BUKU PANDUAN
Bandar Lampung-Indonesia
………………………………………………………………………………………………………
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku tanpa izin tertulis dari penyusun.
TIM PENYUSUN
KATA PENGANTAR
Editor
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................... 4
Daftar Isi ................................................................................................... 5
Daftar Materi Clinical Skills Lab ................................................................ 6
Regulasi CSL.............................................................................................. 7
Lesson Plan & Level of Competences ....................................................... 13
CSL 1. Sambung Rasa dan Percaya Diri .................................................... 14
CSL 2. Hubungan Dokter – Pasien ............................................................ 22
CSL 3. Cuci Tangan WHO .......................................................................... 33
CSL 4. General Survey ............................................................................... 41
CSL 5. Vital Sign ........................................................................................ 55
CSL 6. Pengenalan alat bedah minor dan hecting dasar .......................... 72
CSL 7. Pengenalan Mikroskop .................................................................. 102
CSL 8. Pemeriksaan Motoris dan Kekuatan Otot ..................................... 117
CSL 9. Pemeriksaan Muskuloskeletal dan ROM ....................................... 130
CSL 10 Kerangka Anamnesis .................................................................... 153
CSL 11 Pengenalan Rekam Medis, surat rujukan dan permintaan
pemeriksaan penunjang ............................................................... 174
CSL 12 Refleks Fisiologis dan Patologis .................................................... 191
2 Hubungan Dokter-Pasien √ - - -
3 Kerangka Anamnesis √ - - -
4 Cuci Tangan WHO - - √ -
5 Pengenalan alat bedah minor - - √ -
6 General Survey - √ - -
7 Vital Sign - √ - -
8 Pengenalan Mikroskop - - - √
Pemeriksaan Motoris dan
9 - √ - -
Kekuatan Otot
Pemeriksaan Muskuloskeletal
10 - √ - -
dan ROM
Refleks Fisiologis dan
11 - √ - -
Patologis
Pengenalan Rekam Medis,
12 surat rujukan dan permintaan √ - - -
pemeriksaan penunjang
Per Kelompok
Kuliah Besar
REGULASI CSL
TATA TERTIB :
A. Tata Tertib Umum
1. Mahasiswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan blok CSL 1, yaitu :
Latihan keterampilan klinik/CSL, 2 kali seminggu (Senin pukul 14.40 – 16.20
WIB dan Rabu pukul 10.20 – 12.00 WIB kecuali jika ada libur dan ujian
nasional akan disesuaikan).
Pretest, yang akan diberikan sebelum latihan CSL di pertemuan pertama.
Tugas, ditentukan oleh instruktur dan PJ CSL.
Briefing kontrak blok, OSCE dan remedial OSCE. Bila mahasiswa tidak hadir
salah satu dari kegiatan tersebut, maka tidak diperkenankan mengikuti
remedial OSCE.
2. Berpakaian rapi
Tidak diperbolehkan memakai kaus oblong, celana blue jeans, sandal/sepatu
sandal khusus mahasiswi tidak diperbolehkan berbaju ketat, transparan dan
tanpa lengan atau terlihat ketiak serta harus memakai rok minimal 20 cm di
bawah lutut.
Rambut harus rapi, tidak diperbolehkan berambut gondrong untuk laki-laki.
Kuku harus pendek, bersih, dan tidak menggunakan cat kuku.
3. Sopan santun dan etika
Jujur dan bertanggung jawab;
Disiplin;
Tidak merokok di lingkungan kampus;
Tidak diperbolehkan membawa senjata tajam, NAPZA, alat-alat yang tidak
LEVEL OF COMPETENCE
Level Kompetensi 1 Mengetahui dan menjelaskan
Level Kompetensi 2 Pernah melihat / didemonstrasikan
Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
Level Kompetensi 3
supervisi
Level Kompetensi 4 Mampu melakukan secara mandiri
A. TEMA
Sambung Rasa dan Percaya Diri
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan sambung rasa dan
percaya diri.
D. SKENARIO
Zaskia, 19 tahun, datang kepada anda yang sedang bertugas di klinik
dokter keluarga. Pasien merasa cemas dan sulit tidur selama menghadapi
ujian semester. Zaskia mengaku keluhan ini sering muncul bila menjelang
ujian. Anda sebagai dokter keluarga diharapkan dapat melakukan sambung
rasa dengan baik dan percaya diri.
E. DASAR TEORI
1. Sambung Rasa
Keterampilan komunikasi sangat penting dimiliki oleh dokter yang
dalam tugasnya harus mengumpulkan informasi dari seseorang atau
sekelompok orang. Dengan komunikasi yang sederhana, cepat, dan
Interaksi yang baik antara dokter dan pasien membuat pasien merasa
Agar tercipta adanya sambung rasa antara dokter dan pasien, maka
dokter harus berusaha membina sikap serta pandangan tertentu
terhadap pasien, yaitu agar :
a. Pasien mempercayai dokter, bahwa dokter tidak akan membuka
rahasia pasien kepada siapapun.
2. Percaya diri
Percaya diri adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan
diri sendiri. Percaya diri seorang dokter adalah keadaan mental yang
yakin akan kemampuan dirinya dalam menjalankan profesi sesuai
standar kompetensi dokter. Agar dapat tampil percaya diri, perlu
dilakukan beberapa hal:
a. Mempersiapkan dengan baik segala sesuatu berkaitan dengan
hal yang akan dilakukan.
b. Melakukan sesuatu dengan tenang dan tidak terburu-buru.
c. Bicara dengan alur yang teratur, tidak berbelit-belit dan tidak
gugup.
d. Melakukan kontak mata dengan lawan bicara (pasien). Dengan
kontak mata, tidak hanya membantu membangun rasa percaya
diri, tetapi juga dapat menumbuhkan rasa percaya pasien pada
dokter.
• Kaki duduk di kursi dengan telapak kaki dalam posisi “siap lari”
menunjukkan ketidaktertarikan.
F. PROSEDUR
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam sambung rasa adalah:
1. Berpenampilan yang sederhana, rapi, bersih, dan tepat.
2. Memberikan salam dan membuat pasien merasa disambut dengan
baik.
3. Menunjukkan tempat duduknya, dan memakai bahasa yang sesuai
antara keadaan dokter dan pasien.
4. Memperkenalkan diri.
5. Menanyakan identitas pasien.
6. Menyampaikan kalimat sambutan, tergantung apakah pasien
merupakan pasien baru, pasien follow-up atau pasien lama yang
datang untuk konsultasi kembali.
7. Memperlihatkan wajah yang ramah, bersahabat, serta sopan santun.
8. Menciptakan suasana wawancara yang santai dan menyenangkan.
9. Melakukan kontak mata, jangan ada hal yang mengganggu, seperti
komputer yang menghalangi pandangan dokter kepada pasien.
G. REFERENSI
1. Bickley, Lynn. S. BATES Guide to Physical Examination and History
Taking (Ninth Edition). Lippincott Williams & Wilkins
2. Gan, Goh Lee, at all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice,
Singapore International Foundation, Singapore.
3. Azwar Azrul. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan
Penerbit IDI. Jakarta
4. Mc Whinney. 1989. A Text Book of Family Medicine. Oxford
University.New York
A. TEMA
Hubungan Dokter-Pasien
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu membina hubungan Dokter-Pasien dengan baik
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mempelajari keterampilan klinik ini diharapkan mahasiswa
mampu:
a. Melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien dalam lingkup
bidang kesehatan.
b. Menempatkan diri sejajar dengan pasien (pasien dan keluarganya
adalah mitra kerja).
c. Membina hubungan yg terjadi antara dokter dengan pasien karena
adanya tanggung jawab & kewajiban profesi dokter terhadap
pasien.
d. Menjelaskan kedudukan dokter dan kedudukan pasien dalam
pelayanan kesehatan.
e. Menghormati hak-hak dan kewajiban baik pasien maupun dokter
D. SKENARIO
Pak Rafi, 44 tahun, datang ke klinik anda dengan keluhan sakit kepala. Pak
Rafi cemas akan keluhannya karena sudah 3 hari tidak kunjung membaik
dengan obat warung. Pak Rafi memiliki riwayat darah tinggi kurang lebih
sudah 10 tahun namun tidak terkontrol dengan baik. Riwayat penyakit
darah tinggi dalam keluarga diderita oleh kedua orang tuanya, dan ibunya
meninggal karena stroke. Pak Rafi cemas apakah dirinya akan menderita
stroke sama seperti ibunya. Anda sebagai dokter keluarga diharapkan
mampu membina hubungan dokter-pasien dengan baik.
E. DASAR TEORI
Batasan
Batasan hubungan dokter pasien tidaklah mudah dirumuskan. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antara dokter
dengan pasien karena adanya tanggung jawab dan kewajiban profesi dokter
terhadap pasien. Tanggung jawab dan kewajiban profesi dokter terhadap
pasien tidak hanya terbatas pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kedokteran saja, tetapi harus terus menerus dibina dan berkesinambungan.
Karakteristik
Dasar utama terbentuknya hubungan dokter pasien adalah karena adanya
tanggung-jawab dan kewajiban profesi. Hubungan yang terjadi tidak
terbatas hanya di bidang kesehatan saja, tetapi hampir semua aspek
kehidupan pasien. Ruang lingkup sangat luas serta ditambah ekspektasi
pasien yang sangat beraneka ragam menyebabkan peran dokter tidak
hanya tunggal, melainkan majemuk (ahli kesehatan, konselor, guru, teman).
Hubungan dokter pasien, terutama dokter keluarga berlangsung lama dan
mencakup banyak anggota keluarga (Koh et al, 1988; Mc Whinney, 1981).
Tujuan hubungan dokter pasien adalah demi kepentingan pasien dan sifat
hubungan:
1. Hubungan interpersonal
2. Hubungan administratif
Hak pasien
• Hak informasi: hak untuk mengetahui semua informasi yang
dibutuhkan.
Kewajiban pasien
• Memberikan keterangan yang benar / berterus terang.
• Menaati kemufakatan yang telah disepakati.
• Memenuhi aturan pada sarana pelayanan kesehatan.
• Memberi imbalan jasa.
• Menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahuinya.
Hak dokter
Menolak bekerja di luar standar pelayanan medik.
Menolak tindakan yang bertentangan dengan kode etik.
Mengakhiri hubungan profesional dengan pasien.
Mendapatkan kehidupan pribadi (privacy).
Memperoleh imbalan jasa.
Menolak memberikan keterangan mengenai pasiennya.
Kewajiban dokter
Bekerja sesuai standar profesi.
Memberikan informed consent.
Menolong pasien gawat darurat.
F. PROSEDUR WAWANCARA
• Memberikan salam.
• Membuat suasana tenteram.
• Membina rapport.
• Mempunyai waktu.
• Bagian awal; terbuka (biarkan pasien bicara dengan kata-katanya
sendiri) patient centered.
“Dok, saya datang lagi, sebab keluar darah banyak. Waktu itu,saya
dipasang KB apa sih? Saya takut kalau-kalau bahaya, jadi saya cepat-
cepat kesini.”
Refleksi isi:
“Oh ibu datang kembali karena ada masalah perdarahan? Bisa ibu
ceritakan lebih jelas tentang perdarahan ini ?”
Refleksi perasaan:
“Aduh saya ikut prihatin dengan kejadian ini. Ibu merasa cemas dan
takut ya?”
G. REFERENSI
1. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Pusat penerbitan Depdiknas. Jakarta
2. Bickley L.S. BATES; Guide to Physical Examination and History Taking
(Ninth Edition), Lippincott Williams & Wilkins
3. Gan G.L. et all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice, Singapore
International Foundation, Singapore.
4. Azwar A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan
Penerbit IDI. Jakarta
5. Mc Whinney. 1989. A Text Book of Family Medicine. Oxford University.
New York
A. TEMA
Cuci tangan standar WHO
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan prosedur mencuci tangan
yang sesuai dengan standar WHO sebelum semua tindakan.
D. SKENARIO
Seorang pria berusia 47 tahun datang ke klinik anda dengan keluhan luka
pada kakinya dan berbau. Diketahui dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
laboratorium bahwa pasien tersebut mengidap diabetes. Sebelum
melakukan tindakan medis pada luka tersebut anda sebagai dokter yang
profesional melakukan cuci tangan WHO terlebih dahulu.
E. DASAR TEORI
Mencuci tangan merupakan hal sederhana yang penting untuk dilakukan
namun seringkali diabaikan. Sebenarnya, mencuci tangan merupakan
suatu keharusan untuk melindungi kita dari bahaya kuman. Banyak kuman
yang dapat ditularkan melalui tangan dan menyebabkan kita menjadi
sakit, misalnya droplet (percikan ludah) pada saat batuk atau bersin,
benda-benda yang telah terkontaminasi oleh kuman, cairan tubuh
penderita (misalnya keringat, air seni, darah). Mencuci tangan yang baik
merupakan benteng pertahanan tubuh pertama dalam mencegah kita
sakit ataupun menularkan kuman pada orang lain.
G. REFERENSI
1. Azwar Azrul. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan
Penerbit IDI. Jakarta
2. Bickley, Lynn. S, BATES; Guide to Physical Examination and History
Taking (Ninth Edition), Lippincott Williams & Wilkins
3. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia..
Pusat penerbitan Depdiknas. Jakarta
4. Gan, Goh Lee, at all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice,
Singapore International Foundation, Singapore.
5. Mc Whinney. 1989A Text Book of Family Medicine.Oxford University.
New York
A. TEMA
Keterampilan Klinis Pemeriksaan Fisik General Survey
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
1. melakukan persiapan sebelum pemeriksaan.
2. melakukan pengamatan langsung terhadap pasien secara umum dan
keseluruhan.
3. melakukan pemeriksaan BMI.
4. menyimpulkan status sehat/sakit pasien secara umum.
D. SKENARIO
Anda adalah dokter di Puskesmas Sukagalau, siang itu datang pasien laki-
laki gemuk berusia 35 tahun diantar oleh keluarganya dengan keluhan
cepat lelah. Pasien tampak berkeringat banyak, nafas cepat,
berpenampilan bersih, berpakaian kaos dan celana pendek, berkulit sawo
matang namun terdapat banyak garis-garis kehitaman di belakang
lehernya. Lakukanlah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya!
E. DASAR TEORI
General Survey adalah melakukan observasi/pengamatan terhadap
keseluruhan status kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut dapat
mencakup tinggi badan, berat badan, pertumbuhan dan perkembangan
seksual, postur tubuh, cara berjalan, personal hygyene, aroma tubuh dan
nafas, ekspresi wajah, reaksi terhadap lingkungan, cara berbicara dan
tingkat kesadaran.
Kini latihlah diri anda untuk melakukan pengamatan terhadap pasien anda
sejak pertama kali anda berinteraksi. Perhatikan bagaimana kesan pasien
ketika anda menyambutnya? Perhatikan apakah pasien berjalan dengan
mudah atau kaku? Apakah pasien dapat naik ke bed pemeriksaan dengan
mudah? Atau jika pasien menjalani perawatan inap di RS, amati pada saat
anda melakukan visite. Apakah pasien terbaring lemah? atau duduk dan
menonton tv? Perhatikan apa yang ada di sebelahnya apakah majalah?
atau kitab suci? lihat apakah pasien dipasangi alat bantu seperti kateter
urin? dan sebagainya. Hal-hal yang anda amati tersebut dapat membantu
anda dalam membuat hipotesis tentang keadaan kesehatan pasien dan
mungkin prognosisnya.
Dalam melakukan general survey, perhatikanlah:
Keadaan umum Kesan sehat/sakit. Cobalah untuk membuat
kesimpulan umum berdasar pengamatan anda selama berinteraksi
dengan pasien. Keadaan umum dapat terbagi atas kesan sehat, kesan
F. PROSEDUR
1. Sambung rasa sambil memulai melakukan general survey
2. Amati dan perhatikan
Keadaan umum kesan sehat, sakit ringan, sedang, berat.
Tingkat kesadaran komposmentis, somnolen, stupor,
soporokomatus, atau koma. Cobalah memberi beberapa
pertanyaan kepada pasien atau beri rangsang nyeri dan beri
penilaian.
Bentuk tubuh Bentuk tubuh kurus, ramping atau pendek
gemuk? tegap atau bungkuk? simetris atau tidak? perhatikan
apakah pasien terlihat proporsional? perhatikan pula jika terdapat
deformitas.
Warna kulit dan lesi yang mungkin ada, atau bahkan terdapat
pembuluh darah yang melebar
Pakaian dan personal higiene perhatikan bagaimana
penampilan pasien. Cara berpakaian, jenis pakaian
berkancing/resleting atau tidak, kebersihan, sesuai dengan usia
dan nilai sosial, alas kaki yang pasien gunakan, perhiasan yang
digunakan, cara menggunakan perhiasan tersebut, rambut pasien,
kuku jari, serta penggunaan kosmetik.
Overweight 23 - <25
Obesitas 25 - <27
Derajat I
Obesitas ≥27
Derajat II
Seorang dikatakan kurus bila IMT nya < 18.5 dan gemuk bila IMT nya >
23. Bila IMT >25 orang tersebut menderita obesitas dan perlu
diwaspadai karena biasanya orang tesebut juga menderita penyakit
degeneratif seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol dan
G. DAFTAR PUSTAKA
Bate’s barbara. 2007. Guide to physical examination. Lippincot.
A. TEMA
Pemeriksaan vital sign: suhu, tekanan darah, nadi, nafas
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (vital sign) meliputi
pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi rate (frekuensi
pernafasan) dengan menggunakan alat yang sesuai secara baik dan benar.
D. SKENARIO
Anda adalah seorang dokter jaga pada Klinik 24 jam. Lalu datanglah Tn.
Adi, 30 tahun, dengan keluhan pusing berputar sudah 3 hari. Keluhan
disertai dengan mual, muntah dan badan lemas sejak 1 hari. Setelah
E. DASAR TEORI
1. Pemeriksaan Tekanan Darah
Dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, lakukanlah
pemeriksaan tekanan darah atau pulsasi nadi terlebih dahulu. Jika
terdapat tekanan darah yang tinggi, lakukanlah pemeriksaan ulang
tekanan darah setelah melakukan pemeriksaan yang lain.
2. Pemeriksaan Nadi
Melalui pemeriksaan nadi, kita dapat menghitung denyut jantung,
menentukan irama amplitudo, gelombang pulsasi dan terkadang
mendeteksi obstruksi aliran darah. Pulsasi radialis umumnya dapat
digunakan untuk menilai denyut jantung. Ketika iramanya irregular
maka lakukan evaluasi dengan mendengarkan bunyi jantung
(auskultasi menggunakan stetoskop).
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel
kiri) dan paru (oleh ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri,
disemburkan darah ke aorta dan kemudian diteruskan ke arteri di
seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan
yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut
nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui
frekuensi jantung dalam satu menit.
3. Pemeriksaan Pernafasan
Bernafas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang
otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu
inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostalis berkontraksi,
memperluas rongga toraks dan memekarkan paru –paru. Dinding dada
akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma
bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti, paru-paru akan
mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan
kembali ke posisi semula.
4. Pemeriksaan Suhu
Suhu badan diperiksa dengan termometer badan, dapat berupa
termometer air raksa atau termometer elektrik/digital. Pemeriksaan
dapat dilakukan pada mulut, aksila atau rektum. Pengukuran suhu
melalui mulut biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat
dibandingkan melalui rektum. Rata-rata suhu tubuh yang dilakukan
0 0
pengukuran melalui mulut adalah 37 C (98.6 F). Pemeriksaan secara
rektum biasanya memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi
sebesar 0,4-0,5 derajat dibandingkan lewat mulut. Suhu aksila lebih
0
rendah 1 C dari suhu mulut. Banyak pasien memilih pengukuran suhu
mulut dibandingkan rektal, namum hal ini tidak seyogyanya dipakai
pada penderita yang tidak sadar, gelisah, atau tidak dapat menutup
mulutnya (terutama jika menggunakan termometer air raksa dengan
kaca untuk menghindari termometer pecah karena pergerakan tiba-
tiba rahang pasien).
F. PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Prosedur pemeriksaan tekanan darah:
a. Siapkan alat yang diperlukan (tensimeter dan stetoskop)
b. Siapkan pasien dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
c. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan
oleh karena pakaian.
d. Cuci tangan WHO sebelum melakukan pemeriksaan.
e. Letakkan manset pada lengan atas sedemikian rupa sehingga
pusat dari manset yang dapat digembungkan (bladder) berada
a. Minta pasien untuk berbaring dengan miring pada salah satu sisi
dengan pinggul menekuk.
b. Pilihlah termometer dengan ujung yang bulat, beri pelumas dan
masukkan dalam anus sedalam 3 – 4 cm (1,5 inchi) dengan arah ke
arah umbilkus.
c. Tunggulah selama 3 menit.
d. Cabut kembali termometer dan baca hasilnya.
G. DAFTAR PUSTAKA
Bate’s barbara. 2007. Guide to physical examination. Lippincot.
A. TEMA
Pengenalan alat bedah minor
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat yang digunakan dalam tindakan
bedah minor
D. SKENARIO
Seorang laki-laki datang ke Puskesmas dengan keluhan terdapat luka
robek di lengan kanan bawah. Anda selaku dokter di puskesmas ingin
melakukan tindakan penjahitan. Sebelum melakukan penjahitan anda
harus mengambil alat bedah minor di tempat steril. Alat-alat apa sajakah
yang diperlukan dalam tindakan bedah minor? Dan lakukanlah penjahitan
dasar.
E. DASAR TEORI
Penjahitan luka diperlukan dalam ilmu bedah karena pembedahan
membuat luka sayatan dan penjahitan bertujuan untuk menyatukan
kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan proses
penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka
terbuka yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme atau
infeksi.
dipegang. Lalu pengamanan yang cukup pada setiap alat. Harus selalu
steril. Cukup elastik. Bukan terbuat dari bahn yang reaktif. Kekuatan yang
cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi kimia
untuk menceah perusakan dari benda asing. Berikut alat-alat yang
diperlukan untuk bedah minor.
1. Nald Voeder
Nama lainnya pemegang jarum atau needle holder. Jenis yang digunakan
bervariasi, yaitu tipe Crille Wood (bentuk seperti klem) dan tipe Mathew
Kusten (bentuk segitiga). Guna nald voeder ini pada penjahitan, sebagai
pemegang jarum jahit (nald heacting) dan sebagai penyimpul benang.
A B
Gambar. (A) Nald Voeder Tipe Crille wood dan (B) Nald Voeder Tipe
Mathew Kusten
2. Gunting
Gunting diseksi
Gunting diskesi (disecting scissor). Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus
dan bengkok. Ujungnya biasanya runcing. Terdapat dua tipe yang sering
digunakan yaitu tipe mayo dan tipe metzenbaum. Kegunaan gunting ini
adalah untuk membuka jaringan, membebaskan tumor kecil dari jaringan
sekitarnya, untuk eksplorasi, maupun merapikan luka.
A B
Gambar. (A) Gambar gunting tipe mayo, (B) gunting tipe metzenbaum
Gunting Benang
Ada dua macam gunting benang yaitu gunting benang yang bengkok dan
yang lurus. Kegunaannya untuk memotong benang operasi, merapikan
luka.
Terdapat dua nomor gagang pisau yang sering dipakai, yaitu gagang
nomor 4 (untuk mata pisau besar) dan gagang nomor 3 (untuk mata pisau
kecil). Guna pisau bedah ini adalah untuk menyanyat berbagai
organ/bagian tubuh. Mata pisau, disesuaikan dengan bagian tubuh yang
akan disayat.
4. Klem (clamp)
Klem arteri pean
Ada dua jenis yaitu yang lurus dan bengkok. Penggunaannya adalah untuk
hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak. Penyediaan : masing-
masing 6 buah.
jaringannya, terutama agar jaringan tidak meleset dari klem, dan hal ini
dimungkinkan dengan adanya gigi pada ujung klem. Penyediaannya :
masing-masing 4 buah.
Klem Allis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit
tumor kecil.
Retractor Volkman
Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka, pemakaian retractor
(ukurannya) disesuaikan dengan lebar luka. Ada yang mempunyai 2 gigi, 3
gigi dan 4 gigi. Dua gigi untuk luka kecil, 4 gigi untuk luka besar. Terdapat
pula retractor bergigi tumpul.
Pinset Splinter
Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka (mencegah
overlapping).
Gambar. Pinset
8. Wound Curett
Penggunaannya adalah untuk mengeruk luka kotor, mengeruk ulkus kronis
Gambar. Korentang
Klasifikasi
Pemilihan jarum bedah antara lain : jarum yang digunakan agar
berperan aktif dalam penyembuhan luka dan tidak merubah atau
merusak jaringan tubuh. Bentuk, ukuran, dan rancangan jarum dipilih
yang sesuai dengan prosedur operasi. Terdapat 2 macam jarum bedah
dilihat dari penggunaan benang yaitu berupa jarum lepas dan jarum
atraumatik
o Jarum lepas
Memerlukan waktu penyambungan benang dengan
jarum
Memerlukan re–sterilisasi
Memerlukan perawatan ujung jarum
Resiko jarum berkarat
Resiko benang terlepas dari jarum
Pemilihan jarum harus tepat dengan benang
o Jarum bedah atraumatik
Benang bedah menyatu dengan jarum sekaligus
Penyambungan benang bedah dengan jarum secara
channelateau drilled
Benang tunggal sehingga menimbulkan trauma yang
minimal pada jaringan
Dijamin steril dan bebas karat
Sekali pakai buang sehingga tidak perlu re-sterilisasi
Rolled end
Drilled end
Regular eye
Spring eye
Spring double eyes
Jenis-Jenis Benang
a. Seide (Silk/Sutera)
Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan
30% bahan tambahan berupa perekat. Tersedia dalam warna hitam dan
putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi
Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 0000 (5 nol merupakan
ukuran paling kecil) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuran terbesar).
Yang paling sering dipakai adalah nomor 00 (2 nol) dan 0 (1 nol) dan
nomor 1
b. Plain Catgut
Asal katanya adalah cat (kucing), dan gut (usus). Dahulu benang ini dibuat
dari usus kucing, tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi.
Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10
hari, dan warnanya putih dan kekuningan.
terutama untuk daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak bergerak
dan luas lukanya kecil.
Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan
mengembang, bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut
tak boleh terendam dalam lisol karena akan mengembang dan menjadi
lunak, sehingga tak dapat digunakan.
c. Chromic Catgut
Berbeda dari plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom.
Dengan adanya krom ini, maka benang menjadi lebih keras dan kuat, serta
penyerapannya lebih lama, haitu 20-40 hari. Warnanya coklat dan
kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nol merupakan ukuran
yang paling kecil) hingga nomor 3.
d. Etnilon
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung
bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon, lebih kuat dari seide
atau catgut. Tidak diserap tubuh, dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit
dan jaringan tubuh lainnya.
Tersedia dalam warna biru dan hitam. Tersedia dalam ukuran 10 nol
hingga 1 nol. Penggunaannya pada bedah plastik, ukuran yang lebih besar
sering digunakan pada kulit, sedang nomor yang kecil dipakai pada bedah
mata.
e. Ethibond
Merupakan benang sintesis (terbuat dari polytetra methylene adipate).
Tersedia dalam kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap
tubuh minimum, tidak diserap, dan warnanya hijau dan putih. Ukurannya
dari 7 nol hingga nomor 2. Penggunaannya pada bedah kardiovaskuler dan
urologi.
f. Vitalene
Merupakan benang sintetis (terbuat dari polimer profilen). Sangat kuat
dan lembut, tidak diserap, warna biru. Tersedia dalam kemasan
atraumatis. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Digunakan pada bedah
mikro, terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, bedah
plastik, cocok pula untuk menjahit kulit
g. Vicryl
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Diserap oleh
tubuh, dan tidak menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis
bertahan selama 3 minggu, dalam otot bertahan selama 3 bulan. Benang
ini sangat lembut dan warnanya ungu. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1.
Penggunaan pada bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastik.
h. Supramid
Merupakan benang sintetis, dalam kemasan atraumatis. Bersifat kuat,
lembut, fleksibel, reaksi tubuh minimum, dan tidak diserap. Warnanya
hitam dan putih. Digunakan untuk menjahit kutis dan sub kutis.
i. Linen (Catoon)
Dibuat dari serat kapas alam dengan jalan pemintalan. Bersifat lembut,
cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum.
Warnanya putih. Tersedia dalam ukuran 4 nol hingga 1 nol. Digunakan
untuk menjahit usus dan kulit, terutama kulit wajah.
j. Steel Wire
Merupakan benang logam yang terbuat dari polifilamen baja tahan karat.
Sangat kuat, tidak korosif dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah
disimpul. Warna putih metalik. Terdapat dalam kemasan atraumatis dan
kemasan biasa. Ukurannya dari 6 nol hingga nomor 2. Untuk menjahit
tendo.
Untuk itu dapat dipakai kain belacu atau katun. Warna alat-alat diatas
harus lembut dan tidak cepat melelahkan mata. Biasanya dipilih warna
putih, biru muda, dan hijau.
Saat ini masker yang sering dipakai mempunyai model sekali pakai
(disposable) yang terbuat dari kertas. Masker ini akan dibuang sesudah
digunakan. Untuk alat tenun dari kain, sesudah dipakai harus direndam lalu
dicuci. Setelah kering baru disterilkan. Masker, topi dan baju kamar bedah
tidak perlu disterilkan.
c. Kasa Hidrofil
Adalah kain dengan anyaman jarang (kasa), lembut dan bersifat mudah
menyerap. Digunakan untuk penyerap darah yang keluar dari luka,
menyerap sekret dan cairan lain serta digunakan sebagai penutup luka
(dressing). Kasa ini tersedia dalam ukuran kecil-kecil, yaitu kira-kira 5 x 7,5
cm, terlipat rapi, tidak boleh ada bagian benang yang menjulur keluar,
sebab dapat tertinggal pada luka sewaktu membersihkan luka. Kasa harus
steril.
d. Tuffer (spons)
Dibuat dari kasa hidrofil yang dipadatkan dengan cara :
1. Kasa dipotong berbentuk segi empat sesuai dengan ukuran yang
diinginkan
2. Dari salah satu sudutnya dilakukan penggulungan secara padat ke arah
tengah
3. Ekor tadi digulung rapi hingga habis
Tuffer digunakan untuk membebaskan jaringan (terutama jaringan
longgar), menekan perdarahan, menggosok luka. Tuffer harus steril
sebelum dipakai.
e. Drain
Terdapat bermacam-macam drain. Prinsip penggunaannya sama yaitu
untuk memungkinkan pengaliran sekret keluar dari luka. Drain digunakan
untuk luka yang terkontaminasi dengan kemungkinan terbentuknya pus
atau sekret lainnya, atau pada luka dengan perdarahan hebat sewaktu
telah ditutup ada kemungkinan perdarahan masih aktif di bawah jaringan
yang ditutup.
1. Cigarette drain. Berbentuk seperti pipa dengan panjang 5-10 cm.
dipergunakan pada operasi abses apendiks, trauma dan sebagainya,
dimana sekret yang keluar diharapkan tidak terlalu banyak.
2. Corrugated drain (drain bergelombang). Dibuat dari lembaran karet
khusus yang bergelombang halus (seperti pola lembaran seng atap
F. DAFTAR PUSTAKA
1. Karakata S, Bachsinar B. 1995. Bedah Minor. Hipokrates : Jakarta
2. Ethicon Inc. Wound Closure Manual. 1994. Johnson and Johnson
company.
3. Doherty, GM. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA :
McGraw Hill.
4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. 2000. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Reksoprodjo, S. 2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa
Aksara.
A. TEMA
Keterampilan laboratorium penggunaan mikroskop cahaya
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
menyebutkan bagian-bagian mikroskop cahaya.
menjelaskan fungsi dari bagian-bagian mikroskop cahaya.
melakukan pemeriksaan spesimen/ preparat menggunakan mikroskop
cahaya.
E. DASAR TEORI
1. Kegunaan Mikroskop
Penggunaan mikroskop merupakan bagian yang sangat penting dalam
berbagai cabang ilmu seperti biologi, histologi, mikrobiologi,
parasitologi dan sebagainya. Dengan bantuan mikroskop kita dapat
mengamati objek yang sangat kecil yang tidak dapat diamati hanya
dengan menggunakan mata telanjang. Struktur yang dapat diamati
dengan mikroskop antara lain bentuk sel, ukuran sel, serta
susunannya. Dengan mikroskop kita juga dapat mengamati organisme
yang sangat kecil atau bersifat mikroskopik seperti parasit maupun
mikroorganisme.
2. Macam-Macam Mikroskop
Ada beberapa jenis mikroskop yang dapat dipergunakan. Pada
dasarnya mikroskop-mikroskop itu dapat digolongkan menurut jenis
sumber cahaya yang dipakai. Tentu yang paling banyak dipakai adalah
mikroskop cahaya (optik) yang menggunakan cahaya terlihat. Selain
mikroskop cahaya biasa, ada juga beberapa modifikasi tertentu, yaitu
mikroskop interferens, dan mikroskop lapangan (medan) gelap,
mikroskop polarisasi dan mikroskop fase kontras. Semua mikroskop
yang menggunakan radiasi tak terlihat dan sinar ultraviolet serta
mikroskop elektron, merupakan perkembangan yang lebih baru.
11
13 12
16
14
18
15
20
17
21
Sumb1e9r: Olympus® Instruction Manual, dimodifikasi
2. Menyalakan mikroskop
Hubungkan kabel mikroskop ke sumber arus listrik.
Nyalakan mikroskop dengan menekan tombol utama pada posisi
‘’I’’.
4. Mengatur fokus
Putar pemutar lensa objektif dan posisikan lensa objektif pada
perbesaran 4X.
Setelah lensa objektif tersebut tepat di atas spesimen, gerakkan
sekrup pengatur fokus kasar searah jarum jam sampai meja
berada sedekat mungkin dengan lensa objektif.
Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan sekrup pengatur
fokus kasar berlawanan dengan arah jarum jam secara perlahan
untuk menambah jarak antara lensa objektif dan spesimen, dan
berhentilah saat gambar spesimen telah terlihat fokus.
Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan kedua tabung
binokuler untuk mengatur jarak interpupil, sehingga gambar yang
dilihat antar kedua mata menyatu.
Tutuplah mata kiri dan gunakan mata kanan untuk memfokuskan
gambar dengan memutar sekrup pengatur fokus kasar dan halus,
sampai terlihat fokus (jika diperlukan).
Tutuplah mata kanan dan gunakan mata kiri untuk memfokuskan
gambar dengan memutar cincin pengatur diopter pada lensa
okuler kiri, sampai fokus (jika diperlukan).
Bukalah kedua mata dan untuk memfokuskan kembali gerakkan
sekrup pengatur fokus halus untuk memperoleh gambar yang
paling jelas.
8. Mematikan mikroskop
Matikan lampu mikroskop dengan menekan tombol utama pada
posisi ‘’O’’.
Lepaskan kabel dari sumber arus listrik.
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Olympus® Educational Microscope CX21 Instruction Manual. Olympus
Optical co. Ltd. Tokyo.
2. Junqueira, L.C, Carneiro, J. 2003. Basic Histology, Tenth Edition, Lange
Medical Books McGraw-Hill, United States of America.
3. Alexander, S.K., Strete, D., and Niles, M. J. 2004. Laboratory Exercises
in Organismal and Molacular Microbiology. McGraw-Hill. United
States of America.
4. Gartner, L.P., and Hiatt, J. L. 2007. Color Atlas of Histology, Fourth
Edition. McGraw-Hill. United States of America.
5. Staf Pengajar FK Unsoed. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi
Dasar.. Fakultas Kedokteran Unsoed. Semarang
6. Staf Pengajar FK Unila. 2003. Buku Praktikum Histologi Bagian I..
Program Studi Pendidikan Dokter Unila. Bandar Lampung
Skor Feed
No Aspek Back
0 1 2
A Mengambil mikroskop dari lemari penyimpanan
1 Bawalah mikroskop dengan menggunakan kedua tangan
(tangan yang satu memegang lengan mikroskop, dan
yang satu lagi memegang dasar mikroskop)
2 Letakkan mikroskop di meja yang datar
B Menyalakan mikroskop
3 Hubungkan kabel mikroskop ke sumber arus listrik.
4 Nyalakan mikroskop dengan menekan tombol utama
pada posisi ‘’I’’.
5 Atur intensitas cahaya dengan memutar sekrup
pengatur intensitas cahaya sesuai yang dikehendaki.
C Meletakkan spesimen pada meja mikroskop
6 Putar sekrup pengatur fokus kasar ke arah yang
berlawanan dengan jarum jam sampai posisi meja paling
rendah.
7 Buka penjepit preparat sambil terus di tahan, letakkan
spesimen pada meja mikroskop dari arah depan, dan
lepaskan penjepit preparat.
D Mengatur focus
8 Gunakan penggerak slide horizontal dan vertikal untuk
mengatur spesimen supaya berada di tengah tepat di
atas condenser
9 Putar pemutar lensa objektif dan posisikan lensa objektif
pada perbesaran 4X.
10 Setelah lensa objektif tersebut tepat di atas spesimen,
gerakkan sekrup pengatur fokus kasar searah jarum jam
sampai meja berada sedekat mungkin dengan lensa
objektif.
11 Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan gerakkan
PEMERIKSAAN MOTORIS
DAN KEKUATAN OTOT
A. TEMA
Pemeriksaan motoris dan kekuatan otot
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu melakukan pemeriksaan sensoris dan kekuatan otot
2. Mampu menjelaskan tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan sensoris
dan kekuatan otot
3. Mampu memilih metode untuk pemeriksaan
4. Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan
D. SKENARIO
GENERAL WEAKNESS
Seorang laki-laki datang kepada saudara dengan keluhan badan terasa
lemah. kedua tangan dan kaki lemah untuk digerakkan. Anda kemudian
melakukan pemeriksaan motoris dan kekuatan otot pada pasien ini.
E. DASAR TEORI
1. Tonus Otot dan Kekuatan Otot
Pada pemeriksaan otot dinilai tonus otot dan kekuatan otot.
Tonus otot: pada otot normal dengan inervasi intak sedang
berelaksasi, otot tersebut masih mempunyai tegangan residu yang
kita kenal dengan tonus otot. Tonus otot dapat diperiksa dengan
meraba dan merasakan resistansi otot setelah dilakukan peregangan
pasif (gerakan pasif).
Contoh pemeriksaan tonus otot pada tangan:
Minta pasien untuk bersikap relaks, kemudian pemeriksa mengambil
salah satu tangan pasien, fleksi dan ekstensikan siku. Pemeriksa
memperhatikan resistensi otot. Evaluasi apakah tonus otot normal,
rigid atau flaccid. Rigidity jika ketika pemeriksa menggerakkan lengan
ke depan dan belakang terdapat tahanan tersentak-sentak.
Flaccidity, jika ketika pemeriksa menggerakan lengan ke depan dan
belakang, tidak terdapat tahanan,hampir seperti terkulai.
Pemeriksaan kekuatan otot dilakukan dengan menyuruh pasien
melakukan gerakan aktif melawan tahanan pemeriksa. Jika otot yang
akan diperiksa terlalu lemah, minta pasien untuk menggerakkan otot
melawan gravitasi. Pengurangan kekuatan otot disebut parese dan
kehilangan seluruh kekuatan otot disebut plegia.
F. PROSEDUR
Pemeriksaan Kekuatan Otot
1. Test flexion (C5, C6—biceps)
Minta pasien untuk menekukkan lengannya pada siku
Pemeriksa menempatkan salah satu tangannya pada otot biseps
pasien dan tangan yang lainnya pada pergelangan tangan pasien,
beri tahanan
Minta pasien untuk melawan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa
dengan berupaya menekukkan lengannya.
10. Test dorsiflexion (terutama L4, L5) dan plantar flexion (terutama S1)
Minta pasien untuk melawan tahanan pemeriksa dengan mendorong
telapak kaki ke arah atas
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Bahan kuliah Neurologi FK UNSRI, 2000
2. Bahan kuliah Neurologi FK UI, 2010
3. Panduan CSL Pemeriksaan Neuropsikiatri Unhas, 2010
4. Swartz, M.H., 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC
5. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta: 2006
6. Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
7. Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007
No Prosedur Feedback
A. TEMA
Keterampilan Klinis Pemeriksaan ROM (Range of Motion)
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk melakukan
pemeriksaan ROM
D. SKENARIO
Pasien pria gemuk, berusia 48 tahun datang dengan keluhan nyeri tajam
pada sendi lutut sebelah kanan. Keluhan sudah dirasakan hilang timbul
selama 2 bulan belakangan, namun selama 3 hari ini keluhan dirasa terus
menerus dan memberat. Keluhan disertai dengan gerak sendi terbatas
karena nyeri, sulit untuk ditekuk maupun diluruskan, dan rasa kaku
sementara pada sendi tersebut setelah bangun tidur. Keluhan bertambah
nyeri apabila sendi digerakkan, sedangkan bila beristirahat keluhan
berkurang. Untuk menegakkan diagnosis anda akan melakukan
E. DASAR TEORI
1. Pemeriksaan Anggota Gerak
Pada pemeriksaan anggota gerak dilakukan penilaian terhadap keadaan
tulang, otot serta sendi. Pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi
kemudian diikuti dengan palpasi serta perkusi seperti yang telah
dipelajari pada blok sebelumnya.
Kelainan pada anggota gerak dapat terjadi:
a. Berbagai kelainan kongenital dapat terjadi pada ekstremitas superior
maupun inferior, diantaranya amelia (tidak terdapatnya semua
anggota gerak), ekstromelia (tidak adanya salah satu anggota gerak),
fokomelia (anggota gerak bagian proksimal yang pendek), sindaktili
(bergabungnya jari-jari), atau polidaktili (jumlah jari lebih dari
normal).
b. Fraktur, dislokasi, hemangioma yang besar, limfangioma, fistula
arteriovena, neurofibromatosis dapat menyebabkan panjang dan
bentuk ekstremitas kanan dan kiri tidak sama.
c. Pada keadaan yang menyebabkan hipoksia kronik (penyakit jantung
bawaan sianotik, penyakit paru kronik) dan dapat pula disebabkan
oleh penyakit lain seperti penyakit hati kronik, endokarditis dan
beberapa keganasan menyebabkan adanya jari-jari tabuh pada
tangan dan kaki. Tanda dini dari jari tabuh adalah menaiknya dasar
kuku, pada stadium selanjutnya seluruh bagian distal jari dan kuku
mengembang dan membundar.
d. Nyeri tekan pada angggota gerak paling sering disebabkan oleh
trauma dan infeksi. Nyeri tekan pada m. Sartorius dapat merupakan
tanda dari meningitis tuberculosa. Tiap rasanyeri pada bagian distal
tulang harus dicurigai kemungkinan terdapatnya osteomyelitis.
e. Gangren atau nekrosis jaringan akibat sumbatan pembuluh darah.
Proses ini mula-mula ditandai dengan anggota gerak yang dingin,
pucat, kekuatan ototnya menghilang, serta rasa nyeri. Dengan
berlanjutnya proses nekrosis, maka daerah itu menjadi hipoestesi
dan bewarna hitam.
f. Disamping deformitas, tanda fraktur lainnya adalah nyeri, krepitasi
serta gangguan fungsi anggota gerak.
g. Kelainan bentuk tulang. Seringkali sampai lebih kurang satu tahun
setelah anak dapat berjalan, bentuk tibia melengkung keluar (genu
varum). Genu valgum, tungkai berbentuk huruf X seringkali
didapatkan pada anak berumur 2-5 tahun yang masih dikategorikan
normal, akan tetapi dapat ditemukan pada anak dengan
poliomyelitis, rakitis, sifilis, atau pada anak yang posisi kedua kakinya
pronasi.
h. Kelainan posisi kaki, misalnya club foot, pes kavus, pes ekuinus.
i. Gaya berjalan berupa kaki menyeret (foot drop), gaya berjalan
seperti menggunting (scissors gait), ataksia (cara berjalan yang
canggung dan meluas).
Jenis ROM :
a. ROM pasif, pemeriksa melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %
b. ROM aktif, pemeriksa memberikan motivasi dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan
rentang gerak sendi normal (klien aktif). Kekuatan otot 75 %
Jenis gerakan :
a. Fleksi f. Supinasi
g. Pronasi
b. Ekstensi
h. Abduksi
c. Hiper ekstensi i. Aduksi
d. Rotasi j. Oposisi
e. Sirkumduksi
Indikasi :
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama
Kontra Indikasi :
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (misalnya: jantung)
Pemeriksaan Goniometri
Geniometri
Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia
yang berarti sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu
goniometri berkaitan dengan pengukuran sudut, khususnya sudut yang
dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang ditubuh manusia. Goniometri
merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga
meliputi jaringan lunak.
Prosedur
Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.
1. Meletakkan goniometer :
a. Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
b. Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
segmen tubuh yang statik.
c. Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
2. Membaca besaran lingkup gerak sendi (LGS) pada posisi awal
pengukuran dan mendokumentasikannya
F. PROSEDUR
1. PEMERIKSAAN SENDI BAHU
a. Inspeksi
Inspeksi apakah terdapat deformitas, pembengkakan, atrofi otot
atau fasikulasi.
Jika ada riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk lokasi
nyeri karena lokasi nyeri bisa menjadi petunjuk letak lesi,
misalnya :
Tepat diatas bahu, menyebar sampai ke leher : sendi
acromioclavicular
Lateral bahu, menyebar ke insersi dari musculus deltoideus –
lesi dari cuff rotator
Bahu bagian depan : lesi dari tendon bicipitalis
b. ROM
Selama melakukan pemeriksaan ROM bahu, pemeriksa
menempatkan tangannya pada bahu pasien untuk mendeteksi
ada tidaknya kresipitasi.
Minta pasien untuk mengangkat lengannya (abduksi) setinggi
bahu (90°) dengan telapak tangan menghadap ke atas (untuk
menilai pergerakan glenohumeralis)
Kemudian angkat lengan pada posisi vertical di atas kepala
dengan telapak tangan saling berhadapan (untuk menilai
pergerakan scapulothoracalis sebesar 60°dan kombinasi
2. PEMERIKSAAN SIKU
a. Inspeksi
Topang lengan pasien dengan tangan pemeriksa sehingga siku
menjadi fleksi 70°.
Inspeksi medial dan lateral epicondylus dan olecranon.
Inspeksi kontur dari siku, termasuk permukaan ekstensor dari
ulna. Catat adanya nodul atau pembengkakan.
b. Palpasi
Palpasi daerah olekranon dan tekan epicondylus untuk nyeri
tekan, catat jika ada dislokasi dari olekranon.
b. Palpasi
Palpasi daerah pergelangan tangan pada bagian distal radius dan
ulna dengan menggunakan kedua ibu jari pada bagian dorsum
pergelangan tangan.
Perhatikan adakah pembengkakan, bogginess atau nyeri. Nyeri
daerah distal radius dapat menjadi pertanda adanya fraktur
colless.
Palpasi daerah jari tangan PIP dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk,
Perhatikan apakah terdapat nyeri, pembengkakan, dan
pembesaran tulang. Bila ditemukan nodul (pembesaran tulang )
biasanya merupakan tanda dari Osteoarthritis.
Extension
Tempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa
memegang siku pasien.
Posisikan pergelangan tangan pasien pada posisi fleksi dan
tempatkan tangan pemeriksa pada punggung tangan pasien.
Minta pasien untuk mengekstensikan pergelangan tangannya
melawan gravitasi.
ROM kaki terdiri dari eversi dan inversi dengan cara memegang
pergelangan kaki dan tumit kaki pasien kemudian minta pasien
menggerakan kakinya inversi dan eversi.
G. DAFTAR PUSTAKA
Bate’s barbara. Guide to Physical Examination. Lippincot. 2007. Chapter
15
Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta: 2006
No Aspek Feedback
INTERPERSONAL
1. Sambung Rasa dan Informed consent
Pemeriksaan Muskuloskeletal dan ROM
Sendi Bahu
2. Lakukan inspeksi:
Apakah terdapat deformitas, pembengkakan, atrofi otot atau
fasikulasi
3. Jika ada riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk
lokasi nyeri, lakukan palpasi pada area tersebut.
Lakukan pemeriksaan ROM sendi bahu dengan memegang
sendi bahu pasien dan meminta pasien untuk berdiri pada
posisi anatomis, kemudian:
4. Gerakkan lengan atas ke arah anterior untuk menilai Fleksi
0
(normal 180 )
5. Gerakkan lengan atas ke arah posterior untuk menilai Ekstensi
0
(normal 60 )
6. Gerakkan lengan atas ke arah anterior setinggi bahu, kemudian
gerakkan ke arah lateral-medial untuk menilai Fleksi
0
Horisontal (normal 135 )
7. Gerakkan lengan atas ke arah lateral untuk menilai Abduksi
0
(normal 180 )
8. Gerakkan lengan atas ke arah medial (menyentuh anterior
0
tubuh) untuk menilai Adduksi ( normal 75 )
Sendi Siku
9. Lakukan inspeksi dengan menopang lengan pasien dengan
tangan pemeriksa sehingga siku menjadi fleksi 70°. Perhatikan
epicondylus medial dan lateral serta olecranon. Perhatikan
kontur siku, apakah terdapat nodul atau pembengkakan.
10. Lakukan palpasi daerah olekranon dan tekan epicondylus
KERANGKA ANAMNESIS
A. TEMA
Keterampilan Anamnesis
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dengan benar
D. SKENARIO
Seorang pria datang dengan keluhan demam. Anda sebagai seorang dokter
yang ingin mengetahui riwayat penyakit pasien melakukan wawancara yang
terstruktur dengan tujuan untuk mengeksplorasi keluhan dan gejala yang
dialami oleh pasien. Bagaimanakah cara menggali informasi mengenai
penyakit pasien sehingga dapat ditegakkan diagnosis yang tepat?
E. DASAR TEORI
1. PENDAHULUAN
Dewasa ini, tantangan sebagi tenaga kesehatan semakin mempengaruhi
kinerja tenaga kesehatan tersebut dalam menangani pasien. Khususnya
seorang dokter, sangat diperlukan adanya kesiapan untuk berani
melakukan tatap muka dan aktif dalam membangun keakraban dengan
pasiennya. Pada umumnya kontak pertama antara seorang dokter
pasien dimulai dari anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga
akan memudahkan kerjasama dalam memulai tahap-tahap pemeriksaan
berikutnya.
Dalam menegakkan suatu diagnosis anamnesis mempunyai peranan
yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya
petunjuk untuk menegakkan diagosis. Anamnesis adalah suatu tehnik
pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang
dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien
beserta permasalahan medisnya.
Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi
tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien.
Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang
didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan
tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat
menegakkan diagnosis.
Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah
dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar. Tujuan
berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang
baik antara seorang dokter dengan pasiennya. Umumnya seorang
pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan
merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup.
Tugas seorang lah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan
anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun
hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan
keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan
selanjutnya.
2. ISI
Definisi Anamnesis
Anamnesis berasal dari bahasa Yunani anamneses, yang artinya
mengingat kembali. Anamnesis merupakan pengambilan data yang
dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian
wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa,
anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan
tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik
terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan
oleh pasien. Jenis pertanyaan yang akan diajukan kepada pasien dalam
anamnesis sangat beragam dan bergantung pada beberapa faktor.
Tujuan Anamnesis
1. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang
dialami atau dirasakan oleh pasien.
2. Membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan
pasiennya.
Jenis-jenis Anamnesis
1. Auto anamnesis, merupakan anamnesis yang didapat langsung dari
keluhan pasien. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan
dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara
Persiapan Anamnesis
Hal yang harus dikuasai dalam anamnesis antara lain :
1. Keterampilan proses: meliputi bagaimana cara berkomunikasi
dengan pasien, menggali dan mendapatkan riwayat pasien, menggali
dan mendapatkan riwayat pasien, kemampuan verbal dan non-
verbal yang digunakan, bagaimana menciptakan suatu hubungan
dengan pasien, serta bagaimana cara berkomunikasi secara
terstruktur dan terorganisasi.
2. Keterampikan isi: yaitu keterampilan mengenai isi pokok dari
pertanyaan dan respon yang diberikan kepada pasien.
3. Keterampilan perseptual: yakni apa yang dipikirkan dan rasakan
mempengaruhi pembuatan keputusan internal.
diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa
diinterogasi.
2. Penampilan dokter. Penampilan seorang dokter juga perlu
diperhatikan karena ini akan meningkatkan kepercayaan pasiennya.
Seorang dokter yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari
pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang dokter
yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan anamnesis
daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.
3. Periksa kartu dan data pasien. Sebelum anamnesis dilakukan
sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien dan
cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup
kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau
mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu
datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama
yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data
pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data
kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan
pemeriksaan saat ini.
4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya. Pada saat
anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien
dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan
pasien bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien,
jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada
saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-
dikeluhkan oleh pasien. Dengan cara ini diharapkan tidak ada data
anamnesis yang tertinggal.
Reanamnesis
Reanamnesis berarti anamnesis ulang atau pengambilan data anamnesis
tambahan setelah dokter melakukan pemeriksaan fisik atau setelah
dokter merawat pasien. Reanamnesis kadang kala diperlukan untuk
mengkonfirmasi data yang dianggap kurang konsisten atau kurang
lengkap.
Ringkasan Anamnesis
Ringkasan anamnesis dibuat berdasarkan analisis data anamnesis.
Dokter mengelompokkan data yang diperoleh yang mengarah pada
sindrom atau kriteria diagnostik yang berhubungan dengan diagnosis
tertentu. Ringkasan anamnesis menggunakan bahasa dokter, tidak lagi
menggunakan bahasa pasien.
Kesimpulan Anamnesis
Pada akhir anamnesis seorang dokter harus dapat membuat kesimpulan
dari anamnesis yang dilakukan. Kesimpulan tersebut berupa perkiraan
diagnosis yang dapat berupa diagnosis tunggal atau diagnosis banding
dari beberapa penyakit. Kesimpulan yang dibuat haruslah logis dan
sesuai dengan keluhan utama pasien. Bila menjumpai kasus yang sulit
dengan banyak keluhan yang tidak dapat dibuat kesimpulannya, maka
cobalah dengan membuat daftar masalah atau keluhan pasien. Daftar
tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pemeriksaan fisik
etis. Seorang dokter juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan
pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan menjadi takut
untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.
3. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan :
1. Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang
dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan
pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan
penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis
dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang
penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya
suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh
pasien.
2. Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menanyakan
beberapa hal yaitu :
1. Identifikasi pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset
Lokasi
Kronologis
Kualitas
Kuantitas
Gejala penyerta atau keluhan penyerta
Faktor modifikasi
4. Riwayat Penyakit Dahulu (Past health history)
5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
6. Riwayat Personal atau riwayat sosial
7. Ringkasan anamnesis dan kesimpulan anamnesis
F. PROSEDUR
1. Item Interaksi dokter-pasien
Senyum, salam, sapa & membina sambung rasa;
Menjelaskan prosedur dan melakukan informed consent sebelum
melakukan pemeriksaan.
2. Menanyakan dan menuliskan data-data umum mengenai pasien
Menanyakan dan menuliskan: Nama pasien, jenis kelamin, umur,
alamat, pekerjaan, perkawinan, agama, suku bangsa.
3. Menanyakan dan menuliskan keluhan utama
Menanyakan keluhan yang menyebabkan penderita datang berobat/ke
dokter dan menuliskannya di lembar rekam medis.
4. Menanyakan dan menuliskan riwayat penyakit sekarang
Menanyakan bagaimana onset, lokasi, kronologis, kualitas, kuantitas,
gejala penyerta, dan faktor modifikasi dan menuliskannya di rekam
medis.
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Elsevier. Swartz: Textbook of Physical Diagnosis. History and
Examination. 5e – www.studentconsult.com didownload dari
http://www.studentconsult.com/content/default.cfm?ISBN=141600307
X&ID=S1
2. Guyton and Hall, 1996 , Fisiologi Kedokteran, edisi 9,,EGC,
3. Snell,Richard S, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran,
edisi 6, EGC, Jakarta.
4. Szilagy, Peter G. , 2002 , Bate's guide to physical examination, McGraw
– Hill , Chapter 5: 155-208
5. Harrison, 2005, Principles of Internal Medicine, edisi 16,McGraw – Hill,
Part 14,2067 – 2231
INTERPERSONAL
1 Senyum, salam, sapa & membina sambung rasa
2 Menjelaskan prosedur dan melakukan Informed consent
sebelum melakukan pemeriksaan
CONTENT
3 Menanyakan data-data umum mengenai pasien
Menanyakan: Nama pasien, Jenis kelamin, Umur, Alamat,
Pekerjaan, Perkawinan, Agama, Suku bangsa
4 Menanyakan keluhan utama
Menanyakan keluhan hal menyebabkan penderita datang
berobat
5 Menanyakan riwayat penyakit sekarang
Menanyakan bagaimana onset, lokasi, kronologis, kualitas,
kuantitas, gejala penyerta, dan faktor modifikasi
6 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
Menanyakan keluhan seputar apakah dulu pernah
mengalami sakit yang sama seperti saat ini, apakah ada
penyakit lain sebelumnya, apakah dulu pernah dioperasi,
atau pun jenis obat apa saja yang pernah dikonsumsi pasien
sebelumnya.
7 Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
Menanyakan apakah ada keluarga atau kerabat dekat yang
pernah mengalami gangguan yang sama atau penyakit
keturunan yang lain.
8 Menanyakan riwayat personal dan kehidupan sosial
Menanyakan pertanyaan mengenai tempat bekerja, pola
makan setiap hari, aktivitas olahraga, perokok atau tidak, dan
pernah meminum minuman dengan kadar akohol tinggi atau
tidak.
9 Membuat ringkasan anamnesis dan kesimpulan anamnesis
A. TEMA
Keterampilan komunikasi pembuatan dan pengisian rekam medis
B. TUJUAN
1. Mampu melakukan pengisian rekam medis, form rujukan, dan form
permintaan pemeriksaan penunjang dengan benar
2. Mampu menjelaskan manfaat pengisian rekam medis, surat rujukan,
dan form permintaan pemeriksaan penunjang
3. Mampu menjelaskan jenis jenis rekam medis
D. SKENARIO
Anda seorang dokter yang baru saja membuka praktek umum di daerah
tempat tinggal anda. Pada hari itu datang pasien yaitu seorang anak laki-laki
usia 5 tahun yang diantar ibunya karena mencret sejak 1 hari. Setelah
E. DASAR TEORI
1. Pengertian
Rekam medis adalah suatu berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Surat rujukan adalah surat pengantar tenaga medis dalam hal ini
ditujukan kepada dokter maupun dokter gigi secara tertulis yang
bertujuan sebagai advice (petunjuk pengobatan) maupun pengobatan
secara lebih lanjut kepada tenaga medis yang lebih berkompeten dalam
bidangnya. Setelah surat rujukan diberikan oleh dokter melalui pasien
kepada dokter yang lebih berkompeten, biasanya akan ada surat
rujukan balasan yang berikan oleh dokter/dokter gigi terujuk kepada
dokter perujuk melalui pasien yang menyatakan bahwa telah dilakukan
Rekam medis dari rumah sakit harus memuat informasi yang cukup
untuk menetapkan diagnosis, terapi dan hasil terapi secara akurat.
Rekam medis setiap rumah sakit sangat bervariasi tetapi pada umumnya
terdiri dari bagian informasi umum dan informasi klinis.
4. Surat Rujukan
Surat rujukan umumnya terdiri dari surat rujukan dan surat balasan
rujukan.
5. Diagnosis
6. Terapi yang telah diberikan oleh dokter konsulen
7. Anjuran
8. Tanda tangan dokter konsulen
F. PROSEDUR
a) Tanyakan identitas pasien
b) Lakukan anamnesis
c) Lakukan pemeriksaan fisik
d) Isikan pada rekam medis
1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Anamnesis, sekurang kurangnya keluhan dan riwayat perjalanan
penyakit
4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
5. Diagnosis
6. Rencana penatalaksanaan
7. Pengobatan dan atau tindakan
8. Pelayanan lain yang telah diberikan
e) Mengisi formulir permintaan pemeriksaan penunjang
f) Mengisi surat rujukan
g) Beritahukan rencana penatalaksanaan.
G. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Manual Rekam Medis : Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Indonesia
Permenkes No.269/Menkes/per/III/2008
UU RI No : 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Jakarta.
Indonesia
Komunikasi dokter-pasien
1. Senyum Salam Sapa
2. Binalah sambung rasa yang baik dengan pasien
Item Prosedural
3. Lakukan anamnesis dengan baik (salam, sambung rasa,
perkenalan, identitas, keluhan utama, menggali keluhan
utama & penyerta, RPS, RPD, RPK, RPL)
4. Isi lembar rekam medis berupa :
Identitas Pasien
5. Tanggal dan Waktu Pemeriksaan
6. Hasil Anamnesis
Keluhan Utama & Menggali KU
Keluhan Penyerta
RPS, RPD, RPK/Lingkungan
7. Lakukan Pemeriksaan Fisik, Penunjang dan tindakan awal
yang diperlukan dengan tetap membina sambung rasa
dengan pasien serta informed consent jika diperlukan
8. Tuliskan hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang dengan
benar pada rekam medis (Status Generalis dan Lokalis)
9. Tuliskan Diagnosis dan Diagnosis banding yang sesuai
10 Tuliskan terapi & tindakan yang telah diberikan serta
rencana tatalaksana lanjutan pada lembar Rekam Medis
11 Lakukan Planning Edukasi dengan baik
12 Tutup pemeriksaan dengan baik
13 Lengkapi rekam medis serta membubuhkan tanda tangan
pada status setelah selesai
14 Mengisi formulir pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN REFLEKS
FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS
A. TEMA
Pemeriksaan refleks fisiologis dan reflek patologis
B. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Mampu melakukan pemeriksaan reflek fisiologis dan patologis
2. Mampu menjelaskan tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan reflek
fisiologis dan patologis
3. Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan
D. SKENARIO
Tn.X, 48 tahun, diantar oleh keluarganya ke RS karena pagi ini tiba-tiba
beliau jatuh pingsan setelah bertengkar hebat dengan tetangganya, dan
ketika sadar Tn.X menjadi sulit untuk menggerakkan tangan dan kaki
kanannya. Anda kebetulan yang saat itu sedang bertugas di UGD memeriksa
Tn.X dengan seksama, dan memang benar tangan dan kaki kanan beliau
menjadi lemah.
E. DASAR TEORI
1. Refleks Fisiologis dan Patologis
Reflek adalah jawaban atas rangsang. Reflek neurologik tergantung
pada suatu lengkung reflek yang terdiri dari jalur aferen yang dicetus
oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktivasi organ efektor, serta
hubungan antara kedua komponen. Misalnya reflek tendon yang timbul
karena adanya rangsang, yang akan diteruskan ke reseptor--serabut
aferen--ganglion spinal--serabut eferen—efektor (otot). Gerak otot
reflektoris dapat ditimbulkan pada setiap orang sehat (reflek fisiologis).
Reflek regang otot adalah reflek yang timbul oleh regangan otot yang
disebabkan rangsangan dan sebagai jawabannya maka otot
berkontraksi. Nama lain dari reflek ini adalah reflek tendon atau reflek
fisiologis. Pada kerusakan UMN dapat terjadi refleks yang tidak dapat
dibangkitkan pada orang –orang sehat, yang dinamakan refleks
patologis.
reflek hoffman trommer) akan timbul fleksi keempat jari, yang pada
orang normal tidak terjadi apa-apa.
+2 : normal
+3 : meninggi
+4 : hiperaktif
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari
melalui sisi lateral. Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-
jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon
jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar
atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
Reflek oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke
bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka
akan timbul reflek seperti babinski
Reflek gordon
Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka
akan timbul reflek seperti babinski
Reflek gonda
Lakukan penekanan/fleksikan jari ke-4 pedis kemudian lepaskan
dengan cepat. Jika positif, maka akan timbul reflek seperti babinski.
Reflek schaefer
Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan
timbul reflek seperti babinski
Reflek caddock
Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki dari maleolus
lateral ke arah kaudal. Jika positif maka akan timbul reflek seperti
babinski.
F. PROSEDUR
Pemeriksaan Refleks Fisiologis
1. Pemeriksaan refleks biseps
a. Meminta pasien duduk dengan santai
b. Lengan dalam keadaan lemas, posisikan lengan bawah antara fleksi
dan ekstensi serta sedikit pronasi
c. Letakkan siku pasien pada lengan/tangan pemeriksa
d. Letakkan ibu jari di atas tendo biseps kemudian pukullah ibu jari tadi
dengan refleks hammer
e. Reaksi utama adalah kontraksi otot biseps & fleksi lengan bawah
Gambar. Arah goresan dan reflek yang muncul pada reflek Babinski
b. Reflek Chaddock
Gores bagian lateral maleolus ke arah kaudal.
c. Reflek Gordon
Remas otot betis.
d. Reflek Gonda
Tekuk maksimal jari keempat kaki kemudian lepaskan tiba-tiba.
e. Reflek Schaefer
Pencet tendon achilles dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.
f. Reflek Oppenheim
Urut kuat tibia dan m. tibialis anterior dari proksimal ke distal.
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Bahan kuliah Neurologi FK UNSRI, 2000
2. Bahan kuliah Neurologi FK UI, 2010
3. Panduan CSL Pemeriksaan Neuropsikiatri Unhas, 2010
4. Swartz, M.H., 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC
No Prosedur Feedback