PEMBAHASAN
Apabila nilai N menjadi makin besar (artinya makin banyak saham yang
dipergunakan untuk membentuk portofolio), makin kecillah nilai term kedua dari
persamaan tersebut. Karena term tersebut menunjukkan risiko sisa (residual risk
atau unsystematic risk) maka ini berarti bahwa sumbangan risiko sisa terhadap
risiko portofolio menjadi makin kecil apabila kita memperbesar jumlah saham
yang ada dalam portofolio. Apabila kita mempunyai N yang besar sekali, maka
term tersebut akan menjadi sangat kecil dan mendekati nol. Sedangkan term yang
pertama disebut sebagai systematic risk. Penjumlahan kedua terms tersebut
disebut sebagai risiko total dari portofolio (σp2).
Risiko yang tidak bisa dihilangkan kalau kita membentuk portofolio yang
terdiri dari sekuritas yang makin banyak, merupakan risiko yang berkaitan dengan
βp. Kalau kita rnenganggap risiko residual mendekati nol, maka risiko portofolio
mendekati
σp2 = [ β p2 σm2 ]1/2 = β p σm = [ ∑ Xi β i ]
Karena nilainya sama σm, tidak peduli saham apapun yang kita analisis, ukuran
kontribusi risiko suatu saham terhadap risiko portofolio yang terdiri dari banyak
saham akan tergantung pada β1.
Beta periode 2
0,343
Beta periode 1
Gambar 5.2. Hubungan antara beta pada periode 1 dengan beta pada
periode 2, hasil pengamatan Blume
Teknik yang dikemukakan oleh Blume tersebut telah diuji secara empiris, dan
hasilnya ternyata memang lebih baik daripada seandainya kita menggunakan beta
yang tidak disesuaikan (Klemkosky and Martin, 1975). Pengujian dilakukan
terhadap kemampuan meramalkan teknik tersebut untuk tiga periode yang setiap
periodenya terdiri dari lima tahun, saham individual maupun portofolio yang
terdiri dari sepuluh sekuritas.
Ilustrasi 5.1
Pengujian empiris juga dilakukan di pasar modal Indonesia
(Pudjiastuti dan Husnan, 1993). Untuk periode tahun 1990 – 1992,
ditemukan bahwa beta pada t berkorelasi relatif cukup kuat dengan beta t +
1. Korelasi beta 1990 dengan beta 1991 ditemukan sebesar 0,39,
sedangkan antara beta tahun 1991 dengan 1992 adalah 0,52. Sebaliknya
beta pendekatan Blume diterapkan untuk Indonesia, ditemukan persamaan,
β92 =0,460 + 0,3791β92
Meskipun kecenderungan mendekati satu tidak terdeteksi, peramalan beta
di masa yang akan datang dengan menggunakan persamaan-persamaan
tersebut ternyata sedikit lebih baik daripada dengan menggunakan nilai
beta di waktu yang lalu. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata error yang
dikuadratkan (mean square error), yang lebih rendah untuk estimasi beta
dengan persamaan di atas, daripada beta historis apa adanya.
Ketiga Diasmsikan tidak ada pajak enghasilan bagi para pemodal. Dengan
demikian pemodal akan merasa indifferent antara memperole dividen atau capitall
gains. Pemoda dikatakan memperleh captal gains kalau terjadi kenaikan harga
saham dan capital loss jika terjadi penurunan harga saham.
Resiko sistematis ini juga disebut resiko pasar (marketings). Disebut resiko pasar
karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktir0fakor yang memperngaruhi semua
perusahaan yang beroperasi. Faktor-faktor tersebt misalnya, kondisi
perekonomian, kebijaksanaan pajak dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini
menyebebakan ada kecendrungan semua saham untuk “ Bergerak bersama”, dan
karenanya selalu ada dalam setiap saham.
Apa arti dari fenomena tersebut+ fenomena tersebut menunjukan bahwa ada
sebagian resiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Karena pemdal
bersikap risk-averse maka mereka akan memilih untuk melakukan diversikasi
apabila mereka mengetahui bahwa dengan diversifkasi tersbut mereka bisa
menghilangkan resiko . sebagai yang hilang karena diversifikasi tersebut menjadi
tidak relevan dalm perhitungan resiko. Hanya resiko yang tidak bisa hilang
dengan diversifikasilah yang menjadi relevan dalam perhitungan resiko. Risiko ini
disebut dengan risiko pasar dan risiko inilah yang relevan dalam perhitungan
risiko. Sub bab ini menjelaskan tentang pengertian risiko pasar tersebut.
R = E(R) + U
Dimana :
R = tingkat keuntungan actual
E(R) = tingkat keuntungan yang diharapkan
U = tingkat keuntungan yang tidak terduga
R = E(R) + U
= E(R) + m + є
= E(R) + βrFr + βGNPFGNP + є
Dalam hal ini βr menunjukkan beta untuk tingkat bunga, dan βGNP menunjukkan
beta untuk GNP. F dalam persamaan tersebut menunjukkan surprise, baik dalam
hal tingkat bunga maupun pertumbuhan GNP.
Ri = E(R) + βi F + ϵi
Sekarang kita bentuk portofolio yang terdiri dari berbagai saham, dan saham
saham tersebut mengikuti one factor model. Apabila Xi merupakan proporsi dana
yang diinvestasikan pada saham i , maka
X1 + X2 + X3 …….+ XN = 1
Karena tingkat keuntungan portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat
keuntungan saham-saham yang membentuknya, maka
RP = X1 R1 + X2 R2 + …. + XN RN ~~~ (Persamaan 9.2)
Sekarang misalkan terdapat saham yang berada di bawah SML. Karena tingkat
keuntungannya dibawah SML, tidak ada seorang pemodal pun yang bersedia
memilikinya. Para pemodal akan lebih menyukai portofolio A daripada saham E.
Karena itu harga saham E dikatakan terlalu tinggi dalam pasar yang kompetitif
maka harga saham E akan turun dan akan memaksa tingkat keuntungan yang
diharapkan kembali ke posisi keseimbangan.
Dalam CAPM, beta suatu sekuritas mengukur kepekaan suatu saham terhadap
perubahan portofolio pasar. Dalam model satu faktor dari APT, beta suatu
sekuritas mengukur kepekaan sekuritas tersebut terhadap faktor tersebut. Sekarang
kita hubungkan antara portofolio pasar dan faktor tunggal.
Suatu portofolio yang terdiversifikasi kan dengan baik hanya mempunyai
risiko sistematis. Apabila portofolio pasar terdiri dari sekuritas yang sangat
banyak dan terdiversifikasikan dengan baik maka portofolio pasar tidak
mempunyai resiko unsystematic. Dengan demikian maka portofolio pasar akan
berkorelasi sempurna dengan faktor tunggal.
Portofolio pasar seperti sekuritas lainnya akan berada pada SML. Apabila
portofolio pasar merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan, maka
beta portofolio pasar tersebut akan sama dengan satu. Keadaan ini ditunjukkan
pada Gambar 9.4. Dengan portofolio pasar sebagai faktor nya maka persamaan
(9.5) dapat diubah menjadi :
Dalam hal ini E(Rm) merupakan tingat keuntungan yang diharapkan dari
Portofolio Pasar. Persamaan ini menunjukkan bahwa hubungan tingkat
keuntungan yang diharapkan untuk setiap sekuritas adalah bersifat linier dengan
beta sekuritas tersebut. Persamaan tersebyt identik dengan persamaan CAPM
yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya.
Penulisan Persamaan (9.6) sering dirubah dengan dinyatakan sebagai berikut,
Apabila Rf diganti dengan λ0β diganti dengan b, dan [E(Rm) - Rf] diganti dengan
λ, maka persamaan (9.6) tersebut dapat dituliskan menjadi ,
E(R)=0 + 1bi
Dalam hal ini E(R) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan untuk sekuritas i,
0 adalah tingkat keuntungan untuk portofolio dengan beta nol, b1, adalah
kepekaan aktiva i terhadap faktor yang dipertimbangkan dan 1 adalah premi
risiko atas faktor tersebut.
Model dengan faktor tunggal seperti pada persamaan (9.9) tersebut ekuivalen
dengan CAPM yang dijelaskan pada Bab sebelumnya. 0 sama dengan tingkat
keuntungan bebas risiko (R). Meskipun demikian asumsi-asumsi dari kedua
model tersebut berbeda. Kedua model tersebut berasumsi bahwa para pemodal,
Portofolioekuilibrium E(R) bp
A 15% 1,5
B 10% 0,5
Dalam hal ini I (j = 1 sampai 2) adalah nilai indeks j yang mempengaruhi tingkat
keuntungan sahan i. ai adalah tingkatan keuntungan yang diharapkan untuk saham
i apanila semua indeks mempunyai nilai nol. bij menunjukkan kepekaan tingkat
keuntungan saham i terhadap indeks j dan eirandom error term.
Apabila seorang pemodal membentuk portofolio yang didiversifikasikan
dengan baik, rasio residual akan mendekati nol dan hanya resiko sistematislah
yang relevan. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko seistematis dalam
persamaan di atas adalah bi1 dan bi2. Karena pemodal tersebut berkepentingan
dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dan resiko, ia hanya akan
berkepentingan dengan E(RP), bP2, dan bp2.
Sekarang misalkan mempunyai tiga faktor portofolio dengan karakteristik sebagai
berikut :
Portofolio Tigkat Keuntungan bi1 bi2
yang diharapkan
A 15 1,0 0,6
B 14 0,5 1,0
C 10 0,3 0,2
Untuk masing-masing portofolio erdapat tiga variable yaitu E(R), b1 dan b2.
Dengan demikian kita mempunyai tiga persamaan dengan tiga bilangan yang
tidak diketahui , yaitu :
15 = a +1,0bi1 + 0,6bi2 untuk portofolio A
14= a + 0,5bi1 + 1,0bi2 untuk portofolio B
10= a+ 0,3bi1 + 0,2bi2 untuk portofolio C
Berdasarkan hukum satu harga, maka dua portofolio yang mempunyai resiko yang
sama, haruslah memberikan tingkat keuntungan yang sama pula. Dalam contoh
diatas, arbitor akan muncul untuk memanfaatkan kesempatan memperoleh laba
arbitrase (yaitu memperolah laba tanpa harus menanggung resiko). Laba bisa
diperoleh dengan jalan memberi Portofolio E dan melakukan short selling atas
portofolio D. Untuk melihat kemungkinan tersebut, misalkan seorang pemodal
melakaukan short selling atas portofolio D sebesar Rp. 100.000.000,- dan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Husnan, Suad. 2015. Dasar-dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN.