui ketepatan diiet

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk nutrisi

Rasional : untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan
b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

- Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan

Rasional : untuk penyesuaian makan sesuai dengan angka normal

- Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake,

makanan, latihan, peningkatan BB, dan penurunan BB

Rasional : untuk memberikan tindakan keperawatan kepada pasien

- Diskusikan bersama pasien mengenai resiko yang berhubungan

dengan BB berlebih dan penurunan BB

Rasional : untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien

- Perkirakan BB ideal pasien

Rasionl : untuk menentukan target diat.

J. Pengkajian Keperawatan

1. Aktivitas dan Latihan

Gejala:

- Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk,

mengemudi dalam waktu lama

- Membutuhkan papan atau matras yang keras saat tidur

- Penurunan rentang gerak dan ekstermitas pada salah satu bagian

tubuh

- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan

Tanda: Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam

berjalan.
2. Eliminasi

Gejala: konstipasi dan adanya inkartensia atau retensi urin

3. Neurosensori

Gejala: kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan atau kaki.

Tanda: penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia.

Nyeri tekan atau spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi

nyeri.

4. Kenyamanan

Gejala: nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk jika

adany abatuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri

yang menjalar ke kaki, bokong, bahu atau lengan, kaku pada leher.

Post Operasi:

a. Status Pernafasan

1) Frekuensi, irama dan kedalaman

2) Bunyi nafas

3) Efektifitas upaya batuk

b. Status Nutrisi

1) Status bising usus, mual, muntah

c. Status Eliminasi

1) Distensi abdomen pola BAK/BAB

d. Kenyamanan

1) Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus

e. Kondisi Luka
1) Keadaan atau kebersihan balutan

2) Tanda-tanda peradangan

3) Drainage

f. Aktivitas

1) Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas.

K. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan Agens Cedera Biologis

2. Resiko Infeksi

3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d

Ketidakmampuan untuk Mengabsorpsi Nutrien

4. Defisit Perawatan Diri Mandi b.d Kelemahan

5. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan b.d Ketidakefektifan Koping

Keluarga

L. Rencana Tindakan

1. Nyeri b.d Agens Cedera Biolgis

Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil:

- Klien mengungkapkan rasa nyeri brkurang

- Tanda-tanda vital normal

- Pasien tampak tenang dan rileks

Intervensi:

a. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri


Rasional: Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan

keperawatan

b. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur

Rasional: Istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri

c. Atur posisi pasien senyaman mungkin

Rasional: Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah

ketegangan otot serta mengurangi nyeri

d. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam

Rasional: Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat

perasaan lebih nyaman

e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik

Rasional: Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga

pasien menjadi lebih nyaman.

2. Resiko Infeksi

Tujuan: Tidak ada infeksi

Kriteria hasil:

- Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus

- Luka bersih tidak lembab dan kotor

- Tanda-tanda vital normal

Intervensi:

a. Pantau tanda-tanda vital

Rasional: Mengkaji keadaan umum pasien

b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik


Rasional: Perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah resiko

infeksi

c. Kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan Leukosit

Rasional: Penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari

normal membuktikan adanya tanda-tanda infeksi

d. Kolaborasi pemberian antibiotik

Rasional: Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme

patogen.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

Ketidakmampuan Mengabsorpsi Nutrien

Tujuan: Nutrisi klien terpenuhi sesuai jumlah kalori yang dibutuhkan

Kriteria Hasil:

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi:

a. Monitor adanya penurunan berat badan

Rasional: Mengetahui adanya penurunan berat badan

b. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Rasional: Memberikan nutrisi dan jumlah kalori yang sesuai

dengan kebutuhan klien

c. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht


Rasional: Mengetahui hasil laboratorium yang berhubungan

dengan nutrisi

d. Kolaborasi dengan ahli gizi uuntuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Anda mungkin juga menyukai