PENDAHULUAN
1
diantaranya adalah panel surya jenis monokristalin. Pada panel surya jenis
monokristalin yang digunakan ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sel polikristalin. Tidak hanya memiliki efisiensi yang tinggi, tapi secara
keseluruhan, bahkan meski berada dalam kondisi kurang cahaya matahari, seperti
misalnya pada saat mendung, panel monokristalin ini dapat bekerja hingga 10% lebih
baik dibandingkan dengan panel surya polikristalin.(Faisal,2017)
Sebagai salah satu jenis panel surya dengan nilai efisiensi yang tinggi serta
tampilan futuristik, panel monokristalin memang sangat diminati dan terbukti dengan
dengan tingginya permintaan pasar terhadap panel surya ini.
Berdasarkan kenyataan seperti diatas, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “PENGARUH ILUMINASI RADIASI SINAR MATAHARI DAN
TEMPERATUR TERHADAP KELUARAN ENERGI PADA PANEL SEL SURYA
TIPE MONOKRISTALIN”.
1.2 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengaruh iluminasi radiasi sinar matahari dan temperatur
terhadap keluaran panel sel surya.
2. Untuk mengetahui hubungan antara temperatur dan daya keluaran panel sel
surya.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh iluminasi radiasi sinar matahari dan temperatur
terhadap keluaran energi panel sel surya?
2. Apakah terdapat hubungan antara temperatur dan daya keluaran panel sel
surya?
1.4 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pemahaman yang berbeda, tentang tujuan penelitian ini,
maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan, Iluminasi radiasi sinar
matahari dan temperatur panel sel surya terhadap daya dan keluaran energi pada
panel sel surya tipe monokristalin
2
BAB II
DASAR TEORI
3
tersebut, juga dapat disebabkan oleh efek hamburan molekul-molekulgas, debu dan
uap air dalam atmosfir.
Tiga macam cara radiasi matahari sampai ke permukaan bumi yakni:
a. Radiasi langsung (Direct Beam Radiation), adalah radiasi yang mencapai
bumi tanpa perubahan arah.
b. Radiasi hambur (Scattering Radiation), adalah radiasi yang mengalami
perubahan akibat pemantulan dan penghamburan.
c. Radiasi total (Global Radiation), adalah penjumlahan radiasi langsung dan
radiasi hambur.
Intensitas radiasi didefinisikan sebagai energi radiasi per satuan waktu per
satuan luas permukaan bidang yang secara matematis dapat dirumuskan pada
persamaan 2.1:
E 1 1 P
I= 𝑡 . 𝐴 = P A = A .......................................................................................... (2.1)
Sedangkan, daya radiasi didefinisikan sebagai energi radiasi per satuan waktu
yang dinyatakan persaman 2.2
E
P= t .............................................................................................................. (2.2)
Keterangan:
P : Daya (Watt)
E : Energi (Joule)
t : Waktu (Detik)
I : Intensitas (Watt/m²)
A: Luas permukaan (m²)
Radiasi elektromagnetik, di samping sebagai gelombang juga sebagai paket-
paket energi yang disebut foton. Sebagian gelombang cahaya, dapat mengalami
interferensi dan difraksi.Interferensi gelombang cahaya, perpaduan antara dua buah
gelombang cahaya atau lebih. Defraksi gelombang cahaya atau lenturan cahaya dapat
terjadi karena pembelokan arah rambat cahaya ketika rambatnya melalui rintangan.
Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang diradiasikan atau dipancarkan dari
sebuah sumber dalam bentuk gelombang dan merupakan bagian dari spektrum
gelombang elektromagnetik. Ketika elektron yang terdapat pada logam menyerap
energi gelombang elektromagnetik yang bersifat sebagai partikel (foton), cahaya
yang frekuensinya cukup tinggi jatuh pada permukaan.
4
Tiap logam mempunyai frekuensi terkecil yang memungkinkan elektron keluar.
Gejala ini disebut efek fotolistrik. Sedangkan elektron yang terlepas karena efek
fotolistrik disebut fotoelektron.
5
mₑ : massa elektron (kg)
vₒ: kecepatan elektron (msˉ¹)
Selanjutnya persamaan 2.3 dapat diperoleh:
1
h (ƒ-ƒ0) = mev02
2
1
hf – hf0 = mev02
2
hf – W =Ek atau
hf = W + Ek ........................................................................................ (2.4)
Keterangan :
hf = Energi foton yang datang (joule)
W = Energi pelepas elektron
Ek = Energi kinetik elektron
2.2 Iluminasi Radiasi Sinar Matahari
Iluminasi adalah cahaya yang jatuh pada suatu permukaan, dalam hal ini
pengukuran fluks penerangan yang diterima permukaan per satuan luas yang
dinyatakan sabagai lumen per meter persegi, dan disebut lux. Energi surya
merupakan salah satu bentuk energi yang mudah didapat dan cuma-cuma. Usaha
untuk mendayagunakan energi ini sudah banyak dilakukan, baik yang sudah
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari maupun yang masih dalam tahap
penelitian.
Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi
besarnya mencapai 3x1024 Joule per tahun, jumlah energi sebesar itu setara dengan
10.000 kali konsumsi energi diseluruh dunia saat ini. Dengan kata lain 0,1% saja
permukaan bumi dengan piranti sel surya yang memiliki efisiensi 10% sudah mampu
untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini. Cara kerja sel surya
adalah dengan memanfaatkan sifat cahaya sebagai partikel. Cahaya baik yang
tampak maupun tidak tampak memiliki dua sifat yaitu dapat sebagai gelombang dan
dapat sebagai partikel yang disebut foton. Energi yang dipancarkan oleh cahaya
dengan panjang gelombang 𝜆 dan frekuensi foton ƒ, secara matematis dapat ditulis.
𝑐
E=h ; atau E= hƒ .............................................................................. (2.5)
𝜆
6
Keterangan:
E : energi foton (Joule)
h : konstanta Planck (6,63x10ˉ³4 joule sekon)
𝜆: panjang gelombang (meter)
c : kecepatan cahaya dalam waktu (3x108 msˉ¹)
ƒ : frekuensi foton (Hz)
Sel surya merupakan suatu sambungan pn pada suatu elektron kristal tunggal.
Bila sel surya tersebut dikenai oleh sinar matahari, timbul elektron dan hole.
Elektron-elektron dan hole yang timbul di sekitar sambungan pn, bergerak berturut-
turut ke arah lapisan n dan ke arah lapisan p. Selanjutnya pada saat elektron-elektron
dan hole itu melintas sambungan pn, timbul beda potensial pada kedua ujung sel
surya, dan jika pada ujung sel surya diberi beban maka timbul arus listrik yang
mengalir melalui beban tersebut.
2.3 Jenis-jenis Sel Surya
Ditinjau dari jenis bahannya, sel surya dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:
a. Silikon monokristalin
Panel surya tipe ini menggunakan material silicon sebagai bahan utama
penyusun sel surya material silikon ini diiris tipis menggunakan teknologi khusus.
Dengan digunakannya teknologi inilah, kepingan sel surya yang dihasilkan akan
identik satu nama lainnya dan juga memiliki kinerja, dan efisiensi yang tinggi.
7
b. Silikon polikristalin
Panel surya ini terbuat dari beberapa batang kristral silikon yang dicairkan,
setelah itu dituangkan pad cetakan yang berbentuk persegi. Kristal silikon dalam jeni
panel surya ini tidak semurni pada monocrytalline. Jadi, sel surya yang dhasilkan
tidak identik antara satu sama lainnya dan efisiensinya pun lebih kecil dari
monocrystalline.
8
kristaltunggal komersial memiliki efisiensi pada kisaran 16-17%, bahkan silikon
solar sel hasil produksi sunpower memiliki efisiensi hingga 20%. Bersama
perusahaan solar sel, sun power menjadi perusahaan yang menguasai pasar silikon
kristal tunggal.
Agar sel surya dapat digunakan efisien, kerugian pada solar sel harus diperkecil.
Salah satu cara yang dipakai adalah memakai peralatan optik, misalnya konsentrator
cahaya. Konsentrator cahaya yang dimaksudkan untuk mengumpulkan cahaya pada
area sel surya. Sel surya dapat dihubungkan baik secara seri maupun pararel,seperti
baterai lampu senter. Fungsi baterai dalam suatu sel surya adalah ganda. Baterai
harus menyediakan daya kepada beban pada saat tidak ada cahaya matahari dan
haruspula meratakan perubahan-perubahan pada beban. Tentunya semua energi
dibangkitkan pada siang hari. Baterai akan menyimpan energi, dan menyediakannya
untuk beban bila diperlukan. Suatu pertimbangan lainnya dalam merancang sebuah
panel sel surya adalah kawat sambungan yang merupakan hubungan listrik ke sel-sel.
Dalam suatu panel yang dirancang dengan baik metalisasi, yang digunakan untuk
membuat hubungan listrik dalam panel keseluruhannya dilindungi dari pengaruh
lingkungan. Konstruksi panel tipe ini menghasilkan suatu paket tahan cuaca yang
sangat awet dan praktis tidak memerlukan pemeliharaan.
Selanjutnya pada tiap-tiap sel diberi sambungan listrik, apabila sel itu terkena
sinar matahari maka pada sambungan itu akan menimbulkan arus listrik. Besarnya
arus atau tenaga listrik itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai luas
permukaan sel surya.
Menurut Bayuwati (1998), sistem sel surya cocok untuk stasiun telekomunikasi
daerah terpencil, pelampung navigasi ditengah laut, alat pemantau permukaan air
bendungan, atau penerangan rumah yang jauh dari jangkauan jaringan PLN. Biaya
operasional dal sel surya juga rendah, karena tidak memerlukan bahan bakar dan
tidak ada bagian yang berputar, sel surya bersih dan tidak bersuara.
Sistem sel surya dapat dibangun dalam berbagai ukuran berdasarkan kebutuhan
energinya.Selanjutnya, sistem sel surya itu tidak dikembangkan dan ditingkatkan
dengan mudah misalnya,bila kebutuhan energi semakin meningkat, cukup dengan
jalan menambahkan modul sel surya, tentunya jika sumber dananya
9
memungkinkan.Selain itu, sel surya mudah untuk dipindahkan bila dipandang perlu.
Misalnya: untuk mengerakan pompa untuk pengairan sawah.
Salah satu kendala pengembangan energi terbarukan di Indonesia,antara lain
penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya sangat bergantung
pada kondisi alam yang perubahannya tidak menentu.
2.4 Temperatur
Energi yang berasal dari reaksi inti tersebut kemudian dipancarkan ke segalah
arah, termasuk ke bumi yang berjarak 1,5x108 km dari matahari.
Kehidupan didaerah tropis ciri khas yang paling menonjol adalah temperatur
yang sebagian panas. Tetapi ada tempat-tempat, misalnya di lereng-lereng gunung
keadaan temperaturnya sangat dingin. Temperatur tinggi atau rendah disuatu tempat
dipengaruhi oleh:
a. Susunan gunung, lembah, dan daratan.
b. Kelembaban, keadaan awan serta arus angin.
Menurut Houbolt (1954), untuk daerah dibawah 60° garis lintang, kenaikan 100
meter penurunan suhu atau temperatur sebesar 0,57°C, dengan panas matahari
langsung ke bumi, dipantul kembali dan sebagian diserap oleh bumi.
Dengan menipisnya uap air diatmosfer, sebagian besar spekrum sinar matahari
jatuh ke bumi tanpa penahan berupa awan dari atmosfir, yang mengakibatkan suhu
sangat tinggi pada siang hari.
Suhu biasanya akan tercapai maksimum 1 jam–2 jam setelah intensitas sinar
matahari maksimum. Jika intensitas sinar matahari maksimum pada pukul 12.00,
suhu maksimum akan tercapai pada pukul 13,00 -14.00. Sedangkan, di malam hari,
radiasi panas bumi lepas tanpa ada penahan di atmosfer. Akibatnya, pada malam
hari, udara terasa lebih dingin (Sutamto, 2000).
Kandungan panas suatu bahan atau benda bergantung pada:
a. Temperatur
b. Berat bahan
c. Jenis bahan
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
Variabel yang diamati dalam rencana pelaksanaan penelitian ini adalah:
a. Iluminasi radiasi sinar matahari (E)
b. Pengukuran temperatur panel sel surya (T)
c. Kuat arus (I) dan tegangan (V) keluaran panel sel surya.
3.4 Diagram Alir
Mulai
Pencarian Literatur
Identifikasi peralatan
Pengujian/pengukuran
Pengambilan Data
Analisa Data
Selesai
12
DAFTAR PUSTAKA
13