Anda di halaman 1dari 208

Buku Panduan CSL 1 2019

BUKU PANDUAN

CLINICAL SKILL LABORATORY


SEMESTER 1
Edisi Ke-3

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


Jln. Prof Soemantri Bojonegoro No.1

Bandar Lampung-Indonesia

Telp / Fax : (0721) 77665

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 1


Buku Panduan CSL 1 2019

Buku Panduan Clinical Skill Laboratory


Semester 1
Edisi Ke-3

Cetakan ketiga | 2019

Diterbitkan pertama kali oleh :


Tim Pengembangan KBK (Bagian CSL) Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

Dicetak di Bandar Lampung

………………………………………………………………………………………………………
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku tanpa izin tertulis dari penyusun.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 2


Buku Panduan CSL 1 2019

TIM PENYUSUN

..:: Editor ::..

dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc

dr. Arif Yudho Prabowo, S.Ked

dr. Risti Graharti, S.Ked

..:: Kontributor ::..

dr. Merry Indah sari, M.Med.Ed


dr. Dwita Oktaria., S.Ked., MPd.Ked
Dr. dr. Susianti, M.Sc
Dr. dr. Ety Aprilia., S.Ked., M.Si
dr. Dian Isti Anggraini, S. Ked., M.PH
dr. Rizki Hanriko, S.Ked., Sp.PA

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 3


Buku Panduan CSL 1 2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


kekuatan serta kemudahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku
panduan Clinical Skill Laboratorium (CSL) Semeter 1 ini. Buku ini disusun
sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dala proses pembelajaran
CSL pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung (FK Unila) semester 1 tahun ajaran 2019-2020.
Penyajian yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya dimana CSL
tahun ajaran 2017-2018 ini tidak masuk ke dalam blok yang berjalan. Selain itu
revisi kurikulum tahun 2012 juga berefek pada materi CSL yang disajikan. Akan
tetapi, materi yang diberikan tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya. Pada semester 1 ini, mahasiswa diperkenalkan dengan CSL yang
mencakup ketrampilan komunikasi sambung rasa percaya diri dan hubungan
dokter pasien, serta kerangka anamnesis. Pada pemeriksaan fisik diberikan
materi mengenai General Survey dan Vital Sign, pemeriksaan motoris dan
kekuatan otot, pemeriksaan muskuloskeletal dan ROM, pemeriksaan fisiologis
dan patologis. Laboratorium memberikan kontribusi pengenalan mikroskop.
Sedangkan keterampilan prosedural diberikan materi mengenai pengenalan
alat bedah minor dan hecting dasar, dan cuci tangan WHO serta pengenalan
rekam medis, surat rujukan, dan pengantar pemeriksaan penunjang. Buku
panduan ini disusun dengan mengacu pada kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang dokter yang tertuang dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) tahun 2012.
Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
konributor yang telah memberikan masukan demi memperkaya materi buku
ini, pengelola KBK PFK unila, maupun pihak-pihak lain yang turut membantu
hingga selesainya buku ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku
ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Untuk kesempurnaan
penyempurnaan berikutnya kritik dan saran dapat diharapkan.

Bandar Lampung, Agustus 2019

Editor

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 4


Buku Panduan CSL 1 2019

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................... 4
Daftar Isi ................................................................................................... 5
Daftar Materi Clinical Skills Lab ................................................................ 6
Regulasi CSL.............................................................................................. 7
Lesson Plan & Level of Competences ....................................................... 13
CSL 1. Sambung Rasa dan Percaya Diri .................................................... 14
CSL 2. Hubungan Dokter – Pasien ............................................................ 22
CSL 3. Cuci Tangan WHO .......................................................................... 33
CSL 4. General Survey ............................................................................... 41
CSL 5. Vital Sign ........................................................................................ 55
CSL 6. Pengenalan alat bedah minor dan hecting dasar .......................... 72
CSL 7. Pengenalan Mikroskop .................................................................. 102
CSL 8. Pemeriksaan Motoris dan Kekuatan Otot ..................................... 117
CSL 9. Pemeriksaan Muskuloskeletal dan ROM ....................................... 130
CSL 10 Kerangka Anamnesis .................................................................... 153
CSL 11 Pengenalan Rekam Medis, surat rujukan dan permintaan
pemeriksaan penunjang ............................................................... 174
CSL 12 Refleks Fisiologis dan Patologis .................................................... 191

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 5


Buku Panduan CSL 1 2019

DAFTAR MATERI CLINICAL SKILLS LAB (CSL)


SEMESTER 1
Semester : 1

Angkatan Tahun : 2019 Tahun Ajaran : 2019/2020

Jenis Keterampilan CSL


No Judul CSL Pemeriksaan Prosedur
Komunikasi Laboratorium
Fisik al
1 Sambung Rasa Percaya Diri √ - - -

2 Hubungan Dokter-Pasien √ - - -
3 Kerangka Anamnesis √ - - -
4 Cuci Tangan WHO - - √ -
5 Pengenalan alat bedah minor - - √ -
6 General Survey - √ - -
7 Vital Sign - √ - -
8 Pengenalan Mikroskop - - - √
Pemeriksaan Motoris dan
9 - √ - -
Kekuatan Otot
Pemeriksaan Muskuloskeletal
10 - √ - -
dan ROM
Refleks Fisiologis dan
11 - √ - -
Patologis
Pengenalan Rekam Medis,
12 surat rujukan dan permintaan √ - - -
pemeriksaan penunjang
Per Kelompok

Kuliah Besar

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 6


Buku Panduan CSL 1 2019

REGULASI CSL
TATA TERTIB :
A. Tata Tertib Umum
1. Mahasiswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan blok CSL 1, yaitu :
 Latihan keterampilan klinik/CSL, 2 kali seminggu (Senin pukul 14.40 – 16.20
WIB dan Rabu pukul 10.20 – 12.00 WIB kecuali jika ada libur dan ujian
nasional akan disesuaikan).
 Pretest, yang akan diberikan sebelum latihan CSL di pertemuan pertama.
 Tugas, ditentukan oleh instruktur dan PJ CSL.
 Briefing kontrak blok, OSCE dan remedial OSCE. Bila mahasiswa tidak hadir
salah satu dari kegiatan tersebut, maka tidak diperkenankan mengikuti
remedial OSCE.
2. Berpakaian rapi
 Tidak diperbolehkan memakai kaus oblong, celana blue jeans, sandal/sepatu
sandal khusus mahasiswi tidak diperbolehkan berbaju ketat, transparan dan
tanpa lengan atau terlihat ketiak serta harus memakai rok minimal 20 cm di
bawah lutut.
 Rambut harus rapi, tidak diperbolehkan berambut gondrong untuk laki-laki.
 Kuku harus pendek, bersih, dan tidak menggunakan cat kuku.
3. Sopan santun dan etika
 Jujur dan bertanggung jawab;
 Disiplin;
 Tidak merokok di lingkungan kampus;
 Tidak diperbolehkan membawa senjata tajam, NAPZA, alat-alat yang tidak

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 7


Buku Panduan CSL 1 2019
sesuai dengan tupoksi sebagai mahasiswa;
 Tidak diperbolehkan membuat kegaduhan;
 Tidak diperbolehkan memalsukan tanda tangan PA atau para dosen;
 Tidak diperbolehkan memalsukan dokumen;
 Tidak diperkenankan melakukan kecurangan dalam bentuk apapun pada saat
CSL dan OSCE.
4. Mentaati peraturan akademik FK Universitas Lampung dan peraturan akademik
Universitas Lampung.

B. Tata Tertib Khusus


1. Kehadiran harus 100%;
2. Wajib hadir tepat waktu:
 Jika terlambat ≤15 menit dari waktu yang ditentukan dan pre-test masih
berlangsung, mahasiswa dapat mengikuti pre-test tanpa ada tambahan waktu
dan dapat mengikuti latihan CSL;
 Jika terlambat 15-30 menit dari waktu yang ditentukan pada sesi 1,
mahasiswa masih dapat mengikuti CSL dengan pre-test susulan dan mendapat
tugas yang ditentukan oleh PJ Blok;
 Jika terlambat >30 menit dari waktu yang ditentukan, tidak diperkenankan
mengikuti CSL pada hari tersebut dan tidak diperkenankan mengikuti CSL
pada sesi 2;
 Jika terlambat ≤15 menit dari waktu yang ditentukan pada sesi 2, mahasiswa
dapat mengikuti CSL dengan persetujuan instruktur yang bertugas pada CSL
tersebut;
 Jika terlambat >15 menit dari waktu yang ditentukan pada sesi 2, maka tidak
diperkenankan mengikuti CSL pada hari itu.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 8


Buku Panduan CSL 1 2019
3. Bila mahasiswa melakukan kecurangan pada saat pre-test, maka langsung dinyatakan
tidak lulus pre-test dan diperbolehkan mengikuti CSL pada hari itu;
4. Sanksi bagi mahasiswa yang melakukan kecurangan pada saat pre-test ditentukan oleh
PJ CSL;
5. Hasil pre-test akan dievaluasi langsung oleh instruktur dan instruktur akan
memberikan feedback sesuai hasil pre-test masing-masing mahasiswa;
6. Pada sesi 1, mahasiswa yang mendapat nilai pre-test <70, diberi kesempatan untuk
belajar di luar ruangan selama 15 menit kemudian melakukan pre-test ulang. Apabila 3
kali mahasiswa gagal mengikuti pre-test selama sesi 1 maka mahasiswa diperkenankan
dapat mengikuti CSL namun diberikan tugas oleh PJ CSL dan dikumpulkan 1 minggu
setelahnya;
7. Pada sesi ke-2:
 Seluruh mahasiswa Wajib melakukan keterampilan klinis yang dilatihkan. Bila
karena satu lain sebab, mahasiswa tidak melakukan keterampilan tersebut
pada sesi 2, maka diwajibkan membuat video keterampilan tersebut dan
diserahkan kepada PJ Blok paling lambat 1 minggu setelah sesi 2
dilaksanakan.
 mahasiswa melakukan keterampilan klinik dengan dinilai oleh rekannya
dibawah pengawasan instruktur. Mahasiswa dengan nilai pre-test <70
diprioritaskan untuk melakukan keterampilan klinis.
 Instruktur akan memberi umpan balik terkait performance mahasiswa,
kemudian mahasiswa harus menuliskan umpan balik tersebut pada kolom
umpan balik di buku kegiatan CSL mahasiswa.
 Instruktur menandatangani buku kegiatan setelah mengoreksi kolom isian
umpan balik sudah sesuai dengan masukan yang diberikan.
 Jika mahasiswa lupa membawa buku kegiatan pada sesi 2, mahasiswa

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 9


Buku Panduan CSL 1 2019
diperkenankan meminta tanda tangan instruktur selambat-lambatnya 1
minggu setelah sesi 2 berlangsung. Jika meminta tanda tangan > 1 minggu,
maka tidak diperkenankan mengikuti remedial OSCE.
 Bila waktu tidak cukup, instruktur dapat meminta bantuan mahasiswa untuk
menilai performance temannya (peer-assesment) dengan tetap
memperhatikan umpan balik yang diberikan.
8. Mahasiswa wajib membawa buku panduan CSL (soft copy/print out hasil download
dari laman web http://fk.unila.ac.id/materi/) dan buku kegiatan CSL di setiap
pertemuan/sesi;
9. Penilaian dilakukan pada buku kegiatan mahasiswa dan ditandatangani oleh instruktur
saat pelaksanaan skills lab berlangsung sebagai bukti otentik latihan serta tidak boleh
disobek;
10. Pada halaman terakhir Buku Kegiatan CSL terdapat Bukti Penilaian Formatif CSL yang
harus diparaf setiap selesai latihan oleh instruktur yang bertugas;
11. Pada akhir blok, mahasiswa wajib mengumpulkan buku kegiatan maksimal 1 minggu
sebelum OSCE berlangsung agar rekapitulasi bukti penilaian tersebut dapat diperiksa
dan diberikan rekomendasi layak/tidaknya mengikuti OSCE oleh PJ CSL blok yang
bersangkutan;
12. Lembar rekomendasi Wajib dibawa pada saat breafing OSCE, mahasiswa yang tidak
membawa lembar rekomendasi tidak diperkenankan mengikuti remedial OSCE;
13. Seluruh mahasiswa Wajib hadir pada saat breafing OSCE, bagi yang tidak hadir tidak
diperkenankan mengikuti remedial OSCE;
14. Mahasiswa/i yang tidak menghadiri CSL maka harus mendapatkan rekomendasi dari
Dekan Fakultas Kedokteran Unila untuk mengikuti CSL susulan dengan menanggung
biaya pelaksanaan CSL tersebut (seperti biaya BHP dan pemeliharaan alat);
15. Wajib mentaati Tata Tertib dan semua aturan yang berlaku di FK Unila;

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 10


Buku Panduan CSL 1 2019
16. Hal-hal yang belum diatur dalam regulasi ini akan ditetapkan kemudian.

Bandar Lampung, Agustus 2019


Tim CSL

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 11


Buku Panduan CSL 1 2019

DAFTAR KETERAMPILAN CSL SEMESTER 1


No Materi Jenis Level Pemberian
Keterampilan kompetensi materi
1 Sambung Rasa Percaya Diri Komunikasi 4 Perkelompok
2 Hubungan Dokter-Pasien Komunikasi 4 Perkelompok
3 General Survey Pemeriksaan fisik 4 Perkelompok
4 Vital Sign Pemeriksaan fisik 4 Perkelompok
5 Pengenalan Mikroskop Laboratorium 4 Perkelompok
6 Pengenalan alat bedah Prosedural 4 Kuliah besar
minor dan hecting dasar
7 Patient safety Komunikasi 4 Kuliah besar
8 Pemeriksaan Motoris dan Pemeriksaan fisik 4 Perkelompok
Kekuatan Otot
9 Cuci tangan WHO Prosedural 4 Kuliah besar
10 Pemeriksaan Pemeriksaan fisik 4 Perkelompok
Muskuloskeletal dan ROM
11 Pengenalan rekam medis, prosedural 4 Perkelompok
rujuan dan pemeriksaan
penunjang
12 Refleks fisiologis dan prosedural 4 Perkelompok
patologis

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 12


Buku Panduan CSL 1 2019

LEVEL OF COMPETENCE
Level Kompetensi 1 Mengetahui dan menjelaskan
Level Kompetensi 2 Pernah melihat / didemonstrasikan
Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
Level Kompetensi 3
supervisi
Level Kompetensi 4 Mampu melakukan secara mandiri

LESSON PLAN CSL SESI 1


No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i 5 menit
2 Pre Test 10 menit
3 Overview materi 5 menit
4 Demonstrasi 10 menit
5 Mahasiswa/i berlatih 60 menit
6 Feed back dan penutup 10 menit

LESSON PLAN CSL SESI 2


No Kegiatan Alokasi Waktu
1 Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i 5 menit
2 Persiapan dan pengaturan latihan 5 menit
3 Penilaian terhadap mahasiswa yang berlatih 80 menit
4 Feed back dan penutup 10 menit

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 13


Buku Panduan CSL 1 2019

..: SAMBUNG RASA DAN PERCAYA DIRI


dr. T.A. Larasati, M. Kes | dr. Hanna Mutiara

A. TEMA
Sambung Rasa dan Percaya Diri

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan sambung rasa dan
percaya diri.

C. ALAT DAN BAHAN


 Kursi dokter dan pasien
 Meja dokter

D. SKENARIO
Zaskia, 19 tahun, datang kepada anda yang sedang bertugas di klinik
dokter keluarga. Pasien merasa cemas dan sulit tidur selama menghadapi
ujian semester. Zaskia mengaku keluhan ini sering muncul bila menjelang
ujian. Anda sebagai dokter keluarga diharapkan dapat melakukan sambung
rasa dengan baik dan percaya diri.

E. DASAR TEORI
1. Sambung Rasa
Keterampilan komunikasi sangat penting dimiliki oleh dokter yang
dalam tugasnya harus mengumpulkan informasi dari seseorang atau
sekelompok orang. Dengan komunikasi yang sederhana, cepat, dan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 14


Buku Panduan CSL 1 2019

efektif maka akan diperoleh informasi yang akurat. Banyak kelemahan


hasil anamnesis (wawancara) disebabkan keterampilan komunikasi
yang kurang memadai serta sikap dokter yang kurang memperhatikan
aspek psikologis pasien. Atas kenyataan tersebut, maka keterampilan
komunikasi akan sangat membantu dalam melakukan tugas sebagai
dokter.

Komunikasi secara garis besar adalah proses penyampaian sinyal dan


pesan. Komunikasi dalam dunia medis berbeda dengan komunikasi
dalam bidang lain dilihat dari tiga aspek:
a. Berkaitan dengan hal yang paling penting dalam kehidupan yaitu
kesehatan. Setiap orang dalam masyarakat pada semua tahapan
dan tingkat usia, sangat memperhatikan dengan serius apa yang
dikatakan oleh dokter.
b. Dalam komunikasi medis melibatkan lebih besar emosi alamiah
dan bersifat personal.
c. Secara sosial komunikasi dalam dunia medis mengizinkan profesi
medis menyentuh tubuh pasien untuk tujuan pemeriksaan.

Adapun tujuan komunikasi dengan pasien mencakup tiga hal:


a. Membina hubungan berdasarkan rasa percaya,
b. Untuk mendapatkan informasi dari pasien,
c. Untuk menyampaikan informasi kepada pasien.

Interaksi yang baik antara dokter dan pasien membuat pasien merasa

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 15


Buku Panduan CSL 1 2019

lebih nyaman ketika memberikan informasi dan itu menjadi dasar


hubungan dokter-pasien, karena dalam keadaan sakit dapat membuat
pasien merasa terisolasi dan segan. Perasaan ketersambungan dengan
dokter, disimak dan dipahami akan mengurangi perasaan terisolasi
tersebut. Perasaan ini adalah inti dari penyembuhan (Bickley, 2007).
Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam komunikasi dokter-pasien
perlu dilakukan sambung rasa.

Sambung rasa adalah komunikasi yang terjadi apabila gagasan dan


perasaan yang disampaikan pembawa pesan dapat menggugah dan
menggerakkan hati penerima pesan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Sambung rasa merupakan suatu tahap komunikasi yang harus


diciptakan terlebih dahulu agar hal-hal yang menghambat proses
komunikasi dapat dihindari. Dengan terciptanya sambung rasa antara
dokter dan pasien, maka pasien akan senang dan tanpa beban
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dokter. Dalam keadaan
seperti tersebut, pasien akan memberikan jawaban dengan lancar dan
akurat, sehingga dipeoleh data informasi yang sebenarnya.

Agar tercipta adanya sambung rasa antara dokter dan pasien, maka
dokter harus berusaha membina sikap serta pandangan tertentu
terhadap pasien, yaitu agar :
a. Pasien mempercayai dokter, bahwa dokter tidak akan membuka
rahasia pasien kepada siapapun.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 16


Buku Panduan CSL 1 2019

Misalnya : “Bapak/Ibu tidak perlu khawatir, semua yang bapak/ibu


sampaikan akan saya jaga kerahasiaannya, jadi saya harapkan
bapak/ibu dapat memberikan informasi yang sejujur-jujurnya”
b. Pasien memahami bahwa hasil wawancara akan digunakan demi
kepentingan serta kebaikan pasien.
Misalnya : ”informasi yang bapak/ibu berikan sangat penting untuk
penegakkan diagnosis penyakit bapak/ibu dan pemberian terapi
yang sesuai dengan penyakit bapak/ibu.”
c. Pasien merasakan bahwa dokter berempati kepadanya (bukan
merasa iba atas penderitaan pasien). Empati bukan simpati, empati
berarti memahami situasi dari sudut pandang orang yang
mengalaminya, sedangkan simpati mengalami emosi yang sama
dengan orang lain. Dokter dapat melakukan refleksi isi dan refleksi
perasaan untuk menunjukkan empati. Refleksi isi merupakan
refleksi dari informasi yang disampaikan oleh pasien. sedangkan
refleksi perasaan merupakan refleksi dari perasaan pasien.
d. Pasien merasa dokter memberi kesempatan kepadanya untuk
mengemukakan pendapat/informasi ataupun bertanya dengan
leluasa.
Misalnya: “Apakah dari penejelasan saya ada yang kurang jelas,
atau ada hal yang bapak/ibu yang ingin tanyakan?”
e. Pasien merasa wawancara ini merupakan percakapan yang
dilakukan individu yang sederajat (bukan interogasi).

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 17


Buku Panduan CSL 1 2019

2. Percaya diri
Percaya diri adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan
diri sendiri. Percaya diri seorang dokter adalah keadaan mental yang
yakin akan kemampuan dirinya dalam menjalankan profesi sesuai
standar kompetensi dokter. Agar dapat tampil percaya diri, perlu
dilakukan beberapa hal:
a. Mempersiapkan dengan baik segala sesuatu berkaitan dengan
hal yang akan dilakukan.
b. Melakukan sesuatu dengan tenang dan tidak terburu-buru.
c. Bicara dengan alur yang teratur, tidak berbelit-belit dan tidak
gugup.
d. Melakukan kontak mata dengan lawan bicara (pasien). Dengan
kontak mata, tidak hanya membantu membangun rasa percaya
diri, tetapi juga dapat menumbuhkan rasa percaya pasien pada
dokter.

3. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal adalah pemberian pesan kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa tubuh (gestur). Beberapa bahasa tubuh
dokter maupun pasien yang harus diperhatikan dalam sambung rasa :

• Wajah  menggambarkan emosi seseorang: marah, sedih, bahagia


• Bahu  tinggi bila tegang, turun bila relax atau santai
• Posisi kepala  tinggi menunjukkan keterbukaan, tertarik dan
dapat menguasai keadaan; rendah menunjukkan keraguan,

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 18


Buku Panduan CSL 1 2019

kelemahan, takut atau terancam.

• Postur tubuh tegap menunjukkan percaya diri.


• Gerakan tangan  gerakan tangan ke hidung mengekspresikan
ketidakpastian, gerakan tangan ke mulut mengindikasikan ragu
tehadap apa yang diucapkan

• Kaki  duduk di kursi dengan telapak kaki dalam posisi “siap lari”
menunjukkan ketidaktertarikan.

F. PROSEDUR
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam sambung rasa adalah:
1. Berpenampilan yang sederhana, rapi, bersih, dan tepat.
2. Memberikan salam dan membuat pasien merasa disambut dengan
baik.
3. Menunjukkan tempat duduknya, dan memakai bahasa yang sesuai
antara keadaan dokter dan pasien.
4. Memperkenalkan diri.
5. Menanyakan identitas pasien.
6. Menyampaikan kalimat sambutan, tergantung apakah pasien
merupakan pasien baru, pasien follow-up atau pasien lama yang
datang untuk konsultasi kembali.
7. Memperlihatkan wajah yang ramah, bersahabat, serta sopan santun.
8. Menciptakan suasana wawancara yang santai dan menyenangkan.
9. Melakukan kontak mata, jangan ada hal yang mengganggu, seperti
komputer yang menghalangi pandangan dokter kepada pasien.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 19


Buku Panduan CSL 1 2019

10. Bahasa tubuh dokter, merupakan komunikasi non verbal, akan


memperlihatkan sikap dokter terhadap pasien

G. REFERENSI
1. Bickley, Lynn. S. BATES Guide to Physical Examination and History
Taking (Ninth Edition). Lippincott Williams & Wilkins
2. Gan, Goh Lee, at all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice,
Singapore International Foundation, Singapore.
3. Azwar Azrul. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan
Penerbit IDI. Jakarta
4. Mc Whinney. 1989. A Text Book of Family Medicine. Oxford
University.New York

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 20


Buku Panduan CSL 1 2019

1. CHECK LIST KETERAMPILAN SAMBUNG RASA

Skor Feed Back


No Aspek
0 1 2
I INTERPERSONAL
1 Berpakaian rapi, bersih dan tepat
2 Berkomunikasi non verbal yang
mendukung sambung rasa
II CONTENT
3 Mengucapkan salam pada awal
wawancara
4 Menunjukkan tempat duduk dan
meminta pasien duduk berhadapan
5 Memperkenalkan diri
6 Menanyakan identitas
7 Menyampaikan kalimat sambutan
sebagai pembuka
8 Melakukan kontak mata
9 Tersenyum, bersikap terbuka, ramah
dan sopan santun
10 Menyampaikan informed consent
III PROFESIONALISM
11 Melakukan dengan penuh percaya
diri
TOTAL

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 21


Buku Panduan CSL 1 2019

..: HUBUNGAN DOKTER-PASIEN


dr. Nurul Islamy, M.Kes | dr.Hanna Mutiara

A. TEMA
Hubungan Dokter-Pasien

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu membina hubungan Dokter-Pasien dengan baik
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mempelajari keterampilan klinik ini diharapkan mahasiswa
mampu:
a. Melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien dalam lingkup
bidang kesehatan.
b. Menempatkan diri sejajar dengan pasien (pasien dan keluarganya
adalah mitra kerja).
c. Membina hubungan yg terjadi antara dokter dengan pasien karena
adanya tanggung jawab & kewajiban profesi dokter terhadap
pasien.
d. Menjelaskan kedudukan dokter dan kedudukan pasien dalam
pelayanan kesehatan.
e. Menghormati hak-hak dan kewajiban baik pasien maupun dokter

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 22


Buku Panduan CSL 1 2019

f. Membina hubungan yang baik antara dokter dengan pasien secara


terus-menerus & berkesinambungan.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Kursi (untuk dokter dan pasien)
2. Meja dokter

D. SKENARIO
Pak Rafi, 44 tahun, datang ke klinik anda dengan keluhan sakit kepala. Pak
Rafi cemas akan keluhannya karena sudah 3 hari tidak kunjung membaik
dengan obat warung. Pak Rafi memiliki riwayat darah tinggi kurang lebih
sudah 10 tahun namun tidak terkontrol dengan baik. Riwayat penyakit
darah tinggi dalam keluarga diderita oleh kedua orang tuanya, dan ibunya
meninggal karena stroke. Pak Rafi cemas apakah dirinya akan menderita
stroke sama seperti ibunya. Anda sebagai dokter keluarga diharapkan
mampu membina hubungan dokter-pasien dengan baik.

E. DASAR TEORI
Batasan
Batasan hubungan dokter pasien tidaklah mudah dirumuskan. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antara dokter
dengan pasien karena adanya tanggung jawab dan kewajiban profesi dokter
terhadap pasien. Tanggung jawab dan kewajiban profesi dokter terhadap
pasien tidak hanya terbatas pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kedokteran saja, tetapi harus terus menerus dibina dan berkesinambungan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 23


Buku Panduan CSL 1 2019

Karakteristik
Dasar utama terbentuknya hubungan dokter pasien adalah karena adanya
tanggung-jawab dan kewajiban profesi. Hubungan yang terjadi tidak
terbatas hanya di bidang kesehatan saja, tetapi hampir semua aspek
kehidupan pasien. Ruang lingkup sangat luas serta ditambah ekspektasi
pasien yang sangat beraneka ragam menyebabkan peran dokter tidak
hanya tunggal, melainkan majemuk (ahli kesehatan, konselor, guru, teman).
Hubungan dokter pasien, terutama dokter keluarga berlangsung lama dan
mencakup banyak anggota keluarga (Koh et al, 1988; Mc Whinney, 1981).
Tujuan hubungan dokter pasien adalah demi kepentingan pasien dan sifat
hubungan:
1. Hubungan interpersonal
2. Hubungan administratif

Prinsip hubungan interpersonal dokter dan pasien:


o Berlandaskan rasa saling percaya
o Demi kepentingan pasien
o Memperhatikan hak dan kewajiban pasien
o Memperhatikan hak dan kewajiban dokter
o Melalui komunikasi efektif

Hak pasien
• Hak informasi: hak untuk mengetahui semua informasi yang
dibutuhkan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 24


Buku Panduan CSL 1 2019

• Hak akses: hak untuk memperoleh pelayanan tanpa dibedakan status


sosial, ekonomi dan budaya.
• Hak memilih: hak untuk memutuskan secara bebas penanggulangan
masalah yang dihadapinya.
• Hak keamanan: hak untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan
efektif.
• Hak kerahasiaan: hak dijamin kerahasiaan informasi mengenai pasien.
• Hak privasi: hak mendapatkan privasi dalam pelayanan (konseling dan
pemeriksaan).
• Hak martabat: hak mendapat pelayanan yang manusiawi (dihargai dan
diperhatikan).
• Hak kenyamanan: hak untuk mendapatkan kenyamanan dalam
pelayanan.
• Hak kesinambungan: hak untuk mendapatkan jaminan ketersediaan
sarana secara lengkap dan pelayanan berkesinambungan selama
diperlukan.
• Hak berpendapat: hak untuk menyatakan pendapat secara bebas.

Kewajiban pasien
• Memberikan keterangan yang benar / berterus terang.
• Menaati kemufakatan yang telah disepakati.
• Memenuhi aturan pada sarana pelayanan kesehatan.
• Memberi imbalan jasa.
• Menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahuinya.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 25


Buku Panduan CSL 1 2019

Hak dokter
 Menolak bekerja di luar standar pelayanan medik.
 Menolak tindakan yang bertentangan dengan kode etik.
 Mengakhiri hubungan profesional dengan pasien.
 Mendapatkan kehidupan pribadi (privacy).
 Memperoleh imbalan jasa.
 Menolak memberikan keterangan mengenai pasiennya.

Kewajiban dokter
 Bekerja sesuai standar profesi.
 Memberikan informed consent.
 Menolong pasien gawat darurat.

Langkah-langkah untuk dapat mewujudkan hubungan dokter pasien yang


baik:
a. Memahami diri sendiri
Langkah pertama adalah mencoba memahami diri sendiri yang
menyangkut kelebihan dan ataupun kekurangan yang dimiliki. Dengan
diketahuinya kelebihan dan kekurangan yang dimiliki tersebut, dapatlah
disesuaikan sikap dan perilaku dokter, sehingga sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan pasien.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 26


Buku Panduan CSL 1 2019

b. Meningkatkan komunikasi interpersonal


Meningkatkan kemampuan komunikasi bertujuan untuk dapat
mengasah diri sehingga dapat menjadi lebih sensitive (be sensitive),
dapat menerima (be accepting) serta bersifat sabar (be patient).
c. Memahami pasien seutuhnya
Dokter yang baik tidak hanya memperhatikan keluhan yang disampaikan
pasien dan ataupun organ tubuh yang sakit saja, tetapi memperhatikan
pasien sebagaimana manusia seutuhnya. Untuk ini pemahaman tentang
kepribadian pasien, maksud kunjungan pasien, kebutuhan kesehatan
pasien serta sikap dan perilaku pasien sangat dianjurkan.
d. Melakukan komunikasi interpersonal yang baik
Langkah keempat yaitu melakukan komunikasi interpersonal yang baik
terutama pada waktu kunjungan pertama pasien ke tempat praktek.
Banyak hal yang bisa dilakukan terutama melakukan wawancara
(anamnesis) dengan baik, dengan tujuan utama adalah membina
hubungan atas dasar kepercayaan (rapport).
e. Membina komunikasi yang terus-menerus dan berkesinam bungan
Membina komunikasi yang terus menerus dan berkesinambungan
antara dokter dengan pasien, misalnya dengan menghubungi pasien
melalui telepon atau mengunjungi rumah pasien. Tetapi dalam
melakukan komunikasi yang terus-menerus dan berkesinambungan
jangan sampai menimbulkan ketergantungan atau kunjungan pasien
yang berlebihan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 27


Buku Panduan CSL 1 2019

F. PROSEDUR WAWANCARA

• Memberikan salam.
• Membuat suasana tenteram.
• Membina rapport.
• Mempunyai waktu.
• Bagian awal; terbuka (biarkan pasien bicara dengan kata-katanya
sendiri)  patient centered.

• Pertanyaan terbuka untuk menggali masalah pasien, pertanyaan


tertutup untuk klarifikasi masalah. Terlalu banyak pertanyaan tertutup
akan mengekang pasien.

• Mendengarkan dengan pengertian dan merasakan apa yang dikeluhkan


pasien (empati).

• Menstimulasi verbal pasien.


• Melakukan refleksi isi yang berarti mengungkapkan apa yang
disampaikan pembicara/pasien dengan kata-kata kita sendiri. Refleksi
isi, dilakukan untuk mengetahui apakah informasi yang kita terima
memang sesuai dengan yang dimaksud pembicara/pasien.

• Melakukan refleksi perasaan yaitu mengungkapkan


perasaan/emosi yang dirasakan pembicara/pasien. Refleksi perasaan
dilakukan untuk mengetahui dan memastikan emosi yang dirasakan
pembicara/pasien.

• Refleksi isi dan perasaan biasanya dilakukan bersama-sama


Contoh:

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 28


Buku Panduan CSL 1 2019

“Dok, saya datang lagi, sebab keluar darah banyak. Waktu itu,saya
dipasang KB apa sih? Saya takut kalau-kalau bahaya, jadi saya cepat-
cepat kesini.”
Refleksi isi:
“Oh ibu datang kembali karena ada masalah perdarahan? Bisa ibu
ceritakan lebih jelas tentang perdarahan ini ?”
Refleksi perasaan:
“Aduh saya ikut prihatin dengan kejadian ini. Ibu merasa cemas dan
takut ya?”

• Merangkum  menyusun informasi yang disampaikan oleh


pembicara/pasien dengan kata-kata kita sendiri. Merangkum dilakukan
setelah pembicara/pasien berbicara untuk jangka waktu tertentu.
Merangkum berarti mengambil intisari dari informasi yang kita terima.
Contoh:
“ jadi bapak/ibu sudah merasakan keluhan ini sejak 4 hari yang lalu dan
keluhan ini menetap meskipun bapak/ibu sudah minum obat warung,
selain itu juga ada beberapa keluhan penyerta yang membuat bapak/ibu
merasa tidak nyaman”

• Menggunakan pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang menghasilkan


jawaban yang menjelaskan apa yang dipikirkan pasien, membuat pasien
ikut bertanggung jawab atas informasi yang disampaikan.
Contoh :
-Tolong jelaskan rasa sakit yang dirasakan bapak ?

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 29


Buku Panduan CSL 1 2019

-Informasi apa yang bapak inginkan ?

• Menggunakan pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang


menghasilkan jawaban pendek dan spesifik: ya , tidak, setuju, 38 tahun,
3 orang, dll.
Contoh :
- Ibu mau pakai pil KB ?
- Rasa sakitnya seperti ditusuk-tusuk ?

• Menggunakan pertanyaan mendalam merupakan lanjutan dari


pertanyaan terbuka yaitu untuk mengetahui lebih lanjut pernyataan
pasien.
Contoh :
- Mengapa ibu mengatakan bahwa IUD itu kurang baik?
- Tolong jelaskan alasan bapak untuk tidak setuju melakukan olahraga
teratur

• Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya


Contoh:
“bagaimana bapak/ibu apakah ada lagi yang ingin ditanyakan, atau
apakah dari penjelasan saya ada yang kurang jelas?”

• Menutup komunikasi pada waktu yang tepat.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 30


Buku Panduan CSL 1 2019

G. REFERENSI
1. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Pusat penerbitan Depdiknas. Jakarta
2. Bickley L.S. BATES; Guide to Physical Examination and History Taking
(Ninth Edition), Lippincott Williams & Wilkins
3. Gan G.L. et all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice, Singapore
International Foundation, Singapore.
4. Azwar A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan
Penerbit IDI. Jakarta
5. Mc Whinney. 1989. A Text Book of Family Medicine. Oxford University.
New York

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 31


Buku Panduan CSL 1 2019

2. CHECK LIST KETRAMPILAN HUBUNGAN DOKTER PASIEN

Skor Feed Back


No Aspek
0 1 2
I INTERPERSONAL
1 Membina rapport (menyambut dengan ramah,
salam, menyilakan duduk, perkenalan diri, sikap
terbuka, kesejajaran)
2 Membuka pembicaraan ( meminta pasien bicara
terbuka, utk kepentingan pasien, prinsip
kerahasiaan, sehingga dapat memercayai dokter)
3 Wajah ramah, senyum, posisi tubuh baik, kontak
mata selama interaksi
II CONTENT
4 Banyak menggunakan pertanyaan terbuka dalam
mengeksplorasi permasalahan pasien
5 Menggunakan pertanyaan tertutup yang sesuai
6 Mengajukan pertanyaan yang mendalam jika
diperlukan
7 Melakukan refleksi isi
8 Melakukan refleksi perasaan
9 Memberikan informasi yang benar
10 Memberikan informasi dengan bahasa sederhana
yang dipahami pasien
11 Memberikan informasi yang lengkap
12 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
13 Memegang kendali selama komunikasi
14 Menutup komunikasi pada waktu yang tepat
III PROFESSIONALISM
15 Melakukan dengan penuh percaya diri
16 Melakukan dengan kesediaan membantu &
empati
17 Melakukan dengan kesalahan minimal

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 32


Buku Panduan CSL 1 2019

..: CUCI TANGAN STANDAR WHO


dr. Dian Isti Angraini | dr. Hanna Mutiara

A. TEMA
Cuci tangan standar WHO

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan prosedur mencuci tangan
yang sesuai dengan standar WHO sebelum semua tindakan.

C. ALAT DAN BAHAN


 Kran air
 Sabun cuci tangan atau alkohol 70%
 Lap tangan atau handuk kecil

D. SKENARIO
Seorang pria berusia 47 tahun datang ke klinik anda dengan keluhan luka
pada kakinya dan berbau. Diketahui dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
laboratorium bahwa pasien tersebut mengidap diabetes. Sebelum
melakukan tindakan medis pada luka tersebut anda sebagai dokter yang
profesional melakukan cuci tangan WHO terlebih dahulu.

E. DASAR TEORI
Mencuci tangan merupakan hal sederhana yang penting untuk dilakukan
namun seringkali diabaikan. Sebenarnya, mencuci tangan merupakan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 33


Buku Panduan CSL 1 2019

suatu keharusan untuk melindungi kita dari bahaya kuman. Banyak kuman
yang dapat ditularkan melalui tangan dan menyebabkan kita menjadi
sakit, misalnya droplet (percikan ludah) pada saat batuk atau bersin,
benda-benda yang telah terkontaminasi oleh kuman, cairan tubuh
penderita (misalnya keringat, air seni, darah). Mencuci tangan yang baik
merupakan benteng pertahanan tubuh pertama dalam mencegah kita
sakit ataupun menularkan kuman pada orang lain.

Kapan sebaiknya mencuci tangan?


Mencuci tangan umumnya dilakukan saat sebelum menyiapkan makanan,
sebelum dan setelah makan, sebelum dan setelah menyentuh orang sakit,
sesudah menggunakan kamar mandi, setelah batuk atau bersin atau
membuang ingus, setelah mengganti popok atau pembalut, sebelum dan
setelah mengobati luka, setelah membersihkan atau membuang sampah,
setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 34


Buku Panduan CSL 1 2019

F. PROSEDUR KETERAMPILAN MENCUCI TANGAN


1. Pastikan kuku jari tangan tidak panjang
2. Lepaskan semua perhiasan yang ada (cincin, gelang, jam tangan)

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 35


Buku Panduan CSL 1 2019

3. Singsingkan lengan baju jika Anda menggunakan baju berlengan


panjang
4. Putar kran air pada posisi ‘on’ sehingga air mengalir
5. Basahi tangan sampai dengan pergelangan tangan
6. Ambil sabun cuci tangan (sebaiknya mengandung antiseptik) atau
alkohol 70% (jika menggunakan alkohol 70% tidak melakukan poin 3
dan 4)
7. Lakukan metode cuci tangan 6 langkah (dengan air mengalir jika
menggunakan sabun cuci tangan dan air):
a) Telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri
b) Telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan telapak
tangan kiri di atas punggung tangan kanan
c) Telapak tangan kanan dan telapak tangan kiri dengan jari saling
terkait
d) Punggung jari tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan jari
saling mengunci dan sebaliknya
e) Ibu jari tangan kanan digosok memutar dengan telapak tangan kiri
dan sebaliknya
f) Jari-jari tangan kanan menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke
kiri pada telapak tangan kiri dan sebaliknya
Sumber: WHO
8. Mengeringkan tangan dengan tisue, lap atau handuk bersih
9. Memutar kran air pada posisi ‘off’ dengan menggunakan tisue

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 36


Buku Panduan CSL 1 2019

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 37


Buku Panduan CSL 1 2019

G. REFERENSI
1. Azwar Azrul. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan
Penerbit IDI. Jakarta
2. Bickley, Lynn. S, BATES; Guide to Physical Examination and History
Taking (Ninth Edition), Lippincott Williams & Wilkins
3. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia..
Pusat penerbitan Depdiknas. Jakarta
4. Gan, Goh Lee, at all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice,
Singapore International Foundation, Singapore.
5. Mc Whinney. 1989A Text Book of Family Medicine.Oxford University.
New York

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 38


Buku Panduan CSL 1 2019

3. CHECKLIST LATIHAN CUCI TANGAN WHO


Skor
No Aspek Feed Back
0 1 2
INTERPERSONAL
1 Membina rapport (menyambut dengan
ramah, salam, menyilakan duduk,
perkenalan diri, sikap terbuka, kesejajaran)
2 Informed consent
CONTENT
3 Pastikan kuku jari tangan tidak panjang,
Lepaskan semua perhiasan yang ada
(cincin, gelang, jam tangan)
4 Singsingkan lengan baju jika Anda
menggunakan baju berlengan panjang

5 Putar kran air pada posisi ‘on’ sehingga air


mengalir

6 Basahi tangan sampai dengan pergelangan


tangan

7 Ambil sabun cuci tangan (sebaiknya


mengandung antiseptik) atau alkohol 70%
(jika menggunakan alkohol 70% tidak
melakukan poin 3 dan 4)

8 Lakukan metode cuci tangan 6 langkah


(dibawah air mengalir jika menggunakan
sabun cuci tangan dan air):
1. Telapak tangan kanan dengan telapak
tangan kiri
2. Telapak tangan kanan di atas punggung
tangan kiri dan telapak tangan kiri di
atas punggung tangan kanan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 39


Buku Panduan CSL 1 2019

3. Telapak tangan kanan dan telapak


tangan kiri dengan jari saling terkait
4. Punggung jari tangan kanan pada
telapak tangan kiri dengan jari saling
mengunci dan sebaliknya
5. Ibu jari tangan kanan digosok memutar
dengan telapak tangan kiri dan
sebaliknya
6. Jari-jari tangan kanan menguncup,
gosok memutar ke kanan dan ke kiri
pada telapak tangan kiri dan sebaliknya
Sumber: WHO
9 Mengeringkan tangan dengan tisue, lap
atau handuk bersih
10 Memutar kran air pada posisi ‘off’ dengan
menggunakan tisue
PROFESSIONALISM
11 Melakukan dengan penuh percaya diri
12 Melakukan dengan kesalahan minimal

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 40


Buku Panduan CSL 1 2019

..: GENERAL SURVEY


dr. Hanna Mutiara

A. TEMA
Keterampilan Klinis Pemeriksaan Fisik General Survey

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
1. melakukan persiapan sebelum pemeriksaan.
2. melakukan pengamatan langsung terhadap pasien secara umum dan
keseluruhan.
3. melakukan pemeriksaan BMI.
4. menyimpulkan status sehat/sakit pasien secara umum.

C. ALAT DAN BAHAN


 Bed periksa pasien.
 Meja dan kursi periksa.
 Alkohol 70% atau set cuci tangan + lap.
 Stetoskop.
 Kapas alkohol.
 Microtoise.
 Timbangan Berat Badan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 41


Buku Panduan CSL 1 2019

D. SKENARIO
Anda adalah dokter di Puskesmas Sukagalau, siang itu datang pasien laki-
laki gemuk berusia 35 tahun diantar oleh keluarganya dengan keluhan
cepat lelah. Pasien tampak berkeringat banyak, nafas cepat,
berpenampilan bersih, berpakaian kaos dan celana pendek, berkulit sawo
matang namun terdapat banyak garis-garis kehitaman di belakang
lehernya. Lakukanlah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya!

E. DASAR TEORI
General Survey adalah melakukan observasi/pengamatan terhadap
keseluruhan status kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut dapat
mencakup tinggi badan, berat badan, pertumbuhan dan perkembangan
seksual, postur tubuh, cara berjalan, personal hygyene, aroma tubuh dan
nafas, ekspresi wajah, reaksi terhadap lingkungan, cara berbicara dan
tingkat kesadaran.

Pengamatan tersebut dapat langsung dilakukan sejak permulaan


berhadapan dengan pasien. Seorang klinisi yang baik akan melatih
kemampuan mereka dalam melakukan pengamatan tersebut secara
berkesinambungan sehingga keahlian tersebut semakin terasah. Hal ini
penting untuk meningkatkan ketajaman dan sensitivitas seorang dokter
dalam menilai pengetahuan, sikap dan perilaku pasien sehingga dapat
menemukan perbedaan yang khas dari setiap keadaan pasien.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 42


Buku Panduan CSL 1 2019

Banyak faktor yang berperan terhadap keadaan pasien, seperti status


ekonomi, nutrisi, keturunan, pengetahuan, penyakit terdahulu, jenis
kelamin, lokasi geografis, dan usia. Latar belakang pasien tersebut
berpengaruh terhadap status gizi: berat dan tinggi badan, tekanan darah,
postur, mood, kewaspadaan/kesadaran, keadaan rongga mulut, warna
kuku, penampakan otot tubuh dll. Pastikanlah Anda melakukan penilaian
terhadap berat badan, tinggi badan, BMI, dan resiko obesitas setiap
berhadapan dengan pasien.

Kini latihlah diri anda untuk melakukan pengamatan terhadap pasien anda
sejak pertama kali anda berinteraksi. Perhatikan bagaimana kesan pasien
ketika anda menyambutnya? Perhatikan apakah pasien berjalan dengan
mudah atau kaku? Apakah pasien dapat naik ke bed pemeriksaan dengan
mudah? Atau jika pasien menjalani perawatan inap di RS, amati pada saat
anda melakukan visite. Apakah pasien terbaring lemah? atau duduk dan
menonton tv? Perhatikan apa yang ada di sebelahnya apakah majalah?
atau kitab suci? lihat apakah pasien dipasangi alat bantu seperti kateter
urin? dan sebagainya. Hal-hal yang anda amati tersebut dapat membantu
anda dalam membuat hipotesis tentang keadaan kesehatan pasien dan
mungkin prognosisnya.
Dalam melakukan general survey, perhatikanlah:
Keadaan umum  Kesan sehat/sakit. Cobalah untuk membuat
kesimpulan umum berdasar pengamatan anda selama berinteraksi
dengan pasien. Keadaan umum dapat terbagi atas kesan sehat, kesan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 43


Buku Panduan CSL 1 2019

sakit ringan (misalnya pasien masih dapat berjalan, tersenyum,


memperhatikan penampilan), kesan sakit sedang (pasien tampak agak
lemah, terganggu dengan keadaan sakitnya, sedikit meringgis) dan
kesan sakit berat (pasien tampak lemah, tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari sendiri (membersihkan diri, menggunakan
pakaian, makan dan minum) dll
Tingkat kesadaran  Kesadaran adalah produk neurofisiologik dimana
seorang individu mampu berorientasi secara wajar terhadap diri
sendiri dan lingkungan. Sedangkan definisi yang lain yaitu keadaan
yang mencerminkan pengintegrasian rangsang aferen dan eferen.
Penilaian tingkat kesadaran dapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Tingkat kesadaran kualitatif antara lain:
Compos mentis Keadaan sistem sensorik utuh, ada waktu tidur dan
sadar penuh serta aktivitas yang teratur.
Somnolen Keadaan mengantuk dan dapat disebut juga sebagai
letargi. Dapat bangun spontan pada waktunya atau
sesudah dirangsang dengan ringan, tapi kembali tidur
setelah stimulasi dihilangkan. Pasien mampu memberi
jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
Stupor Kantuk yang dalam. Pasien terlihat tertidur tapi dapat
dibangunkan dengan rangsang verbal yang kuat, dapat
spontan hanya waktu singkat, sistem sensorik berkabut,
dapat mengikuti beberapa perintah sederhana. Tidak

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 44


Buku Panduan CSL 1 2019

dapat diperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak


motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.
Semikoma/ Pasien tidak ada respon dengan rangsang verbal,
soporokomatus dengan rangsang nyeri masih ada gerakan, reflek‐reflek
(cornea, pupil dll) masih baik dan nafas masih adekuat.
Koma Koma adalah suatu keadaan tidak sadar total terhadap
diri sendiri dan lingkungan meskipun distimulasi dengan
kuat. Gerakan spontan negatif, reflek‐reflek negatif,
fungsi nafas terganggu atau negatif. Tidak ada respon
sama sekali terhadap rangsang nyeri yang
bagaimanapun kuatnya.

Sedangkan penilaian kesadaran kuantitatif menggunakan suatu


patokan yang disebut Glasgow Coma Scale (GCS)
Tanda–tanda stress  misalnya: apakah pasien menunjukkan gejala
cadiac atau respiratory distress? nyeri? Ansietas/cemas berlebihan?
atau depresi?
Tinggi dan bentuk tubuh  mintalah pasien untuk membuka alas
kakinya dan lakukanlah pengukuran tinggi badan. Simpulkan apakah
pasien tinggi atau pendek? Bentuk tubuh kurus, ramping atau pendek
gemuk? tegap atau tidak? simetris atau tidak? perhatikan apakah
pasien terlhat proporsional? perhatikan pula jika terdapat deformitas.
Berat badan  perhatikan apakah pasien kurus kering, gemuk,
obesitas, atau mungkin di antaranya? Jika pasien gemuk, perhatikan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 45


Buku Panduan CSL 1 2019

apakah penyebaran lemaknya merata atau berpusat pada tungkai,


badan bagian atas, atau sekeliling pinggul?
Warna kulit dan lesi yang mungkin ada, atau bahkan terdapat
pembuluh darah yang melebar
Pakaian dan personal higiene  perhatikan bagaimana penampilan
pasien. Apakah pasien menggunakan pakaian yang sesuai dengan
cuaca? apakah bersih? berkancing atau beresleting? apakah sesuai
dengan usia dan nilai sosial? Lalu perhatikan alas kaki pasien apakah
menggunakan sepatu? sandal? sepatu olah raga? atau bahkan tanpa
alas kaki? Apakah pasien menggunakan perhiasan? cara menggunakan
perhiasan yang wajar? atau tindik (body piercing)? Perhatikan pula
rambut pasien, kuku jari, serta penggunaan kosmetik. Hal-hal tersebut
dapat menjadi petunjuk kepribadian pasien, mood dan gaya hidupnya.
Ekspresi wajah  perhatikan ekspresi wajah pasien saat diam, saat
berbicara, pemeriksaan fisik dan ketika berinteraksi dengan orang lain.
Amati kontak matanya, apakah natural? Terpaku tidak berkedip? atau
bergerak cepat?
Aroma tubuh dan nafas  Bau-bauan merupakan petunjuk yang
penting, misalnya bau keton pada pasien diabetes, atau bau alkohol.
Postur, cara berjalan dan aktivitas motorik  perhatikan postur
pasien, apakah pasien gelisah atau diam? berapa kali pasien merubah
posisinya? berapa cepat pergerakannya? apakah terdapat pergerakan
yang tidak disadari? apakah ada bagian tubuh yang tidak dapat
digerakkan? bagaimana cara berjalan pasien? perlahan-lahan, tampak

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 46


Buku Panduan CSL 1 2019

nyaman dan percaya diri, seimbang, atau terlihat kekakuan dari


tungkai, seperti mau jatuh, tidak seimbang, atau gangguan lainnya?

F. PROSEDUR
1. Sambung rasa sambil memulai melakukan general survey
2. Amati dan perhatikan
Keadaan umum  kesan sehat, sakit ringan, sedang, berat.
Tingkat kesadaran  komposmentis, somnolen, stupor,
soporokomatus, atau koma. Cobalah memberi beberapa
pertanyaan kepada pasien atau beri rangsang nyeri dan beri
penilaian.
Bentuk tubuh  Bentuk tubuh kurus, ramping atau pendek
gemuk? tegap atau bungkuk? simetris atau tidak? perhatikan
apakah pasien terlihat proporsional? perhatikan pula jika terdapat
deformitas.
Warna kulit dan lesi yang mungkin ada, atau bahkan terdapat
pembuluh darah yang melebar
Pakaian dan personal higiene  perhatikan bagaimana
penampilan pasien. Cara berpakaian, jenis pakaian
berkancing/resleting atau tidak, kebersihan, sesuai dengan usia
dan nilai sosial, alas kaki yang pasien gunakan, perhiasan yang
digunakan, cara menggunakan perhiasan tersebut, rambut pasien,
kuku jari, serta penggunaan kosmetik.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 47


Buku Panduan CSL 1 2019

Ekspresi wajah  perhatikan ekspresi wajah pasien saat diam,


saat berbicara, saat pemeriksaan fisik dan ketika berinteraksi
dengan orang lain. Amati pula kontak matanya.
Aroma tubuh dan nafas  Bau-bauan merupakan petunjuk yang
penting, misalnya bau keton pada pasien diabetes, atau bau
alkohol.
Postur, cara berjalan dan aktivitas motorik  perhatikan postur
pasien, apakah pasien gelisah atau tidak? berapa kali pasien
merubah posisinya? berapa cepat pergerakannya? apakah
terdapat pergerakan yang tidak disadari? apakah ada bagian
tubuh yang tidak dapat digerakkan? bagaimana cara berjalan
pasien?
3. Cuci tangan WHO sebelum memeriksa pasien
4. Lakukan pengukuran tinggi badan
Minta pasien untuk melepaskan alas kaki.
Atur posisi pasien sehingga berdiri tegak lurus di bawah
microtoise membelakangi dinding dengan kepala tegak dan
pandangan lurus ke depan. Pastikan pasien berdiri tegak, kedua
lutut dan tumit rapat, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan
kepala bagian belakang harus menempel pada dinding. Untuk
pasien obesitas dimana posisi tersebut sulit dilakukan, maka tidak
perlu keempat titk tersebut menempel pada dinding, asalkan
tulang belakang dan pinggang dalam seimbang (tidak
membungkuk atau tengadah).

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 48


Buku Panduan CSL 1 2019

Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala pasien.


Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar
dengan garis merah.
Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari
angka kecil ke angka besar.
Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi pasien yang diukur.
Lanjutkan dengan menimbang berat badan pasien
5. Lakukan pengukuran berat badan
Pastikan timbangan badan berfungsi baik dan stel penunjuk pada
titik nol
Pastikan tidak ada beban tambahan ditubuh pasien yang
mempengaruhi penimbangan, dengan cara meminta pasien
melepas semua jaket, tas, perhiasan, atau barang lainnya.
Bimbing pasien untuk naik ke atas timbangan dan diam ditempat
sambil kita melihat angka yang ditunjukkan oleh jarum pengukur
tempat penunjuk berhenti
Catat hasil pengukuran.
Persilahkan pasien untuk turun dengan perlahan dari timbangan
6. Hitunglah BMI (Body Mass Index) pasien dengan menggunakan
rumus:
Berat badan (kg)
2
Tinggi(m)

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 49


Buku Panduan CSL 1 2019

Hasil penghitungan IMT dibulatkan satu desimal

WHO menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa


ditentukan berdasarkan nilai body mass index (BMI) atau indeks Masa
Tubuh (IMT). Body Mass Index efektif digunakan sebagai alat untuk
mensekrening kondisi atau status gizi seseorang khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, tetapi
bukan sebagai suatu alat diagnostik.
Penilaian hasil penghitungan Body Mass Index berdasarkan WHO
populasi Asia disajikan pada tabel berikut :

Status Gizi IMT


Kurang <18.5
Normal 18.5 - <23

Overweight 23 - <25

Obesitas 25 - <27
Derajat I

Obesitas ≥27
Derajat II

Seorang dikatakan kurus bila IMT nya < 18.5 dan gemuk bila IMT nya >
23. Bila IMT >25 orang tersebut menderita obesitas dan perlu
diwaspadai karena biasanya orang tesebut juga menderita penyakit
degeneratif seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol dan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 50


Buku Panduan CSL 1 2019

kelainan metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik


klinis atau laboratorium
7. Cuci tangan WHO setelah memeriksa pasien.
8. Tutup interaksi dengan pasien.

G. DAFTAR PUSTAKA
Bate’s barbara. 2007. Guide to physical examination. Lippincot.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 51


Buku Panduan CSL 1 2019

4. CHECK LIST LATIHAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GENERAL SURVEY

Skor Feed Back


No Aspek
0 1 2
I INTERPERSONAL
1 Sambung Rasa (Membina rapport / menyambut
dengan ramah, salam, menyilakan duduk,
perkenalan diri, komunikasi non verbal)
2 Informed consent untuk pengukuran tinggi dan
berat badan
II CONTENT
3 Amati dan perhatikan (nilai pada poin 16)
 Keadaan umum
(kesan sehat, sakit ringan, sedang, berat)
 Tingkat kesadaran
(komposmentis, somnolen, stupor,
soporokomatus, atau koma)
 Bentuk tubuh
(Bentuk tubuh kurus, ramping atau pendek
gemuk? tegap atau bungkuk? simetris?
Proporsional? Deformitas?)
 Warna kulit dan lesi
 Pakaian dan personal higiene
(Cara berpakaian, jenis pakaian
berkancing/resleting atau tidak, kebersihan,
sesuai dengan usia dan nilai sosial, alas kaki
yang pasien gunakan, perhiasan yang
digunakan, cara menggunakan perhiasan
tersebut, rambut pasien, kuku jari, serta
penggunaan kosmetik)
 Ekspresi wajah
(perhatikan ekspresi wajah pasien saat
diam, saat berbicara, saat pemeriksaan fisik
dan ketika berinteraksi dengan orang lain.
Amati pula kontak matanya)

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 52


Buku Panduan CSL 1 2019

 Aroma tubuh dan nafas


 Postur, cara berjalan dan aktivitas motorik
(perhatikan postur pasien, cara berjalan,
cara duduk, apakah pasien gelisah atau
tidak? berapa kali pasien merubah
posisinya? berapa cepat pergerakannya?
apakah terdapat pergerakan yang tidak
disadari? apakah ada bagian tubuh yang
tidak dapat digerakkan? Lainnya)
4 Cuci tangan WHO
Lakukan pengukuran tinggi badan
5 Minta pasien untuk melepaskan alas kaki
6 Atur posisi pasien sehingga berdiri tegak lurus
di bawah microtoise membelakangi dinding
dengan kepala tegak dan pandangan lurus ke
depan. Pastikan pasien berdiri tegak, kedua
lutut dan tumit rapat, kaki lurus, tumit, pantat,
punggung, dan kepala bagian belakang harus
menempel pada dinding.
7 Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala
pasien
8 Baca angka pada jendela baca dan mata
pembaca harus sejajar dengan garis merah.
9 Catat hasil pengukuran
Lakukan pengukuran berat badan
10 Pastikan timbangan badan berfungsi baik dan
setel penunjuk pada titik nol.
11 Pastikan tidak ada beban tambahan ditubuh
pasien yang mempengaruhi penimbangan,
dengan cara meminta pasien melepas jaket,
tas, perhiasan, atau barang lainnya.
12 Bimbing pasien untuk naik ke atas timbangan
(tengah) dan diam ditempat sambil kita melihat
angka yang ditunjukkan oleh jarum pengukur
tempat penunjuk berhenti (mata vertikal!)

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 53


Buku Panduan CSL 1 2019

13 Catat hasil pengukuran


14 Persilahkan pasien untuk turun dengan
perlahan dari timbangan
15 Cuci tangan WHO
16 Hitunglah BMI (Body Mass Index) pasien
17 Tutup interaksi dengan pasien.
18 Laporkan hasil pengamatan general survey:
 Keadaan umum
 Tingkat kesadaran
 Bentuk tubuh
 Warna kulit dan lesi
 Pakaian dan personal higiene
 Ekspresi wajah
 Aroma tubuh dan nafas
 Postur, cara berjalan dan aktivitas motorik
 Tinggi badan dan Berat badan
 BMI
III PROFESIONALISM
19 Melakukan dengan percaya diri
20 Melakukan dengan kesalahan minimal

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 54


Buku Panduan CSL 1 2019

..: PEMERIKSAAN VITAL SIGN


dr. Hanna Mutiara | dr. Novita C., MSc | dr. Dian I. Angraini, MPH

A. TEMA
Pemeriksaan vital sign: suhu, tekanan darah, nadi, nafas

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (vital sign) meliputi
pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi rate (frekuensi
pernafasan) dengan menggunakan alat yang sesuai secara baik dan benar.

C. ALAT DAN BAHAN


 Alkohol 70% atau set cuci tangan (sabun pencuci tangan + Lap tangan).
 Sphygmomanometer (raksa dan atau aneroid).
 Stetoskop.
 Termometer.
 Stopwatch.
 Kapas dan alkohol.

D. SKENARIO
Anda adalah seorang dokter jaga pada Klinik 24 jam. Lalu datanglah Tn.
Adi, 30 tahun, dengan keluhan pusing berputar sudah 3 hari. Keluhan
disertai dengan mual, muntah dan badan lemas sejak 1 hari. Setelah

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 55


Buku Panduan CSL 1 2019

melakukan anamnesis, Anda melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital


pada pasien tersebut. Lakukanlah!

E. DASAR TEORI
1. Pemeriksaan Tekanan Darah
Dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, lakukanlah
pemeriksaan tekanan darah atau pulsasi nadi terlebih dahulu. Jika
terdapat tekanan darah yang tinggi, lakukanlah pemeriksaan ulang
tekanan darah setelah melakukan pemeriksaan yang lain.

Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi sesuai dengan siklus


jantung, yaitu memuncak pada waktu sistole dan sedikit menurun
pada waktu diastole. Beda antara tekanan sistole dan diastole disebut
tekanan nadi. Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah akan
dipompakan ke seluruh tubuh, keadaan ini disebut keadaan sistole,
dan tekanan aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah sistole.
Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke
ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks
tersebut disebut tekanan darah diastole. Tingginya tekanan darah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya aktivitas fisik, keadaan
emosi, rasa sakit, suhu sekitar, penggunaan kopi, tembakau, dll.

Sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah, pilihlah dahulu


ukuran cuff (manset) yang sesuai untuk pasien. Manset yang terlalu

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 56


Buku Panduan CSL 1 2019

kecil (sempit) dapat menyebabkan interpretasi peningkatan tekanan


darah yang salah dalam pemeriksaan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih cuff (manset)


yang tepat adalah:
 Lebar manset sebaiknya meliputi 40% dari keliling lengan atas
(umumnya 12-14 cm pada manset orang dewasa).
 Panjang manset yang dapat digembungkan (bladder) sebaiknya
80% dari lingkar lengan atas (cukup panjang untuk mengelilingi
lengan atas).
 Jika Anaeroid, sebaiknya lakukan kalibrasi ulang secara periodik.

Gambar. Sphygmomanometer air raksa dan aneroid

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan


pemeriksaan tekanan darah adalah:
 Idealnya, minta pasien Anda untuk tidak merokok atau meminum
minuman berkafein 30 menit sebelum pemeriksaan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 57


Buku Panduan CSL 1 2019

 Minta pasien anda untuk beristirahat 5 menit sebelum


pemeriksaan.
 Lakukan pemeriksaan pada ruang pemeriksaan yang sunyi dan
nyaman.
 Pastikan lengan yang akan dilakukan pemeriksaan terbebas dari
pakaian, tidak ada fistula, scar atau tanda lymphedema.
 Palpasi arteri brachial untuk memastikan terdapat pulsasi nadi
 Posisikan lengan pasien sedemikian rupa sehingga arteri brachial
(pada sudut antecubital) sejajar dengan tinggi jantung atau pada
interspace/intercosta ke 4.

Gambar. Posisi lengan dalam pengukuran tekanan darah

 Jika pasien dalam posisi duduk, sanggalah lengan pasien oleh


meja pemeriksaan, diatas pinggang pasien.
 Jika pasien dalam keadaan berdiri, usahakan menyangga lengan
pasien pada pertengahan dada.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 58


Buku Panduan CSL 1 2019

2. Pemeriksaan Nadi
Melalui pemeriksaan nadi, kita dapat menghitung denyut jantung,
menentukan irama amplitudo, gelombang pulsasi dan terkadang
mendeteksi obstruksi aliran darah. Pulsasi radialis umumnya dapat
digunakan untuk menilai denyut jantung. Ketika iramanya irregular
maka lakukan evaluasi dengan mendengarkan bunyi jantung
(auskultasi menggunakan stetoskop).
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel
kiri) dan paru (oleh ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri,
disemburkan darah ke aorta dan kemudian diteruskan ke arteri di
seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan
yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut
nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui
frekuensi jantung dalam satu menit.

Gambar. Pemeriks aan denyut nadi

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 59


Buku Panduan CSL 1 2019

3. Pemeriksaan Pernafasan
Bernafas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang
otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu
inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostalis berkontraksi,
memperluas rongga toraks dan memekarkan paru –paru. Dinding dada
akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma
bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti, paru-paru akan
mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan
kembali ke posisi semula.

Dalam melakukan pemeriksaan pernafasan, observasilah frekuensi,


irama, kedalaman dan usaha bernafas (effort of breathing). Hitunglah
frekuensi pernafasan dalam 1 menit melalui inspeksi atau
mendengarkan menggunakan stetoskop. Normalnya frekuensi
pernafasan pada orang dewasa adalah 14-20 kali/menit dengan irama
yang reguler.

Gambar. Pemeriksaan Pernafasan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 60


Buku Panduan CSL 1 2019

4. Pemeriksaan Suhu
Suhu badan diperiksa dengan termometer badan, dapat berupa
termometer air raksa atau termometer elektrik/digital. Pemeriksaan
dapat dilakukan pada mulut, aksila atau rektum. Pengukuran suhu
melalui mulut biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat
dibandingkan melalui rektum. Rata-rata suhu tubuh yang dilakukan
0 0
pengukuran melalui mulut adalah 37 C (98.6 F). Pemeriksaan secara
rektum biasanya memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi
sebesar 0,4-0,5 derajat dibandingkan lewat mulut. Suhu aksila lebih
0
rendah 1 C dari suhu mulut. Banyak pasien memilih pengukuran suhu
mulut dibandingkan rektal, namum hal ini tidak seyogyanya dipakai
pada penderita yang tidak sadar, gelisah, atau tidak dapat menutup
mulutnya (terutama jika menggunakan termometer air raksa dengan
kaca untuk menghindari termometer pecah karena pergerakan tiba-
tiba rahang pasien).

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 61


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Jenis-jenis termometer

F. PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Prosedur pemeriksaan tekanan darah:
a. Siapkan alat yang diperlukan (tensimeter dan stetoskop)
b. Siapkan pasien dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
c. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan
oleh karena pakaian.
d. Cuci tangan WHO sebelum melakukan pemeriksaan.
e. Letakkan manset pada lengan atas sedemikian rupa sehingga
pusat dari manset yang dapat digembungkan (bladder) berada

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 62


Buku Panduan CSL 1 2019

tepat di atas arteri brachialis (biasanya terletak disebelah medial


tendo biseps)
f. Ujung bawah manset berjarak 2,5 cm di atas sudut antecubital.
g. Lingkarkan manset pada lengan atas pasien secara pas (tidak
longgar dan juga tidak terlalu ketat).
h. Posisikan lengan pasien sedikit fleksi(menekuk) pada siku

Gambar. Posisi lengan sedikit menekuk pada siku

i. Untuk menentukan seberapa tinggi Anda akan memberikan


tekanan pada manset, tentukanlah perkiraan tekanan systole
dengan cara palpasi terlebih dahulu. Letakkan jari Anda diatas
arteri brachialis atau arteri radialis pasien, naikkan tekanan
manset sampai pulsasi nadi arteri tersebut hilang, lihat tekanan
pada manometer dan tambahkan 30 mmHg.
j. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a.
Brachialis teraba kembali. Inilah tekanan sistolik palpatoar.
k. Kempiskan manset dengan segera dan tunggu 15 sampai 30 detik.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 63


Buku Panduan CSL 1 2019

l. Ambil stetoskop dan letakkan diafragma stetoskop di atas arteri


brachialis.
m. Naikkan tekanan manset sampai tekanan yang telah ditentukan
tadi (kurang lebih 30 mm Hg di atas tekanan sistolik palpatoar).
n. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan (2-3 mmHg/detik).
Perhatikan saat dimana denyutan arteri brachialis terdengar ini
adalah tekanan systole.
o. Turunkan terus tekanan manset sampai suara tersebut melemah
kemudian menghilang  ini adalah tekanan diastole.
p. Kempiskan manset sampai tekanan pada manometer
menunjukkan skala nol.
q. Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi
manometer selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya,
mata harus berada segaris horizontal dengan level air raksa.
r. Penggulangan pengukuran dilakukan setelah menunggu beberapa
menit setelah pengukuran pertama.
s. Lakukan pengukuran pada lengan sebelahnya. Adakah perbedaan
hasil pengukuran? (misalnya pada keadaan lansia dan obesitas).

2. Prosedur pemeriksaan nadi:


a. Siapkan pasien dapat dalam posisi duduk ataupun berbaring,
lengan pasien dalam posisi bebas (relaks), perhiasan dan jam
tangan dilepas.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 64


Buku Panduan CSL 1 2019

b. Periksalah denyut nadi pergelangan tangan pasien dengan


menggunakan jari telunjuk dan jari tengah anda, pada sisi fleksor
bagian lateral dari tangan penderita.
c. Raba dan beri sedikit tekanan di atas arteri radialis sehigga pulsasi
(denyutan) maksimal dapat dirasakan.
d. Perhatikan irama dan kuantitas denyutannya.
e. Jika iramanya reguler dan terasa normal, hitunglah jumlah
denyutan (frekuensi) selama 15 detik dan untuk mendapatkan
jumlah denyutan dalam satu menit kalikanlah 4 (empat). Jika
iramanya cepat atau lambat, hitunglah selama 60 detik. Jika
iramanya irreguler, lakukanla evaluasi dengan auskultasi jantung.
f. Bandingkan hasil pemeriksaan dari lengan kanan dan kiri.

3. Prosedur pemeriksaan pernafasan:


a. Minta pasien untuk melepaskan pakaian sehingga pergerakan
dinding dada dapat jelas terlihat.
b. Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh gerakan
pernafasan (lakukan ini tanpa mempengaruhi psikis pasien).
c. Terkadang diperlukan cara palpasi, untuk sekalian mendapatkan
perbandingan antara kanan dan kiri.
d. Pada inspirasi, perhatikanlah: masuknya kembali iga, pelebaran
sudut epigastrium dan penambahan besarnya ukuran antero-
posterior dada.
e. Perhatikan pula apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 65


Buku Panduan CSL 1 2019

f. Catatlah frekuensi, irama, dan ada tidaknya kelainan gerakan.

4. Prosedur pemeriksaan suhu:


Pemeriksaan Pada Mulut (oral):
a. Jika menggunakan termometer air raksa, kibaskan termometer sampai
0
permukaan air raksa di bawah 35°C (96 F)
b. Tempatkan termometer dibawah lidah penderita.
c. Mintalah penderita untuk menutup mulut, dan tunggu sampai 3 – 5
menit.
d. Kemudian bacalah termometer tersebut, pasangkan lagi selama satu
menit, dan baca kembali. Kalau suhu masih naik, ulangi prosedur di
atas sampai suhu tetap (tidak naik lagi).
e. Apabila penderita baru minum dingin atau panas, baru merokok,
pemeriksaan dengan cara ini harus ditunda selama 10 -15 menit dulu
agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran.

Gambar. Pemeriksaan suhu badan melalui mulut

Pemeriksaan pada rektum:


Pemeriksaan melalui rektum ini biasanya dilakukan terhadap bayi.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 66


Buku Panduan CSL 1 2019

a. Minta pasien untuk berbaring dengan miring pada salah satu sisi
dengan pinggul menekuk.
b. Pilihlah termometer dengan ujung yang bulat, beri pelumas dan
masukkan dalam anus sedalam 3 – 4 cm (1,5 inchi) dengan arah ke
arah umbilkus.
c. Tunggulah selama 3 menit.
d. Cabut kembali termometer dan baca hasilnya.

Gambar. Pemeriksaan suhu badan rectal

Pemeriksaan pada ketiak (aksila)


a. Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di bawah
35°C
b. Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa
axillaris kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal
c. Tunggu sampai 3 – 5 menit.
d. Cabut kembali termometer dan lakukan pembacaan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 67


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Pemeriksaan suhu badan melalui ketiak (aksila)

Catatan: pada prakteknya untuk menghemat waktu pada saat menunggu


pengukuran suhu juga dibarengi dengan pemeriksaan nadi dan nafas Cuci
tangan WHO setelah pemeriksaan fisik.

G. DAFTAR PUSTAKA
Bate’s barbara. 2007. Guide to physical examination. Lippincot.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 68


Buku Panduan CSL 1 2019

5. CEKLIS LATIHAN PENILAIAN VITAL SIGN

Skor Feed Back


No Aspek
0 1 2
I INTERPERSONAL
1 Sambung Rasa (Membina rapport (menyambut
dengan ramah, salam, menyilakan duduk,
perkenalan diri, komunikasi non verbal)
2 Informed Consent
II CONTENT
A Pemeriksaan Tekanan Darah
3 Siapkan alat yang diperlukan (stetoskop dan
sphygmomanometer. Buka dan tegakkan
sphygmo manometer, buka aliran air raksanya,
cek saluran pipa)
4 Cuci tangan WHO
5 Siapkan penderita dapat dalam keadaan duduk
atau berbaring
6 Pemeriksa menempatkan diri disebelah kanan
pasien atau duduk berhadapan
7 Pastikan lengan pasien dalam keadaan bebas
dan relaks, serta bebas dari tekanan karena
pakaian.
8 Pasang manset pada lengan atas pasien
sedemikian rupa sehingga pusat dari manset
yang dapat digembungkan (bladder) berada
tepat di atas arteri brachialis, tidak longgar dan
tidak ketat, 2,5cm-5cm di atas siku
9 Posisikan lengan pasien sedikit fleksi(menekuk)
pada siku
10 Raba a. brachialis pasien, naikkan tekanan
manset sampai pulsasi tidak teraba, tambahkan
30mmHg.
11 Turunkan tekanan manset perlahan-lahan
sampai denyutan a. Brachialis teraba kembali 

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 69


Buku Panduan CSL 1 2019

tekanan sistolik palpatoar (Laporkan)

12 Kempiskan manset dengan segera dan tunggu 15


sampai 30 detik
13 Ambil dan pasang stetoskop, serta letakkan
bagian bell/diafragma pada tempat perabaan
pulsasi (di atas arteri brachialis)
14 Naikkan kembali tekanan manset sampai 30 mm
Hg di atas tekanan sistolik palpatoar
15 Dengarkan melalui stetoskop sambil
menurunkan tekanan manset perlahan-lahan (2-
3 mmHg/detik). Perhatikan saat
dimana terdengar suara bising pertama
tekanan systole
16 Turunkan terus tekanan manset sampai suara
tersebut melemah kemudian menghilang 
tekanan diastole
17 Kempiskan manset sampai tekanan pada
manometer menunjukkan skala nol
18 Lepas dan rapikan kembali manset, tutup aliran
air raksa serta tutup kembali
sphygmomanometernya
B Pemeriksaan Nadi
19 Siapkan pasien dapat dalam posisi duduk
ataupun berbaring, lengan pasien dalam posisi
bebas (relaks), perhiasan dan jam tangan dilepas
20 Raba a. Radialis dengan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah anda sehingga pulsasi
(denyutan) maksimal dapat dirasakan
21 Hitung frekuensi denyut nadi
Perhatikan pula irama dan kualitas denyutnya
C Pemeriksaan Pernafasan
22 Minta pasien untuk melepaskan pakaian
sehingga pergerakan dinding dada dapat jelas
terlihat

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 70


Buku Panduan CSL 1 2019

23 Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh


gerakan pernafasan Jika tidak jelas, dapat
melalui cara palpasi dengan kedua tangan pada
punggung atau dada pasien
24 Hitung frekuesi nafas pasien selama 15 detik dan
kalikan 4 untuk mendapatkan frekuensi nafas
per menit
D Pemeriksaan Suhu
25 kibaskan termometer sampai permukaan air
raksa di bawah 35°C
26 Tempatkan ujung termometer yang berisi air
raksa pada apex fossa axillaris kiri dengan sendi
bahu adduksi maksimal
27 Tunggu selama 3 – 5 menit
28 Cabut kembali termometer dan lakukan
pembacaan
29 Cuci tangan WHO
III PROFESIONALISME
30 Laporkan hasil pemeriksaan tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu
31 Mampu melakukan dengan percaya diri
32 Mampu melakukan dengan kesalahan minimal

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 71


Buku Panduan CSL 1 2019

..: PENGENALAN ALAT BEDAH MINOR


dr. Iswandi Darwis | dr. Muhammad Aditya

A. TEMA
Pengenalan alat bedah minor

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat yang digunakan dalam tindakan
bedah minor

C. ALAT DAN BAHAN


1. Needle holder
2. Gunting diseksi, gunting benang, gunting verban
3. Pisau bedah
4. Klem (arteri pean, kocher, musquitos, allis, babcock, towel clamp).
5. Refractor wound
6. Pinset
7. Deschamps Aneurysm Needle
8. Wound curret
9. Korentang
10. Jarum bedah
11. Benang
12. Sarung tangan steril
13. Doek steril

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 72


Buku Panduan CSL 1 2019

14. Kassa steril


15. Cairan disinfektan (pov. Iodine)
16. Cairan NaCl 0.9%
17. Spuit 1cc , 3 cc, 5 cc
18. Anastesi : Lidocaine 2% Ampule

D. SKENARIO
Seorang laki-laki datang ke Puskesmas dengan keluhan terdapat luka
robek di lengan kanan bawah. Anda selaku dokter di puskesmas ingin
melakukan tindakan penjahitan. Sebelum melakukan penjahitan anda
harus mengambil alat bedah minor di tempat steril. Alat-alat apa sajakah
yang diperlukan dalam tindakan bedah minor? Dan lakukanlah penjahitan
dasar.

E. DASAR TEORI
Penjahitan luka diperlukan dalam ilmu bedah karena pembedahan
membuat luka sayatan dan penjahitan bertujuan untuk menyatukan
kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan proses
penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka
terbuka yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme atau
infeksi.

..: ALAT-ALAT BEDAH MINOR :..


Material penjahitan yang berkualitas adalah yang meliputi sarat-sarat
tertentu. Yang pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 73


Buku Panduan CSL 1 2019

dipegang. Lalu pengamanan yang cukup pada setiap alat. Harus selalu
steril. Cukup elastik. Bukan terbuat dari bahn yang reaktif. Kekuatan yang
cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi kimia
untuk menceah perusakan dari benda asing. Berikut alat-alat yang
diperlukan untuk bedah minor.
1. Nald Voeder
Nama lainnya pemegang jarum atau needle holder. Jenis yang digunakan
bervariasi, yaitu tipe Crille Wood (bentuk seperti klem) dan tipe Mathew
Kusten (bentuk segitiga). Guna nald voeder ini pada penjahitan, sebagai
pemegang jarum jahit (nald heacting) dan sebagai penyimpul benang.

A B

Gambar. (A) Nald Voeder Tipe Crille wood dan (B) Nald Voeder Tipe
Mathew Kusten
2. Gunting
Gunting diseksi
Gunting diskesi (disecting scissor). Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus
dan bengkok. Ujungnya biasanya runcing. Terdapat dua tipe yang sering

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 74


Buku Panduan CSL 1 2019

digunakan yaitu tipe mayo dan tipe metzenbaum. Kegunaan gunting ini
adalah untuk membuka jaringan, membebaskan tumor kecil dari jaringan
sekitarnya, untuk eksplorasi, maupun merapikan luka.

A B

Gambar. (A) Gambar gunting tipe mayo, (B) gunting tipe metzenbaum

Gunting Benang
Ada dua macam gunting benang yaitu gunting benang yang bengkok dan
yang lurus. Kegunaannya untuk memotong benang operasi, merapikan
luka.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 75


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Gunting benang


Gunting perban/pembalut
Kegunaannya adalah untuk menggunting pembalut dan plester.

Gambar. Gunting perban/pembalut


3. Pisau Bedah
Terdiri atas dua bagian, yaitu gagang dan mata pisau
(mess/bistouri/blade). Pada pisau bedah model lama, mata pisau dan
gagang bersatu, sehingga bila mata pisau tumpul harus diasah kembali.
Pada model baru, mata pisau dapat diganti. Biasanya mata pisau hanya
untuk sekali pakai.

Terdapat dua nomor gagang pisau yang sering dipakai, yaitu gagang
nomor 4 (untuk mata pisau besar) dan gagang nomor 3 (untuk mata pisau
kecil). Guna pisau bedah ini adalah untuk menyanyat berbagai
organ/bagian tubuh. Mata pisau, disesuaikan dengan bagian tubuh yang
akan disayat.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 76


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Pisau bedah

4. Klem (clamp)
Klem arteri pean
Ada dua jenis yaitu yang lurus dan bengkok. Penggunaannya adalah untuk
hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak. Penyediaan : masing-
masing 6 buah.

Gambar. Klem arteri pean


Klem Kocher
Ada dua jenis yaitu, klem yang lurus dan yang bengkok. Tidak ditujukan
untuk hemostatis. Sifat khasnya adalah mempunyai gigi pada ujungnya
(mirip gigi pada pinset sirurgis). Gunanya adalah untuk menjepit

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 77


Buku Panduan CSL 1 2019

jaringannya, terutama agar jaringan tidak meleset dari klem, dan hal ini
dimungkinkan dengan adanya gigi pada ujung klem. Penyediaannya :
masing-masing 4 buah.

Gambar. Klem Kocher


Klem Mosquito
Mirip dengan klem arteri pean, tetapi ukurannya lebih kecil.
Penggunaannya adalah untuk hemostatis terutama untuk jaringan tipis
dan lunak. Penyediaannya : masing-masing 6 buah.

Gambar. Klem Mosquito

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 78


Buku Panduan CSL 1 2019

Klem Allis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit
tumor kecil.

Gambar. Klem Allis


Klem Babcock
Penggunaannya adalah untuk menjepit tumor yang agak besar dan rapuh.

Gambar. Klem Babcock

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 79


Buku Panduan CSL 1 2019

Towel Clamp (Doek Klem). Penggunaannya adalah untuk menjepit


doek/kain operasi.

Gambar. Towel Clamp

5. Retractor (Wound Hook)


Retractor Langenbeck
Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka.

Gambar. Retractor Langenbeck

Retractor Volkman
Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka, pemakaian retractor
(ukurannya) disesuaikan dengan lebar luka. Ada yang mempunyai 2 gigi, 3
gigi dan 4 gigi. Dua gigi untuk luka kecil, 4 gigi untuk luka besar. Terdapat
pula retractor bergigi tumpul.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 80


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Retractor Volkman


6. Pinset
Pinset Sirurgis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan
penjahitan luka, memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
Pinset Anatomis
Penggunaannya adalah untuk menjepit kasa sewaktu menekan luka,
menjepit jaringan yang tipis dan lunak.

Pinset Splinter
Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka (mencegah
overlapping).

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 81


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Pinset

7. Deschamps Aneurysm Needle


Penggunaannya adalah untuk mengikat pembuluh darah besar.

Gambar. Deschamps Aneurysm Needle

8. Wound Curett
Penggunaannya adalah untuk mengeruk luka kotor, mengeruk ulkus kronis

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 82


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Wound Curett


9. Korentang
Penggunaannya adalah untuk mengambil instrument steril, dan mengambil
kasa, jas operasi, doek dan laken steril.

Gambar. Korentang

10. Jarum Bedah


Jarum bedah berfungsi untuk mengantarkan benang pada saat melakukan
penjahitan luka operasi.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 83


Buku Panduan CSL 1 2019

Klasifikasi
 Pemilihan jarum bedah antara lain : jarum yang digunakan agar
berperan aktif dalam penyembuhan luka dan tidak merubah atau
merusak jaringan tubuh. Bentuk, ukuran, dan rancangan jarum dipilih
yang sesuai dengan prosedur operasi. Terdapat 2 macam jarum bedah
dilihat dari penggunaan benang yaitu berupa jarum lepas dan jarum
atraumatik
o Jarum lepas
 Memerlukan waktu penyambungan benang dengan
jarum
 Memerlukan re–sterilisasi
 Memerlukan perawatan ujung jarum
 Resiko jarum berkarat
 Resiko benang terlepas dari jarum
 Pemilihan jarum harus tepat dengan benang
o Jarum bedah atraumatik
 Benang bedah menyatu dengan jarum sekaligus
 Penyambungan benang bedah dengan jarum secara
channelateau drilled
 Benang tunggal sehingga menimbulkan trauma yang
minimal pada jaringan
 Dijamin steril dan bebas karat
 Sekali pakai buang sehingga tidak perlu re-sterilisasi

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 84


Buku Panduan CSL 1 2019

Struktur Jarum Bedah

Gambar. stuktur jarum bedah


 Bagian – bagian dari jarum bedah, terdiri atas:
o Ujung jarum (point of needle)
o Badan / Batang (body/shaft needle)
o Mata jarum (eye needle)
a. Ujung jarum (point of needle)
 Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi
cocok digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf,
peritoneum, pembuluh darah, katup.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 85


Buku Panduan CSL 1 2019

 Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk


menjahit daerah usus besar, ginjal, limpa, hati

 Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat


persegi. Bisa dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament,
dan tendon.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 86


Buku Panduan CSL 1 2019

 Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan


batang gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments,
uterus, rongga mulut, dan sebagainya.

b. Badan atau batang


 Straight. Digunakan untuk daerah kulit, nervus, saluran
pencernaan, tendon, pembuluh darah, dan sebagainya.
 Halfcurved. Digunakan untuk kulit (tetapi jarang dipakai)
o Curved dibagi atas:
 1/4 circle – mata, bedah mikro
 3/8 circle – dipakai pada hampir seluruh tubuh
 1/2 circle – dipakai pada hampir seluruh tubuh
 5/8 circle – traktus urinarius dan system
reproduksi
 Combine needle – daerah mata bagian anterior
c. Mata jarum

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 87


Buku Panduan CSL 1 2019

 Rolled end
 Drilled end
 Regular eye
 Spring eye
 Spring double eyes

11. Benang bedah


Benang bedah (suture) adalah materi berbentuk benang yang berfungsi
untuk ligasi (mengikat) pembuluh darah atau aproksimasi
(mengikat/menyatukan jaringan).
Spesifik material benang bedah
 Steril, dan harus steril sewaktu digunakan.
 Diketahui kekuatan untuk memegang jaringan (tensil strength) yang
sesuai jenis material benang.
 Diketahui massa penyerapan yaitu lamanya benang habis diserap
tubuh
 Simpul aman, diketahui jumlah minimal tali simpul yang aman untuk
setiap jenis benang, artinya tetap tersimpul selama proses
penyembuhan luka.
 Mudah untuk digunakan.
 Dapat digunakan untuk segala jenis operasi.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 88


Buku Panduan CSL 1 2019

 Reaksi/trauma jaringan yang minimal, diameter benang bedah yang


dianjurkan dipergunakan adalah ukuran terkecil yang paling aman
untuk setiap jenis jaringan yang dijahit, massa material benang dan
reaksi jaringan sekecil mungkin.

Ukuran benang bedah


 Ukuran terbesar adalah 7 dan ukuran terkecil adalah 11-0 atau 12-0.
 Ukuran dimulai dari nomor 1 dan ukuran bertambah besar dengan
bertambah 1, sedangkan apabila ukuran bertambah kecil maka
ditambah 0.
 Ukuran benang sistem Eropa (metric gauge) adalah metric 0,1 (0,010 –
0,019 mm) sampai metric 10 (1,00 – 1,09).
 Ukuran benang sistem Amerika (imperial gauge) ukuran 11-0 (0,010 –
0,019 ) sampai ukuran 7 (1,00 – 1,09).
 Dalam kemasan selain dicantumkan diameter juga panjang benang
dalam cm.

Klasifikasi Benang Bedah


A. Berdasarkan keberadaannya didalam tubuh pasien dibagi atas :
o Diserap (absorbable sutures)
Merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan
collagen mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam
tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi, sehingga tidak ada
benda asing yang tertinggal di dalam tubuh.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 89


Buku Panduan CSL 1 2019

o Tidak diserap (non ansorbable sutures)


 Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan
terhadap enzim penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau
jaringan tanpa reaksi penolakan selama bertahun – tahun.
 Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan
secara permanen. Kekurangan dari benang ini adalah benang ini
menjadi benda asing yang tertinggal didalam tubuh dan
kemungkinan akan menjadi fistel.
B. Berdasarkan materi / bahan, dibagi atas :
a. Bahan alami, dibagi atas :
i. Diserap (absorbable)
Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa
usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi.
Contoh :
a. Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa
usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi
tanpa campuran.
b. Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub.
Mukosa usus domba dan serabut collagen tendon
flexor sapi dicampur dengan chromic aci
ii. Tidak diserap (non absorbable sutures)
Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk,
virgin silk dan dari kapas (cotton) seperti surgical cotton. Ada
juga yang terbuat dari logam sehingga mempunyai tensil

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 90


Buku Panduan CSL 1 2019

strength yang sangat kuat, contoh : metalik sutures (stainless


steel).
b. Bahan sintetis (buatan), dibagi atas :
i. Diserap (absorbable)
Terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah diserap oleh
tubuh secara hidrolisis dan waktu penyerapan oleh tubuh
mudah diprediksi,
contoh :
a. Polyglactin 910
b. Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state
(Coated Vicryl®)
c. Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state
(Vicryl Rapide®)
d. Poliglikolik
e. Polyglecaprone 25 (Monocryl®)
f. Polydioxanone (PDS II®)
ii. Tidak diserap (non absorbable)
Terbuat dari bahan buatan (sintetis) dan dibuat sedemikian
rupa sehingga reaksi jaringan yang timbul sangat kecil,
contoh :
a. Polypropamide (Ethilon®)
b. Polypropylene (Prolene®)
c. Polyester (Mersilene®)

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 91


Buku Panduan CSL 1 2019

C. Berdasarkan penampang benang, dibagi atas :


a. Monofilamen (satu helai)
i. Terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan
(non capilarity)
ii. Keuntungan : Kelebihan dari jenis ini adalah permukaan
benang rata dan halus, tidak memungkinkan terjadinya nodus
infeksi dan tidak menjadi tempat tumbuhnya mikroba.
iii. Kelemahan : Kelemahannya adalah memerlukan penanganan
simpul yang khusus karena relatif cukup kaku dan tidak
sekuat multifilament.
iv. Contoh : Catgut, PDS, dan Prolene
b. Multifilamen
i. Terbuat dari bebeapa filament atau lembar bahan benang
yang dipilih menjadi satu.
ii. Keuntungan : Kelebihan jenis ini adalah benang lebih kuat dari
monofilament, lembut dan teratur serta mudah digunakan.
iii. Kerugian : Kelemahannya adalah karena ada rongga maka
dapat menjadi tempat menempelnya mokroba dan sedikit
tersendat pada saat melalui jaringan.
iv. Contoh : Vicryl, Silk, Ethibond

Pemilihan material benang bedah


 Karakteristik biologi dari material dalam jaringan yaitu diserap atau
tidak diserap dan bersifat capilarity atau non capilarity.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 92


Buku Panduan CSL 1 2019

 karakteristik dan penyembuhan jaringan.


 Lokasi dan panjang dari sayatan yang menjadi pertimbangan kosmetik.
Ada tidaknya infeksi, kontaminasi dan drainese. Pertimbangan ini
mengingat kemungkinan benang akan menjadi pembentukan jaringan
granulasi dan proses yang menjadi rongga (sinus) atau menjadi inti
pengerasan yang kemungkinan berbentuk batu apabila dipakai pada
operasi kandung kemih atau kandung empedu.
 Problem pasien seperti kegemukan, debil, umur penyakit lain yang
mengganggu proses penyembuhan yang lebih lama sehingga
memerlukan penguatan yang lebih lama.
 Karakteristik fisik dari material benang untuk menembus jaringan,
pengikatan simpul dan juga alasan khusus tiap ahli bedah.

Jenis-Jenis Benang
a. Seide (Silk/Sutera)
Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan
30% bahan tambahan berupa perekat. Tersedia dalam warna hitam dan
putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 93


Buku Panduan CSL 1 2019

dengan perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar,


maka benang harus dibuka kembali.

Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 0000 (5 nol merupakan
ukuran paling kecil) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuran terbesar).
Yang paling sering dipakai adalah nomor 00 (2 nol) dan 0 (1 nol) dan
nomor 1

Kegunaannya adalah untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri


(terutama arteri besar) sebagai teugel (kendali). Benang harus steril,
sebab bila tidak akan menjadi sarang kuman (focus infeksi) sebab kuman
terlindung didalam jalinan benang, sedang benangnya sendiri tidak dapat
diserap tubuh.

b. Plain Catgut
Asal katanya adalah cat (kucing), dan gut (usus). Dahulu benang ini dibuat
dari usus kucing, tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi.
Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10
hari, dan warnanya putih dan kekuningan.

Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol merupakan


ukuran yang paling kecil) hingga nomor 3 (merupakan ukuran yang paling
besar). Sering digunakan nomor 000 (3 nol), 00 (2 nol) 0 (1 nol) nomor 1
dan 2. Kegunaanya adalah untuk mengikat sumber perdarahan kecil,
menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 94


Buku Panduan CSL 1 2019

terutama untuk daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak bergerak
dan luas lukanya kecil.

Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan
mengembang, bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut
tak boleh terendam dalam lisol karena akan mengembang dan menjadi
lunak, sehingga tak dapat digunakan.

c. Chromic Catgut
Berbeda dari plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom.
Dengan adanya krom ini, maka benang menjadi lebih keras dan kuat, serta
penyerapannya lebih lama, haitu 20-40 hari. Warnanya coklat dan
kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nol merupakan ukuran
yang paling kecil) hingga nomor 3.

Penggunaannya pada penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam


waktu 10 hari, untuk menjahit tendo pada penderita yang tak kooperatif
dan bila mobilisasi harus segera dilakukan.

d. Etnilon
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung
bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon, lebih kuat dari seide
atau catgut. Tidak diserap tubuh, dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit
dan jaringan tubuh lainnya.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 95


Buku Panduan CSL 1 2019

Tersedia dalam warna biru dan hitam. Tersedia dalam ukuran 10 nol
hingga 1 nol. Penggunaannya pada bedah plastik, ukuran yang lebih besar
sering digunakan pada kulit, sedang nomor yang kecil dipakai pada bedah
mata.

e. Ethibond
Merupakan benang sintesis (terbuat dari polytetra methylene adipate).
Tersedia dalam kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap
tubuh minimum, tidak diserap, dan warnanya hijau dan putih. Ukurannya
dari 7 nol hingga nomor 2. Penggunaannya pada bedah kardiovaskuler dan
urologi.

f. Vitalene
Merupakan benang sintetis (terbuat dari polimer profilen). Sangat kuat
dan lembut, tidak diserap, warna biru. Tersedia dalam kemasan
atraumatis. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Digunakan pada bedah
mikro, terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, bedah
plastik, cocok pula untuk menjahit kulit

g. Vicryl
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Diserap oleh
tubuh, dan tidak menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis
bertahan selama 3 minggu, dalam otot bertahan selama 3 bulan. Benang

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 96


Buku Panduan CSL 1 2019

ini sangat lembut dan warnanya ungu. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1.
Penggunaan pada bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastik.

h. Supramid
Merupakan benang sintetis, dalam kemasan atraumatis. Bersifat kuat,
lembut, fleksibel, reaksi tubuh minimum, dan tidak diserap. Warnanya
hitam dan putih. Digunakan untuk menjahit kutis dan sub kutis.

i. Linen (Catoon)
Dibuat dari serat kapas alam dengan jalan pemintalan. Bersifat lembut,
cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum.
Warnanya putih. Tersedia dalam ukuran 4 nol hingga 1 nol. Digunakan
untuk menjahit usus dan kulit, terutama kulit wajah.

j. Steel Wire
Merupakan benang logam yang terbuat dari polifilamen baja tahan karat.
Sangat kuat, tidak korosif dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah
disimpul. Warna putih metalik. Terdapat dalam kemasan atraumatis dan
kemasan biasa. Ukurannya dari 6 nol hingga nomor 2. Untuk menjahit
tendo.

12. Keperluan rutin bedah


a. Baju Kamar Bedah, Jas Operasi, Topi, Masker, Doek dan Laken
Pada umumnya semua alat diatas terbuat dari kain yang ringan, lembut,
yang nyaman bila dipakai, mudah menyerap keringat dan mudah dicuci.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 97


Buku Panduan CSL 1 2019

Untuk itu dapat dipakai kain belacu atau katun. Warna alat-alat diatas
harus lembut dan tidak cepat melelahkan mata. Biasanya dipilih warna
putih, biru muda, dan hijau.

Saat ini masker yang sering dipakai mempunyai model sekali pakai
(disposable) yang terbuat dari kertas. Masker ini akan dibuang sesudah
digunakan. Untuk alat tenun dari kain, sesudah dipakai harus direndam lalu
dicuci. Setelah kering baru disterilkan. Masker, topi dan baju kamar bedah
tidak perlu disterilkan.

b. Sarung Tangan Operasi


Terbuat dari karet, tipis tetapi cukup kuat dan elastic. Sarung tangan harus
dibubuhi talcum sebelum disterilkan, agar mudah dipergunakan. Sarung
tangan tersedia dalam berbagai nomor, disesuaikan dengan ukuran tangan
pemakai

c. Kasa Hidrofil
Adalah kain dengan anyaman jarang (kasa), lembut dan bersifat mudah
menyerap. Digunakan untuk penyerap darah yang keluar dari luka,
menyerap sekret dan cairan lain serta digunakan sebagai penutup luka
(dressing). Kasa ini tersedia dalam ukuran kecil-kecil, yaitu kira-kira 5 x 7,5
cm, terlipat rapi, tidak boleh ada bagian benang yang menjulur keluar,
sebab dapat tertinggal pada luka sewaktu membersihkan luka. Kasa harus
steril.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 98


Buku Panduan CSL 1 2019

d. Tuffer (spons)
Dibuat dari kasa hidrofil yang dipadatkan dengan cara :
1. Kasa dipotong berbentuk segi empat sesuai dengan ukuran yang
diinginkan
2. Dari salah satu sudutnya dilakukan penggulungan secara padat ke arah
tengah
3. Ekor tadi digulung rapi hingga habis
Tuffer digunakan untuk membebaskan jaringan (terutama jaringan
longgar), menekan perdarahan, menggosok luka. Tuffer harus steril
sebelum dipakai.

e. Drain
Terdapat bermacam-macam drain. Prinsip penggunaannya sama yaitu
untuk memungkinkan pengaliran sekret keluar dari luka. Drain digunakan
untuk luka yang terkontaminasi dengan kemungkinan terbentuknya pus
atau sekret lainnya, atau pada luka dengan perdarahan hebat sewaktu
telah ditutup ada kemungkinan perdarahan masih aktif di bawah jaringan
yang ditutup.
1. Cigarette drain. Berbentuk seperti pipa dengan panjang 5-10 cm.
dipergunakan pada operasi abses apendiks, trauma dan sebagainya,
dimana sekret yang keluar diharapkan tidak terlalu banyak.
2. Corrugated drain (drain bergelombang). Dibuat dari lembaran karet
khusus yang bergelombang halus (seperti pola lembaran seng atap

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 99


Buku Panduan CSL 1 2019

rumah). Dipakai pada luka sedang, yang sekretnya tidak terlalu


banyak.
3. Drain Sarung Tangan. Dibuat dari sarung tangan yang tak terpakai lagi
dengan cara menggunting sarung tangan tadi menjadi lembaran-
lembaran yang kemudian digulung seperti menggulung (melinting)
rokok, kemudian dilem dengan lem karet, lalu disterilkan.
4. Tube drain. Berupa pipa panjang yang dapat dibuat dari selang infuse,
sonde lambung, dan sebagainya, dengan ujung selang yang
dimasukkan ke dalam luka diberi lubang-lubang (mata) pada sisinya.
Bila ujung luar selang dihubungkan dengan wadah hampa udara
(vakuum) maka drain tadi disebut vacuum drain. Dengan adanya
tekanan negative dari wadah, maka sekret akan lebih mudah tertarik
keluar.

F. DAFTAR PUSTAKA
1. Karakata S, Bachsinar B. 1995. Bedah Minor. Hipokrates : Jakarta
2. Ethicon Inc. Wound Closure Manual. 1994. Johnson and Johnson
company.
3. Doherty, GM. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA :
McGraw Hill.
4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. 2000. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Reksoprodjo, S. 2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa
Aksara.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 100


Buku Panduan CSL 1 2019

Utama, HSY. 2012. Keterampilan Dasar Teknik Bedah dengan


Pengetahuan Material Suture. http://
herrysetyayudha.wordpress.com diakses tanggal 20 Agustus 2012.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 101


Buku Panduan CSL 1 2019

..: PENGENALAN MIKROSKOP


dr. Susianti, M.Sc

A. TEMA
Keterampilan laboratorium penggunaan mikroskop cahaya

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
 menyebutkan bagian-bagian mikroskop cahaya.
 menjelaskan fungsi dari bagian-bagian mikroskop cahaya.
 melakukan pemeriksaan spesimen/ preparat menggunakan mikroskop
cahaya.

C. ALAT DAN BAHAN


 Mikroskop cahaya
 Preparat/slide
 Sumber arus listrik
D. SKENARIO
Pada minggu pertama perkuliahan, mahasiswa semester I mendapatkan
materi tentang sel dan jaringan. Salah satu jaringan yang dipelajari adalah
jaringan epitel yang menyusun permukaan kulit. Menurut teori, epitel
pada permukaan kulit (bagian epidermis) adalah epitel berlapis gepeng.
Untuk melihat hal tersebut mahasiswa dapat mengamati preparat jaringan
kulit menggunakan mikroskop.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 102


Buku Panduan CSL 1 2019

E. DASAR TEORI
1. Kegunaan Mikroskop
Penggunaan mikroskop merupakan bagian yang sangat penting dalam
berbagai cabang ilmu seperti biologi, histologi, mikrobiologi,
parasitologi dan sebagainya. Dengan bantuan mikroskop kita dapat
mengamati objek yang sangat kecil yang tidak dapat diamati hanya
dengan menggunakan mata telanjang. Struktur yang dapat diamati
dengan mikroskop antara lain bentuk sel, ukuran sel, serta
susunannya. Dengan mikroskop kita juga dapat mengamati organisme
yang sangat kecil atau bersifat mikroskopik seperti parasit maupun
mikroorganisme.

2. Macam-Macam Mikroskop
Ada beberapa jenis mikroskop yang dapat dipergunakan. Pada
dasarnya mikroskop-mikroskop itu dapat digolongkan menurut jenis
sumber cahaya yang dipakai. Tentu yang paling banyak dipakai adalah
mikroskop cahaya (optik) yang menggunakan cahaya terlihat. Selain
mikroskop cahaya biasa, ada juga beberapa modifikasi tertentu, yaitu
mikroskop interferens, dan mikroskop lapangan (medan) gelap,
mikroskop polarisasi dan mikroskop fase kontras. Semua mikroskop
yang menggunakan radiasi tak terlihat dan sinar ultraviolet serta
mikroskop elektron, merupakan perkembangan yang lebih baru.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 103


Buku Panduan CSL 1 2019

3. Mikroskop Cahaya (atau optik)


Pada dasarnya mikroskop cahaya bekerja sebagai suatu alat pembesar
dua tingkat. Suatu lensa objektif melakukan pembesaran awal, dan
suatu lensa okuler ditempatkan sedemikian rupa sehingga
memperbesar bayangan pertama untuk kedua kalinya. Pembesaran
seluruhnya diperoleh dengan mengalikan kekuatan pembesaran lensa
objektif dan lensa okuler. Suatu lensa kondensor tambahan biasanya
ditempatkan di bawah meja mikroskop untuk memusatkan cahaya dari
sumbernya menjadi suatu berkas sangat terang yang menyinari obyek,
sehingga memberikan cahaya yang cukup untuk mengamati bayangan
yang diperbesar itu. Faktor utama dalam memperoleh bayangan yang
baik dengan mikroskop adalah daya resolusi, yaitu jarak terkecil antara
dua partikel sehingga kedua partikel tersebut tampak sebagai objek
yang terpisah. Daya resolusi maksimal dari mikroskop cahaya adalah
sekitar 0,2 m, yang memberikan bayangan yang cukup baik pada
perbesaran 1000-1500 kali. Objek yang lebih kecil dari 0,2 m tidak
dapat dibedakan dengan alat ini. Kualitas bayangan, kejelasan dan
rincian bergantung pada daya resolusi mikroskop. Pembesaran hanya
akan bermanfaat jika dibarengi dengan resolusi yang tinggi. Daya
resolusi sebuah mikroskop terutama bergantung pada lensa
objektifnya. Lensa okuler hanya memperbesar bayangan yang
diperoleh dari lensa objektif, tidak mempertinggi resolusi. Ukuran
spesimen yang diamati dapat diperoleh dengan mengalikan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 104


Buku Panduan CSL 1 2019

perbesaran lensa okuler dengan lensa objektif, misal: Okuler (10X) x


Objektif (40X) = 400X.

4. Bagian-Bagian Mikroskop Cahaya


Mikroskop cahaya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:
 Bagian optik, yang berhubungan langsung dengan cahaya, terdiri
dari: cermin, kondensor, lensa objektif, lensa okuler, tubus (di
antara lensa objektif dan okuler).
 Bagian mekanik, penyokong terhadap bagian optik dan
mengadakan mekanisme untuk dapat merubah jarak antara alat-
alat bagian optik dan sediaan.
Berikut merupakan gambar mikroskop cahaya serta bagian-bagiannya
dan fungsi masing-masing bagian tersebut:

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 105


Buku Panduan CSL 1 2019

11
13 12
16

14

18
15

20
17

21
Sumb1e9r: Olympus® Instruction Manual, dimodifikasi

NO NAMA BAGIAN MIKROSKOP FUNGSI


1 Tombol utama (Main switch) Untuk menghidupkan dan mematikan
mikroskop
2 Sekrup pengatur intensitas cahaya (Light Mengatur kuat lemahnya intensitas
intensity adjustment knob) cahaya dari lampu mikroskop
3 Pemegang spesimen (Specimen holder) Memfiksasi dan menggerakkan preparat
dengan aman pada meja
4 Penggerak slide horizontal dan vertikal Menggerakkan preparat ke depan dan
(X-axis/ Y-axis feed knob) belakang, serta ke kiri dan ke kanan
5 Pemutar lensa objektif (revolving Memutar lensa objektif sesuai posisi
nosepiece) (perbesaran) yang diinginkan
6 Sekrup pengatur fokus kasar dan halus Memfokuskan spesimen secara cepat
(Coarse/fine adjustment knobs) dan secara lambat

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 106


Buku Panduan CSL 1 2019

7 Tabung binokuler (Binokuler tube) Tempat kedua lensa objektif


8 Cincin pengatur diopter (Diopter Mengkompensasi perbedaan pandangan
adjustment ring) antara kedua mata
9 Cincin diafragma apertura (Aperture iris Mengatur jumlah cahaya yang masuk
diaphragm ring) melalui celah pada meja objek
10 Filter Mengkondisikan cahaya dari cahaya
lampu menjadi natural
11 Sekrup pengunci kepala (Observation Mengunci kepala setelah diputar
tube clamping knob)
12 Pre focusing knob Mengatur mekanisme untuk mencegah
tabrakan antara spesimen dan lensa
objektif, membatasi gerakan naik
maupun turun meja saat memfokuskan
13 Kepala (head) Menahan lensa okuler
14 Lengan Menahan kepala dan meja
15 Meja (stage) Tempat meletakkan spesimen
16 Lensa okuler (Eyepiece / oculars) Memperbesar bayangan objek (biasanya
10x) dan diproyeksikan ke retina.
17 Kondenser (condenser) Mengumpulkan dan memfokuskan
cahaya sehingga terbentuk kerucut
cahaya yang mengiluminasi objek yang
diamati
18 Lensa objektif Memperbesar (biasanya 4x,10x,40x dan
100x) dan meneruskan bayangan objek
teriluminasi ke arah lensa okuler
19 Sumber cahaya Mengiluminasi spesimen
20 Sekrup pengatur ketinggian kondenser Menaikkan dan menurunkan kondenser
(Condenser height adjustment knob)
21 Dasar (base) Menyokong mikroskop

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 107


Buku Panduan CSL 1 2019

F. PROSEDUR PENGGUNAAN MIKROSKOP CAHAYA


1. Mengambil mikroskop dari lemari penyimpanan
 Bawalah mikroskop dengan menggunakan kedua tangan (tangan
yang satu memegang lengan mikroskop, dan yang satu lagi
memegang dasar mikroskop), dan taruh di meja yang datar.
Pehatikan gambar di bawah!

Sumber: Alexander, S.K. 2004

 Bukalah sarung/ pembungkus mikroskop

2. Menyalakan mikroskop
 Hubungkan kabel mikroskop ke sumber arus listrik.
 Nyalakan mikroskop dengan menekan tombol utama pada posisi
‘’I’’.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 108


Buku Panduan CSL 1 2019

 Atur intensitas cahaya dengan memutar sekrup pengatur


intensitas cahaya sesuai yang dikehendaki (angka di sekeliling
sekrup menandakan watt).

3. Meletakkan spesimen pada meja mikroskop


 Putar sekrup pengatur fokus kasar ke arah yang berlawanan
dengan jarum jam sampai posisi meja paling rendah.
 Buka penjepit preparat sambil terus di tahan, letakkan spesimen
pada meja mikroskop dari arah depan, dan lepaskan penjepit
preparat dengan hati-hati sehingga posisi spesimen terfiksasi.
 Spesimen yang dimaksud biasanya berupa preparat (slide)
yang terdiri dari gelas objek (slide glass/object glass) dan
gelas penutup (cover glass).

Sumber: Olympus® Instruction Manual

 Gunakan penggerak slide horizontal dan vertikal untuk mengatur


spesimen supaya berada di tengah tepat di atas kondenser.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 109


Buku Panduan CSL 1 2019

4. Mengatur fokus
 Putar pemutar lensa objektif dan posisikan lensa objektif pada
perbesaran 4X.
 Setelah lensa objektif tersebut tepat di atas spesimen, gerakkan
sekrup pengatur fokus kasar searah jarum jam sampai meja
berada sedekat mungkin dengan lensa objektif.
 Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan sekrup pengatur
fokus kasar berlawanan dengan arah jarum jam secara perlahan
untuk menambah jarak antara lensa objektif dan spesimen, dan
berhentilah saat gambar spesimen telah terlihat fokus.
 Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan kedua tabung
binokuler untuk mengatur jarak interpupil, sehingga gambar yang
dilihat antar kedua mata menyatu.
 Tutuplah mata kiri dan gunakan mata kanan untuk memfokuskan
gambar dengan memutar sekrup pengatur fokus kasar dan halus,
sampai terlihat fokus (jika diperlukan).
 Tutuplah mata kanan dan gunakan mata kiri untuk memfokuskan
gambar dengan memutar cincin pengatur diopter pada lensa
okuler kiri, sampai fokus (jika diperlukan).
 Bukalah kedua mata dan untuk memfokuskan kembali gerakkan
sekrup pengatur fokus halus untuk memperoleh gambar yang
paling jelas.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 110


Buku Panduan CSL 1 2019

5. Mengatur posisi kondenser dan diafragma apertura (jika diperlukan)


 Putar pengatur tinggi kondensor (lihat gambar di bawah) untuk
menggerakkan kondenser pada posisi paling tinggi (cahaya
penuh).
 Cincin diafragma apertura (lihat gambar di bawah) memiliki skala
perbesaran objektif (4X, 10X, 40X, 100X). Putarlah cincin tersebut
sehingga skala perbesaran objektif yang digunakan berada di arah
depan.

Sumber: Olympus® Instruction Manual


1. Pengatur tinggi kondensor, 2. Cincin diafragma apertura

6. Memindahkan lensa objektif untuk pengamatan


 Pegang dan putar pemutar lensa objektif, sehingga objektif yang
akan digunakan (sesuai dengan perbesaran yang diinginkan: 10X,
40X, 100X) berada di atas spesimen.
 Putar sekrup pengatur fokus halus untuk memfokuskan gambar
sampai terlihat jelas.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 111


Buku Panduan CSL 1 2019

 Amatilah spesimen/preparat dengan detil dan geser spesimen


menggunakan penggerak slide horizontal dan vertikal untuk
mengamati seluruh bagian preparat tersebut.

7. Mengambil spesimen dari meja mikroskop


 Jika pengamatan telah selesai, posisikan kembali lensa objektif
pada perbesaran 4X.
 Bukalah penjepit preparat sambil terus di tahan, ambil spesimen
pada meja mikroskop dari arah depan, dan lepaskan penjepit
preparat.

8. Mematikan mikroskop
 Matikan lampu mikroskop dengan menekan tombol utama pada
posisi ‘’O’’.
 Lepaskan kabel dari sumber arus listrik.

9. Menyimpan mikroskop ke tempat penyimpanan


 Pasang kembali sarung/ pembungkus mikroskop.
 Masukkan mikroskop ke lemari penyimpanan (cara membawanya
sama dengan saat mengambilnya).

10. Penggunaan minyak immersi (untuk perbesaran objektif 100X)


Semakin kecil nilai daya pisah, akan semakin kuat kemampuan lensa
untuk memisahkan dua titik yang berdekatan pada preparat sehingga
struktur benda terlihat lebih jelas. Daya pisah dapat diperkuat dengan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 112


Buku Panduan CSL 1 2019

memperbesarkan indeks bias atau menggunakan cahaya yang


memiliki panjang gelombang (λ) pendek. Biasanya dapat digunakan
minyak imersi untuk meningkatkan indeks bias pada perbesaran 10 X
100. Caranya adalah sebagai berikut:
 Jika fokus pada perbesaran 10X40 telah didapatkan maka putar ke
perbesaran objektif 100X.
 tetesi minyak imersi 1 – 2 tetes dari sisi lensa.
 Jika telah selesai menggunakan mikroskop, bersihkan lensa
objektif 100X dengan kertas lensa yang dibasahi xylol.

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Olympus® Educational Microscope CX21 Instruction Manual. Olympus
Optical co. Ltd. Tokyo.
2. Junqueira, L.C, Carneiro, J. 2003. Basic Histology, Tenth Edition, Lange
Medical Books McGraw-Hill, United States of America.
3. Alexander, S.K., Strete, D., and Niles, M. J. 2004. Laboratory Exercises
in Organismal and Molacular Microbiology. McGraw-Hill. United
States of America.
4. Gartner, L.P., and Hiatt, J. L. 2007. Color Atlas of Histology, Fourth
Edition. McGraw-Hill. United States of America.
5. Staf Pengajar FK Unsoed. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi
Dasar.. Fakultas Kedokteran Unsoed. Semarang
6. Staf Pengajar FK Unila. 2003. Buku Praktikum Histologi Bagian I..
Program Studi Pendidikan Dokter Unila. Bandar Lampung

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 113


Buku Panduan CSL 1 2019

CHECKLIST LATIHAN PENGENALAN MIKROSKOP

Skor Feed
No Aspek Back
0 1 2
A Mengambil mikroskop dari lemari penyimpanan
1 Bawalah mikroskop dengan menggunakan kedua tangan
(tangan yang satu memegang lengan mikroskop, dan
yang satu lagi memegang dasar mikroskop)
2 Letakkan mikroskop di meja yang datar
B Menyalakan mikroskop
3 Hubungkan kabel mikroskop ke sumber arus listrik.
4 Nyalakan mikroskop dengan menekan tombol utama
pada posisi ‘’I’’.
5 Atur intensitas cahaya dengan memutar sekrup
pengatur intensitas cahaya sesuai yang dikehendaki.
C Meletakkan spesimen pada meja mikroskop
6 Putar sekrup pengatur fokus kasar ke arah yang
berlawanan dengan jarum jam sampai posisi meja paling
rendah.
7 Buka penjepit preparat sambil terus di tahan, letakkan
spesimen pada meja mikroskop dari arah depan, dan
lepaskan penjepit preparat.
D Mengatur focus
8 Gunakan penggerak slide horizontal dan vertikal untuk
mengatur spesimen supaya berada di tengah tepat di
atas condenser
9 Putar pemutar lensa objektif dan posisikan lensa objektif
pada perbesaran 4X.
10 Setelah lensa objektif tersebut tepat di atas spesimen,
gerakkan sekrup pengatur fokus kasar searah jarum jam
sampai meja berada sedekat mungkin dengan lensa
objektif.
11 Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan gerakkan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 114


Buku Panduan CSL 1 2019

sekrup pengatur fokus kasar berlawanan dengan arah


jarum jam secara perlahan untuk menambah jarak
antara lensa objektif dan spesimen, dan berhentilah saat
gambar spesimen telah terlihat fokus.
12 Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan kedua
tabung binokuler untuk mengatur jarak interpupil,
sehingga gambar yang dilihat antar kedua mata
menyatu.
13 Tutuplah mata kiri dan gunakan mata kanan untuk
memfokuskan gambar dengan memutar sekrup
pengatur fokus kasar dan halus, sampai terlihat fokus.
14 Tutuplah mata kanan dan gunakan mata kiri untuk
memfokuskan gambar dengan memutar cincin pengatur
diopter pada lensa okuler kiri, sampai fokus.
15 Bukalah kedua mata dan untuk memfokuskan kembali
gerakkan sekrup pengatur fokus halus untuk
memperoleh gambar yang paling jelas.
E Mengatur posisi kondenser dan diafragma apertura
16 Putar pengatur tinggi kondensor untuk menggerakkan
kondenser pada posisi paling tinggi (cahaya penuh).
17 Putarlah cincin diafragma apertura sehingga skala
perbesaran objektif yang digunakan berada di arah
depan.
F Memindahkan lensa objektif untuk pengamatan
18 Pegang dan putar pemutar lensa objektif, sehingga
objektif yang akan digunakan (misal: 40X) berada di atas
spesimen.
19 Putar sekrup pengatur fokus halus untuk memfokuskan
gambar sampai terlihat jelas.
20 Amatilah spesimen/preparat dengan detil dan geser
spesimen menggunakan penggerak slide horizontal dan
vertikal untuk mengamati seluruh bagian preparat
tersebut.
G Mengambil spesimen dari meja mikroskop

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 115


Buku Panduan CSL 1 2019

21 Jika pengamatan telah selesai, posisikan kembali lensa


objektif pada pembesaran 4X.
22 Bukalah penjepit preparat sambil terus di tahan, ambil
spesimen pada meja mikroskop dari arah depan, dan
lepaskan penjepit preparat
H Mematikan mikroskop
23 Matikan lampu mikroskop dengan menekan tombol
utama pada posisi ‘’O’’.
24 Lepaskan kabel dari sumber arus listrik.
I Menyimpan mikroskop ke tempat penyimpanan
25 Pasang kembali sarung/pembungkus mikroskop.
26 Masukkan mikroskop ke lemari penyimpanan (cara
membawanya sama dengan saat mengambilnya).
27 Melakukan dengan penuh percaya diri
28 Melakukan dengan kesalahan minimal

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 116


Buku Panduan CSL 1 2019

PEMERIKSAAN MOTORIS
DAN KEKUATAN OTOT
A. TEMA
Pemeriksaan motoris dan kekuatan otot

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu melakukan pemeriksaan sensoris dan kekuatan otot
2. Mampu menjelaskan tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan sensoris
dan kekuatan otot
3. Mampu memilih metode untuk pemeriksaan
4. Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan

C. ALAT DAN BAHAN


Meja dan Bed pemeriksaan

D. SKENARIO
GENERAL WEAKNESS
Seorang laki-laki datang kepada saudara dengan keluhan badan terasa
lemah. kedua tangan dan kaki lemah untuk digerakkan. Anda kemudian
melakukan pemeriksaan motoris dan kekuatan otot pada pasien ini.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 117


Buku Panduan CSL 1 2019

E. DASAR TEORI
1. Tonus Otot dan Kekuatan Otot
Pada pemeriksaan otot dinilai tonus otot dan kekuatan otot.
 Tonus otot: pada otot normal dengan inervasi intak sedang
berelaksasi, otot tersebut masih mempunyai tegangan residu yang
kita kenal dengan tonus otot. Tonus otot dapat diperiksa dengan
meraba dan merasakan resistansi otot setelah dilakukan peregangan
pasif (gerakan pasif).
Contoh pemeriksaan tonus otot pada tangan:
Minta pasien untuk bersikap relaks, kemudian pemeriksa mengambil
salah satu tangan pasien, fleksi dan ekstensikan siku. Pemeriksa
memperhatikan resistensi otot. Evaluasi apakah tonus otot normal,
rigid atau flaccid. Rigidity jika ketika pemeriksa menggerakkan lengan
ke depan dan belakang terdapat tahanan tersentak-sentak.
Flaccidity, jika ketika pemeriksa menggerakan lengan ke depan dan
belakang, tidak terdapat tahanan,hampir seperti terkulai.
 Pemeriksaan kekuatan otot dilakukan dengan menyuruh pasien
melakukan gerakan aktif melawan tahanan pemeriksa. Jika otot yang
akan diperiksa terlalu lemah, minta pasien untuk menggerakkan otot
melawan gravitasi. Pengurangan kekuatan otot disebut parese dan
kehilangan seluruh kekuatan otot disebut plegia.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 118


Buku Panduan CSL 1 2019

Penilaian kekuatan otot digradasikan dalam skala 0-5


0 Tidak ada kontraksi otot
1 Ditemukan kedutan otot minimal
2 Pergerakan aktif dari bagian tubuh melawan gravitasi
yang terbatas
3 Pergerakan aktif melawan gravitasi
4 Pergerakan aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan
5 Pergerakan aktif melawan tahanan

F. PROSEDUR
Pemeriksaan Kekuatan Otot
1. Test flexion (C5, C6—biceps)
 Minta pasien untuk menekukkan lengannya pada siku
 Pemeriksa menempatkan salah satu tangannya pada otot biseps
pasien dan tangan yang lainnya pada pergelangan tangan pasien,
beri tahanan
 Minta pasien untuk melawan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa
dengan berupaya menekukkan lengannya.

Gambar. Tes Fleksi

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 119


Buku Panduan CSL 1 2019

2. Test ekstensi (C6, C7, C8—triceps)


 Minta pasien untuk menekukkan lengannya pada siku
 Pemeriksa menempatkan tangannya pada pergelangan tangan
pasien, beri tahanan
 Minta pasien untuk melawan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa
dengan berupaya meluruskan lengannya.

Gambar. Tes Ekstensi

3. Test ekstensi pada pergelangan tangan (C6, C7,C8, radial nerve)


 Minta pasien untuk meluruskan lengannya dan menggengam
 Tempatkan tangan pemeriksa pada genggaman pasien dan memberi
tahanan berupa upaya menarik genggaman pasien ke arah bawah
 Minta pasien untuk melawan tahanan tersebut

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 120


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Ekstensi Pergelangan Tangan

4. Test the grip atau tes genggam (C7, C8, T1).


 Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa pada telapak
tangan pasien
 Minta pasien untuk menggenggam jari pemeriksa tersebut dengan
kuat
 Pemeriksa mengusahakan menarik jari tersebut dari genggaman
pasien

Gambar. Test The Grip atau Tes Genggam

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 121


Buku Panduan CSL 1 2019

5. Test finger abduction (C8, T1, n. ulnaris).


 Posisikan tangan pasien dengan telapak tangan menghadap ke
bawah dan jari jari memekar
 Minta pasien untuk mempertahankan posisi tersebut
 Pemeriksa berusaha merapatkan jari-jari pasien.

Gambar. Test Finger Abduction

6. Test opposition of the thumb (C8, T1, n. medianus).


 Tempatkan tangan pemeriksa seperti pada gambar, beri tahanan
 Minta pasien untuk menyentuh ujung jari kelingkingnya dengan ibu
jari dengan melawan tahanan pemeriksa.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 122


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Test Opposition of the Thumb


7. Test flexion at the hip (L2, L3, L4—iliopsoas)
 Tempatkan tangan pemeriksa di atas lutut pasien, beri tahanan
 Minta pasien untuk mengangkat kakinya melawan tahanan
pemeriksa.

Gambar. Test Flexion at the Hip

8. Test extension at the knee (L2, L3, L4—quadriceps)


 Pemeriksa menopang lutut pasien pada posisi fleksi, pegang
pergelangan kaki pasien, beri tahanan.
 Minta pasien untuk meluruskan kakinya melawan tahanan
pemeriksa.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 123


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Test Extension at the Knee

9. Test flexion at the knee (L4, L5, S1, S2—hamstrings)


 Minta pasien untuk memposisikan kakinya fleksi pada lutut
 Instruksikan pasien untuk menahan usaha pemeriksa untuk
meluruskan kakinya.

Gambar. Test Flexion at the Knee

10. Test dorsiflexion (terutama L4, L5) dan plantar flexion (terutama S1)
 Minta pasien untuk melawan tahanan pemeriksa dengan mendorong
telapak kaki ke arah atas

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 124


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Test Dorsiflexion

 Minta pasien untuk melawan tahanan pemeriksa dengan mendorong


telapak kaki ke arah bawah

Gambar. Test Plantarflexion

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Bahan kuliah Neurologi FK UNSRI, 2000
2. Bahan kuliah Neurologi FK UI, 2010
3. Panduan CSL Pemeriksaan Neuropsikiatri Unhas, 2010
4. Swartz, M.H., 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC
5. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta: 2006
6. Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
7. Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 125


Buku Panduan CSL 1 2019

8. Afzal Mir: Atlas of clinical diagnosis. Ed 2. Elshevier science limited. 2003


9. Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 126


Buku Panduan CSL 1 2019

CEKLIST KETERAMPILAN PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIS DAN KEKUATAN


OTOT

No Prosedur Feedback

INTERAKSI DOKTER – PASIEN


1. Senyum, salam, sapa
2. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan dan persetujuan tindakan (informed
consent)
PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT
3. Lakukan pemeriksaan test flexion (C5, C6—biceps) :
 Meminta pasien untuk menekukkan lengannya pada
siku
 Tempatkan salah satu tangan pemeriksa pada otot
biseps pasien dan tangan yang lainnya pada
pergelangan tangan pasien, beri tahanan
 Instruksikan pasien untuk melawan tahanan dengan
berupaya menekukkan lengannya.
4. Lakukan pemeriksaan test ekstensi (C6, C7, C8—
triceps):
 Meminta pasien untuk menekukkan lengannya pada
siku
 Tempatkan tangan pemeriksa pada pergelangan
tangan pasien, beri tahanan
 Instruksikan pasien untuk melawan tahanan dengan
berupaya meluruskan lengannya
5. Lakukan pemeriksaan test ekstensi pada pergelangan
tangan (C6, C7,C8, radial nerve):
 Meminta pasien untuk meluruskan lengannya dan
menggengam
 Tempatkan tangan pemeriksa pada genggaman

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 127


Buku Panduan CSL 1 2019

pasien dan memberi tahanan berupa upaya menarik


genggaman pasien ke arah bawah
 Instruksikan pasien untuk melawan tahanan tersebut
6. Lakukan pemeriksaan test the grip atau tes genggam
(C7, C8, T1):
 Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa
pada telapak tangan pasien
 Meminta pasien untuk menggenggam jari pemeriksa
tersebut dengan kuat
 Usahakan menarik jari tersebut dari genggaman
pasien
7. Lakukan pemeriksaan test finger abduction (C8, T1, n.
ulnaris):
 Posisikan tangan pasien dengan telapak tangan
menghadap ke bawah dan jari jari memekar
 Instruksikan pasien untuk mempertahankan posisi
tersebut
 Pemeriksa berusaha merapatkan jari-jari pasien
8. Lakukan pemeriksaan test opposition of the thumb
(C8, T1, n. medianus):
 Tempatkan tangan pemeriksa seperti pada gambar
(baca prosedur), beri tahanan
 Instruksikan pasien untuk menyentuh ujung jari
kelingkingnya dengan ibu jari dengan melawan
tahanan pemeriksa
9. Lakukan pemeriksaan test flexion at the hip (L2, L3,
L4—iliopsoas):
 Tempatkan tangan pemeriksa di atas lutut pasien,
beri tahanan
 Instruksikan pasien untuk mengangkat kakinya
melawan tahanan
10 Lakukan pemeriksaan test extension at the knee (L2,
L3, L4—quadriceps):
 Topanglah lutut pasien pada posisi fleksi, pegang
pergelangan kaki pasien, beri tahanan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 128


Buku Panduan CSL 1 2019

 instruksikan pasien untuk meluruskan kakinya


melawan tahanan
11 Lakukan pemeriksaan test flexion at the knee (L4, L5,
S1, S2—hamstrings) :
 Meminta pasien untuk memposisikan kakinya fleksi
pada lutut
 Instruksikan pasien untuk menahan usaha pemeriksa
untuk meluruskan kakinya.
12 Lakukan pemeriksaan test dorsoflexion (terutama L4,
L5)
 Instruksikan pasien untuk melawan tahanan
pemeriksa dengan mendorong telapak kaki ke arah
atas
13 Lakukan pemeriksaan test plantar flexion (terutama
S1):
 Instruksikan pasien untuk melawan tahanan
pemeriksa dengan mendorong telapak kaki ke arah
bawah
PROFESIONALISME
14 Melakukan dengan penuh percaya diri
15 Melakukan dengan kesalahan minimal

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 129


Buku Panduan CSL 1 2019

PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL DAN


RANGE OF MOTION (ROM)

A. TEMA
Keterampilan Klinis Pemeriksaan ROM (Range of Motion)

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk melakukan
pemeriksaan ROM

C. ALAT DAN BAHAN


1. Bed periksa pasien
2. Meja dan kursi periksa
3. Goniometer

D. SKENARIO
Pasien pria gemuk, berusia 48 tahun datang dengan keluhan nyeri tajam
pada sendi lutut sebelah kanan. Keluhan sudah dirasakan hilang timbul
selama 2 bulan belakangan, namun selama 3 hari ini keluhan dirasa terus
menerus dan memberat. Keluhan disertai dengan gerak sendi terbatas
karena nyeri, sulit untuk ditekuk maupun diluruskan, dan rasa kaku
sementara pada sendi tersebut setelah bangun tidur. Keluhan bertambah
nyeri apabila sendi digerakkan, sedangkan bila beristirahat keluhan
berkurang. Untuk menegakkan diagnosis anda akan melakukan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 130


Buku Panduan CSL 1 2019

pemeriksaan fisik yang sesuai.

E. DASAR TEORI
1. Pemeriksaan Anggota Gerak
Pada pemeriksaan anggota gerak dilakukan penilaian terhadap keadaan
tulang, otot serta sendi. Pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi
kemudian diikuti dengan palpasi serta perkusi seperti yang telah
dipelajari pada blok sebelumnya.
Kelainan pada anggota gerak dapat terjadi:
a. Berbagai kelainan kongenital dapat terjadi pada ekstremitas superior
maupun inferior, diantaranya amelia (tidak terdapatnya semua
anggota gerak), ekstromelia (tidak adanya salah satu anggota gerak),
fokomelia (anggota gerak bagian proksimal yang pendek), sindaktili
(bergabungnya jari-jari), atau polidaktili (jumlah jari lebih dari
normal).
b. Fraktur, dislokasi, hemangioma yang besar, limfangioma, fistula
arteriovena, neurofibromatosis dapat menyebabkan panjang dan
bentuk ekstremitas kanan dan kiri tidak sama.
c. Pada keadaan yang menyebabkan hipoksia kronik (penyakit jantung
bawaan sianotik, penyakit paru kronik) dan dapat pula disebabkan
oleh penyakit lain seperti penyakit hati kronik, endokarditis dan
beberapa keganasan menyebabkan adanya jari-jari tabuh pada
tangan dan kaki. Tanda dini dari jari tabuh adalah menaiknya dasar

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 131


Buku Panduan CSL 1 2019

kuku, pada stadium selanjutnya seluruh bagian distal jari dan kuku
mengembang dan membundar.
d. Nyeri tekan pada angggota gerak paling sering disebabkan oleh
trauma dan infeksi. Nyeri tekan pada m. Sartorius dapat merupakan
tanda dari meningitis tuberculosa. Tiap rasanyeri pada bagian distal
tulang harus dicurigai kemungkinan terdapatnya osteomyelitis.
e. Gangren atau nekrosis jaringan akibat sumbatan pembuluh darah.
Proses ini mula-mula ditandai dengan anggota gerak yang dingin,
pucat, kekuatan ototnya menghilang, serta rasa nyeri. Dengan
berlanjutnya proses nekrosis, maka daerah itu menjadi hipoestesi
dan bewarna hitam.
f. Disamping deformitas, tanda fraktur lainnya adalah nyeri, krepitasi
serta gangguan fungsi anggota gerak.
g. Kelainan bentuk tulang. Seringkali sampai lebih kurang satu tahun
setelah anak dapat berjalan, bentuk tibia melengkung keluar (genu
varum). Genu valgum, tungkai berbentuk huruf X seringkali
didapatkan pada anak berumur 2-5 tahun yang masih dikategorikan
normal, akan tetapi dapat ditemukan pada anak dengan
poliomyelitis, rakitis, sifilis, atau pada anak yang posisi kedua kakinya
pronasi.
h. Kelainan posisi kaki, misalnya club foot, pes kavus, pes ekuinus.
i. Gaya berjalan berupa kaki menyeret (foot drop), gaya berjalan
seperti menggunting (scissors gait), ataksia (cara berjalan yang
canggung dan meluas).

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 132


Buku Panduan CSL 1 2019

Hal penting yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan sendi mayor:


a. Inspeksi sendi untuk melihat simetris atau tidak, alignment dan
deformitas tulang
b. Inspeksi dan palpasi jaringan sekitar, lihat perubahan kulit, nodul,
atrofi otot dan krepitasi
c. ROM dan manuver tiap sendi
d. Penilaian tanda inflamasi seperti bengkak, hangat, nyeri dan nyeri
tekan dan kemerahan

Tanda-tanda radang sendi seperti RA, Demam Rematik, Serum Sickness


gerakan menjadi terbatas akibat rasa nyeri spasme otot dan tendon
daerah sekitarnya. Adanya deformitas sendi pergelangan tangan, siku,
bahu, sendi sternoclavicularis, temporomandibularis dan sendi panggul
bisa menjadi tanda adanya subluksasi atau dislokasi.

2. Range Of Motion (ROM)


Pemeriksaan range of motion (ROM) adalah pemeriksaan dengan
melakukan pengukuran luas gerakan sendi (derajat) yang terjadi dari
kontraksi dan pergerakan otot. Pemeriksaan dilakukan dengan meminta
klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan
normal baik secara aktif ataupun pasif.

Tujuan pemeriksaan range of motion adalah:


a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 133


Buku Panduan CSL 1 2019

b. Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi

Jenis ROM :
a. ROM pasif, pemeriksa melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %
b. ROM aktif, pemeriksa memberikan motivasi dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan
rentang gerak sendi normal (klien aktif). Kekuatan otot 75 %

Jenis gerakan :
a. Fleksi f. Supinasi
g. Pronasi
b. Ekstensi
h. Abduksi
c. Hiper ekstensi i. Aduksi
d. Rotasi j. Oposisi

e. Sirkumduksi

Sendi yang digerakan :


a. ROM Aktif
Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri
secara aktif.
b. ROM Pasif
Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang
terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
 Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 134


Buku Panduan CSL 1 2019

 Bahu tangan kanan dan kiri (fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi,


Rotasi bahu)
 Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
 Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi,
abduksi/adduksi)
 Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/ adduksi,
oposisi)
 Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi
internal/eksternal)
 Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, rotasi)
 Jari kaki (fleksi/ekstensi)

Indikasi :
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama

Kontra Indikasi :
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (misalnya: jantung)

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 135


Buku Panduan CSL 1 2019

Nilai Normal ROM:

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 136


Buku Panduan CSL 1 2019

Pemeriksaan Goniometri
Geniometri
Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia
yang berarti sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu
goniometri berkaitan dengan pengukuran sudut, khususnya sudut yang
dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang ditubuh manusia. Goniometri
merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga
meliputi jaringan lunak.

Goniometer digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan


gerakan sendi aktif dan pasif. Goniometer juga digunakan untuk
menggambarkan secara akurat posisi abnormal sendi. Pada CSL 2 ini
pemeriksaan goniometri beluum dilakukan.

Prosedur
Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.
1. Meletakkan goniometer :
a. Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
b. Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
segmen tubuh yang statik.
c. Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
2. Membaca besaran lingkup gerak sendi (LGS) pada posisi awal
pengukuran dan mendokumentasikannya

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 137


Buku Panduan CSL 1 2019

3. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal


yang ada
4. Mebaca besaran LGS

Gambar. Goniometer & Pemeriksaan ROM dengan menggunakan


goniometer

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 138


Buku Panduan CSL 1 2019

F. PROSEDUR
1. PEMERIKSAAN SENDI BAHU
a. Inspeksi
 Inspeksi apakah terdapat deformitas, pembengkakan, atrofi otot
atau fasikulasi.
 Jika ada riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk lokasi
nyeri karena lokasi nyeri bisa menjadi petunjuk letak lesi,
misalnya :
 Tepat diatas bahu, menyebar sampai ke leher : sendi
acromioclavicular
 Lateral bahu, menyebar ke insersi dari musculus deltoideus –
lesi dari cuff rotator
 Bahu bagian depan : lesi dari tendon bicipitalis
b. ROM
 Selama melakukan pemeriksaan ROM bahu, pemeriksa
menempatkan tangannya pada bahu pasien untuk mendeteksi
ada tidaknya kresipitasi.
 Minta pasien untuk mengangkat lengannya (abduksi) setinggi
bahu (90°) dengan telapak tangan menghadap ke atas (untuk
menilai pergerakan glenohumeralis)
 Kemudian angkat lengan pada posisi vertical di atas kepala
dengan telapak tangan saling berhadapan (untuk menilai
pergerakan scapulothoracalis sebesar 60°dan kombinasi

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 139


Buku Panduan CSL 1 2019

pergerakan glenohumerale dan scapulothoracalis pada aduksi


30°)

Gambar Prosedur pemeriksaan ROM sendi bahu

2. PEMERIKSAAN SIKU
a. Inspeksi
 Topang lengan pasien dengan tangan pemeriksa sehingga siku
menjadi fleksi 70°.
 Inspeksi medial dan lateral epicondylus dan olecranon.
 Inspeksi kontur dari siku, termasuk permukaan ekstensor dari
ulna. Catat adanya nodul atau pembengkakan.
b. Palpasi
 Palpasi daerah olekranon dan tekan epicondylus untuk nyeri
tekan, catat jika ada dislokasi dari olekranon.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 140


Buku Panduan CSL 1 2019

 Palpasi grooves antara epicondylus dan olekranon, perhatikan


adakah nyeri, pembengkakan atau penebalan
c. Pemeriksaan ROM Siku
 Pemeriksaan rom siku mencakup gerakan fleksi dan ekstensi siku
serta gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah.
 Pada saat pemeriksaan dengan pronasi dan supinasi, sebelumnya
mintalah pasien untuk memposisikan lengannya fleksi pada siku
untuk meminimalisasi gerakan sendi bahu.

Gambar. Pemeriksaan ROM siku

3. PEMERIKSAAN PERGELANGAN TANGAN DAN JARI TANGAN


a. Inspeksi
 Inspeksi daerah palmar dan dorsal dari tangan, juga tulang dari
setiap jari tangan apakah terdapat deformitas, pembengkakan
atau angulasi.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 141


Buku Panduan CSL 1 2019

b. Palpasi
 Palpasi daerah pergelangan tangan pada bagian distal radius dan
ulna dengan menggunakan kedua ibu jari pada bagian dorsum
pergelangan tangan.
 Perhatikan adakah pembengkakan, bogginess atau nyeri. Nyeri
daerah distal radius dapat menjadi pertanda adanya fraktur
colless.
 Palpasi daerah jari tangan PIP dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk,
 Perhatikan apakah terdapat nyeri, pembengkakan, dan
pembesaran tulang. Bila ditemukan nodul (pembesaran tulang )
biasanya merupakan tanda dari Osteoarthritis.

Gambar. Palpasi pergelangan tangan dan jari tangan

c. Pemeriksaan ROM pergelangan tangan


Flexion
 Tempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa
memegang siku pasien.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 142


Buku Panduan CSL 1 2019

 Posisikan pergelangan tangan pasien pada posisi ekstensi dan jari


pemeriksa pada telapak tangan pasien.
 Minta pasien untuk memfleksikan pergelangan tangannya
melawan gravitasi

Extension
 Tempatkan lengan bawah pasien di atas meja periksa, pemeriksa
memegang siku pasien.
 Posisikan pergelangan tangan pasien pada posisi fleksi dan
tempatkan tangan pemeriksa pada punggung tangan pasien.
 Minta pasien untuk mengekstensikan pergelangan tangannya
melawan gravitasi.

Ulnar and radial deviation


 Posisikan telapak tangan pasien menghadap ke bawah.
 Salah satu tangan pemeriksa memegang pergelangan tangan
pasien dan tangan lainnya menopang telapak tangan pasien
 Minta pasien untuk menggerakan pergelangan tangannya ke arah
lateral dan medial.

Gambar. Pemeriksaan ROM pergelangan tangan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 143


Buku Panduan CSL 1 2019

d. Pemeriksaan ROM jari tangan


Flexion dan extension
 Minta pasien untuk mengepalkan tangannya kemudian
memekarkan jari-jarinya secara bergantian. Normalnya
pergerakan tersebut dapat dilakukan dengan lancar.

Abduction dan adduction


 Minta pasien untuk memekarkan jari-jarinya (abduksi) dan
merapatkan jarinya (adduksi) secara bergantian.
 Pada ibu jari, nilailah pergerakan fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi dan oposisi:
 Tes Fleksi dengan meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari
menyilang telapak tangan dan menyentuh dasar jari kelingking.
 Tes ekstensi dengan meminta pasien kembali menggerakkan ibu
jarinya
 Tes Abduksi dengan meminta pasien untuk memposisikan jarinya
dalam keadaan netral, telapak tangan menghadap ke atas.
Kemudian gerakkan ibu jari ke arah anterior menjauh dari telapak
tangan
 Tes adduksi dengan gerakan kembali ibu jari ke arah belakang.
 Tes oposisi dengan meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari
menyilang telapak tangan,ibu jari menyentuh setiap ujung jari
yang lain.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 144


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Pemeriksaan ROM jari tangan

4. PEMERIKSAAN LUTUT DAN EKSTREMITAS BAWAH


a. Inspeksi
 Inspeksi cara dan irama berjalan pasien saat memasuki ruang
pemeriksaan. Perhatikan bentuk dan kontur lutut, apakah
terdapat atrofi m. quadriceps apakah terdapat pembengkakan.
b. Palpasi
 Mintalah pasien untuk duduk di tepi bed pemeriksaan dengan
lutut dalam posisi fleksi. Pada posisi ini landmark tulang dapat
lebih mudah terlihat sementara otot, tendon dan ligament lebih
rileks, sehingga palpasi lebih mudah dilakukan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 145


Buku Panduan CSL 1 2019

 Palpasi dan identifikasi condylus femoralis media dan lateral,


epicondylus femoralis media dan lateral
 Palpasilah ligamen, batas meniscus dan bursa dari lutut,
perhatikan jika terdapat kekakuan.
c. Pemeriksaan ROM lutut
 Prinsip pemeriksaan rom lutut adalah fleksi, ekstensi, rotasi
internal dan eksternal.
 Minta pasien untuk menggerakan fleksi dan ekstensi lututnya
dalam keadaan duduk.
 Jika diperlukan, pemeriksaan dapat dilakukan dengan meminta
pasien berjongkok-berdiri yang juga dapat menilai keseimbangan
pasien.
 Minta pasien untuk memutar kakinya kearah medial dan lateral
untuk menilai rotasi.
Terkadang juga diperlukan pemeriksaan stabilitas ligament dan
integritas meniscus terutama jika terdapat riwayat trauma atau
teraba kekakuan. Pemeriksaan tersebut mencakup Abduction
Stress Test, Adduction Stress Test, Anterior Drawer Sign, Lachman
Test, Posterior Drawer Sign, dan McMurray Test yang dapat Anda
pelajari sendiri pada literatur pemeriksaan fisik.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 146


Buku Panduan CSL 1 2019

5. PEMERIKSAAN PERGELANGAN KAKI DAN KAKI


a. Inspeksi
 Inspeksi daerah pergelangan kaki dan kaki, perhatikan apakah
terdapat deformitas, pembengkakan, nodule dan atau calus
b. Palpasi
 Palpasi dengan menggunakan kedua ibu jari pada bagian anterior
dari pergelangan kaki dan perhatikan adakah pembengkakan dan
nyeri. Nyeri lokal dapat ditemukan pada kasus arthritis, cedera
ligament, atau infeksi daerah pergelangan kaki.
 Palpasi juga dilakukan di sendi-sendi Metatarsofalang dengan
cara menekan kaki dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk. Nyeri yang didapatkan oleh karena penekanan bisa
menjadi pertanda stadium awal dari RA atau inflamasi akut yang
disebakan oleh GOUT.

Gambar. Pemeriksaan pergelangan kaki dan kaki

c. Pemeriksaan ROM pergelangan kaki dan kaki


 ROM dari pergelangan kaki adalah dorsofleksi dan plantarfleksi.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 147


Buku Panduan CSL 1 2019

 ROM kaki terdiri dari eversi dan inversi dengan cara memegang
pergelangan kaki dan tumit kaki pasien kemudian minta pasien
menggerakan kakinya inversi dan eversi.

Gambar. Pemeriksaan ROM pergelangan kaki dan kaki

G. DAFTAR PUSTAKA
 Bate’s barbara. Guide to Physical Examination. Lippincot. 2007. Chapter
15
 Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta: 2006

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 148


Buku Panduan CSL 1 2019

CEKLIST KETERAMPILAN PEMERIKSAAN RANGE OF MOTION (ROM)

No Aspek Feedback

INTERPERSONAL
1. Sambung Rasa dan Informed consent
Pemeriksaan Muskuloskeletal dan ROM
Sendi Bahu
2. Lakukan inspeksi:
Apakah terdapat deformitas, pembengkakan, atrofi otot atau
fasikulasi
3. Jika ada riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk
lokasi nyeri, lakukan palpasi pada area tersebut.
Lakukan pemeriksaan ROM sendi bahu dengan memegang
sendi bahu pasien dan meminta pasien untuk berdiri pada
posisi anatomis, kemudian:
4. Gerakkan lengan atas ke arah anterior untuk menilai Fleksi
0
(normal 180 )
5. Gerakkan lengan atas ke arah posterior untuk menilai Ekstensi
0
(normal 60 )
6. Gerakkan lengan atas ke arah anterior setinggi bahu, kemudian
gerakkan ke arah lateral-medial untuk menilai Fleksi
0
Horisontal (normal 135 )
7. Gerakkan lengan atas ke arah lateral untuk menilai Abduksi
0
(normal 180 )
8. Gerakkan lengan atas ke arah medial (menyentuh anterior
0
tubuh) untuk menilai Adduksi ( normal 75 )
Sendi Siku
9. Lakukan inspeksi dengan menopang lengan pasien dengan
tangan pemeriksa sehingga siku menjadi fleksi 70°. Perhatikan
epicondylus medial dan lateral serta olecranon. Perhatikan
kontur siku, apakah terdapat nodul atau pembengkakan.
10. Lakukan palpasi daerah olekranon dan tekan epicondylus

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 149


Buku Panduan CSL 1 2019

untuk nyeri tekan. Perhatikan apakah terdapat dislokasi


olekranon, adakah nyeri, pembengkakan atau penebalan
antara epicondylus dan olekranon.
Lakukan pemeriksaan ROM Siku dengan meminta pasien untuk
berdiri pada posisi anatomis, kemudian:
11. Melakukan gerakan fleksi-ekstensi pada sendi sikunya (normal
0
150 )
12. Memposisikan sikunya fleksi kemudian melakukan rotasi
telapak tangan menghadap ke bawah untuk menilai pronasi
0
(normal 80 )
13. Memposisikan sikunya fleksi kemudian melakukan rotasi
telapak tangan menghadap ke atas untuk menilai supinasi
0
(normal 80 )
Sendi Pergelangan Tangan dan Jari
14. Lakukan inspeksi daerah palmar dan dorsal tangan serta jari
tangan, perhatikan apakah terdapat deformitas,
pembengkakan atau angulasi.
15. Lakukan palpasi daerah pergelangan tangan pada bagian distal
radius dan ulna dengan menggunakan kedua ibu jari.
Perhatikan adakah pembengkakan, bogginess atau nyeri.
Palpasi daerah jari tangan dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk. Perhatikan adakah nyeri, pembengkakan atau
pembesaran tulang.
Lakukan pemeriksaan ROM pergelangan tangan dengan
pasien berdiri pada posisi anatomis, kemudian mengangkat
lengan atas dan lengan bawah setinggi bahu sejajar lantai
16. Flexion:
a. Posisikan telapak tangan supinasi sejajar lantai
b. Gerakkan telapak tangan ke bawah untuk menilai fleksi
0
sendi pergelangan tangan (normal 80 )
17. Extension:
c. Posisikan telapak tangan supinasi sejajar lantai
Gerakkan telapak tangan keatas untuk menilai ekstensii sendi
0
pergelangan tangan (normal 70 )

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 150


Buku Panduan CSL 1 2019

18. Ulnar and radial deviation:


a) Memposisikan telapak tangan pasien menghadap ke bawah.
b) Memegang pergelangan tangan pasien dan menopang
telapak tangan pasien
c) Meminta pasien untuk menggerakan pergelangan
tangannya ke arah lateral dan media
Lakukan pemeriksaan ROM jari tangan :
19. Flexion dan extension:
Meminta pasien untuk mengepalkan tangannya kemudian
memekarkan jari-jarinya secara bergantian
20. Abduction dan adduction:
Meminta pasien untuk memekarkan jari-jarinya (abduksi) dan
merapatkan jarinya (adduksi) secara bergantian
Lakukan pemeriksaan ROM ibu jari:
21. Tes Fleksi:
Meminta pasien untuk menggerakkan ibu jari menyilang
telapak tangan dan menyentuh dasar jari kelingking
22. Tes ekstensi :
Meminta pasien menggerakkan ibu jarinya ke arah posterior
23. Tes Abduksi:
Meminta pasien untuk memposisikan jarinya dalam keadaan
netral, telapak tangan menghadap ke atas. Kemudian gerakkan
ibu jari ke arah lateral menjauh dari jari telunjuk.
24. Tes adduksi:
Meminta pasien menggerakan kembali ibu jari ke arah medial
mendekat jari telunjuk.
Lutut dan ekstremitas bawah
26. Lakukan inspeksi cara dan irama berjalan pasien. Perhatikan
pula bentuk dan kontur lutut, apakah terdapat atrofi M.
quadriceps, apakah terdapat pembengkakan.
27. Lakukan palpasi dengan meminta pasien untuk duduk di tepi
bed pemeriksaan dengan lutut fleksi. Palpasi dan identifikasi
condylus femoralis media dan lateral, epicondylus femoralis
media dan lateral serta ligamen, batas meniscus, perhatikan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 151


Buku Panduan CSL 1 2019

jika terdapat kekakuan.


Lakukan pemeriksaan ROM lutut:
28. Fleksi dan Ekstensi:
Meminta pasien untuk menggerakan fleksi dan ekstensi
lututnya dalam keadaan duduk.
29. Rotasi internal dan eksternal:
Meminta pasien untuk memutar kakinya kearah medial dan
lateral
Pergelangan kaki dan kaki
30. Lakukan inspeksi daerah pergelangan kaki dan kaki, perhatikan
apakah terdapat deformitas, pembengkakan, nodule dan atau
calus
31. Lakukan palpasi dengan menggunakan kedua ibu jari pada
bagian anterior dari pergelangan kaki. Perhatikan adakah
pembengkakan dan nyeri. Palpasi sendi metatarsofalang
dengan menekan kaki dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk.Perhatikan adakah pembengkakan dan nyeri
Lakukan pemeriksaan ROM pergelangan kaki & kaki dengan:
32. Meminta pasien melakukan gerakan dorsofleksi dan
plantarfleksi
33. Eversi dan inversi:
Peganglah pergelangan kaki dan tumit kaki pasien
Pinta pasien menggerakan kakinya inversi (memutar ke
medial) dan eversi (memutar ke lateral)
PROFESIONALISME
34. Melakukan dengan percaya diri
35. Melakukan dengan kesalahan minimal

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 152


Buku Panduan CSL 1 2019

KERANGKA ANAMNESIS

A. TEMA
Keterampilan Anamnesis

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dengan benar

2. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai keluhan utama
yang membawa pasien datang ke dokter
2. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat
penyakit sekarang
3. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat
penyakit dahulu
4. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat
penyakit keluarga
5. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat
personal atau riwayat sosial

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 153


Buku Panduan CSL 1 2019

C. ALAT DAN BAHAN


Meja dan kursi periksa

D. SKENARIO
Seorang pria datang dengan keluhan demam. Anda sebagai seorang dokter
yang ingin mengetahui riwayat penyakit pasien melakukan wawancara yang
terstruktur dengan tujuan untuk mengeksplorasi keluhan dan gejala yang
dialami oleh pasien. Bagaimanakah cara menggali informasi mengenai
penyakit pasien sehingga dapat ditegakkan diagnosis yang tepat?

E. DASAR TEORI
1. PENDAHULUAN
Dewasa ini, tantangan sebagi tenaga kesehatan semakin mempengaruhi
kinerja tenaga kesehatan tersebut dalam menangani pasien. Khususnya
seorang dokter, sangat diperlukan adanya kesiapan untuk berani
melakukan tatap muka dan aktif dalam membangun keakraban dengan
pasiennya. Pada umumnya kontak pertama antara seorang dokter
pasien dimulai dari anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga
akan memudahkan kerjasama dalam memulai tahap-tahap pemeriksaan
berikutnya.
Dalam menegakkan suatu diagnosis anamnesis mempunyai peranan
yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya
petunjuk untuk menegakkan diagosis. Anamnesis adalah suatu tehnik
pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 154


Buku Panduan CSL 1 2019

dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien
beserta permasalahan medisnya.
Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi
tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien.
Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang
didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan
tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat
menegakkan diagnosis.
Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah
dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar. Tujuan
berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang
baik antara seorang dokter dengan pasiennya. Umumnya seorang
pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan
merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup.
Tugas seorang lah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan
anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun
hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan
keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan
selanjutnya.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 155


Buku Panduan CSL 1 2019

2. ISI
Definisi Anamnesis
Anamnesis berasal dari bahasa Yunani anamneses, yang artinya
mengingat kembali. Anamnesis merupakan pengambilan data yang
dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian
wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa,
anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan
tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik
terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan
oleh pasien. Jenis pertanyaan yang akan diajukan kepada pasien dalam
anamnesis sangat beragam dan bergantung pada beberapa faktor.

Tujuan Anamnesis
1. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang
dialami atau dirasakan oleh pasien.
2. Membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan
pasiennya.

Jenis-jenis Anamnesis
1. Auto anamnesis, merupakan anamnesis yang didapat langsung dari
keluhan pasien. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan
dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 156


Buku Panduan CSL 1 2019

anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk


menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.
2. Allo anamnesis atau hetero anamnesis, merupakan anamnesis yang
didapat dari orang tua atau sumber lain yang dekat dan tahu betul
tentang riwayat pasien, dilakukan ketika pasien tidak dapat
berkomunikasi langsung dengan dokter. Tidak jarang dalam praktek
sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan allo
anamnesis.

Persiapan Anamnesis
Hal yang harus dikuasai dalam anamnesis antara lain :
1. Keterampilan proses: meliputi bagaimana cara berkomunikasi
dengan pasien, menggali dan mendapatkan riwayat pasien, menggali
dan mendapatkan riwayat pasien, kemampuan verbal dan non-
verbal yang digunakan, bagaimana menciptakan suatu hubungan
dengan pasien, serta bagaimana cara berkomunikasi secara
terstruktur dan terorganisasi.
2. Keterampikan isi: yaitu keterampilan mengenai isi pokok dari
pertanyaan dan respon yang diberikan kepada pasien.
3. Keterampilan perseptual: yakni apa yang dipikirkan dan rasakan
mempengaruhi pembuatan keputusan internal.

Selain itu dokter juga perlu terampil dalam mengajukan pertanyaan


yang bersifat terbuka ataupun tertutup dan terampil dalam

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 157


Buku Panduan CSL 1 2019

mendengarkan baik secara aktif, empatik, dan reflektif. Wawancara


yang dilakukan selama anamnesis harus berdasarkan five basic task of
doctor patient interview, sebagai berikut :
1. Initiating the session
a. Menetapkan hubungan awal
b. Mengidentifikasi keluhan
2. Gathering information
a. Mengeksplorasi masalah
b. Memahami pandangan pasien
c. Membuat struktur pada konsultasi pasien
3. Building relationship
a. Mengembangkan hubungan
b. Menyertai pasien
4. Explanation and planning
a. Mengoreksi jumlah dan jenis
b. Membantu pemahaman dan mengakuratkan daya ingat
5. Clossing the session
Menutup wawancara

Adapun hal yang harus diperhatikan oleh seorang dokter sebelum


memulai wawancara, antara lain :
1. Tempat dan suasana. Tempat dan suasana dimana anamnesis ini
dilakukan harus diusahakan cukup nyaman bagi pasien. Anamnesis
akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana mendukung. Suasana

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 158


Buku Panduan CSL 1 2019

diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa
diinterogasi.
2. Penampilan dokter. Penampilan seorang dokter juga perlu
diperhatikan karena ini akan meningkatkan kepercayaan pasiennya.
Seorang dokter yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari
pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang dokter
yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan anamnesis
daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.
3. Periksa kartu dan data pasien. Sebelum anamnesis dilakukan
sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien dan
cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup
kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau
mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu
datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama
yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data
pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data
kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan
pemeriksaan saat ini.
4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya. Pada saat
anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien
dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan
pasien bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien,
jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada
saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 159


Buku Panduan CSL 1 2019

pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau informasi lebih detail


dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien
sehingga melantur kemana mana
5. Gunakan bahasa atau istilah yang dapat dimengerti. Selama tanya
jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat
dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya
dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berikan penjelasan
atau deskripsi dari istilah tersebut.
6. Buat catatan. Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-
catatan kecil saat seorang dokter melakukan anamnesis, terutama
bila pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.
7. Perhatikan pasiennya. Selama anamnesis berlangsung perhatikan
posisi, sikap, cara bicara dan gerak-gerik pasien. Apakah pasien
dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi
bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan
sakit, apakah tampak sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimat-
kalimat panjang atau terputus-putus, apakah tampak segar atau
lesu, pucat dan lain-lain.
8. Gunakan metode yang sistematis. Anamnesis yag baik haruslah
dilakukan dengan sistematis menurut kerangka anamnesis yang
baku. Anamnesis yang sistematis bertujuan untuk melihat
keterlibatan setiap sistem dalam penyakit yang sekarang diderita
dan kemungkinan adanya masalah lain selain masalah yang

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 160


Buku Panduan CSL 1 2019

dikeluhkan oleh pasien. Dengan cara ini diharapkan tidak ada data
anamnesis yang tertinggal.

Cara Melakukan Anamnesis


Dalam menganamnesis pasien, ada baiknya jika seorang mengetahui
data-data umum mengenai pasien terlebih dahulu, seperti :
1. Nama pasien: sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau
alias.
2. Jenis kelamin: sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
3. Umur: terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-
kadang digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga dapat
digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang
diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
4. Alamat: apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka
tanyakan bukan hanya alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada
waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data ini kadang
diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis
atau untuk data epidemiologi penyakit.
5. Pekerjaan: bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan
antara penyakit pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan
hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-pekerjaan
sebelumnya.
6. Perkawinan: kadang berguna untuk mengetahui latar belakang
psikologi pasien.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 161


Buku Panduan CSL 1 2019

7. Agama: keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh


dan tidak boleh (pantangan) seorang pasien menurut agamanya.
8. Suku bangsa: berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan ras atau suku bangsa
tertetu.

Setelah melakukan pemeriksaan data-data tersebut, maka langkah


selanjutnya adalah:
1. Menanyakan keluhan utama pasien
Keluhan utama adalah yang menyebabkan penderita datang
berobat. Keluhan utama merupakan titik tolak penelusuran
informasi mengenai penyakit yang diderita pasien
2. Menanyakan riwayat penyakit sekarang
Merupakan tujuh macam pertanyaan yang bersifat pribadi dari diri
pasien tersebut, diantaranya:
 Onset: dari sejak kapan sakit atau keluhan tersebut dirasakan.
 Lokasi: di mana rasa sakit atau keluhan tersebut dirasakan (di
bagian tubuh yang mana)
 Kronologis: bagaimana cerita tentang sakit atau keluhan tersebut
hingga bisa sampai seperti ini.
 Kualitas: rasa sakit dari keluhan pasien seperti apa (sakit sekali,
sakit bila disentuh, dan lain-lain).
 Kuantitas: apakah penyakitnya sering kumat, atau seberapa sering
penyakit tersebut menyerang pasien.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 162


Buku Panduan CSL 1 2019

 Gejala penyerta atau keluhan penyerta: keluhan-keluhan lain.


 Faktor modifikasi: faktor yang memperberat atau memperingan
penyakit dari pasien. Faktor modifikasi juga terkadang dibagi
menjadi faktor risiko dan faktor prognostik. Faktor risiko adalah
faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu
penyakit, sedangkan faktor prognostik adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit atau hasil pengobatan
penyakit. Faktor risiko dan faktor prognostik dapat berasal dari
pasien, keluarganya maupun lingkungan.
3. Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu (Past health history) : keluhan
seputar apakah dulu pernah mengalami sakit yang sama seperti saat
ini, apakah ada penyakit lain sebelumnya, apakah dulu pernah
dioperasi, atau pun jenis obat apa saja yang pernah dikonsumsi
pasien sebelumnya.
4. Menanyakan Riwayat Penyakit Dalam Keluarga: apakah ada keluarga
atau kerabat dekat yang pernah mengalami gangguan yang sama
atau penyakit keturunan yang lain.
5. Menanyakan Riwayat Personal atau riwayat sosial: pertanyaan
mengenai tempat bekerja, pola makan setiap hari, aktivitas olahraga,
perokok atau tidak, dan pernah meminum minuman dengan kadar
akohol tinggi atau tidak, serta keadaan lingkungan rumah.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 163


Buku Panduan CSL 1 2019

Reanamnesis
Reanamnesis berarti anamnesis ulang atau pengambilan data anamnesis
tambahan setelah dokter melakukan pemeriksaan fisik atau setelah
dokter merawat pasien. Reanamnesis kadang kala diperlukan untuk
mengkonfirmasi data yang dianggap kurang konsisten atau kurang
lengkap.

Ringkasan Anamnesis
Ringkasan anamnesis dibuat berdasarkan analisis data anamnesis.
Dokter mengelompokkan data yang diperoleh yang mengarah pada
sindrom atau kriteria diagnostik yang berhubungan dengan diagnosis
tertentu. Ringkasan anamnesis menggunakan bahasa dokter, tidak lagi
menggunakan bahasa pasien.

Kesimpulan Anamnesis
Pada akhir anamnesis seorang dokter harus dapat membuat kesimpulan
dari anamnesis yang dilakukan. Kesimpulan tersebut berupa perkiraan
diagnosis yang dapat berupa diagnosis tunggal atau diagnosis banding
dari beberapa penyakit. Kesimpulan yang dibuat haruslah logis dan
sesuai dengan keluhan utama pasien. Bila menjumpai kasus yang sulit
dengan banyak keluhan yang tidak dapat dibuat kesimpulannya, maka
cobalah dengan membuat daftar masalah atau keluhan pasien. Daftar
tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pemeriksaan fisik

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 164


Buku Panduan CSL 1 2019

atau pemeriksaan penunjang yang akan dilaksanakan, sehingga pada


akhirnya dapat dibuat suatu diagosis kerja yang lebih terarah.

Panduan untuk Keluarga


Kelengkapan dan kebenaran data yang diberikan keluarga sangat berarti
bagi dokter untuk menentukan diagnosis penyakit. Keluarga tidak perlu
merasa segan atau malu dalam memberikan informasi. Kesalahan data
akan mempengaruhi diagnosis dan tindakan dokter. Dalam langkah
anamnesis, dokter akan bertindak seperti seorang detektif yang
menyelidiki suatu kasus, jadi keluarga tidak perlu merasa bosan apabila
untuk kepentingan tertentu dokter menanyakan hal yang sama secara
berulang. Sebaliknya kadangkala keluarga terpancing untuk memberikan
informasi yang tidak diperlukan oleh dokter, mungkin karena pasien
atau keluarga dapat merasakan kehangatan komunikasi yang diciptakan
oleh dokter.

Tantangan dalam Anamnesis


Adapun beberapa tantangan dalam menganamnesis pasien, yaitu
sebagai berikut :
1. Pasien yang tertutup. Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien
membisu dan tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan
dokternya. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa cemas atau
tertekan, tidak leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula
perilakunya yang demikian karena gangguan depresi atau psikiatrik.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 165


Buku Panduan CSL 1 2019

Tergantung masalah dan situasinya kadang perlu orang lain (keluarga


atau orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab
pertanyaan dokter (heteroanamnesis), tetapi kadang pula lebih baik
tidak ada seorangpun kecuali pasien dan dokternya. Bila pasien
dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada hari-
hari berikutnya setelah pasien lebih tenang dan lebih terbuka.
2. Pasien yang terlalu banyak keluhan. Sebaliknya tidak jarang seorang
pasien datang ke dokter dengan begitu banyak keluhan dari ujung
kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter untuk memilah-
milah keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya dan mana
yang hanya keluh kesah. Diperlukan kepekaan dan latihan untuk
membedakan mana yang merupakan keluhan yang sesungguhnya
dan mana yang merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benar-
benar pasien mempuyai banyak keluhan harus dipertimbangkan
apakah semua keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau
kebetulan pada saat tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus
dideritanya.
3. Hambatan bahasa dan atau intelektual. Seorang dokter mungkin saja
ditempatkan atau bertugas disuatu daerah yang mayoritas
penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum kita kuasai.
Keadaan semacam ini dapat menyulitkan dalam pelaksanaan
anamnesis. Seorang dokter harus segera belajar bahasa daerah
tersebut agar dapat memperlancar anamnesis, dan bila perlu dapat
meminta bantuan atau petugas kesehatan lainnya untuk

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 166


Buku Panduan CSL 1 2019

mendampingi dan membantu menerjemahkan selama anamnesis.


Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika menghadapi pasien yang
karena intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami
pertanyaan atau penjelasan dokternya. Seorang dokter dituntut
untuk mampu melakukan anamnesis atau memberikan penjelasan
dengan bahasa yang sangat sederhana agar dapat dimengerti
pasiennya.
4. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa. Diperlukan satu tehnik
anamnesis khusus bila seorang dokter berhadapan dengan penderita
gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis akan sangat
kacau, setiap pertanyaan tidak dijawab sebagaimana seharusnya.
Justru di dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut terdapat
petunjuk-petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Seorang dokter
tidak boleh bingung dan kehilangan kendali dalam melakukan
anamnesis pada kasus-kasus ini.
5. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan. Tidak jarang
dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah dalam keadaan
marah dan cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka
menyalahkan semua dokter yang pernah memeriksanya,
menyalahkan keluarga atau orang lain atas masalah atau keluhan
yang dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang tidak
mau menerima kenyataan diagnosis atau penyakit yang dideritanya.
Sebagai seorang dokter kita tidak boleh ikut terpancing dengan
menyalahkan sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 167


Buku Panduan CSL 1 2019

etis. Seorang dokter juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan
pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan menjadi takut
untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.

3. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan :
1. Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang
dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan
pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan
penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis
dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang
penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya
suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh
pasien.
2. Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menanyakan
beberapa hal yaitu :
1. Identifikasi pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
 Onset
 Lokasi
 Kronologis
 Kualitas

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 168


Buku Panduan CSL 1 2019

 Kuantitas
 Gejala penyerta atau keluhan penyerta
 Faktor modifikasi
4. Riwayat Penyakit Dahulu (Past health history)
5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
6. Riwayat Personal atau riwayat sosial
7. Ringkasan anamnesis dan kesimpulan anamnesis

F. PROSEDUR
1. Item Interaksi dokter-pasien
 Senyum, salam, sapa & membina sambung rasa;
 Menjelaskan prosedur dan melakukan informed consent sebelum
melakukan pemeriksaan.
2. Menanyakan dan menuliskan data-data umum mengenai pasien
Menanyakan dan menuliskan: Nama pasien, jenis kelamin, umur,
alamat, pekerjaan, perkawinan, agama, suku bangsa.
3. Menanyakan dan menuliskan keluhan utama
Menanyakan keluhan yang menyebabkan penderita datang berobat/ke
dokter dan menuliskannya di lembar rekam medis.
4. Menanyakan dan menuliskan riwayat penyakit sekarang
Menanyakan bagaimana onset, lokasi, kronologis, kualitas, kuantitas,
gejala penyerta, dan faktor modifikasi dan menuliskannya di rekam
medis.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 169


Buku Panduan CSL 1 2019

5. Menanyakan dan menuliskan riwayat penyakit dahulu


Menanyakan keluhan seputar apakah dulu pernah mengalami sakit yang
sama seperti saat ini, apakah ada penyakit lain sebelumnya, apakah dulu
pernah dioperasi, atau pun jenis obat apa saja yang pernah dikonsumsi
pasien sebelumnya serta adakah riwayat alergi terhadap obat obatan
tertentu.
6. Menanyakan dan menuliskan riwayat penyakit dalam keluarga
Menanyakan apakah ada keluarga, kerabat dekat yang pernah
mengalami gangguan atau keluhan yang sama serta penyakit keturunan
yang lain.
7. Menanyakan dan menuliskan riwayat personal dan kehidupan sosial
Menanyakan pertanyaan mengenai tempat bekerja, pola makan setiap
hari, aktivitas olahraga, perokok atau tidak, dan pernah meminum
minuman dengan kadar akohol tinggi atau tidak, serta keadaan
lingkungan rumah.
8. Membuat ringkasan anamnesis dan kesimpulan anamnesis
Mengelompokkan data yang diperoleh yang mengarah pada sindrom
atau kriteria diagnostik yang berhubungan dengan diagnosis tertentu,
dan membuat kesimpulan dari anamnesis yang berupa perkiraan
diagnosis yang dapat berupa diagnosis tunggal dan diagnosis banding
dari beberapa penyakit. Mengakhiri pemeriksaan dengan baik dan
menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien.
9. Item Professionalisme
 Percaya diri, minimal error

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 170


Buku Panduan CSL 1 2019

 Penalaran klinik baik dan bersesuaian dengan kasus


 Memperhatikan aspek kerahasiaan & etika pemeriksaan kepada
pasien

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Elsevier. Swartz: Textbook of Physical Diagnosis. History and
Examination. 5e – www.studentconsult.com didownload dari
http://www.studentconsult.com/content/default.cfm?ISBN=141600307
X&ID=S1
2. Guyton and Hall, 1996 , Fisiologi Kedokteran, edisi 9,,EGC,
3. Snell,Richard S, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran,
edisi 6, EGC, Jakarta.
4. Szilagy, Peter G. , 2002 , Bate's guide to physical examination, McGraw
– Hill , Chapter 5: 155-208
5. Harrison, 2005, Principles of Internal Medicine, edisi 16,McGraw – Hill,
Part 14,2067 – 2231

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 171


Buku Panduan CSL 1 2019

CEKLIST KETRAMPILAN ANAMNESIS

No Item Penilaian Feedback

INTERPERSONAL
1 Senyum, salam, sapa & membina sambung rasa
2 Menjelaskan prosedur dan melakukan Informed consent
sebelum melakukan pemeriksaan
CONTENT
3 Menanyakan data-data umum mengenai pasien
Menanyakan: Nama pasien, Jenis kelamin, Umur, Alamat,
Pekerjaan, Perkawinan, Agama, Suku bangsa
4 Menanyakan keluhan utama
Menanyakan keluhan hal menyebabkan penderita datang
berobat
5 Menanyakan riwayat penyakit sekarang
Menanyakan bagaimana onset, lokasi, kronologis, kualitas,
kuantitas, gejala penyerta, dan faktor modifikasi
6 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
Menanyakan keluhan seputar apakah dulu pernah
mengalami sakit yang sama seperti saat ini, apakah ada
penyakit lain sebelumnya, apakah dulu pernah dioperasi,
atau pun jenis obat apa saja yang pernah dikonsumsi pasien
sebelumnya.
7 Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
Menanyakan apakah ada keluarga atau kerabat dekat yang
pernah mengalami gangguan yang sama atau penyakit
keturunan yang lain.
8 Menanyakan riwayat personal dan kehidupan sosial
Menanyakan pertanyaan mengenai tempat bekerja, pola
makan setiap hari, aktivitas olahraga, perokok atau tidak, dan
pernah meminum minuman dengan kadar akohol tinggi atau
tidak.
9 Membuat ringkasan anamnesis dan kesimpulan anamnesis

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 172


Buku Panduan CSL 1 2019

Mengelompokkan data yang diperoleh yang mengarah pada


sindrom atau kriteria diagnostik yang berhubungan dengan
diagnosis tertentu, dan membuat kesimpulan dari anamnesis
yang berupa perkiraan diagnosis yang dapat berupa diagnosis
tunggal atau diagnosis banding dari beberapa penyakit.
10 Mengakhiri pemeriksaan dengan baik dan menjelaskan hasil
pemeriksaan kepada pasien
PROFESIONALISME
11 Percaya diri, minimal error
12 Penalaran klinik baik dan bersesuaian dengan kasus
13 Memperhatikan aspek kerahasiaan & etika pemeriksaan
kepada pasien

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 173


Buku Panduan CSL 1 2019

REKAM MEDIS, SURAT RUJUKAN,


DAN FORM PERMINTAAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. TEMA
Keterampilan komunikasi pembuatan dan pengisian rekam medis

B. TUJUAN
1. Mampu melakukan pengisian rekam medis, form rujukan, dan form
permintaan pemeriksaan penunjang dengan benar
2. Mampu menjelaskan manfaat pengisian rekam medis, surat rujukan,
dan form permintaan pemeriksaan penunjang
3. Mampu menjelaskan jenis jenis rekam medis

C. ALAT DAN BAHAN


1. Lembar rekam medis
2. Lembar rujukan
3. Lembar form pemeriksaan penunjang
4. Alat Tulis
5. Meja, kursi dan bed pemeriksaan

D. SKENARIO
Anda seorang dokter yang baru saja membuka praktek umum di daerah
tempat tinggal anda. Pada hari itu datang pasien yaitu seorang anak laki-laki
usia 5 tahun yang diantar ibunya karena mencret sejak 1 hari. Setelah

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 174


Buku Panduan CSL 1 2019

dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pengobatan yang sesuai, anda


hendak membuat sebuah catatan rekam medis yang baik agar mudah
dalam melakukan tindak lanjut dikemudian hari.

E. DASAR TEORI
1. Pengertian
Rekam medis adalah suatu berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Formulir permintaan penunjang memuat informasi permintaan


pemeriksaan penunjang yang mencangkup informasi pasien, jenis
spesimen, asal spesimen, ataupun jenis pemeriksaan penunjang lainnya
(misal radiologi, dll.), tanggal pengambilan. Formulis permintaan
penunjang merupakan formulir yang dibutuhkan untuk pengajuan
pemeriksaan penunjang terhadap pasien.

Surat rujukan adalah surat pengantar tenaga medis dalam hal ini
ditujukan kepada dokter maupun dokter gigi secara tertulis yang
bertujuan sebagai advice (petunjuk pengobatan) maupun pengobatan
secara lebih lanjut kepada tenaga medis yang lebih berkompeten dalam
bidangnya. Setelah surat rujukan diberikan oleh dokter melalui pasien
kepada dokter yang lebih berkompeten, biasanya akan ada surat
rujukan balasan yang berikan oleh dokter/dokter gigi terujuk kepada
dokter perujuk melalui pasien yang menyatakan bahwa telah dilakukan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 175


Buku Panduan CSL 1 2019

pengobatan/perawatan, atau jawaban advice dari dokter/dokter gigi


perujuk.

2. Manfaat rekam medis


Manfaat rekam medis adalah:
1. Sebagai dasar pemeliharaan dan pengobatan pasien
2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hokum
3. Bahan untuk kepentingan penelitian
4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan
5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistic kesehatan

Rekam medis dari rumah sakit harus memuat informasi yang cukup
untuk menetapkan diagnosis, terapi dan hasil terapi secara akurat.
Rekam medis setiap rumah sakit sangat bervariasi tetapi pada umumnya
terdiri dari bagian informasi umum dan informasi klinis.

3. Isi rekam medis


Rekam medis pasien rawat jalan
1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Anamnesis, sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat perjalanan
penyakit
4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
5. Diagnosis
6. Rencana penatalaksanaan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 176


Buku Panduan CSL 1 2019

7. Pengobatan dan atau tindakan


8. Pelayanan lain yang telah diberikan
9. Persetujuan tindakan medis bila diperlukan

Rekam medis pasien rawat inap


1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Anamnesis, sekurang kurangnya keluhan dan riwayat perjalanan
penyakit
4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
5. Diagnosis
6. Rencana penatalaksanaan
7. Pengobatan dan atau tindakan
8. Pelayanan lain yang telah diberikan
9. Persetujuan tindakan medis bila diperlukan
10. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
11. Ringkasan pulang
12. Nama dan tanda tangan dokter atau tenaga kesehatan tertentu yang
melakukan pelayanan kesehatan
13. Pelayanan kesehatan lain yang dilakukan tenaga kesehatan tertentu

Rekam medis pasien gawat darurat


1. Identitas pasien
2. Kondisi saat tiba di sarana pelayanan kesehatan

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 177


Buku Panduan CSL 1 2019

3. Identitas pengantar pasien


4. Tanggal dan waktu
5. Anamnesis, sekurang kurangnya keluhan dan riwayat perjalanan
penyakit
6. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
7. Diagnosis
8. Pengobatan dan atau tindakan
9. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan UGD dan rencana
tindak lanjut
10. Nama dan tanda tangan dokter atau tenaga kesehatan tertentu
yang melakukan pelayanan kesehatan
11. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang dipindahkan
ke sarana kesehatan lain
12. Pelayanan lain yang telah diberikan

Rekam medis harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima


pelayanan kesehatan dan setiap catatan rekam medis harus dibubuhi
nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan
atau tindakan.

4. Surat Rujukan
Surat rujukan umumnya terdiri dari surat rujukan dan surat balasan
rujukan.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 178


Buku Panduan CSL 1 2019

5. Surat rujukan berisi:


1. Tanggal rujukan dibuat
2. Nomor surat
3. Nama/Spesialisasi Dokter rujukan
4. Lokasi/alamat dokter rujukan
5. Kalimat permintaan/permohonan rujukan
6. Nama, umur, jenis kelamin, serta alamat pasien yang dirujuk
7. Hasil anamnesis pasien
8. Hasil pemeriksaan fisik pasien
9. Hasil pemeriksaan penunjang (bila ada)
10. Diagnosis sementara
11. Terapi/obat yang telah diberikan
12. Nama dokter pengirim/perujuk
13. Tanda tangan dokter pengirim/perujuk

Surat balasan rujukan berisi:


1. Tanggal balasan rujukan dibuat
2. Nama, umur, jenis kelamin, serta alamat pasien
3. Keterangan: keterangan umumnya berisi jawaban dokter konsulen.
Dapat berupa konsul selesai; Perlu kontrol kembali; Perlu konsul ke
ahli lain; perlu tindakan medis lain; maupun perlu dirawat dengan
indikasi.
4. Hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh dokter
konsulen

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 179


Buku Panduan CSL 1 2019

5. Diagnosis
6. Terapi yang telah diberikan oleh dokter konsulen
7. Anjuran
8. Tanda tangan dokter konsulen

6. Form Permintaan Pemeriksaan Penunjang


Formulir permintaan pemeriksaan penunjang biasanya sudah tersedia
daftar pemeriksaan yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan terkait.
Bila permintaan tidak terdapat dalam daftar pemeriksaan, maka
permintaan pemeriksaan dapat diisi pada kolom pemeriksaan lain-lain.
Form permintaan pemeriksaan penunjang umumnya dibagi menjadi
permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
pencitraan/radiologi. Pemeriksaan penunjang laboratorium maupun
radiologis terkadang membutuhkan perlakukan khusus terhadap pasien
sebelum pasien dapat diambil spesimennya atau sebelum pasien dapat
dilakukan pemeriksaan radiologis. Untuk itu seorang dokter harus
paham kondisi klinis dan syarat pengambilan spesimen/pemeriksaan
radiologis.

Pada permintaan radiologis, keterangan klinis pasien yang akan


dilakukan pemeriksaan radiologis dan pembacaan hasil sangat
dibutuhkan oleh radiolog. Sehingga dalam permintaan pemeriksaan
penunjang radiologis disertakan pula kondisi klinis pasien.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 180


Buku Panduan CSL 1 2019

F. PROSEDUR
a) Tanyakan identitas pasien
b) Lakukan anamnesis
c) Lakukan pemeriksaan fisik
d) Isikan pada rekam medis
1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Anamnesis, sekurang kurangnya keluhan dan riwayat perjalanan
penyakit
4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
5. Diagnosis
6. Rencana penatalaksanaan
7. Pengobatan dan atau tindakan
8. Pelayanan lain yang telah diberikan
e) Mengisi formulir permintaan pemeriksaan penunjang
f) Mengisi surat rujukan
g) Beritahukan rencana penatalaksanaan.

G. DAFTAR PUSTAKA
 Anonim. Manual Rekam Medis : Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Indonesia
 Permenkes No.269/Menkes/per/III/2008
 UU RI No : 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Jakarta.
Indonesia

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 181


Buku Panduan CSL 1 2019

Rekam Medis Pasien Poliklinik/Rawat Inap

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 182


Buku Panduan CSL 1 2019

Rekam Medis Pasien IGD

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 183


Buku Panduan CSL 1 2019

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 184


Buku Panduan CSL 1 2019

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 185


Buku Panduan CSL 1 2019

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 186


Buku Panduan CSL 1 2019

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 187


Buku Panduan CSL 1 2019

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 188


Buku Panduan CSL 1 2019

CEKLIST PEMBUATAN REKAM MEDIS, SURAT RUJUKAN, DAN FORM


PERMINTAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

No Item Latihan Feedback

Komunikasi dokter-pasien
1. Senyum Salam Sapa
2. Binalah sambung rasa yang baik dengan pasien
Item Prosedural
3. Lakukan anamnesis dengan baik (salam, sambung rasa,
perkenalan, identitas, keluhan utama, menggali keluhan
utama & penyerta, RPS, RPD, RPK, RPL)
4. Isi lembar rekam medis berupa :
 Identitas Pasien
5.  Tanggal dan Waktu Pemeriksaan
6.  Hasil Anamnesis
 Keluhan Utama & Menggali KU
 Keluhan Penyerta
 RPS, RPD, RPK/Lingkungan
7. Lakukan Pemeriksaan Fisik, Penunjang dan tindakan awal
yang diperlukan dengan tetap membina sambung rasa
dengan pasien serta informed consent jika diperlukan
8. Tuliskan hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang dengan
benar pada rekam medis (Status Generalis dan Lokalis)
9. Tuliskan Diagnosis dan Diagnosis banding yang sesuai
10 Tuliskan terapi & tindakan yang telah diberikan serta
rencana tatalaksana lanjutan pada lembar Rekam Medis
11 Lakukan Planning Edukasi dengan baik
12 Tutup pemeriksaan dengan baik
13 Lengkapi rekam medis serta membubuhkan tanda tangan
pada status setelah selesai
14 Mengisi formulir pemeriksaan penunjang

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 189


Buku Panduan CSL 1 2019

15 Mengisi surat rujukan


Item Professionalisme
16 Percaya Diri
17 Minimal error

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 190


Buku Panduan CSL 1 2019

PEMERIKSAAN REFLEKS
FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS
A. TEMA
Pemeriksaan refleks fisiologis dan reflek patologis

B. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Mampu melakukan pemeriksaan reflek fisiologis dan patologis
2. Mampu menjelaskan tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan reflek
fisiologis dan patologis
3. Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan

C. ALAT DAN BAHAN


1. Reflek hammer
2. Meja pemeriksaan

D. SKENARIO
Tn.X, 48 tahun, diantar oleh keluarganya ke RS karena pagi ini tiba-tiba
beliau jatuh pingsan setelah bertengkar hebat dengan tetangganya, dan
ketika sadar Tn.X menjadi sulit untuk menggerakkan tangan dan kaki
kanannya. Anda kebetulan yang saat itu sedang bertugas di UGD memeriksa
Tn.X dengan seksama, dan memang benar tangan dan kaki kanan beliau
menjadi lemah.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 191


Buku Panduan CSL 1 2019

E. DASAR TEORI
1. Refleks Fisiologis dan Patologis
Reflek adalah jawaban atas rangsang. Reflek neurologik tergantung
pada suatu lengkung reflek yang terdiri dari jalur aferen yang dicetus
oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktivasi organ efektor, serta
hubungan antara kedua komponen. Misalnya reflek tendon yang timbul
karena adanya rangsang, yang akan diteruskan ke reseptor--serabut
aferen--ganglion spinal--serabut eferen—efektor (otot). Gerak otot
reflektoris dapat ditimbulkan pada setiap orang sehat (reflek fisiologis).
Reflek regang otot adalah reflek yang timbul oleh regangan otot yang
disebabkan rangsangan dan sebagai jawabannya maka otot
berkontraksi. Nama lain dari reflek ini adalah reflek tendon atau reflek
fisiologis. Pada kerusakan UMN dapat terjadi refleks yang tidak dapat
dibangkitkan pada orang –orang sehat, yang dinamakan refleks
patologis.

Reflek patologis yang dikemukakan oleh Babinski (1896) menyatakan


bahwa reflek superfisial yang dibangkitkan pada keempat ekstremitas
menjadi berubah jawabannya jika terdapat lesi pada traktus piramidalis.
Reflek, baik berupa lesi Upper Motor Neuron (UMN) atau Lower Motor
Neuron (LMN) yang pada ekstrimitas bawah tidak lagi terjadi plantar
fleksi seperti pada orang normal tetapi dorso fleksi ibu jari kaki disertai
gerakan mekar jari-jari lainnya sedangkan pada ekstrimitas atas (pada

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 192


Buku Panduan CSL 1 2019

reflek hoffman trommer) akan timbul fleksi keempat jari, yang pada
orang normal tidak terjadi apa-apa.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan refleks


fisiologis adalah:
 Penderita harus dalam keadaan santai. Bagian yang diperiksa harus
dalam posisi sedemikian rupa sehingga gerakan otot yang terjadi
dapat muncul secara optimal
 Rangsangan harus diberikan secara cepat dan langsung. Pukulan
tidak perlu terlalu keras

Gambar. Cara melakukan pukulan dengan menggunakan palu refleks

Penilaian hasil refleks


Refleks fisiologis dapat dinilai sebagai negatif, menurun, normal,
meninggi dan hiperaktif
Ada pula yang menggunakan kriteria sebagai berikut :
0 : negatif
+1 : lemah (dari normal)

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 193


Buku Panduan CSL 1 2019

+2 : normal
+3 : meninggi
+4 : hiperaktif

Jenis refleks fisiologis


 Reflek bisep: dengan memberi rangsangan berupa ketoka pada
tendon otot biseps maka akan menimbulkan gerakan fleksi lengan
bawah. Pusat reflek ini terletak di C5-C6
 Reflek tricep: dengan memberikan rangsangan berupa ketokan pada
tendon otot triceps dan sebagai jawabannya akan terjadi ektensi
lengan bawah. Pusat refleks ini terletak di C6-C8
 Reflek patella: dengan memberi rangsangan pada tendon m
quadriceps femoris dan sebagai jawabannya akan terjadi gerakan
ekstensi tungkai bawah. Pusat refleks terletak L2, L3, L4.
 Reflek achilles: dengan memberi rangsangan pada tendon achilles
dan sebagai jawabannya akan terjadi gerakan plantar fleksi pada
kaki. Pusat refleks melalui S1 dan S2

Jenis refleks patologis


 Hoffmann tromer
Jepit jari tengah pasien diantara telunjuk dan jari tengah pemeriksa.
Gores dengan kuat jari tengan dengan menggunakan ibu jari.
Abnormal terjadi fleksi jari telunjuk serta fleksi dan aduksi ibu jari.
 Reflek babinski

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 194


Buku Panduan CSL 1 2019

Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari
melalui sisi lateral. Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-
jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon
jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar
atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
 Reflek oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke
bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka
akan timbul reflek seperti babinski
 Reflek gordon
Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka
akan timbul reflek seperti babinski

 Reflek gonda
Lakukan penekanan/fleksikan jari ke-4 pedis kemudian lepaskan
dengan cepat. Jika positif, maka akan timbul reflek seperti babinski.
 Reflek schaefer
Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan
timbul reflek seperti babinski
 Reflek caddock
Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki dari maleolus
lateral ke arah kaudal. Jika positif maka akan timbul reflek seperti
babinski.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 195


Buku Panduan CSL 1 2019

F. PROSEDUR
Pemeriksaan Refleks Fisiologis
1. Pemeriksaan refleks biseps
a. Meminta pasien duduk dengan santai
b. Lengan dalam keadaan lemas, posisikan lengan bawah antara fleksi
dan ekstensi serta sedikit pronasi
c. Letakkan siku pasien pada lengan/tangan pemeriksa
d. Letakkan ibu jari di atas tendo biseps kemudian pukullah ibu jari tadi
dengan refleks hammer
e. Reaksi utama adalah kontraksi otot biseps & fleksi lengan bawah

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 196


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Refleks Biseps

2. Pemeriksaan refleks triseps


a. Posisikan pasien sama dengan posisi pada pemeriksaan refleks
biseps
b. instrusikan kepada pasien untuk melemaskan lengan dan relaksasi
sempurna
c. Pukullah tendo yang lewat di fossa olekranon
d. Triseps akan kontraksi dengan sedikit menyentak (ekstensi lengan
bawah di siku)

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 197


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Refleks Triseps

3. Pemeriksaan refleks patella


a. Posisikan pasien dalam posisi duduk dengan tungkai menjuntai
b. Raba daerah kanan-kiri tendo patella terlebih dulu untuk
menentukan daerah yang tepat
c. Pegang paha pasien bagian distal dengan tangan pemeriksa
sedangkan tangan yang lain memukul tendo patella dengan palu
refleks hammer secara cepat
d. Respon: ekstensi tungkai bawah

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 198


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Refleks Patella

4. Pemeriksaan refleks achilles


a. Meminta pasien duduk dengan tungkai menjuntai atau berbaring
dimana sebagian tungkai bawah & kakinya terjulur di luar meja
pemeriksa
b. Regangkan tendo achilles dengan cara menahan ujung kaki ke arah
dorsofleksi
c. Pukullah Tendo achilles dengan ringan tetapi cepat
d. Akan muncul gerakan fleksi kaki yang menyentak

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 199


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Refleks Achiles

Pemeriksaan Reflek Patologis


1. Plantar Response
a. Reflek Babinsky
Gores telapak kaki bagian lateral dari tumit menuju pangkal jari.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 200


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Arah goresan dan reflek yang muncul pada reflek Babinski

b. Reflek Chaddock
Gores bagian lateral maleolus ke arah kaudal.

Gambar. Arah goresan pada pemeriksaan reflek Chaddock

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 201


Buku Panduan CSL 1 2019

c. Reflek Gordon
Remas otot betis.

Gambar. Cara pemeriksaan reflek Gordon dan responnya

d. Reflek Gonda
Tekuk maksimal jari keempat kaki kemudian lepaskan tiba-tiba.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 202


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Cara pemeriksaan reflek Gonda

e. Reflek Schaefer
Pencet tendon achilles dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 203


Buku Panduan CSL 1 2019

Gambar. Cara pemeriksaan reflek Schaefer

f. Reflek Oppenheim
Urut kuat tibia dan m. tibialis anterior dari proksimal ke distal.

Gambar. Cara pemeriksaan reflek Oppenheim

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 204


Buku Panduan CSL 1 2019

Kesimpulan keseluruhan untuk Refleks Plantar Response :


Normal : akan terlihat gerakan plantar fleksi kaki
Abnormal : akan terlihat gerakan dorsofleksi ibu jari disertai
mekarnya jari-jari yang lain

2. Reflek Hoffman Tromner


 Pegang tangan pada pergelangan, jari-jari difleksikan.
 Jepit jari tengah pasien diantara telunjuk dan jari tengah pemeriksa.
 Gores dengan kuat jari tengan dengan menggunakan ibu jari.
 Abnormal terjadi fleksi jari telunjuk serta fleksi dan aduksi ibu jari.

Gambar. Cara pemeriksaan reflek Hoffman Tromner

G. DAFTAR PUSTAKA
1. Bahan kuliah Neurologi FK UNSRI, 2000
2. Bahan kuliah Neurologi FK UI, 2010
3. Panduan CSL Pemeriksaan Neuropsikiatri Unhas, 2010
4. Swartz, M.H., 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 205


Buku Panduan CSL 1 2019

5. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.


Jakarta: 2006
6. Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.
7. SM Lumbantobing: Neurologi Klinik, Pemeriksaan fisik dan mental. BP
FKUI. Jakarta:2000
8. T Juwono: Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. EGC. Jakarta:
2000
9. Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 206


Buku Panduan CSL 1 2019

CEKLIST KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS

No Prosedur Feedback

INTERAKSI DOKTER – PASIEN


1. Senyum, salam, sapa
2. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan dan persetujuan tindakan (informed consent)
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
3. Lakukan pemeriksaan reflek biseps
 Meminta pasien duduk dengan santai
 Posisikan lengan bawah pasien antara fleksi dan ekstensi
serta sedikit pronasi
 Letakkan siku pasien pada lengan/tangan pemeriksa
 Letakkan ibu jari di atas tendo biseps kemudian pukullah
ibu jari tadi dengan refleks hammer
 Hasil : Fleksi lengan bawah
4. Lakukan pemeriksaan reflek triseps
 Posisikan pasien sama dengan posisi pada pemeriksaan
refleks biseps
 Instruksikan kepada pasien untuk melemaskan lengan dan
relaksasi sempurna
 Pukullah tendo yang lewat di fossa olekranon
 Hasil : Ekstensi lengan bawah
5. Lakukan pemeriksaan reflek patella
 Posisikan pasien dalam posisi duduk dengan tungkai
menjuntai
 Raba daerah kanan-kiri tendo patella terlebih dulu untuk
menentukan daerah yang tepat
 Pegang paha pasien bagian distal dengan tangan kiri
sedangkan tangan yang lain memukul tendo patella dengan
palu refleks hammer secara cepat
 Hasil : ekstensi tungkai bawah

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 207


Buku Panduan CSL 1 2019

6. Lakukan pemeriksaan reflek achilles


 Meminta pasien duduk dengan tungkai menjuntai atau
berbaring dimana sebagian tungkai bawah & kakinya
terjulur di luar meja pemeriksa
 Regangkan tendo achilles dengan cara menahan ujung kaki
ke arah dorsofleksi
 Pukullah Tendo achilles dengan ringan tetapi cepat
 Hasil : plantarfleksi
PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS
7. Lakukan pemeriksaan reflek babinski
Gores plantar pedis sisi lateral dari tumit ke kaudal
8. Lakukan pemeriksaan reflek Chaddock
Gores dorsum pedis pada maleolus lateral ke arah kaudal
9. Lakukan pemeriksaan reflek Gordon
Tekan/cubit otot gastrocnemius pasien
10 Lakukan pemeriksaan reflek Gonda
Fleksikan jari ke-4 pedis kemudian lepaskan secara cepat
11 Lakukan pemeriksaan reflek Oppenheim
Gosok sepanjang tulang tibia dengan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah
12 Lakukan pemeriksaan reflek Schaefer
Tekan/cubit tendon achiles dengan ibu jari dan telunjuk
13 Lakukan pemeriksaan reflek Hoffman Tromner
 Pegang tangan pada pergelangan, jari-jari difleksikan.
 Jepit jari tengah pasien diantara telunjuk dan jari tengah
pemeriksa.
 Gores dengan kuat jari tengan dengan menggunakan ibu
jari.
PROFESIONALISME
18 Melakukan dengan penuh percaya diri
19 Melakukan dengan kesalahan minimal

Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1 208

Anda mungkin juga menyukai