Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan energi listrik dewasa ini, sangat dirasakan keperluannya baik rumah
tangga, industri, perkantoran, perhotelan,dan lain-lain. Saat ini cadangan minyak
bumi relatif tetap selama lebih dari satu dekade dan cenderung menyusut secara
alami.Sementara itu konsumsi minyak tetap meningkat (± 7%), harga minyak mentah
dunia terus menguat dan pemakaian energi listrik meningkat rata-rata 7% per tahun
karena pertambahan penduduk, kegiatan ekonomi dan perkembangan industri yang
didominasi oleh BBM.
Kebutuhan energi listrik dunia saat ini,sangat meningkat terutama dengan
adanya Negara-negara industri raksasa. Peningkatan ini sangat terasa pada dekade
awal abad ke 21. Sebagai contoh, pada tahun 2000 kebutuhan energi listrik dunia
mencapai 7-8 trilyun kWh dan pada tahun 2020 akan mencapai 14,5 trilyun kWh.
Pada dekade ini, bahan bakar fosil dan gas bumi sebagai sumber primer hanya
mampu menyumbangi 5 trilyun saja. Padahal sumber primer jenis ini sangat terbatas
dan pada suatu saat kelak akan habis.
Salain itu, banyak anggota masyarakat di Indonesia, terutama yang berada di
pedesaan belum menikmati layanan listrik PLN, hal ini disebabkan oleh keadaan
geografis daerah tersebut, sehingga tidak memungkinkan jangkauan jaringan listrik
yang disediakan oleh PLN. Hal ini juga dialami oleh masyarakat NTT, yaitu jumlah
Kecamatan di NTT sebanyak 203, yang sudah tepasang jaringan listrik berjumlah
183 (90,15%) sedangkan yang terjangkau jaringan listrik ada sekitar 20 Kecamatan.
Dari 2742jumlah desa dan kelurahan, ternyata yang menggunakan listrik 1.110
(40,48%) dan yang belum menggunakan listrik 1.632 (59,20%) Rumah Tangga yang
menggunakan listrik 204.979 KK dari total 881.120 KK dan yang belum
menggunakan listrik 767.141 KK (87,06%) (PT PLN Persero NTT, 2006).
Salah satu cara yang harus ditempuh untuk mengatasi persoalan kurangnya
jangkauan listrik dari PLN adalah pemanfaatan tenaga surya (PLTS) karena PLTS itu
dengan mudah dibawah keseluruh pelosok tanah air. Seiring dengan
perkembangannya waktu, saat ini panel surya juga lebih canggih dan bervariasi. Ada
banyak sekali jenis dan kapasitas panel surya yang saat ini dimanfaatkan, termasuk

1
diantaranya adalah panel surya jenis monokristalin. Pada panel surya jenis
monokristalin yang digunakan ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sel polikristalin. Tidak hanya memiliki efisiensi yang tinggi, tapi secara
keseluruhan, bahkan meski berada dalam kondisi kurang cahaya matahari, seperti
misalnya pada saat mendung, panel monokristalin ini dapat bekerja hingga 10% lebih
baik dibandingkan dengan panel surya polikristalin.(Faisal,2017)
Sebagai salah satu jenis panel surya dengan nilai efisiensi yang tinggi serta
tampilan futuristik, panel monokristalin memang sangat diminati dan terbukti dengan
dengan tingginya permintaan pasar terhadap panel surya ini.
Berdasarkan kenyataan seperti diatas, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “PENGARUH ILUMINASI RADIASI SINAR MATAHARI DAN
TEMPERATUR TERHADAP KELUARAN ENERGI PADA PANEL SEL SURYA
TIPE MONOKRISTALIN”.
1.2 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengaruh iluminasi radiasi sinar matahari dan temperatur
terhadap keluaran panel sel surya.
2. Untuk mengetahui hubungan antara temperatur dan daya keluaran panel sel
surya.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh iluminasi radiasi sinar matahari dan temperatur
terhadap keluaran energi panel sel surya?
2. Apakah terdapat hubungan antara temperatur dan daya keluaran panel sel
surya?
1.4 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pemahaman yang berbeda, tentang tujuan penelitian ini,
maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan, Iluminasi radiasi sinar
matahari dan temperatur panel sel surya terhadap daya dan keluaran energi pada
panel sel surya tipe monokristalin

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Matahari Sebagai Sumber Energi


Energi surya atau energi matahari secara tradisional telah banyak dimanfaatkan
yaitu untuk menjemur, misalnya menjemur pakaian, jagung, padi, dan tembakau
(Soemarwoto, 2004). Di bidang pertanian, energi surya membantu tanaman untuk
berfotosintesis. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, minat pemanfaatan
energi surya semakin meningkat. Pemanfaatannya antara lain untuk pemanasan air,
pemanasan ruang, pengeringan hasil pertanian dan pembangkit listrik.
Energi radiasi surya tidak seluruhnya diterima oleh permukaan bumi, tetapi
setelah menembus atmosfir mengalami pengurangan intensitas yang disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain diserap oleh komponen-komponen atmosfir seperti ion,
atom hidrogen, ozon, uap air dan partikel-partikel udara.
Energi matahari mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan energi
lain. Keuntungan yang dapat diperoleh adalah: jumlah cukup besar, kontinu,tidak
menimbulkan polusi, terdapat dimana-mana dan tanpa biaya.
Panel energi matahari dari NASA (National Aeronautic and Space of America)
1997 mengklasifikasi penggunaan energi matahari ke dalam dua sistem koleksi, yaitu
koleksi alamiah dan sistem koleksi teknologi. Berdasarkan pengklasifikasian tersebut
untuk koleksi alamiah yaitu air, angin, bahan organik, dan perbedaan berupa
temperatur lautan. Sedangkan untuk koleksi teknologi terdapat dua aplikasi utama
energi matahari, yaitu produksi listrik (fotovoltaik). Fotovoltaik digunakan
mengkonversikan energi radiasi sinar matahari menjadi energi listrik. Energi panas
yang dihasilkan oleh radiasi matahari dapat dikumpulkan atau dipusatkan dengan
pengumpul (kolektor). Energi panas ini biasanya digunakan kolektor matahari,
pompa-pompa pemanas.
Sinar matahari yang sampai ke bumi akan mengalami penurunan karena
Intensitas radiasiproses pemantulan dan atmosfir. Ozon di atmosfir menyerap radiasi
pada panjang gelombang pendek (ultraviolet), sedangkan karbondioksida dan uap air
menyerap sebagian radiasi pada panjang gelombang yang lebih panjang
(inframerah). Di samping pengurangan radiasi bumi disebabkan oleh penyerapan

3
tersebut, juga dapat disebabkan oleh efek hamburan molekul-molekulgas, debu dan
uap air dalam atmosfir.
Tiga macam cara radiasi matahari sampai ke permukaan bumi yakni:
a. Radiasi langsung (Direct Beam Radiation), adalah radiasi yang mencapai
bumi tanpa perubahan arah.
b. Radiasi hambur (Scattering Radiation), adalah radiasi yang mengalami
perubahan akibat pemantulan dan penghamburan.
c. Radiasi total (Global Radiation), adalah penjumlahan radiasi langsung dan
radiasi hambur.
Intensitas radiasi didefinisikan sebagai energi radiasi per satuan waktu per
satuan luas permukaan bidang yang secara matematis dapat dirumuskan pada
persamaan 2.1:
E 1 1 P
I= 𝑡 . 𝐴 = P A = A .......................................................................................... (2.1)

Sedangkan, daya radiasi didefinisikan sebagai energi radiasi per satuan waktu
yang dinyatakan persaman 2.2
E
P= t .............................................................................................................. (2.2)

Keterangan:
P : Daya (Watt)
E : Energi (Joule)
t : Waktu (Detik)
I : Intensitas (Watt/m²)
A: Luas permukaan (m²)
Radiasi elektromagnetik, di samping sebagai gelombang juga sebagai paket-
paket energi yang disebut foton. Sebagian gelombang cahaya, dapat mengalami
interferensi dan difraksi.Interferensi gelombang cahaya, perpaduan antara dua buah
gelombang cahaya atau lebih. Defraksi gelombang cahaya atau lenturan cahaya dapat
terjadi karena pembelokan arah rambat cahaya ketika rambatnya melalui rintangan.
Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang diradiasikan atau dipancarkan dari
sebuah sumber dalam bentuk gelombang dan merupakan bagian dari spektrum
gelombang elektromagnetik. Ketika elektron yang terdapat pada logam menyerap
energi gelombang elektromagnetik yang bersifat sebagai partikel (foton), cahaya
yang frekuensinya cukup tinggi jatuh pada permukaan.

4
Tiap logam mempunyai frekuensi terkecil yang memungkinkan elektron keluar.
Gejala ini disebut efek fotolistrik. Sedangkan elektron yang terlepas karena efek
fotolistrik disebut fotoelektron.

Gambar 2.1 Efek Fotolistrik


(Sumber: Samsudin,2008)
Agar terjadinya efek fotolistrik, gelombang elektromagnetik harus mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Panjang gelombang elektromagnetik yang mengenai suatu logam harus
lebih kecil dari pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang
terbesar yang masih dapat menimbulkan efek fotolistrik disebut panjang
gelombang batas atau panjang gelombang ambang (threshold).
b. Frekuensi gelombang elektromagnetik yang mengenai suatu logam harus
lebih besar dari pada frekuensi tertentu. Frekuensi yang terkecil yang masih
dapat menimbulkan efek fotolistrik disebut frekuensi batas frekuensi
ambang (threshold wavelength).
Ketika frekuensi gelombang elektromagnetik f lebih besar dari frekuensi ambang
f0, sebagian energi gelombang yaitu: hf0 dipakai untuk melepas elektron.
Sedangkan sisanya, h (ƒ-ƒ0) dipakai untuk menimbulkan energi listrik yang
dimiliki oleh setiap elektron, yang dapat dinyatakan pada Persamaan 2.3:
1
h (ƒ-ƒ0) = mev02 ............................................................................... (2.3)
2
Dengan :
h: Konstanta Planck =6,625 x10‾³4 (Joule/detik)
f: Frekuensi gelombang elektromagnetik yang datang (Hz)
fₒ:frekuensi batas (Hz)

5
mₑ : massa elektron (kg)
vₒ: kecepatan elektron (msˉ¹)
Selanjutnya persamaan 2.3 dapat diperoleh:
1
h (ƒ-ƒ0) = mev02
2
1
hf – hf0 = mev02
2
hf – W =Ek atau
hf = W + Ek ........................................................................................ (2.4)
Keterangan :
hf = Energi foton yang datang (joule)
W = Energi pelepas elektron
Ek = Energi kinetik elektron
2.2 Iluminasi Radiasi Sinar Matahari
Iluminasi adalah cahaya yang jatuh pada suatu permukaan, dalam hal ini
pengukuran fluks penerangan yang diterima permukaan per satuan luas yang
dinyatakan sabagai lumen per meter persegi, dan disebut lux. Energi surya
merupakan salah satu bentuk energi yang mudah didapat dan cuma-cuma. Usaha
untuk mendayagunakan energi ini sudah banyak dilakukan, baik yang sudah
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari maupun yang masih dalam tahap
penelitian.
Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi
besarnya mencapai 3x1024 Joule per tahun, jumlah energi sebesar itu setara dengan
10.000 kali konsumsi energi diseluruh dunia saat ini. Dengan kata lain 0,1% saja
permukaan bumi dengan piranti sel surya yang memiliki efisiensi 10% sudah mampu
untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini. Cara kerja sel surya
adalah dengan memanfaatkan sifat cahaya sebagai partikel. Cahaya baik yang
tampak maupun tidak tampak memiliki dua sifat yaitu dapat sebagai gelombang dan
dapat sebagai partikel yang disebut foton. Energi yang dipancarkan oleh cahaya
dengan panjang gelombang 𝜆 dan frekuensi foton ƒ, secara matematis dapat ditulis.
𝑐
E=h ; atau E= hƒ .............................................................................. (2.5)
𝜆

6
Keterangan:
E : energi foton (Joule)
h : konstanta Planck (6,63x10ˉ³4 joule sekon)
𝜆: panjang gelombang (meter)
c : kecepatan cahaya dalam waktu (3x108 msˉ¹)
ƒ : frekuensi foton (Hz)
Sel surya merupakan suatu sambungan pn pada suatu elektron kristal tunggal.
Bila sel surya tersebut dikenai oleh sinar matahari, timbul elektron dan hole.
Elektron-elektron dan hole yang timbul di sekitar sambungan pn, bergerak berturut-
turut ke arah lapisan n dan ke arah lapisan p. Selanjutnya pada saat elektron-elektron
dan hole itu melintas sambungan pn, timbul beda potensial pada kedua ujung sel
surya, dan jika pada ujung sel surya diberi beban maka timbul arus listrik yang
mengalir melalui beban tersebut.
2.3 Jenis-jenis Sel Surya
Ditinjau dari jenis bahannya, sel surya dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:
a. Silikon monokristalin
Panel surya tipe ini menggunakan material silicon sebagai bahan utama
penyusun sel surya material silikon ini diiris tipis menggunakan teknologi khusus.
Dengan digunakannya teknologi inilah, kepingan sel surya yang dihasilkan akan
identik satu nama lainnya dan juga memiliki kinerja, dan efisiensi yang tinggi.

Gambar 2.2. Modul Surya Tipe Monokrostalin


(Sumber: Faizal, 2017)

7
b. Silikon polikristalin
Panel surya ini terbuat dari beberapa batang kristral silikon yang dicairkan,
setelah itu dituangkan pad cetakan yang berbentuk persegi. Kristal silikon dalam jeni
panel surya ini tidak semurni pada monocrytalline. Jadi, sel surya yang dhasilkan
tidak identik antara satu sama lainnya dan efisiensinya pun lebih kecil dari
monocrystalline.

Gambar 2.3. Modul Surya Tipe Polikristalin


(Sumber: Faizal, 2017)
Dari jenis sel surya diatas dapat dilihat bahwa, sel surya silikon monokristalin
mempunyai keandalan dan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sel surya
silikon polikristalin, tetapi memerlukan biaya pembuatan yang mahal. Jika
dibandingkan dengan Gallium Arsenida (GaAs) yang mempunyai efisiensi yang
tinggi, sel surya silikon monokristalin lebih menguntungkan dalam hal ketersedian
bahan dan biaya pembuatan. Sel surya yang banyak diproduksi saat ini adalah tipe
silikon monokristalin dan tipe polikristalin.
Hingga saat ini terdapat beberapa jenis sel surya yang berhasil dikembangkan
oleh para peneliti untuk mendapatkan piranti sel surya, yang memiliki efisiensi yang
tinggi atau untuk mendapatkan piranti sel surya yang murah dan mudah dalam
pembuatannya.
Tipe pertama yang berhasil dikembangkan oleh para peneliti adalah jenis wafer
(berlapis) silikon kristal tunggal. Tipe ini dalam perkembangannya mampu
menghasilkan efisiensi yang sangat tinggi. Masalah yang dihadapi dalam
pengembangan silikon kristal tunggal untuk dapat diproduksi secara komersial,
adalah harga yang sangat tinggi sehingga membuat piranti panel yang dihasilkan
menjadi tidak efisien sebagai sumber energi alternatif. Sebagian besar silikon

8
kristaltunggal komersial memiliki efisiensi pada kisaran 16-17%, bahkan silikon
solar sel hasil produksi sunpower memiliki efisiensi hingga 20%. Bersama
perusahaan solar sel, sun power menjadi perusahaan yang menguasai pasar silikon
kristal tunggal.
Agar sel surya dapat digunakan efisien, kerugian pada solar sel harus diperkecil.
Salah satu cara yang dipakai adalah memakai peralatan optik, misalnya konsentrator
cahaya. Konsentrator cahaya yang dimaksudkan untuk mengumpulkan cahaya pada
area sel surya. Sel surya dapat dihubungkan baik secara seri maupun pararel,seperti
baterai lampu senter. Fungsi baterai dalam suatu sel surya adalah ganda. Baterai
harus menyediakan daya kepada beban pada saat tidak ada cahaya matahari dan
haruspula meratakan perubahan-perubahan pada beban. Tentunya semua energi
dibangkitkan pada siang hari. Baterai akan menyimpan energi, dan menyediakannya
untuk beban bila diperlukan. Suatu pertimbangan lainnya dalam merancang sebuah
panel sel surya adalah kawat sambungan yang merupakan hubungan listrik ke sel-sel.
Dalam suatu panel yang dirancang dengan baik metalisasi, yang digunakan untuk
membuat hubungan listrik dalam panel keseluruhannya dilindungi dari pengaruh
lingkungan. Konstruksi panel tipe ini menghasilkan suatu paket tahan cuaca yang
sangat awet dan praktis tidak memerlukan pemeliharaan.
Selanjutnya pada tiap-tiap sel diberi sambungan listrik, apabila sel itu terkena
sinar matahari maka pada sambungan itu akan menimbulkan arus listrik. Besarnya
arus atau tenaga listrik itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai luas
permukaan sel surya.
Menurut Bayuwati (1998), sistem sel surya cocok untuk stasiun telekomunikasi
daerah terpencil, pelampung navigasi ditengah laut, alat pemantau permukaan air
bendungan, atau penerangan rumah yang jauh dari jangkauan jaringan PLN. Biaya
operasional dal sel surya juga rendah, karena tidak memerlukan bahan bakar dan
tidak ada bagian yang berputar, sel surya bersih dan tidak bersuara.
Sistem sel surya dapat dibangun dalam berbagai ukuran berdasarkan kebutuhan
energinya.Selanjutnya, sistem sel surya itu tidak dikembangkan dan ditingkatkan
dengan mudah misalnya,bila kebutuhan energi semakin meningkat, cukup dengan
jalan menambahkan modul sel surya, tentunya jika sumber dananya

9
memungkinkan.Selain itu, sel surya mudah untuk dipindahkan bila dipandang perlu.
Misalnya: untuk mengerakan pompa untuk pengairan sawah.
Salah satu kendala pengembangan energi terbarukan di Indonesia,antara lain
penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya sangat bergantung
pada kondisi alam yang perubahannya tidak menentu.

2.4 Temperatur
Energi yang berasal dari reaksi inti tersebut kemudian dipancarkan ke segalah
arah, termasuk ke bumi yang berjarak 1,5x108 km dari matahari.
Kehidupan didaerah tropis ciri khas yang paling menonjol adalah temperatur
yang sebagian panas. Tetapi ada tempat-tempat, misalnya di lereng-lereng gunung
keadaan temperaturnya sangat dingin. Temperatur tinggi atau rendah disuatu tempat
dipengaruhi oleh:
a. Susunan gunung, lembah, dan daratan.
b. Kelembaban, keadaan awan serta arus angin.
Menurut Houbolt (1954), untuk daerah dibawah 60° garis lintang, kenaikan 100
meter penurunan suhu atau temperatur sebesar 0,57°C, dengan panas matahari
langsung ke bumi, dipantul kembali dan sebagian diserap oleh bumi.
Dengan menipisnya uap air diatmosfer, sebagian besar spekrum sinar matahari
jatuh ke bumi tanpa penahan berupa awan dari atmosfir, yang mengakibatkan suhu
sangat tinggi pada siang hari.
Suhu biasanya akan tercapai maksimum 1 jam–2 jam setelah intensitas sinar
matahari maksimum. Jika intensitas sinar matahari maksimum pada pukul 12.00,
suhu maksimum akan tercapai pada pukul 13,00 -14.00. Sedangkan, di malam hari,
radiasi panas bumi lepas tanpa ada penahan di atmosfer. Akibatnya, pada malam
hari, udara terasa lebih dingin (Sutamto, 2000).
Kandungan panas suatu bahan atau benda bergantung pada:
a. Temperatur
b. Berat bahan
c. Jenis bahan

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


a. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Politeknik Negeri
Kupang (Laboratorium General) dan waktu penelitian kurang lebih 5 hari
dengan range waktu pukul 9.30-15.00 WITA.
b. Berikut adalah tabel jadwal penelitian.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Juli Agustus September Oktober
No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi judul
1. dengan
pembimbing
Penyusunan
2. proposal dan
konsultasi proposal
3. Ujian proposal
Merangkai dan
4. menginstal modul
sel surya
Pengukuran
5. terhadap modul sel
surya
Pengumpulan data
6.
hasil uji
Penyusunan
7.
laporan tugas akhir
8. Ujian tugas akhir
9. Revisi
10. Jilid

3.2 Alat Dan Bahan


a. Voltmeter
b. Amperemeter
c. Thermometer
d. Luxmeter
e. Modul surya tipe monokristalin
3.3 Variabel Yang Diamati

11
Variabel yang diamati dalam rencana pelaksanaan penelitian ini adalah:
a. Iluminasi radiasi sinar matahari (E)
b. Pengukuran temperatur panel sel surya (T)
c. Kuat arus (I) dan tegangan (V) keluaran panel sel surya.
3.4 Diagram Alir

Mulai

Pencarian Literatur

Identifikasi peralatan

Pengujian/pengukuran

Pengambilan Data

Analisa Data

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir

12
DAFTAR PUSTAKA

Bayuwati. 1998.Pembuatan Panel Surya.KedFisika Lipi. Jakarta.


Faisal.2017.PV Modul.https://suryautamaputera.com Diakses pada tanggal 25 Juli
2019.

Haubolt J.H,1954.Pengantar Fisika Teknik,Suhu atau Temperatur,Djambatan,


Jakarta.

Kadir.1990.Energi. Universitas Indonesia.Jakarta.


M Firman.2017.Analisa Radiasi Panel Surya Terhadap Daya Keluaran
Panel.https://garudaristekdikti.go.id Diakses tanggal 26 Juli 2019.

Muchlisin Riadi.2017. Radiasi Cahaya Matahari.https://www.kajianpustaka.com


Diakses tanggal 29 Juli 2019.

PT. PLN (Persero) NTT, 2006. Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Samsudin Achmad, 2008. Pendidikan Sains. https:///blogspot.com. Diakses tanggal
29 Juli 2019.

Soemarwoto.2004.Matahari Sebagai Sumber Daya Energi.Djambatan.Jakarta.


Subekti,Yuliananda.2016.Pengaruh Perubahan Intensitas Cahaya Matahari
Terhadap Keluaran Panel Surya.https://jurnal.untag-sby.ac.idDiakses 24
Juli 2019.
Sutamto.2000. Fisika Teknik, Suhu.Djambatan Jakarta.
WardanaSurya. 2014.Pengaruh Suhu Pada Keluaran
Modulhttps://ejournal.undip.ac.id Diakses pada tanggal 26 Juli 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai