Anda di halaman 1dari 6

Buletin Famasia, Volume 1, Nomor 1

e-ISSN : xxxx-xxxx

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR DARI EKSTRAK ETANOL DAUN


KEMANGI (Ocimum americanum L.) dan UJI AKTIVITAS TERHADAP
Staphylococcus aureus ATCC 25923
Suryani, Dian Munasari Solo, Wa Ode Nurhajimah
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Jl. H.E.A. Mokodompit, Kendari 93232, Indonesia

Abstract

Kemangi leave (Ocimum americanum L). is known contain of a compound that have antibacterial activity. This study aims to
formulate liquid soap from ethanol extract of kemangi leaves anddetermine antibacterial activity against Staphylococcus aureus
ATCC 25923, and satisfy characteristic of liquid soap by SNI. Kemangi leaf extract (O.americanum L.) obtained by maceration
process using ethanol 96%, then purified with n-hexane, and antibacterial activity test performed by solid dilution method.
Extract with a concentration of 3% and 5% formulated into liquid soap followed by characteristics test include of organoleptic
test, viscosity, pH, and from height. The results showed the liquid soap in accordance with the Indonesia National Standard that
include the value of pH, viscosity, foam height and organoleptic. Liquid soap leaf extract purified kemangi also has antibacterial
properties against S.aureus ATCC 25923, the physical characteristic of a good concentration of 3%.

Keywords : Liquid soap, basil extract (O.americanum L.), Staphylococcus aureus

1. Latar Belakang
Penyakit infeksi sudah dikenal sejak zaman dahulu. Penyakit infeksi disebabkan oleh mikroorganisme salah
satunya adalah bakteri patogen. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit adalah
Staphylococcus aureus [1]. S.aureus merupakan bakteri patogen dalam tubuh manusia yang menyebabkan infeksi
kulit dan bau badan. S.aureus merupakan bakteri gram positif yang terdapat pada kulit manusia. Pengobatan
terhadap penyakit infeksi biasanya digunakan antibiotik, akan tetapi penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik [2]. Resisten terhadap antibiotik menjadi masalah, sehingga
diperlukan usaha untuk mengembangkan obat-obatan jenis baru yang dapat mencegah terjadinya resistensi. Salah
satu caranya dengan mengembangkan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman yang dapat membunuh
bakteri [3].
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar yang memiliki lebih dari 30.000
spesies tanaman. Hingga saat ini tercatat 7.000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300
tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi. Salah satu tanaman yang sering dijadikan masyarakat
sebagi obat adalah kemangi (Ocimum americanum L.) [4]. Daun kemangi memiliki senyawa aktif seperti minyak
atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, triterpenoid, steroid, tanin dan fenol. Kandungan flavonoid dan minyak atsiri
membuat kemangi memiliki kemampuan sebagai antibakteri [5].
Berdasarkan uji pendahuluaan yang telah dilakukan, ekstrak etanol daun kemangi memiliki aktivitas terhadap
pertumbuhan bakteri S.aureus pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan
bakteri S.aureus, maka perlu dikembangkan suatu sediaan farmasi untuk meningkatkan penggunaannya. Salah satu
sediaan farmasi yang dapat memudahkan dalam penggunaannya ialah sabun [6]. Sabun merupakan suatu bahan yang
digunakan untuk membersihkan kulit baik dari kotoran maupun bakteri. Salah satu jenis sabun yang saat ini
digemari oleh masyarakat adalah sabun cair. Sabun cair adalah sediaan berbentuk cair yang digunakan untuk
membersihkan kulit, dibuat dari bahan dasar sabun dengan penambahan surfaktan, penstabil busa, pengawet,
pewarna dan pewangi yang diizinkan dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit [7].
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan
ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum americanum L.) menjadi suatu sediaan farmasi dalam bentuk sediaan sabun
cair sebagai antibakteri terhadap S.aures.

2. Metode Penelitian
2.1. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol daun kemangi (O.americanum L), SLS
(sodium lauryl sulfat), cocomidopropil betain, propilen glikol, metilparaben (Intraco), propilparaben (Intraco),
dinatrium EDTA, hidroksipropil metil selulosa, pengaroma green tea, akuades, Nutrient Agar (NA) (Merck®),
sabun cair Lifebuoy®, bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, etanol 96% (Merck®), n-Heksan (Merck®),
Buletin Famasia, Volume 1, Nomor 1
e-ISSN : xxxx-xxxx

kertas label, kertas saring, plastik wrap (Total®), Aluminium foil (Bagus®). Alat-alat yang digunakan pada penelitian
ini adalah blender (Philips®), timbangan analitik (Precisa®), wadah toples kaca, gelas kimia (Pyrex®), rotary
vacuum evaporator (Rotavapor Buchi®), cawan porselin, oven (Memmert®), spatula, corong pisah (Pyrex®),
waterbath, labu takar (Pyrex®), erlenmeyer (Pyrex®), elektromantel, batang pengaduk, tabung reaksi (Pyrex®),
jarum ose, cawan petri (Anumbra®), bunsen, laminar air flow (Chuaire®), inkubator (Froilabo®), autoklaf
(Wisecrave®), lemari pendingin (LG®), gelas ukur (Pyrex®), hot plate (MS-H280-PRO), pH meter (Jenway®),
vortex (Stuart®), viskometer (Rion ViscometerVT-04F®), botol kosmetik dan alat gelas (Pyrex®) lainnya.
2.2. Ekstraksi
Sebanyak 500 gram serbuk kering dimaserasi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 5 L sebanyak 3 kali tiap 24
jam dalam wadah kaca tertutup. Maserat disaring dan filtrat diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator
dengan suhu 60°C dan diperoleh ekstrak kental.
2.3. Delipidasi Ekstrak
Delipidasi ektstrak dibuat dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan dua pelarut yang tidak saling
bercampur yaitu n-heksan dan etanol 96%. Proses delipidasi dihentikan hingga menghasilkan fase n-heksan yang
berwarna jernih. Fase etanol yang sudah terbebas dari komponen non polar selanjutnya disebut ekstrak etanol daun
kemangi.

2.4. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun kemangi


Uji aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode dilusi padat. Digunakan 3 cawan petri yang masing-
masing cawan petri diisi media Nutrient Agar (NA) steril sebanyak 15 mL. Kemudian dimasukkan 1 mL suspense
bakteri uji ke dalam masing-masing cawan petri. Selanjutnya dimasukkan 2 mL ekstrak pada masing-masing cawan
petri dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 3% dan 5%, serta control negatif (DMSO). Cawan petri ditutup dan
digojog lalu didiamkan hingga memadat dan diinkubasi dalam incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC. Cawan
petri dikeluarkan, diamati konsentrasi ekstrak yang mempunyai tingkat kejernihan yang baik. Kejernihan
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri yang menandakan bahwa ekstrak memiliki aktivitas, sedengkan
kekeruhan menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri [8]. Selanjutnya dilakukan penegasan untuk memastikan
bahwa ekstrak memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus dengan menggunakan metode streak plate
(penggoresan) dan diinkubasi dalam incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC. Cawan petri dikeluarkan dan
diamati ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri di sekitar goresan [9].

2.5. Formulasi Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Kemangi Ocimum americanum L.
Tabel 1. Rancangan formula sabun cair
Formula (100 mL)
Nama Zat Fungsi
F1% F2% F3%
Ekstrak etanol daun kemangi Zat aktif 0 3 5
Pembentuk busa dan
Natrium lauril sulfat 2 2 2
pembersih
Cocomidopropil betain Penstabil busa 5 5 5
Hidroksilpropil metil selulosa
Pengental 2 2 2

Propilen glikol Pelembab 15 15 15


Nipagin (Metilparaben) Pengawet 0,18 0,18 0,18
Nipasol (Propilparaben) Pengawet 0,02 0,02 0,02
Dinatrium EDTA Pengkelat 0,1 0,1 0,1
Green tea Pengaroma qs qs qs
Akuades Pelarut Ad 100 Ad 100 Ad 100

Sediaan sabun cair dibuat dengan menglarutkan ekstrak etanol daun kemangi dengan propilen glikol secukupnya
dan dicampurkan dinatrium EDTA (campuran 1). Dilarutkan natrium lauril sulfat dalam aquades secukupnya sambil
dipanaskan, kemudian ditambahkan cocomidopropil betain (campuran 2). Dilarutkan nipagin dan nipasol dengan
Buletin Famasia, Volume 1, Nomor 1
e-ISSN : xxxx-xxxx

propilen
len glikol yang tersisa (campuran 3). HPMC dicampurkan sedikit demi sedikit dalam aquades dan diaduk
sehingga dihasilkan dispersi HPMC yang homogen (campuran 4). Campuran 1, 2, dan 3 yang telah dihasilkan
dicampurkan menjadi satu, kemudian ditambahkan HPMC yang telah terdispersi homogen sedikit demi sekit.
Kemudian ditambahkan sisa aquades dan dihomogenkan.
d Selanjutnya ditambahakan
tambahakan pengaroma secukupnya [9].
2.6. Karakteristik Fisik Sediaan Sabun Cair
2.6.1. Pengamatan organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan
an mengamati penampilan, warna,
wa dan aroma dari sediaan sabun cair secara
visual.
2.6.2. pH
Alat pH-meter
meter dicelupkan ke dalam sediaan sabun cair,, kemudian dilihat perubahan skala pada pH
pH-meter. Angka
yang tertera pada skala pH-meter
meter merupakan nilai pH dari sediaan sabun cair.
2.6.3. Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan Viskometer Rion®. Alat dirangkai dengan memasang
rotor dengan ukuran nomor 3. Celupkan rotor pada sediaan hingga bagian bawah rotor tertutup rata oleh sediaan.
Alat dinyalakan
nyalakan kemudian rotor akan berputar secara otomatis. Amati angka yang tertera pada jarum penunjuk
angka hingga jarum penunjuk konstan. Angka tersebut menunjukkan nilai viskositas sediaan sabun cair
cair.
2.6.3. Daya Busa
Sebanyak 2 ml sabun dimasukkan ke dalam
dala tabung reaksi dan ditambahkan 8 ml akuades kemudian dilakukan
penggojogkan
an dengan bantuan vortexs selama 2 menit. Busa yang terbentuk diamati dan dicatat tinggi busa yang
terbentuk.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Ekstraksi
Berdasarkan proses ekstraksi yang telah dilakukan diperoleh berat ekstrak kental daun kemangi O.americanum L
sebesar 63,1 gram dengan rendemen 10%.
10
3.2. Delipidasi Ekstrak
Berdasarkan proses delipidasi ekstrak yang telah dilakukan diperoleh ektrak etanol daun kemangi O.americanum
L. sebesar 34 gram dengan rendemen 56,6%.
3.3. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemangi O.americnum L.
Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kemangi dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan
menggunakan metode dilusi padat. Hasil uji aktivitas
aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kemangi dengan menggunakan
metode dilusi padat dapat dilihat pada tabel 2. Selanjutnya media yang tampak jernih setelah diinkubasi dilakukan
penegasan untuk memastikan aktivitas antibakteri ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus yang dapat dilihat
pada tabel 3.
Gambar 1. Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kemangi Terhadap Bakteri S. aureus

A B C Keterangan:
A : Kontrol (--) pelarut DMSO
B : Ekstrak 3%
C : Ekstrak 5%
Buletin Famasia, Volume 1, Nomor 1
e-ISSN : xxxx-xxxx

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kemangi Terhadap Bakteri S. aureus
Kelompok Perlakuan Pertumbuhan Bakteri S.aureus
Kontrol negatif (DMSO) +
Konsentrasi 3% -

Konsentrasi 5% -
Keterangan :
(+) Pertumbuhan yang tampak keruh
(-) Tampak jernih

Gambar 2. Hasil Penggoresan Dari Uji Aktivitas Yang Menghasilkan Media Jernih

Tabel 3. Hasil Penggoresan Dari Uji Aktivitas Yang Menghasilkan Media Jernih
Kelompok Perlakuan Pertumbuhan Bakteri S.aureus
Konsentrasi 3% -
Konsentrasi 5% -
Keterangan :
(+) Terdapat pertumbuhan bakteri
(-)) Tidak terdapat pertumbuhan bakteri

erdasarkan hasil pengujian yang didapatkan pada kedua konsentrasi ekstrak daun kemangi terhadap S.aureus
Berdasarkan
didapatkanan hasil yang jernih pada media, sedangkan pada kontrol negatif terdapat pertumbuhan bakteri yang
ditandai dengan adanya bercak putih yang dihasilakan pada media yang dapat dilihat pada Gambar 1. Selanjutnya,
dilakukan penegasan untuk media yang jernih untuk
un memastikan aktivitas ekstrak terhadap pertumbuhan S.aureus
dengan menggunakan metode streak plate (penggoresan).. Hasil yang diperoleh bahwa kedua media yang dihasilkan
terlihat jernih yang dapat dilihat pada Gambar 2.
3.4. Formulasi Sabun Cair Ekstrak Etanol
Etano Daun Kemangi O.americanum L.
Formulasi sediaan sabun cair dibuat dengan menggunakan zat aktif utama yaitu ektrak etanol daun kemangi
dengan dua variasiasi konsentrasi yaitu 3% dan 5%5 serta basis sabun cair tanpa menggunakan ekstrak. Bahan
tambahan yang digunakan pada formulasi ini yaitu natrium lauril sulfat, cocomidropil betain, HPMC, propilen
glikol, metilparaben, propilparaben, dinatrium EDTA, pengaroma (green tea), serta akuades [10]]. Sediaan sabun cair
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Sediaan Sabun Ciar Ekstrak Etanol Daun Kemangi


Buletin Famasia, Volume 1, Nomor 1
e-ISSN : xxxx-xxxx

3.5. Karakteristik Fisik Sediaan Sabun Cair


Karakteristik fisik sediaan sabun cair ekstrak daun kemangi diperlukan untuk mengetahui karakter fisik dari
sediaan telah memenuhi persyaratan mutu sabun cair yang ditetapkan SNI dengan menggunakan parameter fisik
yaitu organoleptik, nilai pH, nilai viskositas, dan daya busa. Hasil dari pengujian karakteristik fisik dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil evaluasi uji karakteristik sediaan sabun cair
Formula Penampilan Warna Aroma pH (°C) Viskositas Tinggi busa
(cP) (cm)
Basis Homogen Putih, Jernih Green tea 7,42 800 6,8
F1 (Ekstrak 3%) Homogen Coklat tua, Jernih Green tea 6,31 700 7,8
F1 (Ekstrak 5%) Homogen Coklat tua, Jernih Green tea 6,03 590 6,8

3.5.1. Pengamatan organoleptik


Pengamatan organoleptik yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap penampilan, warna, dan aroma sediaan
sabun cair ekstrak daun kemangi.
3.5.2. Uji pH
Pengukuran pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan sabun cair untuk menjamin sediaan tidak
menyebabkan iritasi pada kulit. Sediaan dengan pH yang terlalu asam akan menimbulkan iritasi pada kulit dan jika
terlalu basa maka akan menyebabkan kulit bersisik [11]. Menurut standar SNI nomor 06-4085-1996, nilai pH untuk
sediaan sabun cair yaitu 6 – 8. Pada Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa nilai pH dari sediaan sabun cair berkisar
antara 7,42-6,03. nilai pH pada sediaan sabun cair ekstrak daun kemangi yang didapatkan masih masuk dalam range
standar SNI. Penurunan nilai pH yang terjadi dengan dilakukan penambahan konsentrasi ekstrak yang besar
disebabkan karena pH ekstrak dari daun kemangi yaitu 5,35°C yang cenderung asam.
3.5.3. Uji viskositas
Pengukuran viskositas bertujuan untuk menentukan kestabilan sediaan, penyebaran sediaan saat digunakan, dan
kemudahan pengeluaran sediaan dari wadah. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai viskositas sediaan sabun cair
dengan penambahan ekstrak dengan konsentrasi yang semakin besar viskositas yang dihasilkan semakin menurun,
hal tersebut disebabkan karena kandungan air yang terdapat pada ekstrak sebesar 22% yang menyebabkan viskositas
sediaan semakin menurun. Nilai viskositas sediaan sabun cair yang didapatkan masih masuk dalam range nilai viskositas
standar SNI yaitu 500-20.000 cP.
3.5.3. Daya Busa
Pengujian daya busa dilakukan untuk mengetahui tinggi busa yang dihasilkan dari sediaan sabun cait. Hasil
pengamatan daya busa pada Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai tinggi busa yang dihasilkan masuk dalam range
tinngi busa yang baik yaitu 13-220 mm [12].

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ekstrak etanol daun kemangi dapat diformulasikan menjadi sediaan Sabun cair dan tercampur sempurna secara
homogen dengan komponen-komponen bahan sabun cair yang lain.
2. Sabun cair dari ekstrak etanol daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri dengan konsentrasi 3% dan 5%
terhadap bakteri S.aureus.
3. Sabun cair yang telah dihasilkan memiliki sifat karakteristik sediaan yang memenuhi standar persyaratan
parameter uji sabun cair menurut SNI. Persyaratan parameter uji sabun cair berdasarkan SNI meliputi
pemeriksaan organoleptik (penampilan, warna dan bau), pH (6-8), viskositas (500-20.000 cP), dan daya busa
(13-121 mm). Hasil yang diperoleh dari uji karakteristik kedua sediaan sabun cair yang memiliki karakteristik
yang sesuai dengan syarat mutu sabun cair yang ditetapkan SNI. Sediaan sabun cair yang paling baik adalah
sediaan sabun cair ekstrak etanol daun kemangi dengan konsentrasi 3% yang meliputi pemeriksaan organoleptik
(homogen, aroma green tea, serta warna coklat tua dan jernih), pH (6,31), viskositas (700 cPs), dan daya busa
(7,8 cm atau setara dengan 78 mm setelah 5 menit penggojokan).
Buletin Famasia, Volume 1, Nomor 1
e-ISSN : xxxx-xxxx

Daftar Pustaka
1. Moningka, K.C., Novel, S.K., Sri, S., 2015, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Ekor Kucing (Acalypha
Hispida Burm. F.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli Secara In-Vitro, Jurnal Ilmia
Farmasi Pharmacon, 4(03), hal: 194.
2. Muthmainnah, R., Dwiarso, R., Tatang, S.J., 2014, Formulasi Sabun Cair Berbahan Aktif Minyak Kemangi
Sebagai Antibakteri Dan Pengujian Terhadap Staphylococcus Aureus, Indonesian Journal of Chemical
Research, 1(01), hal: 44-46.
3. Kurniawan, B., Wayan, F.A., 2015, Binahong (Cassia alata L.) As Inhibitor Of Escherichiacoli Growth, J-
Majority, 4(04), hal: 101.
4. Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif, Jurnal Kesehatan, VII(02),
hal: 361-363.
5. Widnyani, I.A.A., Nyoman, S.A., Ni Made, W., 2014, Inhibition Activity of Basil Leaf Extract on The Growth
of Eschericia coli, Salmonela typhi and Listeria monocytogenes, Universitas Udayana, Bali, hal: 5.
6. Fitri, L., 2010, Kemampuan Daya Hambat Beberapa Macam Sabun Antiseptik Terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Skripsi, Universitas Syah Kuala, hal: 1.
7. Irmayanti, P.Y., Ayu, D.W., Cokorda, I.S.A., 2014, Optimasi Formula Sediaan Sabun Mandi Cair Dari Ekstrak
Kulit Manggis (Gracinia Mangostana Linn.) Jurnal Kimia, 8(02), hal: 237.
8. Kartika, G.F., 2010, pengaruh peningkatan konsentrasi carbopol 940 sebagai bahan pengental terhadap
viskositas dan ketahanan busa sedian shampo, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, hal: 28.
9. Saputri, W., Naniek, S.R., Kori, Y., 2010, Perbandingan Optimasi Natrium Lauril Sulfat Dengan Optimasi
Natrium Lauril Eter Sulfat Sebagai Surfaktan Terhadap Sifat Sabun Mandi Cair Ekstrak Air Kelopak Bunga
Rosela (Hibiscus sabdariffa L.), Proseding Ilmiah Farmasi, Jakarta, Agustus 2010, hal: 4.
10. Apgar, S., 2010, Formulasi Sabun Mandi Cair Yang Mengandung Gel Daun Lidah Buaya (Aloe vera (L.)
Webb) Dengan Basis Virgin Coconut Oil (VCO), Skripsi, Universitas Islam Bandung, hal: 24-28.
11. Effendi, F., Roswiem, A.P., dan Stefani, E., 2012, Uji Aktivitas Antibakteri Teh Kombucha Probiotik Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Teknologi Industri
dan Farmasi Bogor.
12. Soehatmo, H., Tatats, H.P.B., Leenawaty, L., 2014, Pemanfaatan Klorofil Dalam Pembuatan Sabun Tangan
Cair, Symbol, Vol. 1 (01).

Anda mungkin juga menyukai