Anda di halaman 1dari 2

LOCUS DELICTI

Ada empat ajaran untuk menentukan tempat terjadinya peristiwa pidana atau locus delicti atau
tempat kejadian perkara (tkp).

1. De Leer Van De Lichamelijke Daad

Ajaran Yang Didasarkan Kepada Perbuatan Secara Fisik. Itulah Sebabnya Ajaran Ini
Menegaskan Bahwa Yang Dianggap Sebagai Tempat Terjadinya Tindak Pidana/Locus Delicti,
Adalah Tempat Dimana Perbuatan Tersebut Dilakukan.

Berdasarkan Kasus dia atas (PELAKU MENGIRIM KUE BERACUN DARI JAKARTA
KE PALU) maka Locus Delictinya ialah di Jakarta dan pengadilan yang berwenang
mengadili ialah PN JAKARTA.

2. De Leer Van Het Instrument

Ajaran Yang Didsarkan Kepada Berfungsinya Suatu Alat Yang Digunakan Dalam Perbuatan
Pidana. Jadi Ajaran Ini Menegaskan Bahwa Yang Dianggap Sebagai Temapt Terjadinya Tindak
Pidana Adalah Temapt Dimana Alat Yang Digunakan Dalam Melakukaan Tindak Pidana
Bereaksi.

Berdasarkan Kasus dia atas (KUE BERACUN DI MAKAN DI PARIGI HINGGA SAKIT)
maka Locus Delictinya ialah di PARIGI dan pengadilan yang berwenang mengadili ialah
PN PALU.

3. De Leer Van Het Gevolg

Ajaran Ini Didasarkan Kepada Akibat Dari Suatu Tindak Pidana. Menurut Ajaran Ini Bahwa
Yang Dianggap Sebagai Locus Delicti Adalah Tempat Dimana Akibat Daripada Tindak Pidana
Tersebut Timbul.

Berdasarkan Kasus dia atas (KORBAN MENINGGAL DI RS WAHIDIN MAKASSAR)


maka Locus Delictinya ialah di MAKASSAR dan pengadilan yang berwenang mengadili
ialah PN MAKASSAR.

4. De Leer Van De Meervoudige Pleets

Menegaskan Bahwa Yang Dianggap Sebagai Tempat Terjadinya Tindak Pidana Yaitu Tempat
Dimana Perbuatan Tersebut Secara Fisik Terjadi Tempat Dimana Alat Yang Digunakan
Bereaksi, Dan Tempat Dimana Akibat Dari Tindak Pidana Tersebut Timbul.

A. Tempat Dimana Perbuatan Tersebut Secara Fisik Terjadi yaitu di Jakarta.


B. Alat Yang Digunakan Bereaksi yaitu di Parigi.
C. Akibat Dari Tindak Pidana Tersebut Timbul yaitu di Makassar.
TEMPUS DELICTI

Ada empat ajaran untuk menentukan tempat terjadinya peristiwa pidana atau Tempus delicti atau
tempat kejadian perkara (tkp).

1. De Leer Van De Lichamelijke Daad

Ajaran Yang Didasarkan Kepada Perbuatan Secara Fisik. Itulah Sebabnya Ajaran Ini
Menegaskan Bahwa Yang Dianggap Sebagai Tempat Terjadinya Tindak Pidana/Tempus Delicti,
Adalah waktu Dimana Perbuatan Tersebut Dilakukan.

Berdasarkan Kasus dia atas (PELAKU MENGIRIM KUE BERACUN DARI JAKARTA
KE PALU) maka Tempus Delictinya ialah di Jakarta dan pengadilan yang berwenang
mengadili ialah PN JAKARTA.

2. De Leer Van Het Instrument

Ajaran Yang Didasarkan Kepada Berfungsinya Suatu Alat Yang Digunakan Dalam Perbuatan
Pidana. Jadi Ajaran Ini Menegaskan Bahwa Yang Dianggap Sebagai waktu Terjadinya Tindak
Pidana Adalah waktu Dimana Alat Yang Digunakan Dalam Melakukaan Tindak Pidana
Bereaksi.

Berdasarkan Kasus dia atas (KUE BERACUN DI MAKAN DI PARIGI HINGGA SAKIT)
maka Tempus Delictinya ialah di PARIGI dan pengadilan yang berwenang mengadili ialah
PN PALU.

3. De Leer Van Het Gevolg

Ajaran Ini Didasarkan Kepada Akibat Dari Suatu Tindak Pidana. Menurut Ajaran Ini Bahwa
Yang Dianggap Sebagai Tempus Delicti Adalah waktu Dimana Akibat Daripada Tindak Pidana
Tersebut Timbul.

Berdasarkan Kasus dia atas (KORBAN MENINGGAL DI RS WAHIDIN MAKASSAR)


maka Tempus Delictinya ialah di MAKASSAR dan pengadilan yang berwenang
mengadili ialah PN MAKASSAR.

4. Menurut Ajaran De Leer Van De Meer Voudige Tijds,

Bahwa Semua Waktu Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Tindak Pidana.


a. 4 Juni 2000, kue yang telah di beri racun di kirim melalui titipan kilat dari kota Jakarta.
b. 8 Juni 2000, Kue beracun di makan dan jatuh sakit di Parigi.
c. 12 Juni 2000, korban Meninggal dunia di Rs wahidin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai